Anda di halaman 1dari 3

Bumi dan Covid-19

Pandemi Covid-19 menghipnotis semua. Terpaku, mematung, dan tak berdaya. Pandemi
datang perlahan namun tepat dan menyusup dengan pasti. Menyiksa hingga mengurai air mata.
Mata memerah, dunia seolah marah, mentari seolah tak merekah. Adakah yang bersedia
mendengar jeritan hati ini?. Banyak manusia hanya pasrah dan menyerah, atau menjadikan ini
sebagai kesempatan. Lockdown dan segala aturannya harus dipatuhi, inikah akhir dari
semuanya? Tidak!. Jangan lupa dengan hal kehilangan orang-orang yang dikasihi, siapa yang
siap untuk kehilangan?. Nyatanya Covid merenggut mereka.
Bumi Faza, Siswa SMA Negeri 47 Jakarta, duduk di bangku kelas XII-IPA. Dipaksa
untuk belajar dari rumah karena keadaan yang telah di ambil alih oleh Covid-19. Sekolahnya
terpaksa menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pandemi yang berawal dari Wuhan, China
itu sukses memberikan perubahan besar bagi Indonesia.
Sore itu pada tanggal 20 maret 2020, Bumi sama seperti yang lainnya, sedang rebahan
dan melakukan kegiatan. Tak ada yang tak setuju bahwa rebahan adalah kegiatan yang
menyenangkan. Pun Bumi demikian. Entah tugas atau hal lain apa yang sedang dikerjakan Bumi,
yang pasti dia sedang focus menggoreskan tinta pada lembaran buku yang sudah di isi oleh apa
yang ada di pikirannya. Tepat di samping bukunya, ada handphone yang juga setia menemani.
“Yes!” seru Bumi semangat setelah membaca pesan dari grup whatsapp sekolahnya.
Pemberitahuan kepada siswa/
i SMAN 47 Jakarta, bahwa
tidak ada Kegiatan Belajar dan
Mengajar di sekolah namun
tetap BELAJAR DI RUMAH
secara daring/Pembelajaran
Jarak Jauh selama pandemi
COVID-19 masih mewabah,
terima kasih.
6:12 PM
Notifikasi pesan yang berhasil menghasilkan euphoria bagi Bumi.
Apa yang lebih membahagiakan dari ini? Tidak ada untuk hari ini. Segera Bumi
menyimpan semua bukunya, dan ‘inilah waktunya untuk bersenang-senang’ pikir Bumi.
‘Selamat tinggal sekolah!’ ketik Bumi pada instastory-nya. Ini adalah kesempatan emas
Bumi untuk menantang semua level game online-nya.
Bulan maret hingga april terlewatkan begitu saja. Sepanjang hari yang dilakukan Bumi
hanyalah bermain game, dan tidur. Sepertinya bangun tidurnya hanya di dedikasikan untuk
bermain game. Apa itu belajar? Tidak! Bumi seakan melupakan segala kewajibannya. Hari-hari
terus berlalu dengan keadaan yang sama, Bumi dengan dunia game.

Deretan tanggal di kalender menjadi saksi bisu betapa betahnya manusia kini di rumah.
Lockdown katanya.
….
Drrtt…Drttt…
Dering telepon pagi ini berhasil membangunkan Bumi.
“Hah?! Pak Anton?” kejut Bumi langsung bergegas bangkit dari tempat tidur.
Ya, tanpa merapikan tempat tidur, ia membuka laptop lalu segera gabung di zoom
meeting. Hostspot diaktifkan. Dan segera bergabung dengan teman dan gurunya di google
classroom.
Karena buru-buru, Faza belum sempat mengganti baju sekolah. Guru menegurnya dan
Bumi lalu tersadar, kini ia menonaktifkan kamera lalu menggantikan seragamnya. Pembelajaran
beberapa saat tidak diikuti berhubung masih sibuk dengan seragamnya.
Setelah selesai, Bumi kembali ke laptop. Saat ini, waktunya mengerjakan latihan. Segera
di klik tautan sebelum mengisi identitas dan mengerjakan sejumlah soal.
Akibat dari bermain game hingga subuh, masih pukul 10.00 WIB Bumi sudah
mengantuk. Ia menunduk seolah mengerjakan tugas. Gerak-geriknya terbaca dan di sadari oleh
guru serta teman-temannya.
Lonceng jam tanda pukul 12.00 membangunkan Bumi dari tidur lelapnya. Bumi baru sadar
bahwa belum sempat submit google form karena mata kantuknya tak bisa di ajak kerja sama, dan Bumi
memilih untuk tidur daripada menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu.
Sepertinya Dewi Keberuntungan yang dipercayai oleh banyak orang itu tak berpihak pada Bumi.
Koneksi internet Bumi terputus, padahal masih banyak tugas dan tanggung jawab yang belum
terselesaikan. Matanya membelalak sempurna. Ia mencoba buka dompet. Niat mau isi kuota.
Sebuah tulisan singkat di kertas kuning cukup ampuh menyadarkannya.
Jangan boros
gak ada yang
Jajan,
emak bapak
lagi susah!
- Bumi bijaksana
Bumi stress dan kehilangan arah. Beberapa kali, ia menggaruk kepalanya. Untung saja otaknya
segera berputar mencari solusi.
Al, tolong bilangun guru, kuota gue abis.
Kali ini, ia menggunakan SMS. Sepertinya ia kian stress. Kini, keheningan menemaniya sembari
mengingat-ingat bagaimana ia menghabiskan hari-hari dan waktunya. Ia tenggelam dan larut dalam dunia
gawai. Melintas di pikirannya beberapa potong kisah dan caranya menghabiskan waktu. Tak jarang, ia
harus main game hingga subuh. Jadi, wajar saja jika pagi sudah mengantuk.
Teman-temannya sudah mendengar bahwa Bumi membutuhkan bantuan kuota. Mereka segera
berdiskusi dan setuju untuk patungan membeli kuota untuk Bumi.
Dari 1234
SELAMAT! Anda mendap
atkan kiriman kuota sebesar
5GB dari 0877-888-999
a.n. Alya
Kuota dapat langsung
dinikmati utk 7 hari.
Bumi bersyukur ada teman-temannya yang mau membantunya. Melihat perjuangan teman-
temannya untuk Bumi dan penyesalan yang terus berputar di kepalanya, Bumi bertekad untuk lebih giat
lagi belajar dan memperbaiki kesalahan yang telah Bumi lakukan sebelumnya.
….
Alarm pukul 05.00 WIB terdengar memenuhi seluruh sudut kamar Bumi. Bumi sudah bangun.
Semangatnya bukan hanya di kertas. Setelah bangun, ia membersihkan diri. Lalu, bergegas mengenakan
seragam.
Duduk di meja belajar sebelum google meet dimulai. Tak lupa ia mengambil ancang-ancang
sebentar sebelum melanjutkan aktivitasnya. Ditemani secangkir kopi favorit, kini ia bersiap untuk
tenggelam dalam google meet dan melanjutkan sesi demi sesi ketika belajar.

Memang benar, tidak mudah untuk mengalahkan rasa malas, namun jika kita terus berusaha,
yakinlah kita bisa melakukan dan mendapatkan yang terbaik. Semoga Bumi dapat menyadarkan kita yang
sedang memilih untuk asik dengan dunia sendiri dan melupakan seluruh tanggung jawab serta kewajiban
yang ada. Semangat!

Anda mungkin juga menyukai