Anda di halaman 1dari 9

Zootec Vol. 41 No.

2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Pengaruh pemberian premix dalam ransum terhadap produksi


dan kualitas susu sapi perah Friesian Holstein
Tedi Akhdiat*1, Nilawati Widjaya1, Hilman Permana1, Raden Febrianto Christi2,
Asep Suherna3
1
Program Studi Peternakan Universitas Insan Cendekia Mandiri Bandung
2
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang
3
Alumni Program Studi Peternakan Universitas Insan Cendekia Mandiri Bandung
*Korespondensi (corresponding author) email: akhdiatbdg@gmail.com

ABSTRAK

Ransum yang diberikan ditambahkan premix yang bermanfaat untuk pertumbuhan serta
produksi susu sapi perah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produksi susu dan
kualitas susu sapi perah yang ditambahkan premix dalam ransum. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga macam perlakuan
pemberian premix sebanyak 90 gram, pemberian premix sebanyak 70 gram, pemberian premix
sebanyak 50 gram masing-masing diulang sebanyak 6 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian 50 gram premix berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi Friesien
Holstein dengan jumlah 19,41 liter/ekor/hari sedangkan terhadap kualitas susu (berat jenis,
kadar lemak, protein) memberikan pengaruh tidak nyata. Pemberian premix sebanyak 50 gram
dapat meningkatkan jumlah produksi susu tetapi tidak mampu meningkatkan kualitas susunya.

Kata kunci: premix, produksi susu, kualitas susu, sapi FH

ABSTRACT

THE EFFECT OF PREMIX GIVING IN RATION ON THE PRODUCTION AND


QUALITY OF FRIESIEN HOLSTEIN DAIRY COW. The rations given have been added
with a premix that is beneficial for the growth and milk production of dairy cows. The purpose
of this study was to determine the milk production and quality of dairy cows added with premix
in the ration. The method used in this study was a randomized block design (RAK) with three
treatments including 90 grams of premix, 70 grams of premix, 50 grams of premix, each
repeated for 6 replications. The results showed that the provision of 50 grams of premix
significantly affected the milk production of Friesien Holstein cows in the amount of 19.41
liters/head/day while the milk quality (specific gravity, fat content, protein) had no significant
effect. Giving premix as much as 50 grams can increase the amount of milk production but not
able to improve the quality of the milk.

Key words: premix, milk production, milk quality, FH cows

PENDAHULUAN jenis ternak seperti kambing dan kerbau,


oleh karena itu sapi perah memberikan
Sapi perah adalah salah satu jenis kontribusi yang besar terhadap pemenuhan
ternak penghasil susu (dairy animal). kebutuhan konsumsi susu yang terus
Tingginya kemampuan produksi susu yang meningkat dari tahun ke tahun (Nurdin,
dihasilkan sapi perah mampu mensuplai 2011).
sebagian besar kebutuhan konsumsi susu, Suplai produksi susu sapi perah
sebagian kecil lainnya dihasilkan berbagai sampai saat ini masih didominasi para

355
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

peternak di negara-negara maju. Sementara satunya adalah melalui pemberian premix


