Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH


Di susun untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata kuliah filsafat ilmu
dosen pengampu : Dr. H iwan, M.Ag.

Di susun oleh kelompok 4 PAI 1C :


Alpiatussalamah (2381010129)
Mohamad Rizki Riyandi (2381010116)
Dona Nur Siti Fatimah (2381010162)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita banyak nikmat dan kekuatan
untuk menyusun makalah yang berjudul “Pengetahuan, ilmu pengetahuan dan pengetahuan
ilmiah” dan dapat menyelesaikannya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi akhir zaman, yang telah membawa dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah
yakni Nabi Muhammad SAW. Yang senantiasa menjadi suri tauladan yang cahayanya tidak akan
padam kapanpun. Dan juga kami tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Bapak Dr. H iwan, M.Ag. Yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekeliruan baik dalam materi pembahasan atau teknik pengetikan, walaupun demikian inlah
usaha maksimal kami selaku penulis usahakan. Semoga dengan makalah ini, pembaca dapat
menanbah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun para pembaca
guna memperbaiki kesalahan sebagai mana mestinya.

26 September
2023
Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTARISI.....................................................................................................................................
BAB I:PENDAHULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................................
B. Rumusa Masalah..................................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................................
BAB
II:PEMBAHASAN..................................................................................................................
A. Defini Pengetahuan...............................................................................................................
B.
C.
D.
BAB
III:PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta,
kenyataan yang tunduk pada hukum- hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas
fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal
menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat
kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur
tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat
yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada
umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri Oleh sebab itulah
pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat
pengetahuan rasional- ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur
dengan jelas
Ilmu, di abad modern ini memang mendapat tempat dan porsi terbesar, Perkembangan
ilmu saat ini banyak mendorong terjadinya perubahan-perubahan peradaban, Abad modern
memang sang didorong oleh kemunculan rasionalitas ilmu sebagai dasar domi rasionalitas
modem. Ilmu sebagai sebuah konsep menang mengandung pengertian yang cukup komplek.
Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti bangunan suatu gedung yang di dalam
bangunan itu terdiri dari fondasi (yang tidak terlihat oleh mata secara langsung), pilar, atap, dan
sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti struktur yang di dalam struktur itu
terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen yang masing-masing elemennya merupakan bagian
terkait yang tidak dapat dipisahkan antara elemennya dan berfungsi saling menguatkan dalam
suatu sistem ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah pengetahuan?


2. Bagaimana mengetahui ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana mengetahui pengetahuan ilmiah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah pengetahuan
2. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui pengetahuan ilmiah

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan
manusia seandainya pengetahuan itu tak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban
bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Apa yang harus kita lakukan sekiranya
anak kita demam panas dan menderita kejang? Lagu nina bobo apa yang harus kita nyanyikan
agar dia tertidur lelap? Sekira- nya insan yang sangat kita cintai itu kemudian meninggalkan kita
maka ke mana kita mesti berpaling dalam kemelut kesedihan?

Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang
diajukan. Oleh sebab itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara
maksimal maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu
pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan. Setiap jenis
pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini
saling berkaitan; jadi ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu
terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Jadi kalau kita ingin membicarakan epistemologi
ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.

Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya sebagaimana lingkup pengalaman kita.


Pengetahuan di kumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan
yang sehari-hari di hadapi, dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan
kepadanya. Pengetahuan ilmiah, alias ilmu, dapat di ibaratkan sebagai alat manusia dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada dasarnya dengan
meramalkan dan mengkontrol gejala alam. Oleh sebab itulah, sering dikatakan bahwa dengan
ilmu manusia mencoba memadipulasi dan menguasai alam.

Segala apa yang kita ketahui adalah pengetahuan, apakah itu cara memburu gajah,cara
mengobati sakit gigi, menentukan kapan mulai bercocok tanam atau biografi para dewa di
kayangan. Pokoknya semua adalah satu apakah itu obyeknya, metodenya atau kegunaannya.
Metode "ngelmu" yang akhir-akhir ini mulai pop lagi, yang tidak membedakan antara berbagai
jenis pengetahuan, mungkin dapat dianggap sebagai metode yang bersifat universal pada waktu
itu.
Dengan berkembangnya Abad Penalaran maka konsep dasar berubah dari kesamaan kepada
pembedaan. Mulailah terdapat pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang
mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur
kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang
diketahui, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan
Salah satu cabang pengetahuan itu yang berkembang menurut jalan nya sendiri adalah ilmu yang
berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya. Metode
keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradigma dari Abad
Pertengahan. Demikian juga ilmu dapat dibedakan dari apa yang ditelaahnya serta untuk apa
ilmu itu dipergunakan.
Diferensiasi dalam bidang ilmu dengan cepat terjadi. Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan
dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 650 ranting
disiplin keilmuan, Pembedaan yang makin terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin
spesifik pula.
a. ALAT-ALAT UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN
1. Pengalaman Indra (Sense experience)
Setiap orang sering merasa bahwa pengindrraan adalah alat yang paling vitasl dalam
memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia dalam kenyataannya pengindraan
adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala objek yang ada diluar diri manusia. Karena
terlalu menekankan pada kenyataan, paham tersebut dalam aliran filsafat disebut realisme. Dapat
disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan berupa alat-alat untuk
menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi apabila
ada ketidak normalan diantara alat itu.

2. Nalar (reason )
Nalar merupakan salah satu corak berpikir dengan menggabungkandua pemikiran atau lebih
dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
masalah ini tentang azas-azas pemikiran, yaitu sebagai berikut :
a. Prinsipium Identitas yaitu sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri ( A=A) asas ini bisa
disebut dengan azas kesamaan.
b. Principium Contradictionis yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin
kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang sama
tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Asas ini bisa disebut
asas pertentangan.
c. Principium Teritii Exclusi yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin
keduanya
benaar dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu diantara kedua itu,
tidak perlu ada pendapat yang ketiga Azas ini bisa disebut asas tidak adanya kemungkinan
ketiga.

3.Otoritas ( authority )
Otoritas adalah kekuasaan sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena keelompoknya memiliki pengetahuan
melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang
diperoleh melalui otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah
menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu. Oleh sebab itu pengetahuan karena adanya
otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.

4.Intuisi ( Intuition )
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu
rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan
yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena
pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu

5.Wahyu ( revelation )
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi-Nya untuk kepentingan
umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu
yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatic
akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber
pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

6.Keyakinan ( faith )
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada setiiap diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan ini sangat
sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang
dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaanya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu
yang secara dogmatic diikuti adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan. Karena
kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi.
Sedangkan keyakinan itu sangat static, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat
kepercayaannya.

b. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Untuk mengetahui mengenai jenis-jenis pengetahuan menurut Soejono Soemargono (1983)
pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengetahuan non ilmiah
2. Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara
yang tidak teremasuk dalam kategori metode ilmiah. Dalam hal ini termasuk juga pengetahuan
yang dalam tahap terakhir direncanakan untuk diolah menjadi pengetahuan ilmiah, yang
biasanya disebut dengan istilah pengetahuan pra ilmiah. Secara umum pengetahuan non ilmiah
merupakan
segenap hasil pemahaman manusia atas sesuatu atau objek tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan, hasil pendengaran, hasil pembauan, yang
merupakan campuran dari hasil penyerapan secara indrawi dengan hasil pemikiran secara akali.
Disisi lain, termasuk dalam kategori pengetahuan nonilmiah hasil pemahaman manusia yang
berupa ungkapan terhadap hal-hal yang gaib. Yang biasanya diperoleh dengan mengunakan
intuisi, yang sering disebut dengan pengetahuan intuitif. Pengetahuan ini diperoleh dengan
menggunakan adi-indra atau adi-akal, dapat juga disebut istilah pengetahuan adi-indrawi atau
pengetahuan adi-akali.