itu, produksi susu para peternak sapi perah sebagai suplemen ke dalam ransum sapi
dalam negeri masih sedemikian rendah perah.
sehingga berimplikasi pada Prinsip sistem formulasi ransum
ketidakmampuan dalam memenuhi yang baik pada ternak, umumnya
keperluan konsumsi susu yang dibutuhkan penambahan suplemen akan
seluruh lapisan masyarakat secara mandiri. dipertimbangkan setelah zat-zat makanan
Berbagai permasalahan yang terdapat pada utama yang dibutuhkan dalam jumlah
aspek-aspek yang menjadi bagian langsung banyak seperti: energi, protein, kalsium,
dari faktor bibit, pakan, dan manajemen dan phospor telah mencapai keseimbangan
masih belum bisa diatasi oleh para yang baik. Setelah itu, dilakukan
peternak. Setiap peternak sapi perah pemeriksaan zat-zat makanan yang
tentunya menginginkan keuntungan yang dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit
lebih besar dari usaha yang dikelolanya. (mikronutrien) apakah telah cukup, atau
Keuntungan yang diperoleh peternak dapat dalam kondisi kekurangan, ataupun tidak
lebih tinggi jika produksi susu lebih seimbang (Soetarno, 1999). Zat-zat
optimal. Hal tersebut dapat diwujudkan makanan yang dibutuhkan dalam jumlah
dengan manajemen pemeliharaan yang sedikit diformulasikan dalam bentuk
baik. Namun, pada peternakan sapi perah suplemen atau sering dikenal dengan nama
tradisional sering kali ditemui rendahnya premix (kombinasi beberapa bahan, sumber
kualitas susu dan penurunan produksi susu. mikronutrien). Suplemen tersebut dapat
Bangsa sapi perah yang diternakan berupa bahan tunggal seperti contohnya
di beberapa wilayah di Indonesia berasal suplemen Metionin ataupun Lisin dalam
dari bibit Friesian Holstein (FH) yang ransum sapi perah, tingkat penambahan
produksi susunya cukup tinggi. Sebenarnya mineral-mineral tersebut perlu ditentukan
upaya pemilihan bangsa sapi ini dianggap secara cermat dan setiap saat perlu
tepat mengingat potensi dan kemampuan pemantauan dampaknya pada ternak.
produksi susu tertinggi di antara bangsa- Penambahan premix ke dalam
bangsa sapi perah yang ada. Namun campuran konsentrat bisa meningkatkan
permasalahan yang sering terjadi di kualitas nutrisi di dalam konsentrat yang
peternak adalah kebutuhan utama sapi FH berguna dalam mengoptimalkan
akan sumber pakan berkualitas baik sulit produktivitas serta membantu menaikkan
didapatkan sehubungan dengan pertumbuhan ternak (Mariyono dan
keterbatasan yang dimiliki peternak. Hal ini Romjali, 2007). Tujuan penelitian adalah
menyebabkan potensi keunggulan genetik untuk mengetahui produksi susu dan
sapi FH sebagai produsen susu yang tinggi kualitas susu sapi perah yang ditambahkan
tidak akan muncul sepenuhnya. premix dalam ransum
Sebagaimana diketahui, konsumsi hijauan
pakan serta konsentrat yang tidak memadai MATERI DAN METODE
baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya PENELITIAN
memiliki pengaruh langsung terhadap sapi
FH sehingga tidak bisa berproduksi tinggi. Materi penelitian
Berbagai sumber nutrisi utama yang Sapi FH laktasi yang digunakan
berhasil dimetabolisme dalam proses dalam penelitian ini sebanyak 18 ekor, sapi
pencernaan pakan tidak memberikan terpilih diberikan nomor sesuai perlakuan
besaran jumlah yang diperlukan oleh sistem dan ulangan. Premix buatan pabrik,
sintesa susu untuk mampu menghasilkan digunakan sebanyak 9 kg. Es batu untuk
produksi susu yang banyak (Parakkasi, mendinginkan susu. Iodine untuk celup
1999). Oleh karena itu perlu dilakukan puting. Air hangat untuk memersihkan
upaya perbaikan manajemen pakan, salah puting. Air dingin suhu ruang untuk

356
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

membersihkan ambing. Timbangan digital Pengadaan sapi percobaan. 2.) Pemberian


dengan kapasitas 7000 g dengan ketelitian premix pra penelitian: Seluruh sapi FH
0,01 g untuk menimbang premix. Ember diberikan premix sesuai dengan masing-
stainless untuk menampung susu pada saat masing perlakuan, selama 3 (tiga) hari awal
pemerahan. Milk can untuk menyimpan sebelum pengambilan data.
susu hasil pemerahan. Saringan untuk
menyaring susu dari kotoran dan bulu. Prosedur penelitian
Takaran plastik kapasitas 5 liter untuk 1. Pemberian premix dengan dosis 50
mengukur jumlah susu. Alat celup puting gram/ekor/hari pada sapi perah laktasi.
untuk desinfeksi puting setelah pemerahan. a. Penimbangan konsentrat 3,8 kg
Lap untuk membersihkan ambing dan ditambah dengan 5,8 kg ampas
puting. Baskom plastik tempat singkong serta premix 25 gram
pencampuran konsentrat dan premix untuk Campuran ini selanjutnya
sapi. Buku dan ballpoint untuk mencatat dimasukan kedalam bak plastik
data yang didapat. Mesin perah untuk kemudian ditambah air + 15 liter
memerah susu sapi. Lactoscan untuk aduk hingga merata kemudian
menguji kualitas air susu. Kantong plastik diberikan langsung kepada ternak
dan karet untuk menampung susu. Tascool pada Pukul 17.00 WIB.
bag untuk membawa sampel susu ke b. Pemberian rumput sebanyak 25 kg
Laboratorium. Metode penelitian yang pada Pukul 18.00 WIB
digunakan adalah eksperimen dengan c. Penimbangan kembali konsentrat
tahapan percobaan sebagai berikut: 1.) 3,8 kg, ampas singkong sebanyak