B. ILMU PENGETAHUAN
Kata Ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Dari
segibahasa ilmu adalah kejelasan (Quraish Shihab, 2004: 434). Kata ilmu sendiri berasal
daribahasa Arab yaitu masdar dari ‘alima- ya’lamu berarti tahu atau mengetahui.
Sementaramenurut istillah ilmu diartikan idroku syai bihaqiqotih (mengetahui secara hakiki),
dalambahasa inggris ilmu diartikan science yang umumnya diartikan sebagai ilmu pengetahuan,
meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun,1998: 39). Menurut kamus
besar bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu: Kata Ilmu dengan berbagai bentuknya
terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Dari segibahasa ilmu adalah kejelasan (Quraish Shihab,
2004: 434). Kata ilmu sendiri berasal daribahasa Arab yaitu masdar dari ‘alima- ya’lamu berarti
tahu atau mengetahui. Sementara menurut istillah ilmu diartikan idroku syai bihaqiqotih
(mengetahui secara hakiki), dalam bahasa inggris ilmu diartikan science yang umumnya
diartikan sebagai ilmu pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang
sama (Jujun,1998: 39).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu:


1. Ilmu pengetahuan diartikan sebagai suatu pengetahuan atau kepandaian, tentang
soaldunia, akhirIlmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan tentang
2. suatu bidang yang disusun secara bersisitem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang(pengetahuan)tersebut, seperti ilmu
hukum, pendidikan, ekonomi dan sebagainya, lahir, bathin, dan sebagainya seperti ilmu
akhirat ,ilmu batin, ilmu akhlak, ilmu sihir dan sebagainya.

Rachman Assegaf mengatakan dengan metode-metode tertentu. Dan ilmu bukan sekedar
pengetahuan tapi merangkum serangkaian pengetahuan berdasarkan teori yang digunakan dan
sistematik dan diuji dengan seperangkat metode yang bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diintrepetasi,yang menghasilkan kebenaran
objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah(2005: 194).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
disusun secara teratur, sistematis, dan didasarkan pada penalaran dan logika dengan
menggunakan
metode yang telah diakui dalambidangtertentu sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan
oleh para pakar. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadai. Tanpa menguasai IPTEKS, fungsi hidup menusia
sebagai khalifah akan menjadi kurang dan kehidupan yang lebih baik tidak akan terwujud dan
kehidupan manusia akan tetap terbelakang. Allah menciptakan alam karena Allah menciptakan
manusia. Seandainya Allah tidak menciptakan manusia. Maka Allah tidak perlu menciptakan
alam. Oleh karena itu maka manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam agar
terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia itu sendiri.

Ilmu pengetahuan yang telah dicapai oleh manusia itu harus dimanfaatkan untuk kehidupannya
di dunia ini, di samping juga harus bertanggung jawab atas kelestarian alamdan lingkungan
sekitar. Karena seandainya tidak ada tanggung jawab maka fungsi manusia sebagai khalifah dan
pemakmur di muka bumi ini telah bergeser menjadiperusak dan akibat kerusakan tersebut akan
dirasakan generasi mendatang.

Dan agar kerusakan di muka ini berlanjut terus, maka manusia harus menyadari efek dari
perbuataannya dan pencegahan supaya tidak berlanjut terus maka dapat di mulai dari dirisendiri,
keluarga, tetangga, daerah, bangsa dan Negara bersama-sama menanggulangi upaya kerusakan
alam lingkungan. Daritanggung jawab individual beranjak kepada tanggung jawab kolektif, dan
dari tanggung jawab konstitusional kepada tanggung jawab Negara. Semuanya bertanggung
jawab atas kelestarian alam lingkungan ini. Oleh karenaitu sebagai ilmuwan hendaklah
menerapkan kode etik profesinya dan bagi pemerintah bertanggung jawab dalam menerapkan
aturan yang tegas kepada pelaku perusak lingkungan.