Tabel 1. Susunan Komposisi Bahan Ransum


Bahan Pakan Komposisi (%)
Hijauan (Rumput Segar) 50
Jerami 15
Konsentrat 10,5
Ampas singkong 24
Premix 0,5
Jumlah 100
Sumber: Berdasarkan acuan pemberian pakan di peternak

Tabel 2. Komposisi per 1 Kg Premix


Vitamin A 260.000.00 IU
Vitamin D3 62.500.00 IU
Vitamin E 345.00 IU
Vitamin K 70.00 mg
Vitamin B1 45.00 mg
Vitamin B2 102.00 mg
Vitamin B6 74.00 mg
Niasin 150.00 mg
Zink 4.000.000 mg
Mangan 480.00 mg
Besi 200.00 mg
Tembaga 40.00 mg
Iodin 8.00 mg
Selenium 12.00 ppm
Lysin 150.00 mg

357
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

5,8 kg ditambah juga dengan k. Setting jenis susu yang akan diperiksa
premix 25 gram. Campuran ini (susu sapi), lalu tekan tombol OK.
selanjutnya dimasukan kedalam bak l. Tunggu hingga proses pengujian
plastik kemudian ditambah air + 15 selesai dan catat hasil yang
liter aduk hingga merata kemudian ditampilkan pada layar.
diberikan langsung kepada ternak 2. Tahap pelaksanaan pencampuran
keesokan harinya pada Pada Pukul premix 70 dan 90 gram/ekor/hari dalam
07.00 WIB. ransum sapi perah laktasi dan
d. Pemberian jerami sebanyak 5 kg pemeriksaan sampel susu dilakukan
pada Pukul 08.00 WIB. mengikuti prosedur dan pengambilan
e. Sanitasi ternak dan kandang mulai sampel pemberian premix 50
dari memandikan ternak dan gram/ekor/hari dari point 1a – 1k.
membersihkan lantai kandang
keesokan harinya pada Pukul 05.00 Metode penelitian
WIB. Rancangan percobaan yang
f. Pembersihan ambing dan puting digunakan adalah Rancangan Acak
menggunakan air hangat dilakukan Kelompok (RAK) dengan pemberian
pada Pukul 05.30 WIB kemudian premix sebanyak 90 g, pemberian premix
dikeringkan dengan lap, pemerahan sebanyak 70 g, dan pemberian premix
susu dilakukan menggunakan mesin sebanyak 50 g. Setiap perlakuan diulang
perah, setelah pemerahan dilakukan sebanyak 6 kali. Setiap ulangan terdiri atas
celup puting pada masing-masing kelompok sapi dengan masing-masing
ternak kedalam cairan iodin untuk kapasitas produksi susu rendah (diberikan
mencegah penyakit mastitis pada perlakuan 90 g), sedang (diberikan
ternak. perlakuan 70 g), dan tinggi (diberikan
g. Setelah pemerahan selesai perlakuan 50 g). Perlakuan tersebut untuk
pengambilan sampel susu mengukur efektivitas pengaruh premix
menggunakan gelas ukur sebanyak terhadap produksi susu pada masing-
260 ml, kemudian dimasukan masing kelompok sapi perah. Data yang
kedalam kantung plastik kapasitas diperoleh dianalisis dengan Anova
500 gram. menggunakan SPSS untuk mengetahui
h. Kemasan sampel kantong susu pengaruh pemberian premix dalam ransum
tersebut dimasukan kedalam apakah berpengaruh nyata atau
cooling bag dan langsung dibawa ke berpengaruh tidak nyata terhadap produksi
Laboratorium Rumah Sakit Hewan dan kualitas susu.
Cikole untuk dilakukan
pemeriksaan uji kualitas air susu. HASIL DAN PEMBAHASAN
i. Keluarkan sampel kantong plastik
yang berisi susu dari cooling bag, Pengaruh perlakuan terhadap produksi
sementara itu nyalakan tombol susu
lactoscan. Sebelum alat digunakan Produksi susu (liter/ekor/hari)
lakukan “Cleaning” menggunakan adalah jumlah susu yang dihasilkan dari
washing solution. setiap hasil pemerahan selama satu hari.
j. Tuang susu kedalam tabung sampel Rataan produksi susu pada masing-masing
susu, kemudian simpan tabung perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
sampel susu pada tempat yang Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
sudah tersedia di Lactoscan untuk rataan produksi susu secara berurutan mulai
melakukan pemeriksaan. dari terendah sampai tertinggi diperoleh
dari perlakuan 90 g (10,34 liter/ekor/hari),

358
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Tabel 3. Rataan Produksi Susu pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian


Perlakuan
Peubah yang diamati
(90 g) (70 g) (50 g)
Produksi Susu (liter/ekor/hari) 10,34a 13,83b 19,41c
Berat Jenis 1,0282 1,0278 1,0274
Kadar Lemak (%) 4,34 3,91 3,74
Kadar Protein (%) 3,29 3,22 3,16
Keterangan: Superskrip pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

70 g (13,83 liter/ekor/hari), dan tertinggi 1-3 dapat meningkatkan produksi susu.


pada 50 g (19,41 liter/ekor/hari). Hasil Retnani et al. (2014) naiknya produksi susu
penelitian ini sesuai dengan pendapat karena premix berfungsi meningkatkan dan
Utomo dan Pertiwi (2010) yang memperkaya nilai-nilai nutrisi yang rendah
menyatakan bahwa rata-rata produksi susu dalam ransum pokok, premix mengandung
sapi perah di dalam negeri sekitar 10 berbagai macam vitamin-vitamin, mineral
liter/ekor/hari. mikro, mineral makro dan probiotik yang
Guna mengetahui pengaruh dibutuhkan ternak. Probiotik dapat
perlakuan terhadap produksi susu meningkatkan mikroba rumen, lebih
dilakukan analisis sidik ragam. Hasil sidik meningkatkan kemampuan menghasilkan
ragam memperlihatkan bahwa perlakuan asam lemak terbang, khususnya asam
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap propionat. Asam propionat ini dapat diubah
produksi susu yang berarti pemberian menjadi glukosa. Glukosa yang dihasilkan
premix dalam ransum berpengaruh nyata selanjutnya diedarkan dalam darah melalui
terhadap produksi susu, sehingga untuk saluran pembuluh darah dan merupakan
mengetahui perbedaan antara perlakuan bahan pembentuk prekursor laktosa susu.
dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Sekitar 80% laktosa susu disintesis dari
Hasil Uji Jarak Berganda Duncan’s glukosa, sementara itu 12% berasal dari
menunjukkan rataan produksi susu dengan proses glukoneogenesis asam amino
pemberian 50 g nyata lebih tinggi dari 90 g, (Parakkasi, 1999). Makin (2011)
dan 70 g. Pada sapi perah perlakuan menyatakan bahwa produksi susu sapi
tersebut sebelumnya tergolong dalam perah dipengaruhi oleh faktor genetik dan
produksi susu yang cukup tinggi. Sehingga lingkungan. Faktor genetik meliputi bangsa
pada saat pemberian premix mampu dan keturunan, sedangkan faktor
meningkatkan serta mempertahankan lingkungan diantaranya pakan.
kualitasnya. Menurut Novianto et al.
(2013) bahwa pemberian supplemen pada Berat jenis susu
sapi perah produksi tinggi mampu Berat jenis susu adalah
meningkatkan serta mempertahankan perbandingan antara berat bahan dengan
performa produksinya. Menurut Makin dan berat air pada volume dan suhu yang sama
Suharwanto (2012) bahwa sapi-sapi yang (Soeharsono, 2008). Rataan berat jenis susu
berada wilayah Jawa Barat termasuk dalam pada masing-masing perlakuan dapat
kategori sedang dengan rataan kisaran dilihat pada Tabel 3.
produksi 13-15 liter/ekor/hari. Penelitian Dari Tabel 3 dapat dilihat rataan
Christi et al., (2021) bahwa sapi perah di berat jenis susu secara berurutan dari yang
BPPIBTSP Bunikasih Cianjur memiliki tertinggi sampai terendah diperoleh dari
produksi susu lebih dari 15 liter/ekor/hari. perlakuan 50 g (1,0274), 70 g (1,0278), dan
Penelitian lain Suryahadi et al., 90 g (1,0282). Rataan tersebut memenuhi
(2004) melaporkan pemberian feed syarat standar minimum ketetapan SNI
suplement dalam ransum sapi perah laktasi (2011) yaitu 1,0270. Menurut Utami et al.

359
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

(2013) berat jenis susu dipengaruhi oleh masing- masing perlakuan dapat dilihat
kandungan yang terlarut di dalam susu pada Tabel 3.
dimana semakain banyak senyawa yang Dari Tabel 3. dapat dilihat rataan
terdapat dalam susu maka berat jenis susu kadar lemak susu secara berurutan dari
akan meningkat. Selanjutnya menurut yang tertinggi sampai terendah diperoleh
Sukarini (2006) berat jenis susu akan dari perlakuan 90 g (4,34%), 70 g (3,91%)
dipengaruhi oleh bahan kering dan kadar dan 50 g (3,74%). Rataan tersebut berada
lemak susu. diatas kadar lemak susu rata-rata untuk sapi
Guna mengetahui pengaruh perah FH menurut SNI (2011) yaitu 3,80%,
perlakuan terhadap berat jenis susu, maka dan hasil penelitian Umar dan Novita
dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil (2014) sebesar 3,70%. Guna mengetahui
analisis menunjukkan bahwa perlakuan pengaruh perlakuan terhadap kadar lemak
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap susu, maka dianalisis menggunakan sidik
berat jenis susu. Hal ini menunjukan bahwa ragam. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pemberian premix dalam ransum tidak perlakuan berpengaruh tidak nyata
mempengaruhi berat jenis susu secara (P>0,05) terhadap kadar lemak susu.
signifikan. Dengan demikian, pemberian premix dalam
Faktor-faktor yang mempengaruhi ransum pada tiga kelompok sapi percobaan
berat jenis susu adalah penyimpanan, memberikan pengaruh tidak nyata pada
proses pengolahan, pengamanan, bahan lemak susu.
kering dan kadar lemak susu. Berat jenis Tidak adanya pengaruh yang nyata
susu berbanding terbalik dengan kadar pada kadar lemak susu, hal tersebut diduga
lemak susu dimana semakin tinggi kadar disebabkan oleh kadar serat kasar yang
lemak susu maka semakin rendah berat terkandung di dalam ransum jumlahnya
jenisnya. Berat jenis susu dipengaruhi oleh relatif sama dan memenuhi kebutuhan
zat-zat padatan yang terkandung di dalam standar sapi perah FH laktasi, sehingga
susu seperti lemak, protein, laktosa, vitamin persentase kadar lemak yang dihasilkan
dan mineral (Rahman et al., 1992). relatif tidak jauh berbeda. Laryska dan
Pengamatan terhadap produksi susu yang Nurhajati (2013) menyatakan sapi perah
meningkat mengindikasikan kandungan air yang diberikan dengan jumlah konsentrat
di dalam susu tinggi, berbanding terbalik banyak dan proporsi hijauan lebih sedikit
dengan kandungan bahan kering. Sehingga maka mengakibatkan pada produksi saliva
hasil penelitian menunjukkan berat jenis menjadi menurun, sehingga pH rumen
susu yang tidak terpengaruh secara nyata menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan
akibat dari pemberian premix di dalam perubahan komposisi asam-asam lemak
ransum sapi perah penelitian karena terbang dalam rumen, sehingga produksi
proporsi peningkatan produksi susu pada asam asetat menjadi berkurang, seperti
tiga kelompok sapi percobaan relatif diketahui asam asetat yang dibentuk dalam
seimbang. rumen merupakan precursor (bahan baku)
utama pembentukan lemak susu
Kadar lemak susu (Setyaningtias et al., 2014). Dengan
Lemak susu yang juga disebut demikian apabila produksi asam asetat
sebagai butter fat merupakan komponen dalam rumen seimbang pada ketiga
yang sangat penting dalam susu, bahkan kelompok sapi percobaan akan
secara komersial lemak susu merupakan mengakibatkan kadar lemak susu yang
komponen yang sangat berharga. Flavor relatif seimbang pula.
susu dan sebagian besar produk susu olahan Menurut Muchtadi dan Sugiyono
terutama ditimbulkan oleh kandungan (1992) menyatakan kadar lemak susu
lemak dalam susu (Muchtadi and Sugiyono, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1)
1992). Rataan kadar lemak susu pada kadar lemak pakan, 2) pengaruh iklim, 3)

360
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

kadar lemak susu akan lebih tinggi saat mikroba. Peningkatan ketersediaan asam-
musim dingin, 4) periode laktasi, dan asam amino ini akan memberi kontribusi
prosedur pemerahan, 5) umur sapi yang terhadap peningkatan sintesis protein susu.
semakin tua kadar lemaknya akan semakin Peningkatan rasio konsentrat
rendah, dan 6) waktu pemerahan. mengakibatkan terjadinya peningkatan
Kadar protein susu energi metabolisme dan protein kasar pada
Protein merupakan zat gizi utama ternak yang diberi pakan rumput lapangan
dalam susu karena mengandung asam-asam (Sarah et al., 2016)
amino esensial yang diperlukan oleh tubuh Beberapa faktor yang
(Parakkasi, 1999). Rataan kadar protein mempengaruhi protein susu adalah faktor
susu dapat dilihat pada Tabel 3. internal (kondisi fisiologis, bangsa, tingkat
Data pada Tabel 3 dapat dilihat laktasi, kebuntingan, estrus, interval
rataan kadar protein susu secara berurutan beranak, dan umur) dan faktor eksternal
dari yang tertinggi sampai terendah yaitu ransum (Soeharsono, 2008).
diperoleh dari perlakuan 90 g (3,29%), 70 g
(3,22%) dan 50 g (3,16%). Rataan tersebut KESIMPULAN
berada diatas syarat minimum kadar protein
susu pada sapi FH menurut (SNI, 2011) Pemberian premix sebanyak 50
yaitu 2,80 %. gram pada kelompok sapi perah yang
Guna mengetahui pengaruh produksinya tinggi dapat meningkatkan
perlakuan terhadap kadar protein susu maka kapasitas produksi susunya tetapi tidak
dianalisis mengunakan sidik ragam. Hasil pada kualitas lemak, protein dan berat jenis.
analisis menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap UCAPAN TERIMAKASIH
kadar protein susu. Hal ini memperlihatkan
bahwa pemberian premix dalam ransum Penulis ucapkan terima kasih
tidak mampu mengubah kadar protein susu kepada anggota peternak sapi perah
pada tiga kelompok sapi percobaan secara Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
signifikan. (KPSBU) lembang yang telah
Proses sintesis protein susu terjadi memfasilitasi dalam kegiatan penelitian ini.
dalam sel-sel epitel alveoli dan dikontrol Selain itu, penulis juga ucapkan terima
oleh gen yang berisi DNA. Prosesnya ialah kasih kepada semua pihak khususnya Tim
dengan bergabungnya beberapa asam Peneliti yang telah menyelesaikan dengan
amino membentuk protein. Kadar protein baik penelitian ini
susu relatif tetap selama laktasi, karena
protein disintesa dalam sel epitel kelenjar DAFTAR PUSTAKA
ambing yang dikontrol oleh gen (Larson,
1985). Christi R. F., H. Indrijani, D.S. Tasripin dan
Kandungan protein dipengaruhi D. Suharwanto. 2021. Evaluasi
oleh ransum yang dikonsumsi sapi. produksi susu sapi perah friesian
Mekanisme pembentukan susu berasal dari holstein pada berbagai laktasi di
konsumsi ransum yang kemudian mengalir BPPIBTSP Bunikasih Cianjur.
di dalam darah dan mengalami proses Agrivet: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
filtrasi menjadi bahan-bahan penyusun susu dan Peternakan. 8(2).
(Soeharsono, 2008). Hasil penelitian Larson B.L. 1985. Biosynthesis and
Sukarini (2006), pemberian konsentrat akan Celluler Secration of Milk. In: B.L.
meningkatkan kadar protein susu, dengan Larson: Laction, lowa State
tambahan konsentrat, energi yang tersedia University. Ames, P: 129-163.
menjadi lebih banyak untuk pembentukan Laryska B. dan T. Nurhajati. 2013.
asam amino yang berasal dari protein Peningkatan kadar lemak susu sapi

361
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

perah dengan pemberian pakan pemberian imbangan hijauan dan


konsentrat komesil dibandingkan konsentrat ransum yang berbeda.
dengan ampas tahu. Agroveteriner, Animal Agriculture Journal, 4(2):
1(2): 79-87. 229-233.
Makin. 2011. Buku Pintar Beternak dan SNI (Standar Nasional Indonesia). 2011.
Berbisnis Sapi Perah. Agromedia. Susu Segar. Badan Standarisasi
Jakarta. Nasional.
Makin, M. dan D. Suharwanto. 2012. Performa Soeharsono. 2008. Laktasi, Produksi dan
Sifat-Sifat Produksi Susu dan Peranan Air Susu Bagi Kehidupan
Reproduksi Sapi Perah Fries Holland di Mamalia. Widya Padjajaran
Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak, 12(2): Bandung.
39-42 Soetarno T. 1999. Manajemen Ternak
Marjono dan E. Romjali. 2007. Teknologi Perah. Fakultas Peternakan
Pakan Protein Untuk Sapi Potong Universitas Gadjah Mada,
Agroinovasi Sinar Tani. Edisi 21 – Yogyakarta.
27 November 2012. No. 3483. Setianingtyas R.W., Sudjatmogo dan T. H.
Muchtadi T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Suprayogi. 2014. Tampilan lemak
Pengetahuan Bahan Pangan. Institut dan bahan kering tanpa lemak pada
Pertanian Bogor. Bogor. Pustaka susu sapi perah akibat pemberian
Utama. ransum dengan imbangan hijauan
Novianto W.A., Sarwiyono, E. Setyowati. dan konsentrat yang berbeda.
2013. Penampilan Produksi, Kadar Animal Agriculture Journal, 3(2):
Protein dan Kadar Lemak Susu Sapi 121- 129.
Perah Peranakan Friesian Holstein Sukarini I.A.M. 2006. Produksi dan
Yang Diberi Pakan Tambahan Komposisi Air Susu Kambing
Probiotik. Diunduh Tanggal 17 Juli Peranakan Ettawa yang Diberi
2021.https://fapet.ub.ac.id/Reposito Tambahan Konsentrat pada Awal
ry Jurnal Fakultas Peternakan Laktasi. Majalah Ilmiah
Universitas Brawijaya. Peternakan, 9(1):164353.
Nurdin E. 2011. Manajemen Pakan Sapi Suryahadi, Bachtiar, B., dan Amrullah.
Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2004. Efek Penambahan Metan
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Inhibitor, Defaunating Agent dan
Makanan Ternak Ruminansia. UI Probiotik Lokal Dalam Feed Block
Press. Jakarta. Supplement (FBS) Terhadap
Rahman A., S. Fardiaz, W.P. Rahayu, Produksi dan Kualitas Susu Sapi
Suliantari dan C.C. Nurwitri. 1992. Perah. Seminar Nasional Teknologi
Bahan Pengajaran: Teknologi Peternakan dan Veteriner. Badan
Fermentasi Susu. Pusat Antar Penelitian dan Pengembangan
Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian, Bogor.
Pertanian Bogor. Bogor. Umar R. dan A. Novita. 2014. Derajat
Retnani Y., I.G. Permana dan L.C. Purba. keasaman dan angka reduktase susu
2014. Physical Characteristic and sapi pasteurisasi dengan lama
Palatability of Biscuit Bio- penyimpanan yang berbeda. J
supplement of Dairy Goat. Pakistan Veteriner, 8(1):43-46.
Journal of Biological Science, Utami, K.B., L.E. Radiati., P.
17(5): 725-729 Surjowardojo. 2013. Kajian kualitas
Sarah S., T.H. Suprayogi dan S. susu sapi perah PFH (studi kasus
Sudjatmogo. 2016. Kecernaan pada anggota Koperasi Agro Niaga
protein ransum dan kandungan di Kecamatan Jabung Kabupaten
protein susu sapi perah akibat

362
Zootec Vol. 41 No. 2 : 355 – 363 (Juli 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Malang). Jurnal Ilmu-ilmu


Peternakan, 24(2):58 – 66.
Utomo B. dan M.D. Pertiwi. 2010.
Tampilan produksi susu sapi perah
yang mendapat perbaikan
manajemen pemeliharaan. Caraka
Tani: Journal of Sustainable
Agricukture, 25(1): 21-25.

363

Anda mungkin juga menyukai