C. PENGETAHUAN ILMIAH

Pengetahuan ilmuah atau ilmu (bah. Inggris Science dan Latin Scientia yang diturunkan
dari kata scire), memiliki makna ganda, yaitu; mengetahui (to know), dan belajar (to learn). Sisi
pertama to know menunjuk pada aspek statis ilmu, yaitu sebagai hasil, berupa pengetahuan
sistematis. Sisi kedua menunjuk pada hakikat dinamis ilmu, sebagai sebuah proses (aktivitas-
metodis). Sisi kedua tersebut hendak menunjukkan bahwa ilmu sebagai aktifitas pembelajaran,
bukanlah sebuah aktifitas menunggu secara pasif, melainkan merupakan sebuah usaha secara
aktif untuk menggali, mencari, mengejar, atau menyelidiki sampai pengetahuan itu diperoleh
secara utuh, obyektif, valid, dan sistematis. Tegasnya, pengertian ilmu, dalam hal ini, menunjuk
pada tiga hal, yaitu; pertama; ilmu sebagai proses berupa aktifitas kognitif-intelektuali (aktivitas
penelitian), kedua; ilmu sebagai prosedur berupa metode ilmiah, dan ketiga;. Ilmu sebagai hasil
atau produk berupa pengetahuan sistematis.
a. Objek pengetahuan ilmiah
Obyek pengetahaun ilmiah atau obyek keilmuan, dalam hal ini, mencakup segala sesuatu (yang
tampak secara fisik maupun non fisik berupa fenomena atau gejala kerohanian, kejiwaan, atau
sosial), yang sejauh dapat dijangkau oleh pikiran atau indera manusia. Para filsuf, karenanya,
membagi obyek keilmuan itu dalam dua golongan besar, yaitu; obyek material dan obyek formal
keilmuan. Obyek material meliputi: ide abstrak, benda-benda fisik, jasad hidup, gejala rohani,
gejala sosial, gejala kejiwaan, gejala alam, proses tanda, dan sejenisnya. Obyek formal, meliputi;
sudut pandang, minat akademis, atau cara kerja yang digunakan untuk menggali, menggarap,
menguji, menganalisis, dan menyusun berbagai pemikiran yang tersimpan dalam khasanah
kekayaan obyek material di atas dan menyuguhkannya dalam bentuk ilmu.

Ciri pokok ilmu

Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah, berbeda dengan pengetahuan biasa, memiliki beberapa ciri
pokok, yaitu:

a. sistematis; para filsuf dan ilmwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri sistematis ilmu
menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun
sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai hubungan-hubungan saling
ketergantungan yang teratur (pertalian tertib). Pertalian tertib dimaksud disebabkan,
adanya suatu azas tata tertib tertentu di antara bagian-bagian yang merupakan pokok
soalnya.

b. obyektif; bahwa ilmu menunjuk pada bentuk pengatahuan yang bebas dari prasangka
perorangan (personal bias), dan perasaan-perasaan subyektif berupa kesukaan atau
kebencian pribadi. Ilmu haruslah hanya mengandung pernyataan serta data yang
menggambarkan secara terus terang atau mencerminkan secara tepat gejala-gejala
yang ditelaahnya. Obyektifitas ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan pengetahuan itu
haruslah sesuai dengan obyeknya (baik obyek material maupun obyek formal-nya),
tanpa diserongkan oleh keinginan dan kecondongan subyektif dari penelaahnya.

c. analitis; bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami, dan membeda-bedakan pokok


soalnya ke dalam bagian-bagian yang terpecinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan dari bagian-bagian tersebut. Upaya pemilahan atau
penguraian sesuatu kebulatan pokok soal ke dalam bagian-bagian, membuat suatu
bidang keilmuan senantiasa tersekat-sekat dalam cabang-cabang yang lebih sempit
sasarannya. Melalui itu, masing-masing cabang ilmu tersebut membentuk aliran
pemikiran keilmuan baru yang berupa ranting-ranting keilmuan yang terus
dikembangkan secara khusus menunju spesialisasi ilmu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan hendaklah kita cari sampai kemana pun walau sampai ke negeri
cina dan tidak mengenalusia, baik ilmu dunia maupun akhirat yang sumber utamanya dari
wahyu dan akal. Dengan akal kita bisa berpikir untuk menyerap/ menerima ilmu
pengetahuan, karena ilmu pengetahuan merupakan segala fenomena alam yang dapat
dicapai oleh indra manusia.
Dalam Islam ilmu pengetahuan tersebut hendaklah di dasari dengan iman dan
taqwa karena seandainya dalam mencari ilmu pengetahuan tersebut tanpa didasari dengan
keimanan dan ketaqwaan, maka ilmu yang kita dapat tidak akan menghasilkan ilmu
pengetahuan yang memberikan kemaslahatan umat manusia dan alam semesta, bahkan
akan mengalami kehancuran oleh karena itu ilmu,amal dan iman menjadi satu kesatuan
dan saling berkaitan yang tak terpisahkan.
Materi filsafat tentang pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan pengetahuan ilmiah meliputi
berbagai konsep dan pemikiran yang berkaitan dengan sifat, cakupan ruang, dan metode
pengetahuan manusia. Berikut adalah beberapa konsep penting dalam filsafat tentang
pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan pengetahuan ilmiah:
1. Epistemologi: Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat, asal-
usul, dan batas-batas pengetahuan. Ini melibatkan pertanyaan tentang bagaimana
kita memperoleh pengetahuan, apakah pengetahuan itu obyektif atau subyektif,
dan apakah ada batasan dalam apa yang dapat kita ketahui.
2. Rasionalisme dan Empirisme: Rasionalisme dan empirisme adalah dua
pendekatan utama dalam memahami sumber pengetahuan. Rasionalisme
menekankan pentingnya akal budi dan pemikiran rasional dalam memperoleh
pengetahuan, sementara empirisme menekankan pentingnya pengalaman dan
observasi dalam memperoleh pengetahuan.
3. Metode Ilmiah: Metode ilmiah adalah pendekatan yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat
diandalkan. Ini melibatkan observasi, pengujian hipotesis, pengumpulan data,
dan penarikan kesimpulan berdasarkan bukti empiris.
4. Falsifikabilitas: Konsep falsifikabilitas yang dikemukakan oleh filsafat Karl
Popper, menekankan bahwa keilmuan harus dapat diuji dan dibuktikan salah.
Menurut Popper, teori yang tidak dapat diuji dan dibuktikan salah bukanlah
ilmiah.
5. Paradigma dan Revolusi Ilmiah: Thomas Kuhn, seorang filsuf sains,
mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan berkembang melalui perubahan
paradigma. Revolusi ilmiah terjadi ketika paradigma lama digantikan oleh
paradigma baru yang mengubah cara kita memahami dunia.
6. Objektivitas dan Subjektivitas: Pertanyaan tentang objektivitas dan subjektivitas
pengetahuan menjadi penting dalam filsafat. Apakah pengetahuan itu objektif
dan independen dari persepsi individu, atau apakah ia dipengaruhi oleh
pandangan dan interpretasi subjektif?
7. Kritik terhadap Ilmu Pengetahuan: Ada juga pemikiran kritis terhadap ilmu
pengetahuan, seperti postmodernisme, yang menantang klaim objektivitas dan
keabsahan pengetahuan ilmiah. Pemikiran ini menekankan bahwa pengetahuan
selalu terkait dengan perspektif sosial, budaya, dan politik

DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd.Rachman, 2005, Studi Islam Kontekstual Elaborasi Paradigma Baru
Muslim Kaffah, GamaMedia, Yokyakarta.
Baiquni.Ahmad.1997.Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, PT.Dana Bhakti Prima
Yasa.Yokyakarta.
Daud. Wan Mohd. NorWan. 1997. Konsep Pengetahuan DalamIslam. Pustaka Bandung.
Fatihudin, 2015, Sejarah Ringkas Al-qur’an Kandungan dan Keutamaannya, Yogyakarta,
Kiswatun Publishing.
Hardono Hadi, 1994, Epistemelogi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta ; Kanisius.
Soemargono, Soejono, 1993 Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta ; Nur Cahaya.
Surajiyo, 2005, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta ; Bumi Aksara.
Shihab. M. Quraish. 2004. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
Umat. Mizan.Bandung.
Suriasumantri. Jujun S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan
Tentang Hakekat Ilmu. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai