Anda di halaman 1dari 52

KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN ISOLASI MANDIRI

PASIEN COVID-19

Disusun oleh:
Chaterine Hedsa B. Purba 190131035
Fakhri Amir 190131057
Nathasia Omega Parhusip 190131119
Rahmi Dwi Alfina 190131145
Soni Sapri Sembiring 190131163

Pembimbing:
dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2021
KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN ISOLASI MANDIRI
PASIEN COVID-19

Disusun oleh:
Chaterine Hedsa B. Purba 190131035
Fakhri Amir 190131057
Nathasia Omega Parhusip 190131119
Rahmi Dwi Alfina 190131145
Soni Sapri Sembiring 190131163

Pembimbing:
dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2021
KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN ISOLASI MANDIRI
PASIEN COVID-19
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”

Disusun oleh:
Chaterine Hedsa B. Purba 190131035
Fakhri Amir 190131057
Nathasia Omega Parhusip 190131119
Rahmi Dwi Alfina 190131145
Soni Sapri Sembiring 190131163

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN

KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN ISOLASI MANDIRI


PASIEN COVID-19

OLEH:
Chaterine Hedsa B. Purba 190131035
Fakhri Amir 190131057
Nathasia Omega Parhusip 190131119
Rahmi Dwi Alfina 190131145
Soni Sapri Sembiring 190131163

Medan, 09 Oktober 2021


Pembimbing

dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD


NIP. 197209011990032001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kesiapan Puskesmas dalam Penanganan Isolasi Mandiri Pasien Covid-19”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 09 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN ................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 4
2.1 PENGERTIAN PUSKESMAS ...................................................................... 4
2.2 TUGAS PUSKESMAS .................................................................................. 4
2.3 FUNGSI PUSKESMAS ................................................................................. 5
2.4 PERAN PUSKESMAS SELAMA MASA PANDEMI ................................. 8
2.5 ISOLASI MANDIRI .................................................................................... 16
2.5.1 Alur Pelaksanaan Isolasi ....................................................................... 16
2.5.2 Ketentuan Karantina dan Isolasi ........................................................... 17
2.6 PERAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN ISOLASI MANDIRI
PASIEN COVID-19 ................................................................................................ 21
2.7 KERANGKA TEORI ................................................................................... 23
2.8 KERANGKA KONSEP ............................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 24
3.1 RANCANGAN PENELITIAN .................................................................... 24

iii
3.2 LOKASI PENELITIAN ............................................................................... 24
3.3 WAKTU PENELITIAN ............................................................................... 24
3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ................................................ 24
3.4.1 Populasi Penelitian ................................................................................ 24
3.4.2 Sampel Penelitian .................................................................................. 24
3.5 METODE PENGUMPULAN DATA .......................................................... 25
3.6 METODE ANALISIS DATA ...................................................................... 25
3.7 DEFINISI OPERASIONAL......................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 27
4.1 HASIL ............................................................................................................... 27
4.2 PEMBAHASAN ............................................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 40

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pelayanan UKM di Puskesmas pada masa pandemi Covid-19………… 13


Gambar 2.2 Alur pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi untuk kasus
yang tidak dirawat di RS………………………………………………….…... 15
Gambar 2.3 Alur Koordinasi Pemantauan dan Pengelolaan Pasien Isolasi….. 18
Gambar 2.4 Formulir Pendataan Kontak………………………..…………………. 19
Gambar 2.5 Kerangka Teori……………….………………………………….. 21
Gambar 2.6 Kerangka Konsep………………………………………………….. 21

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Responden………………………………….………… 26


Tabel 4.2 Informasi Responden Tentang Covid 19 …………………………… 28
Tabel 4.3 Waktu Responden Terkonfirmasi Covid-19……............................... 28
Tabel 4.4 Formulir Pendataan Kontak………………………………………………. 19
Tabel 4.5 Kerangka Teori…………………………………………………….. 21
Tabel 4.6 Kerangka Konsep………………………………………………….. 21

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di awal tahun 2020, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat dengan
penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina kepada World
Health Organization (WHO) terdapat 44 pasien pneumonia berat di suatu wilayah
kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019 Cina.
Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan yang dekat dengan virus corona
penyebab Severe Acute Respiratory Syndroma (SARS) yang mewabah di Hongkong
pada tahun 20031. Hingga WHO menamakannya sebagai novel corona virus (nCoV-
19). Tidak lama kemudian mulai muncul laporan dari provinsi lain di Cina bahkan di
luar Cina. Pada akhir Januari 2020 WHO menetapkan status Global Emergency pada
kasua virus Corona ini dan pada 11 Februari 2020 WHO menamakannya sebagai
COVID-19.1,2,3
Penyebaran infeksi sangat cepat melalui kontak erat dengan orang yang memiliki
gejala seperti batuk dan bersin. Dengan mudah virus corona menyebar melalui
airborne zoonothic droplets. Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) adalah
membrane exopeptidase pada receptor yang digunakan virus cororna untuk masuk
kedalam tubuh manusia.4,5
Di Indonesia, kapasitas system Kesehatan berada di bawah kapasitas untuk
mengatasi pandemic covid-19. Upaya yang dilakukan oleh Fasilitas Layanan
Kesehatan dalam menghadapi covid-19 ini diantaranya, memperkuat system
Kesehatan agar menjamin rumah sakit memiliki kapabilitas yang baik dalam
menangani pasien, pemanfaatan system/platform telemedicine, penyiapan dana
darurat sector Kesehatan.6
Peran tenaga Kesehatan dalam masalah covid-19 yaitu melakukan koordinasi
lintas program di Puskesmas/Fasilitas Kesehatan dalam menentukan Langkah-

1
langkah mengahadapi covid-19, melakukan analisis data dan mengidentifikasi
kelompok sasaran berisiko yang memerlukan tindak lanjut, melakukan koordinasi
kader, RT/RE/Kepala Desa/Kelurahan dan tokoh masyarakat setempat, serta
melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas program lain kepada masyarakat
dengan pencegahan penyebaran covid-19 secara isolasi mandiri yang diawasi dengan
ketat oleh Fasyankes terdekat seperti Puskesmas.7,8
Isolasi mandiri yaitu upaya mencegah penyebaran COVID-19 dengan berdiam
diri di rumah sambal memantau kondisi diri seraya tetap menjaga jarak aman dari
orang sekitar atau keluarga. Orang yang perlu isolasi mandiri adalah siapapun yang
memiliki gejala sakit seperti, demam, batukl, atau pilek, nyeri tenggorokan, atau
gejala penyakit pernafasn lainnya.9
Kesiapan puskesmas dalam menjalani isolasi mandiri yaitu jika seseorang
terkena Covid-19 mekanismenya adalah akan melakukan isolasi mandiri, bekerja
sama dengan satgas setempat melalui RT/RW lalu dihubungkan ke Puskesmas,
Puskesmas akan menghubungi pasien melalui pesan digital atau telepon untuk
memastikan masuyarakat yang melakukan isoman dan akan dibantu oleh petugas dari
puskesmas untuk diberikan obat selama isolasi mandiri.10

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
“Kesiapan Puskesmas dalam Penanganan Isolasi Mandiri Covid-19”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui Kesiapan Puskesmas dalam Penanganan Isolasi Mandiri Covid-19.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Mengetahui gambaran karakteristik demografi responden yang meliputi jenis
kelamin, usia, tempat tinggal dan pekerjaan.

2
• Mengetahui kesiapan puskesmas dalam penanganan isolasi mandiri covid-19.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

• Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai


Kesiapan Puskesmas Dalam Penanganan Isolasi Mandiri Covid-19.
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan penelitian
selanjutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PUSKESMAS


Menurut peraturan kementerian kesehatan tahun 2019 Pusat kesehatan
masyarakat atau puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Selain itu, puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatau wilayah kerja.11,12

2.2 TUGAS PUSKESMAS


Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
(UPTD) kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi
pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat
(public goods). Dalam regulasi dan kebijakan tentang Puskesmas, ditetapkan bahwa
tugas pokok dan fungsi Puskesmas mencakup empat hal, yaitu sebagai pembina
kesehatan wilayah, menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat atau UKM,
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan atau UKP dan melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen Puskesmas.13,14

4
2.3 FUNGSI PUSKESMAS
Sejak awal dikembangkan (1968), tugas pokok Puskesmas adalah membina
kesehatan wilayah. Puskesmas adalah pembina kesehatan wilayah di wilayah
kerjanya (kecamatan dan atau kelurahan). Fungsi dan kewenangan ini adalah
perpanjangan dari fungsi dan kewenangan Dinas Kesehatan yang menjadi pembina
kesehatan wilayah kabupaten/kota. Sebagai unit pelaksana teknis. Atau UPT Dinas
Kesehatan, Puskesmas memegang otoritas Dinas Kesehatan/ Pemerintah Daerah
dalam melaksanakan urusan pemerintah di bidang kesehatan. Dengan demikian,
Puskesmas memiliki legitimasi, otoritas, dan mandat untuk melakukan pembinaan
kesehatan secara menyeluruh di wilayah kerjanya. Hal ini termasuk pemantauan
semua kegiatan ekonomi dan sosial yang berdampak langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan penduduk, identifikasi determinan masalah kesehatan,
menggerakkan peran serta masyarakat, serta mengoordinir dan membina semua
fasilitas kesehatan (termasuk fasilitas kesehatan swasta). Pelaksanaan fungsi
pembinaan kesehatan wilayah ini dilakukan bekerja sama dengan Camat dan
Lurah/Kepala Desa sebagai otoritas penyelenggara kepemerintahan di tingkat
kecamatan dan kelurahan/desa. Fungsi pembinaan kesehatan wilayah ini termasuk
membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti pelatihan dan
pembinaan kader kesehatan, pembinaan Posyandu, Posbindu, Poskestren, dan lain-
lain. Konsekuensi dari fungsi pembina kesehatan wilayah ini adalah perlunya
kepemimpinan Puskesmas yang memiliki wawasan kewilayahan dan memahami
seluk beluk mekanisme mesin birokrasi serta mesin pranata sosial.15,16
Tugas pokok dan fungsi kedua adalah melaksanakan upaya kesehatan masyarakat
(UKM), yang merupakan pelayanan dengan sasaran penduduk secara keseluruhan
beserta lingkungan kesehatannya. Pelayanan UKM umumnya dilakukan di luar
gedung, bekerja sama dengan aparat kecamatan dan desa, serta pranata sosial
masyarakat. Dalam narasi akademik, pelayanan UKM adalah pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan dengan menggerakkan mesin birokrasi dan mesin sosial. Jenis-

5
jenis UKM tersebut diatur dalam berbagai ketentuan yang titik beratnya adalah pada
pelayanan promotif dan preventif serta penyehatan sanitasi dan lingkungan. Kegiatan
UKM juga termasuk penyuluhan kesehatan secara massal, imunisasi dan
penimbangan di Posyandu, penyehatan sanitasi, pemberantasan vektor penyakit, serta
skrining kesehatan secara massal. Semua masalah atau gangguan kesehatan
memerlukan UKM, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular.15,16
Menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan (UKP) adalah tugas pokok dan
fungsi Puskesmas berikutnya. Pelayanan UKP atau sering juga disebut pelayanan
kuratif, sasarannya adalah perorangan dan atau rumah tangga. Orientasinya adalah
penyembuhan dan rehabilitasi seseorang yang jatuh sakit. Ada 8 jenis UKP yang
perlu diselenggarakan oleh Puskemas, yaitu: pelayanan pemeriksaan umum,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP,
pelayanan gawat darurat, pelayanan gizi yang bersifat UKP, pelayanan persalinan,
pelayanan rawat inap, pelayanan kefarmasian dan pelayanan laboratorium. Upaya
kesehatan perorangan diselenggarakan dengan menggerakkan mesin institusi fasilitas
kesehatan dengan sasaran perorangan dan keluarga. Upaya kesehatan perorangan
umumnya bersifat private goods (eksternalitasnya relatif rendah dan excludable),
sehingga pembiayaannya bisa dilakukan melalui mekanisme tarif dan asuransi.
Dalam UU 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional ditetapkan bahwa
pembiayaan UKP dilakukan melalui sistem asuransi, yaitu JKN dan/atau asuransi
kesehatan komersial. Dalam melaksanakan UKP, Puskesmas telah ditetapkan menjadi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau provider BPJS sebagai pengelola
JKN. Sebagai FKTP BPJS, Puskesmas diharapkan mampu menangani 144 jenis
diagnosis penyakit. Sehingga, dalam menyelenggarakan fungsi, Puskesmas
berwenang untuk:16
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

6
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
10. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu
11. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
12. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
13. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
14. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi
15. Melaksanakan rekam medis
16. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan
17. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan

7
18. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
19. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan

2.4 PERAN PUSKESMAS SELAMA MASA PANDEMI


Coronavirus disease 2019 (COVID19) didefinisikan sebagai penyakit yang
disebabkan oleh virus corona baru yang disebut sindrom pernafasan akut parah
coronavirus 2 (SARS-CoV-2; sebelumnya disebut 2019-nCoV), yang pertama kali
diidentifikasi di tengah merebaknya kasus penyakit pernapasan di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Tiongkok. Awalnya dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada 31 Desember 2019. Pada 30 Januari 2020, WHO menyatakan wabah
COVID-19 sebagai darurat kesehatan global.
Sebagian besar pasien simtomatik umumnya datang dengan demam, batuk, dan
sesak napas dan lebih jarang dengan sakit tenggorokan, anosmia, dysgeusia,
anoreksia, mual, malaise, mialgia, dan diare. Stokes dkk. melaporkan bahwa di antara
373.883 kasus COVID-19 bergejala yang dikonfirmasi di AS, 70% di antaranya
mengalami demam, batuk, sesak napas, 36% melaporkan mialgia, dan 34%
melaporkan sakit kepala.
Peran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada pandemi Covid-19
sangat penting khususnya Puskesmas dalam melakukan prevensi, deteksi dan respon
di dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19. Hal ini merupakan bagian yang
harus dilakukan agar dapat mengendalikan jumlah kasus. Puskesmas harus mampu
mengelola, memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien
dalam memutus mata rantai penularan, baik di level individu, keluarga dan
masyarakat
Dalam rangka mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal, maka
berbagai upaya harus dilaksanakan, salah satu di antaranya ialah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan pada

8
pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas. Seperti yang ditulis oleh Hamid
(2020) terdapat perubahan pada tata cara dan jam operasional pelayanan Puskesmas
di Kota Dumai, Riau, dimana warga yang akan berobat diarahkan menunggu diluar
gedung dengan pemberlakuan physical distancing serta jam pelayanan bertambah
sampai malam hari pada Puskesmas yang tidak melayani pasien rawat inap. Dewi
(2020) juga menyebutkan bahwa hal tersebut juga tejadi di Puskesmas Tawangrejo,
Jawa Timur, yang mengalami perubahan pada mekanisme pelayanan dan antrian
terhadap pasien yang datang ke fasilitas kesehatan (faskes) yaitu sejak pasien datang
hingga mendapat penanganan tim medis Puskesmas.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020:
Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid -19
terdapat:
a. Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan layanan pada masa pandemi COVID-19
bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan sumber lainnya yang sah serta
penggunaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan COVID-19 terbagi menjadi laporan notifikasi
kasus, laporan pengiriman dan pemeriksaan spesimen, laporan penyelidikan
epidemiologi, pelacakan dan pemantauan kontak, dan laporan harian agregat
Pencatatan dan pelaporan kasus COVID 19 dilaksanakan terkomputerisasi
dengan cara online berbasis aplikasi. Beberapa wilayah yang tidak bisa
melaporkan secara online, pengiriman pelaporan dilakukan secara offline
menggunakan formulir-formulir terlampir melalui mekanisme yang
disepakati.
Aplikasi online yang sudah disiapkan sebagai sistem pencatatan dan
pelaporan COVID-19 adalah: All Record TC-19

9
(https://allrecordtc19.kemkes.go.id), dan Sistem Online Pelaporan Harian
COVID-19 (https://s.id/laporhariancovid).
• Laporan Pemantauan Kontak Erat:
Puskesmas, KKP (area kekarantinaan kesehatan), fasilitas khusus
karantina, dan rumah yang melaksanakan isolasi atau karantina
mandiri juga harus melakukan pelaporan pemantauan kontak erat.
Pemantauan kontak erat di rumah menjadi tanggung jawab petugas
kesehatan di Puskesmas setempat. Setiap kontak erat yang
dipantau setiap hari wajib diperiksa suhu tubuhnya dan gejala yang
mungkin dikeluhkan. Hasil pemantauan harian dituliskan di dalam
formulir yang disediakan, kemudian dilaporkan secara harian
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk selanjutnya
dilakukan rekap ke dalam Laporan Harian Agregat.
• Laporan Harian Agregat:
Pelaporan Harian adalah kasus-kasus baru pada tanggal pelaporan,
antara lain:
1) Data Kasus Suspek, meliputi: jumlah suspek, jumlah probable,
jumlah suspek discarded, dan jumlah kasus yang diambil spesimen
untuk RTPCR (termasuk Tes Cepat Molekuler/TCM yang
digunakan untuk pemeriksaan TB dan mesin PCR Program HIV
AIDS dan PIMS yang digunakan untuk memeriksa Viral Load
HIV).
2) Data Kasus Konfirmasi, meliputi: jumlah konfirmasi harian,
jumlah konfirmasi bergejala/tanpa gejala, konfirmasi berdasarkan
risiko (perjalanan (importasi), kontak erat, dan tanpa riwayat
perjalanan/kontak erat), dan jumlah selesai isolasi.
3) Data Pemantauan Kontak Erat, meliputi: jumlah kasus
konfirmasi yang dilakukan pelacakan kontak erat, jumlah kontak

10
erat, jumlah kontak erat yang menjadi suspek, jumlah kontak erat
yang menjadi konfirmasi, jumlah kontak erat discarded, jumlah
kontak erat yang sedang dipantau dan jumlah kontak erat yang
mangkir dari pemantauan.
4) Data Kasus Meninggal, meliputi: kasus konfirmasi yang
meninggal, dan kasus meninggal probable COVID-19.
5) Data Suspek/Probable/Konfirmasi yang sedang dilakukan
perawatan di RS Rujukan/RS Lain, RS Darurat, dan Isolasi
mandiri (di bawah pemantauan Puskesmas dan fasilitas lainnya).
c. Manajemen Sumber Daya
- Kepala Puskesmas dapat meninjau ulang pembagian tugas SDM/petugas
Puskesmas antara lain mempertimbangkan resiko tertular COVID-19 seperti
keberadaan penyakit komorbid, usia petugas dan lain sebagainya.
- Puskesmas diharapkan melakukan peningkatan kapasitas internal misalnya
terkait situasi pandemi termasuk cara penularan COVID-19, tentang
perubahan alur pelayanan, physical distancing, Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) bagi seluruh staf Puskesmas, serta alih keterampilan cara rapid
test serta pengambilan sampel swab Nasofaring bagi tenaga kesehatan.
- Melakukan monitoring atau audit internal untuk menilai kesesuaian atau
ketaatan pelaksanaan prinsip PPI, termasuk penggunaan APD.
- Jika terdapat petugas yang terkontak, menjadi OTG, ODP, PDP atau kasus
konfirmasi COVID-19, kepala Puskesmas segera berkoordinasi dengan dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota untuk mengambil langkah-langkah antisipasi
agar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas tersebut tetap mendapatkan
pelayanan kesehatan.
d. Promosi Kesehatan
Ruang lingkup Peran Promosi Kesehatan di Puskesmas dalam
penanggulangan COVID-19 adalah:

11
• Melakukan kemitraan untuk mendapat dukungan dan menjalin
kerjasama kegiatan Puskesmas dalam pencegahan COVID-19 di
wilayah kerja Puskesmas. Sasaran kemitraan diantaranya gugus tugas
tingkat RW atau Relawan Desa, Ormas, TP PKK, swasta, SBH, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan mitra potensial lainnya. Puskemas perlu
melakukan identifikasi status psikologis diri atau kondisi masyarakat
di wilayah kerjanya dalam menghadapi kondisi pandemi ini.
• Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) dengan lintas
sektor, Ormas serta mitra potensial lainnya dalam optimalisasi
kegiatan penanggulangan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas,
termasuk sinkronisasi data terkait dengan kelompok/individu berisiko
antara data Puskesmas (PISPK dan pelayanan perorangan) dan data
dari gugus tugas tingkat RW dan/atau Relawan Desa.
• Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan untuk mendapatkan
dukungan terhadap optimalisasi kegiatan pencegahan COVID-19 di
wilayah kerja Puskesmas.
• Meningkatkan literasi serta kapasitas kader, toma, toga, dan kelompok
peduli kesehatan agar mendukung upaya penggerakan dan
pemberdayaan keluarga dalam pencegahan COVID-19 di wilayah
kerja Puskesmas.
• Melakukan pengorganisasian dan memobilisasi potensi/sumber daya
masyarakat
• Membuat media promosi kesehatan lokal spesifik dengan berdasarkan
kepada protokol-protokol yang ada seperti cara pencegahan di level
individu, keluarga dan masyarakat, kelompok rentan dan apa yang
harus dilakukannya.
• Melakukan KIE bersama kader, tokoh masyarakat, tokoh agama,
ormas, kelompok peduli kesehatan, UKBM serta mitra potensial

12
lainnya guna meningkatkan literasi dan memberdayakan
kelompok/individu/anggota keluarga agar mau melakukan PHBS
pencegahan COVID-19.
• Melakukan tata kelola manajemen kegiatan promosi kesehatan dalam
pencegahan COVID-19
e. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Fokus Puskesmas adalah pada prevensi, deteksi, dan respon terhadap
kasus COVID-19 tanpa mengesampingkan kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit lainnya.
Upaya pencegahan penularan saat melakukan pencatatan warga dan
pemantauan harian
a. Pastikan menggunakan masker (pewawancara dan yang diwawancarai)
b. Jaga jarak minimal 1 meter (physical distancing)
c. Wawancara sebaiknya dilakukan di luar ruangan/di ruang terbuka d. Cuci
tangan sebelum dan sesudah wawancara menggunakan air dan sabun atau
cairan berbasis alkohol.
e. Jika tidak memungkinkan, maka wawancara dilakukan melalui telpon/video
call
- Pemantauan harian dilakukan kepada warga yang melakukan
karantina/isolasi. Pemantauan dilakukan setiap hari dapat dengan
menggunakan telepon/SMS/Whatsapp. Hal yang perlu dipantau:
a. Munculnya gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
sesak nafas dan lainnya.
b. Keluhan-keluhan lain seperti kebutuhan dukungan kesehatan jiwa
dan psikososial dan sebagainya.
Karantina/isolasi dapat dilakukan dengan mandiri (di rumah
masingmasing) atau di tempat yang telah ditentukan oleh pemerintah

13
daerah/gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 dengan tetap
berkoordinasi dengan petugas puskesmas di wilayah.
(*pemantauan selain melalui media komunikasi juga bisa dilakukan dengan
mendatangi rumah akan tetapi tetap di luar rumah kemudian meminta orang
yang dikarantina untuk menunjukkan diri dan melaporkan bahwa mereka baik
atau ada gejala. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa karantina
memang benar-benar dilakukan)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes
1. Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko COVID-19 di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Untuk meminimalkan risiko terjadinya pajanan virus
SARS-CoV-2 kepada petugas kesehatan dan non kesehatan, pasien dan
pengunjung di fasilitas pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip
pencegahan dan pengendalian risiko penularan sebagai berikut:
a. Menerapkan kewaspadaan isolasi untuk semua pasien
b. Menerapkan pengendalian administrasi
c. Melakukan pendidikan dan pelatihan
2. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Strategi PPI untuk mencegah atau memutuskan rantai penularan
infeksi COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan
penerapan prinsip pencegahan dan pengendalian risiko penularan COVID-19.
Puskesmas harus mempertimbangkan penunjukan sementara tenaga
tambahan surveilans khusus untuk menangani pandemi COVID 19 dan
bekerja sama dengan jejaringnya seperti klinik pratama dan tempat praktik
mandiri dokter.
1) Prevensi
a. Melakukan komunikasi risiko termasuk penyebarluasan media KIE
COVID-19 kepada masyarakat.
b. Pemantauan ke tempat-tempat umum bersama lintas sektor dan tokoh
masyarakat.

14
2) Deteksi
a. Surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan pneumonia melalui Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
b. Surveilans aktif/pemantauan terhadap pelaku perjalanan dari wilayah/
negara terjangkit.
c. Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan pemangku
kewenangan, lintas sektor dan tokoh masyarakat.
d. Surveilans contact tracing pada orang dekat kasus, PDP dan pelaku
perjalanan serta kontaknya.
3) Respon
a. Tatalaksana klinis sesuai kondisi pasien
b. Melakukan rujukan ke RS sesuai indikasi medis
c. Memperhatikan prinsip PPI
d. Notifikasi kasus 1x24 jam secara berjenjang
e. Melakukan penyelidikan epidemiologi berkoordinasi dengan dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota
f. Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari masyarakat dan petugas
kesehatan
g. Melakukan pemantauan Kesehatan PDP ringan, ODP dan OTG
menggunakan formulir sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19) pada revisi 4/terakhir
h. Mencatat dan melaporkan hasil pemantauan secara rutin
i. Edukasi pasien untuk isolasi diri di rumah
j. Melakukan komunikasi risiko kepada keluarga dan masyarakat
k. Pengambilan spesimen dan berkooordinasi dengan dinas kesehatan
setempat terkait pengiriman specimen

15
2.5 ISOLASI MANDIRI
Protokol isolasi mandiri dikeluarkan pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi
penularan Covid-19. Pasalnya, virus ini mudah sekali menyebar dan dapat
menyebabkan gejala yang berat dan berakibat fatal. Isolasi adalah upaya memisahkan
seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan COVID-19 atau seseorang
terkonfirmasi COVID19, dari orang yang sehat yang bertujuan untuk mengurangi
risiko penularan.17
2.5.1 Alur Pelaksanaan Isolasi
Proses pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi yang saling terkait satu
dengan yang lain digambarkan dalam alur pemeriksaan, pelacakan, karantina dan
isolasi.
Rerata masa inkubasi COVID-19 (waktu sejak seseorang tertular sampai
munculnya gejala) adalah 5-6 hari walaupun pada sedikit kasus dapat mencapai 14
hari. Seseorang yang tertular dapat menjadi sumber penularan mulai sekitar 2 hari
sebelum orang tersebut menunjukkan gejala. Masa inkubasi COVID-19 menjadi
dasar pertimbangan strategi pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi. Strategi
ini juga dapat dipertajam menggunakan informasi hasil pemeriksaan laboratorium.
Dengan meningkatnya kapasitas pemeriksaan (baik NAAT maupun RDT-Ag),
hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk memperpendek masa karantina dan isolasi.
Dengan demikian, diharapkan partisipasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan
serta menaati protokol karantina dan isolasi meningkat.
Setelah diidentifikasi, kontak erat (baik yang bergejala maupun tidak) wajib
diperiksa NAAT/RDT-Ag. Pada kontak erat yang asimtomatik/ bergejala ringan,
dilakukan entry test saat memasuki karantina pada hari pertama yang dilanjutkan
dengan exit test pada hari kelima. Jika hasilnya tetap negatif dan selama karantina
tidak muncul gejala, maka karantina dinyatakan selesai.
Kontak erat tetap diwajibkan melapor jika muncul gejala atau gejala lebih parah
sampai 14 hari terhitung sejak tanggal dimulai karantina.18

16
Gambar 2.2. Alur pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi untuk kasus yang
tidak dirawat di RS
2.5.2 Ketentuan Karantina dan Isolasi
2.1 Lama Karantina dan Isolasi
a. Karantina
Karantina dilakukan sejak seseorang diidentifikasi sebagai kontak
erat atau memenuhi kriteria kasus suspek yang tidak memerlukan
perawatan Rumah Sakit. Karantina harus dimulai segera setelah
seseorang diinformasikan tentang statusnya sebagai seorang kontak
erat, idealnya dalam waktu tidak lebih dari 24 jam sejak seseorang

17
diidentifikasi sebagai kontak erat dan dalam waktu tidak lebih dari 48
jam sejak kasus indeks terkonfirmasi.
Seseorang dinyatakan selesai karantina apabila exit test pada hari
kelima memberikan hasil negatif.
Jika exit test positif, maka orang tersebut dinyatakan sebagai kasus
terkonfirmasi COVID-19 dan harus menjalani isolasi. Jika exit test
tidak dilakukan maka karantina harus dilakukan selama 14 hari. Jika
tidak dapat dilakukan pemeriksaan NAAT dan RDTAg karena tidak
tersedianya sumber daya yang memadai maka karantina harus
dilakukan selama 14 hari.18
b. Isolasi
Isolasi dilakukan sejak seseorang suspek mendapatkan perawatan
di Rumah Sakit atau seseorang dinyatakan terkonfirmasi COVID-19,
paling lama dalam 24 jam sejak kasus terkonfirmasi.
Kriteria selesai isolasi dan sembuh pada kasus terkonfirmasi
COVID-19 menggunakan gejala sebagai patokan utama:
1. Pada kasus terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik),
isolasi dilakukan selama sekurang-kurangnya 10 hari sejak
pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.
2. Pada kasus terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan
selama 10 hari sejak muncul gejala ditambah dengan sekurang-
kurangnya 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
Sehingga, untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 hari
atau kurang harus menjalani isolasi selama 13 hari.
Puskesmas yang memantau individu yang menjalani karantina atau
isolasi dan RS yang merawat pasien COVID-19 memiliki kewenangan
untuk menerbitkan surat pernyataan bahwa seseorang wajib memulai
atau telah menyelesaikan karantina atau isolasi, yang menyatakan

18
seseorang dapat absen dari pekerjaan atau sudah dapat kembali
bekerja.
2.2 Tempat Karantina dan Isolasi Mandiri
Karantina dan isolasi mandiri, dapat dilakukan di rumah masingmasing
jika syarat klinis DAN syarat rumah sebagai berikut dapat dipenuhi:
Syarat klinis:
1) Usia <45 tahun; DAN
2) Tidak memiliki komorbid; DAN
3) Tanpa gejala/bergejala ringan;
Syarat rumah:
1) Dapat tinggal di kamar terpisah; DAN
2) Ada kamar mandi di dalam rumah.
Jika tidak memenuhi syarat rumah, maka kontak erat/kasus suspek yang
tidak memerlukan perawatan Rumah Sakit dapat menjalani karantina di
shelter karantina desa/kelurahan. Jika semua orang yang tinggal serumah
merupakan kontak erat dari kasus terkonfirmasi COVID-19 maka kontak erat
dapat melakukan karantina di rumah selama memenuhi syarat klinis dan
syarat rumah.
Jika tidak memenuhi syarat rumah, maka kasus terkonfirmasi COVID-19
dapat menjalani isolasi di shelter isolasi desa/kelurahan. Jika semua orang
yang tinggal serumah terkonfirmasi COVID-19 maka pasien dapat melakukan
isolasi di rumah selama memenuhi syarat klinis dan syarat rumah.9
2.3 Alur Koordinasi Perawatan
Apabila selama masa isolasi seseorang mengalami perburukan gejala,
maka petugas puskesmas wajib merujuk pasien ke RS terdekat (rujuk).
Sebaliknya, petugas RS wajib merujuk pasien ke puskesmas setempat (rujuk
balik) dan memastikan:

19
a. Pasien mendapatkan perawatan isolasi sesuai syarat yang berlaku
apabila pasien terkonfirmasi COVID-19 yang tidak bergejala/gejala ringan
datang ke RS/didiagnosis COVID-19 di RS
b. Pasien menerima pemantauan selama 7 hari pasca menjalani
perawatan di RS.
Dinas kesehatan wajib mengkoordinasikan proses rujukan antara RS dan
puskesmas.19

Gambar 2.3 Alur Koordinasi Pemantauan dan Pengelolaan Pasien Isolasi

2.4 Pemantauan selama Karantina, Isolasi, dan Pasca Perawatan


Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi mandiri
akan dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi
Puskesmas. Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus
dirujuk ke rumah sakit. Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan
isolasi terpusat dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan
Puskemas setempat.
Selama proses pemantauan disarankan dilakukan pemeriksaan tandatanda
vital yang mencakup tekanan darah, suhu, laju nadi, laju pernapasan, dan

20
saturasi oksigen. Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara
daring.
Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina dan isolasi
mandiri maupun terpusat serta perawatan RS wajib dicatat di formulir
pemantauan harian karantina dan isolasi pada aplikasi digital Silacak.11

2.6 PERAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN ISOLASI MANDIRI


PASIEN COVID-19
Peran Puskesmas pada pasien Covid 19 dengan Isolasi Mandiri
PETUGAS PUSKESMAS:
i. Pendataan kontak erat menggunakan formulir (terlampir)

Gambar 2.4 Formulir Pendataan Kontak


ii. Pemantauan kondisi warga melalui telepon atau kunjungan
berkala (harian)
iii. Berkoordinasi dan bekerja sama dengan Ketua RT/RW/Kepala
Desa untuk memantau perkembangan kondisi warga. Adapun
peran Ketua RT/RW/Kepala Desa dalam penanganan isolasi
mandiri adalah:

21
• Mengupayakan sumberdaya untuk mendukung warga yang
melakukan isolasi mandiri/ karantina rumah
• Menunjuk relawan desa lawan COVID-19 yang berasal dari
perwakilan warga/kader untuk menyiapkan makanan dan
kebutuhan personal hygiene untuk warga yang melakukan
isolasi mandiri/karantina rumah
• Menunjuk perwakilan masyarakat untuk membantu
mendistribusikan makanan dan logistik lain yang telah
disiapkan
• Berkoordinasi dengan Puskesmas terkait kondisi warga yang
dipantau
• Mengingatkan warga yang melakukan isolasi untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan seperti mengukur suhu tubuh dan
gejala lain serta pemeriksaan lanjutan
• Memantau mobilitas penduduk yang masuk wilayahnya
iv. Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin harian kepada
Dinkes Kab/Kota

22
2.7 KERANGKA TEORI

COVID-19

Puskesmas

Individu/Masyarakat

Tugas dan Fungsi


Puskesmas

Pelayanan
Puskesmas Isolasi Mandiri

Gambar 2.5 Kerangka Teori

2.8 KERANGKA KONSEP

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN


Jenis penilitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kesiapan puskesmas dalam
menangani Covid-19. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
menggunakan kuesioner penelitian.

3.2 LOKASI PENELITIAN


Penelitian dilakukan pada masyarakat yang berdomisili di seluruh kabupaten/
kota di seluruh provinsi di Indonesia. Responden akan diberikan link google form
untuk mengisi kuesioner yang diberi oleh peneliti.

3.3 WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober sampai dengan 26 Oktober
2021.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang bersedia mengisi
kuesioner dengan lengkap.
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah denegan consecutive
sampling.
a. Kriteria inklusi

24
1. Pernah menderita Covid-19
2. Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner dengan lengkap
b. Kriteria eksklusi
1. Masyarakat yang tidak bersedia mengisi kuesioner
2. Responden yang mengisi data kuesioner dengan tidak lengkap

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung
dari responden. Responden akan diberikan kuesioner penelitian berupa link Google
Form yang disebarkan secara daring (online).

3.6 METODE ANALISIS DATA


Data yang dikumpulkan lewat kuesioner akan diolah dengan menggunakan
aplikasi SPSS. Data dianalisis dalam bentuk deskriptif untuk mengetahui respon
masyarakat terhadap kesiapan puskesmas dalam menangani Covid-19.

3.7 DEFINISI OPERASIONAL


Variabel Definisi Cara dan Hasil Ukur Skala
Alat Ukur Ukur
Tindakan Memberikan Kuesioner 1. Ya Ordinal
puskesmas pendapat tentang 2. Tidak
tindakan
puskesmas dalam
menangani pasien
isolasi mandiri
selama pandemi
Covid-19
Kepuasan Memberikan Kuesioner 1. Sangat Ordinal
Masyarakat pendapat tentang Puas

25
kepuasan 2. Puas
masyarakat 3. Tidak
terhadap Puas
puskesmas dalam 4. Sangat
menangani pasien Tidak
isolasi mandiri Puas
selama pandemi
Covid-19

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil penelitian ini berkaitan dengan distribusi karakteristik responden penelitian,
informasi responden tentang Covid-19, ditampilkan secara berurutan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik N %
Jenis kelamin
Laki-laki 132 41,4
Perempuan 187 58,6
Usia
25-35 tahun ( dewasa muda) 144 45,1
36-45 tahun (dewasa akhir) 63 19,7
46-55 (lansia awal) 88 27,6
56-65 (lansia akhir) 22 6,9
>65 (manula) 2 0,6
Asal kota
Sumatera 196 78,4
Jawa 42 16,8
Kalimantan 5 2,0
Sulawesi 3 1,2
Bali 1 4
Lombok 2 8
Papua 1 4
Pekerjaan
Wiraswasta 63 19,7
Pegawai swasta 53 16,6
Pns 116 36,4
Tenaga kesehatan 29 9,1

27
Tidak bekerja 15 4,7
Ibu rumah tangga 18 5,6
TNI/polri 14 4,4
Guru/dosen 11 3,4

Pada tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin


perempuan , sebanyak 187 (58,6%) responden, dengan usia responden terbanyak 25-
35 tahun. Sebanyak 144 ( 45,1%) . Domisili terbanyak berada di Sumatera sebanyak
196 (78,4%) responden. Untuk Pekerjaan, responden terbanyak merupakan responden
dengan pekerjaan PNS sebanyak 116 (36,4%).

Tabel 4.2 Informasi responden tentang COVID-19


Karakteristik N %
Pernah terkonfirmasi
COVID-19
Pernah 250 78,4
Tidak 69 21,6

Pada tabel 4.2 menunjukkan responden mayoritas responden sudah pernah


terkena COVID-19 yaitu berjumlah 250 (78,4%) responden, sedangkan yang tidak
pernah terkena COVID-19 berjumlah 69 (21,6%).

Tabel 4.3 Waktu Responden Terkonfirmasi Covid-19


Pertanyaan 01. Kapan Anda terkonfirmasi Covid-19?
Waktu n %
Maret-Juni 2020 7 2,8
Juli-Desember 2020 39 15,6
Januari-Mei 2021 89 35,6
Juni-Oktober 2021 115 46

Pada tabel 4.3 menunjukkan mayoritas responden terhadap pertanyaan kapan


anda terkonfirmasi covid-19 yaitu Juni-Oktober 2021 berjumlah 115 (46%)
responden , terdapat 89 (35,6%) responden pada Januari-Mei 2021 berjumlah
39(15,6%) responden pada Juli-Desember 2020, diikuti 7 (2,8%) responden pada
Maret-Juni 2020.

28
Tabel 4.4 Jumlah Anggota Keluarga di Rumah
Pertanyaan 02. Berapa jumlah anggota keluarga Anda di rumah?
Jumlah n %
0-4 orang 199 79,6
> 4 orang 51 20,4

Pada tabel 4.4 menunjukkan mayoritas responden terhadap pertanyaan berapa


jumlah anggota keluarga anda di rumah berjumlah 199 (79,6%) responden memiliki
0-4 anggota keluarga, dan (20,4%) responden memiliki lebih dari 4 anggota keluarga
dirumah.

Tabel 4.5 Jumlah Anggota Keluarga yang Pernah Isoman


Pertanyaan 03. Berapa jumlah anggota keluarga Anda yang pernah isoman?
Jumlah n %
0-4 orang 233 93,2
> 4 orang 17 6,8

Pada pertanyaan berapa jumlah anggota keluarga anda yang pernah isoman tabee
menunjukkan menunjukkan 62 (27,1%) responden tidak memiliki anggota keluarga
yang pernah isoman, 48 (21,0%) responden memiliki 1 anggota keluarga yang pernah
isoman, dan 45 (19,7%) responden memiliki 3 anggota keluarga yang pernah isoman.

Tabel 4.6 Kesiapan Puskesmas dalam Penanganan Isolasi Mandiri Pasien


Covid-19
No Pertanyaan Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
04 Apakah petugas 151 60,4 99 39,6 250 100
puskesmas menghubungi
Anda dalam (maksimal) 48
jam setelah terkonfirmasi
Covid-19?
05 Apakah puskesmas pernah 157 62,8 93 37,2 250 100
menghubungi keluarga
yang memiliki kontak erat
dengan Anda untuk datang
melakukan tes PCR?
06 Apakah puskesmas 115 46,0 135 54,0 250 100
melakukan pemantauan
langsung berupa kunjungan
rumah?
Jika Ya, apakah petugas 110 95,7 5 4,3 115 100
kesehatan menggunakan
APD : Masker , Baju

29
pelindung
Jika Ya, apa yg 99 86,1 16 13,9 115 100
dilakukan oleh petugas :
Melakukan pemeriksaan
kesehatan (tensi,
temperature atau
menanyakan gejala)
Jika iya, apakah petugas 94 81,7 21 18,3 115 100
Puskesmas datang bersama
Tim Gerak Cepat setempat
(Kepling/ketua RT/RW,dll)
Jika Ya, apakah petugas 108 93,9 7 6,1 115 100
kesehatan melakukan
interview menanyakan
riwayat kontak dan kontak
erat)
Jika Ya, apakah petugas 105 91,3 10 8,7 115 100
kesehatan melakukan
edukasi (perihal menjaga
kesehatan selama masa
isoman)
Jika Ya, apakah petugas 101 87,8 14 12,2 115 100
kesehatan melakukan
edukasi (perihal penyakit
Covid-19 dan bahaya
penularannya)
Jika Ya,apakah petugas 92 80,0 23 20,0 115 100
kesehatan membawa
bantuan berupa obat-
obatan?
Jika Ya,apakah petugas 91 79,1 24 20,9 115 100
kesehatan membawa
bantuan berupa vitamin?
Jika Ya,apakah petugas 36 31,3 79 68,7 115 100
kesehatan membawa
bantuan berupa sembako?
Jika Ya,apakah puskesmas 70 60,9 45 39,1 115 100
melakukan pemantauan
berkala via video
call/telepon?
Jika iya, berapa kali dalam
masa Anda melaksanakan
isoman ?
1 kali 7 10,4
2 kali 36 53,7
≥ 3 kali 24 35,8

30
Jika Ya,apakah puskesmas 90 78,3 25 21,7 115 100
menyatakan akan
memfasilitasi rujukan ke
RS dengan baik jika Anda
membutuhkan ?
Jika Ya, apakah petugas 101 87,8 14 12,2 115 100
memberi informasi kontak
(nama dan nomor kontak
petugas) untuk keperluan
Anda bertanya semasa
isoman ?

Jika Ya,Apakah Anda puas dengan pelayanan Jumlah


puskesmas?
n % n %
Sangat Puas 11 9,6 115 100
Puas 81 70,4
Tidak Puas 20 17,4
Sangat Tidak Puas 3 2,6

Pada tabel 4.6 Mayoritas responden 151 (60,4%) menjawab pernah dihubungi
dalam (maksimal) 48 jam setelah terkonfirmasi Covid-19, sebanyak 157(62,8%)
responden puskesmas pernah menghubungi keluarga yang memiliki kontak erat untuk
datang melakukan tes PCR.
Untuk pertanyaan apakah puskesmas melakukan pemantauan langsung berupa
kunjungan rumah mayoritas responden 114(45,6%) menjawab pernah, dari petugas
kesehatan yang melakukan kunjungan rumah mayoritas (95,7%) responden
menjawab petugas kesehatan menggunakan APD : masker , baju pelindung, dan
mayoritas 99 (86,1%) responden menjawab petugas puskesmas melakukan
pemeriksaan kesehatan (tensi, temperature atau menanyakan gejala),diikuti sejumlah
94 (81,7%) responden menjawab petugas Puskesmas datang bersama Tim Gerak
Cepat setempat (Kepling/ketua RT/RW,dll).
Untuk pertanyaan apakah petugas kesehatan melakukan interview menanyakan
riwayat kontak dan kontak erat mayoritas responden sejumlah 108(93,9%) menjawab
pernah. Selanjutnya pertanyaan tentang apakah petugas kesehatan melakukan edukasi

31
(perihal menjaga kesehatan selama masa isoman) mayoritas responden 105 (91,3%)
menjawab pernah.
Untuk pertanyaan apakah petugas kesehatan melakukan edukasi (perihal penyakit
Covid-19 dan bahaya penularannya) mayoritas responden 101 (87,8%) menjawab
pernah. Mayoritas responden 92 (80,0%) menjawab petugas kesehatan membawa
bantuan berupa obat-obatan. Mayoritas responden 91 (79,1%) menjawab ya untuk
pertanyaan apakah petugas kesehatan membawa bantuan berupa vitamin. Sejumlah
79 (68,7%) petugas kesehatan tidak membawa bantuan berupa sembako.
Sejumlah 70 (60,9%) responden menjawab puskesmas melakukan
pemantauan berkala via video call/telepon dengan 7(10,4%) sebanyak 1 kali,
36(53,7%) sebanyak 2 kali dan, 24 (35,8%) lebih dari atau sama dengan 3 kali.
Mayoritas responden 90 (78,3%) menjawab puskesmas menyatakan akan
memfasilitasi rujukan ke RS dengan baik jika membutuhkan, dan sejumlah 101
(87,8%) responden menjawab petugas memberi informasi kontak (nama dan nomor
kontak petugas) untuk keperluan bertanya semasa isoman.
Pada tabel menunjukkan mayoritas dari responden merasa puas dengan
pelayanan puskesmas yaitu sebanyak 81 orang (70,4%), di mana dijumpai 11 (9,6%)
dari responden merasa sangat puas dengan pelayanan puskesmas. 20 (17,4%)
responden merasa tidak puas dengan pelayanan puskesmas dan 3 (2,6%) responden
merasa sangat tidak puas.
Tabel 4.7 Kesiapan Puskesmas dalam Penanganan Isolasi Mandiri Pasien
Covid-19

07 Apakah petugas kesehatan 164 65,6 86 34,4 250 100


melakukan interview
menanyakan riwayat
kontak dan kontak erat)
08 Apakah petugas kesehatan 162 64,8 88 35,2 250 100
melakukan edukasi (perihal
menjaga kesehatan selama
masa isoman)
09 Apakah petugas kesehatan 155 62 95 38 250 100
melakukan edukasi (perihal

32
penyakit Covid-19 dan
bahaya penularannya)
10 Apakah petugas kesehatan 137 54,8 113 45,2 250 100
membawa bantuan berupa
obat-obatan?
11 Apakah petugas kesehatan 135 54 115 46 250 100
membawa bantuan berupa
vitamin?
12 Apakah petugas kesehatan 48 19,2 202 80,8 250 100
membawa bantuan berupa
sembako?
13 Apakah puskesmas 118 47,2 132 52,8 250 100
melakukan pemantauan
berkala via video
call/telepon?
Jika iya, berapa kali dalam 118 100
masa Anda melaksanakan
isoman ?
1 kali 18 15,3
2 kali 61 51,7
≥ 3 kali 39 33,1
14 Apakah puskesmas 140 56,0 110 44,0 250 100
menyatakan akan
memfasilitasi rujukan ke
RS dengan baik jika Anda
membutuhkan ?
15 Apakah petugas memberi 161 64,4 89 35,6 250 100
informasi kontak (nama
dan nomor kontak petugas)
untuk keperluan Anda
bertanya semasa isoman ?

Pada tabel 4.7 untuk pertanyaan apakah petugas kesehatan melakukan interview
menanyakan riwayat kontak dan kontak erat mayoritas responden sejumlah
164(65,6%) menjawab pernah. Selanjutnya pertanyaan tentang apakah petugas
kesehatan melakukan edukasi (perihal menjaga kesehatan selama masa isoman)
mayoritas responden 162 (64,8%) menjawab pernah.
Untuk pertanyaan apakah petugas kesehatan melakukan edukasi (perihal penyakit
Covid-19 dan bahaya penularannya) mayoritas responden 155 (62%) menjawab
pernah. Mayoritas responden 137 (54,8%) menjawab petugas kesehatan membawa
bantuan berupa obat-obatan. Mayoritas responden 135 (54%) menjawab ya utnuk

33
pertanyaan apakah petugas kesehatan membawa bantuan berupa vitamin. Sejumlah
202 (80,8%) petugas kesehatan tidak membawa bantuan berupa sembako.
Sejumlah 118 (47,2%) responden menjawab puskesmas melakukan pemantauan
berkala via video call/telepon dengan 18(15,3%) sebanyak 1 kali, 61 (51,7%)
sebanyak 2 kali dan, 39 (33,1%) lebih dari atau sama dengan 3 kali. Mayoritas
responden 140 (56,0%) menjawab puskesmas menyatakan akan memfasilitasi
rujukan ke RS dengan baik jika membutuhkan, dan sejumlah 161 (64,4%) responden
menjawab petugas memberi informasi kontak (nama dan nomor kontak petugas)
untuk keperluan bertanya semasa isoman.

Tabel 4.7 Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Puskesmas


Pertanyaan 16. Apakah Anda puas dengan pelayanan puskesmas?
n %
Sangat Puas 24 9,6
Puas 131 52.4
Tidak Puas 78 31,2
Sangat Tidak Puas 17 6,8

Pada tabel menunjukkan mayoritas dari responden merasa puas dengan


pelayanan puskesmas yaitu sebanyak 131 orang (52,4%), di mana dijumpai 24 (9,6%)
dari responden merasa sangat puas dengan pelayanan puskesmas. 78 (31,2%)
responden merasa tidak puas dengan pelayanan puskesmas dan 17 (6,8%) responden
merasa sangat tidak puas.

4.2 PEMBAHASAN
Adanya pandemi COVID-19 saat ini memberikan beberapa dampak bagi
masyarakat. Dampak yang ditimbulkan bermacam-macam mulai dari dampak
kesehatan mental, ekonomi hingga sosial. Hal ini dikarenakan juga adanya beberapa

34
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya mengurangi penularan yang
terjadi di masyarakat. Protokol isolasi mandiri dikeluarkan pemerintah dengan tujuan
untuk mengurangi penularan COVID-19. Pasalnya, virus ini mudah sekali menyebar
dan dapat menyebabkan gejala yang berat dan berakibat fatal. Puskesmas sebagai lini
terdepan dalam Fasilitas Layanan Kesehatan (FASYANKES) di wilayah kerja
memiliki peran penting dalam melakukan pengendalian COVID-19, baik secara aktif
dan pasif. Salah satu peran yang dilakukan Puskesmas adalah melakukan pemantauan
terhadap pasien-pasien isolasi mandiri di rumah masing-masing, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Berdasarkan tabel 4.1 mayoritas responden dengan jenis kelamin
perempuan,hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidjabat et al.(2021)
di Puskesmas Pare Kabupaten Kediri perempuan (55%) paling banyak terkonfirmasi
positif COVID-19.
Pada tabel 4.6 petugas kesehatan yang melakukan pemantauan langsung
kunjungan kerumah 100% memakai APD, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ayulia et al. (2021) dengan judul analisis penggunaan alat pelindung
diri (APD) COVID-19 pada petugas puskesmas di kota Padang menunjukkan 99%
petugas kesehatan sudah menggunakan masker medis dan 88% sudah menggunakan
gaun.
Pada tabel 4.7 mayoritas responden merasa puas dengan pelayanan puskesmas
yaitu sebanyak 131 orang (52,4%) dan dijumpai 24 (9,6%) dari responden merasa
sangat puas. Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan Septiyan Eka di 2016 di
kota Serang bahwa mayoritas masyarakat merasa puas dengan pelayanan kesehatan
puskesmas. Secara tidak langsung hal ini menunnjukkan kan respon positif dari
responden terhadap protokol isolasi mandiri itu sendiri, hal ini juga sejalan dengan
dengan penelitian yang dilakukakan Fadillah et. al (2021) yang menunjukkan
masyarakat memberikan perspektif positif terhadap prilaku isolasi mandiri.
Studi dari Webster (2020) menyatakan ada sembilan faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan karantina atau isolasi yaitu karakteristik demografi

35
dan pekerjaan, faktor sosial budaya (norma sosial,nilai budaya dan hukum),
pengetahuan tentang wabah penyakit menular dan protokol karantina, manfaat
karantina yang dirasakan, orang yang menganggap bahwa mereka lebih berisiko
untuk tertular dan menjadi parah, kepraktisan karantina, pengalaman dan keyakinan
akan petugas kesehatan dan fungsi pusat kesehatan, lamanya waktu untuk karantina,
kepercayaan kepada pemerintah. Dari survey yang telah dilakukan pada penelitian ini
ada beberapa yang merasa tidak puas terhadap pelayanan Puskesmas yaitu sebanyak
78 (31,2%) responden dan sangat tidak puas sebanyak 17 (6,8%) responden. Hal ini
mungkin di akibatkan beberapa faktor yang telah disebutkan pada studi oleh Webster
(2020).
Pengaruh yang dirasakan oleh pasien isolasi mandiri tidak hanya dirasakan
pada fisik saja namun pada psikologi. Stigma masyarakat yang memandang pasien
COVID-19 tidak dapat disembuhkan mengakibatkan lingkungan sekitar pasien yang
diisolasi mandiri dapat dijauhi dan dikucilkan. Hal ini dapat mengakibatkan seorang
pasien yang diisolasi sendirian mendapatkan beban psikologi berlebih, selain harus
menyendiri dan tidak melakukan aktivitas dan berhubungan sosial dengan orang lain.
Studi oleh Banarjee (2020) di India yang membahas mengenai isolasi sosial pada
penderita COVID-19 berdampak pada kesehatan mental, sehingga kita sebagai tenaga
kesehatan harus peka terhadap kebutuhan pribadi mereka yang dikarantina dan
melayani mereka sehingga kebutuhan pribadi dan psikologis mereka dapat terpenuhi.
Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai penyakit COVID-19 dapat
mengakibatkan mudahnya tersebar berita-berita dan informasi yang tidak benar
dengan mudah. Hal ini dapat terjadi jika tidak ada edukasi yang baik dari pihak
berwenang, terkhusus bagi petugas kesehatan. Sehingga diharapkan sebagai lini
terdepan pada pelayanan kesehatan Puskesmas dapat memberikan pelayanan
sekaligus edukasi yang baik terhadap mayarakat sekitar, agar tidak tersebar berita
yang tidak benar.

36
37
BAB V
KESIMPULAN

Isolasi mandiri merupakan protokol yang dianjurkan oleh pemerintah kepada


orang yang terdiagnosis dengan COVID-19 dan guna menekan penyebaran dan
penularan dari virus ini. Pada pelaksanaan isolasi mandiri pasien COVID-19
selayaknya dibantu dan diarahkan oleh petugas kesehatan di daerah dia tinggal,
terkhusus petugas kesehatan di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan yang paling
dekat dengan pasien.
Karakteristik responden survey ini adalah mayoritas berumur 25-35 tahun
sebanyak 144 (45,1%) responden, memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 187
(58,6%) responden, tinggal di kota Medan sebanyak 152 (47,6%) responden, sebagai
PNS sebanyak 116 (36%) responden, dan sebanyak 250 (78,4 %) responden yang
mengisi kuesioner pernah terkonfirmasi COVID-19.Survey mengenai kesiapan
Puskesmas dalam menangani isolasi mandiri mendapatkan hasil yaitu Juni-Oktober
2021 menunjukkan angka tertinggi terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 115 (46%)
responden, sebanyak 153 (61,2%) responden dihubungi Puskesmas setelah
terkonfirmasi dan 151 (60,4%) responden dihubungi dalam 48 jam. Sebanyak 157
(62,8%) responden kontak erat dihubungi Puskesmas, 144 (45,6%) responden
dilakukan pemantuan langsung ke rumahnya oleh Puskesmas. Kontak erat terhadap
responden yang terkonfirmasi diinterview Puskesmas sebanyak 164 (65,6%)
responden. Pemberian edukasi menjaga kesehatan oleh Puskesmas tersampaikan pada
162 (64,8%) responden dan edukasi penyakit COVID-19 tersampaikan pada 155
(62%) responden.
Obat-obatan dan Vitamin diberikan pada responden terkonfirmasi COVID-19
yang menerima obat dari Puskesmas sebanyak 137 (54,8%) responden dan yang
menerima vitamin sebanyak 135 (54%) responden. Namun hanya sedikit dari
responden yang menerima sembako yaitu sebanyak 48 (19,2%) responden saja.

38
Pemantauan via telepon/ video call sebanyak 118 (47,2%) responden merasakannya
dari Puskesmas. Hasil survey juga menunjukkan Puskesmas berjanji dapat
memfasilitasi rujukan dengan baik pada 140 (56%) responden dan memberikan
kontak petugas kesehatan di Puskesmas yaitu sebanyak 161 (64,4%) responden
menerima kontak petugaskesehatan di Puskesmas. Dari hasil survey ini didapati 131
(52,4%) responden merasa puas, 78 (31,2%) responden merasa tidak puas, 24 (9,6%)
responden merasa sangat puas, dan 17 (6,8%) responden merasa sangat tidak puas.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Ceraolo C, Giorgi FM. Genomic variance of the 2019‐nCoV coronavirus. J


Med Virol. 2020;92:522–8.
2. Zhou P, Yang X, Wang X, et al. A pneumonia outbreak associated with a new
coronavirus of probable bat origin. Nature 579. 2020;270–3.
3. Gralinski LE, Menachery VD. Return of the Coronavirus: 2019-nCoV.
Viruses. 2020;12:135.
4. Hoffmann M, Kleine-Weber H, Krüger N, Müller M, Drosten C, Pöhlmann S.
The novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) uses the SARS1 coronavirus
receptor ACE2 and the cellular protease TMPRSS2 for entry into target cells.
bioRxiv. [PrePrint] 2020. [cited 14 February 2020] Available from:
https://doi.org/10.1101/2020.01.31.929042
5. World Health Organization. WHO Statement Regarding Cluster of
Pneumonia Cases in Wuhan, China Geneva 2020 [updated 9 January 2020
and 14 January 2020]. Available from:
https://www.who.int/china/news/detail/09-01-2020-whostatement-regarding-
cluster-of-pneumoniacases-in-wuhanchina.
6. Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus
from Patients with Pneumonia in China, 2019. 24 January 2020. New England
Journal of Medicine.
7. Apriluana, Gladys, Khairiyati, Laily, Setyaningrum, Ratna. (2016). Hubungan
Antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap dan
Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan perilaku Penggunaan APD
Pada Tenaga Kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia.
3(3), 1-7.
8. Buana, D. R. (2020). Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam
Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga

40
Kesejahteraan Jiwa. National Research Tomsk State University, Universitas
Mercu Buana.
9. Djalante R, Lassa J, Setiamarga D, Sudjatma A, Indrawan M, Haryanto B,
Mahfud G., et al. (2020). Review and Analysis of Current Responses to
Covid-19 in Indonesia: Period of January to March 2020. Progress in Disaster
Science, 100091, 1-9.
10. Armiani, S., Fajri, S. R., Sukri, A., & Pidiawati, B. Y. (2020). Pelatihan
Pembuatan Masker Sebagai Upaya Antisipasi Penyebaran Covid-19 di Desa
Anyar Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Pengabdian UNDIKMA, 1(1).
11. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Puskesmas.
Jakarta.
12. Depkes RI. 2018. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Direktorat jenderal
Bina Pelayanan Medik.
13. Sanah, N. (2017). Pelaksanaan Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan
Masyarakat) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Di
Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser. eJournal Ilmu Pemerintahan, 5(1),
305-314.
14. Nasruddin, M. I., Afifuddin, A., & Sekarsari, R. W. (2021). Kualitas
pelayanan kesehatan puskesmas paciran di kecamatan paciran kabupaten
lamongan. Respon Publik, 15(2), 57-66.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2016
tentang Manajemen Puskesmas
16. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang pusat kesehatan masyarakat.
Jakarta.
17. WHO, “Coronavirus”, available at:
https://www.who.int/indonesia/news/novelcoronavirus/qa-for-public. Diakses
Pada Jumat, 30 September 2021. Pukul 13. 55

41
18. Kemenkes RI (2021). Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan,
Karantina, Dan Isolasi Dalam Rangka Percepatan Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
19. Surat Edaran Kemenkes RI (2020). Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam
Penanganan Coronavirus Disease (Covid-19)
20. Conti P, Ronconi G, Caraffa A, Gallenga CE, Ross R, Frydas I, Kritas SK.
2020. Induction of pro-inflammatory cytokines (IL-1 and IL-6) and lung
inflammation by Coronavirus-19 (COVI-19 or SARS-CoV-2):
antiinflammatory strategies. 2020 MarchApril,J Biol Regul Homeost Agents.
34(2):327-331. [PubMed]
21. David J, 2021. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Clinical Presentation.
Accessed 24-09-2021 from https://emedicine.medscape.com/articl e/2500114-
clinical#b1
22. Dewi, Y. 2020. Buat Mekanisme Khusus Antrean Pasien, Puskesmas
Tawangrejo Ikut Cegah Sebaran Covid-19. [online]
https://jatimtimes.com/baca/213195 /20200421/095200/buatmekanisme-
khusus-antrean-pasienpuskesmas-tawangrejo-ikut-cegahsebaran-Covid-19
diakses pada 12 Mei 2020
23. Hamid, A. 2020. Pelayanan Pukesmas di masa pandemi Covid -19. [online]
https://www.antaranews.com/foto/1 419677/pelayanan -pukesmas -di - masa -
pandemi -Covid -19 diakses pada 12 Mei 2020.
24. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknis
Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid -19. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
25. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.
BUKU_PEDOMAN__RT_RW_Pencegahan_COVID
26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

42
27. Hayati, D., Misnaniarti, M., & Idris, H. (2021). Peran Komunikasi dalam
Implementasi Kebijakan Pelacakan Kontak Erat dan Pemantauan Isolasi
Mandiri Penderita Covid-19 Oleh Puskesmas di Kota Palembang. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(3), 1038-1049.
28. Webster, R K et al. 2020. “How to Improve Adherence with Quarantine :
Rapid Review of the Evidence.” (January).
29. Sidjabat F. , Rafika E. (2021, Juni). Evaluasi penyelenggaraan surveilans
COVID-19 di UPTD Puskesmas Pare Kabupaten Kediri. JHECDs, 7 (1), 2021
hal. 1-9.
30. ZA Sari F. , et al. 2021, April. Analisis penggunaan alat pelindung diri (APD)
Covid-19 pada Petugas Puskesmas di kota Padang. PREPOTIF Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 5, Nomor 1.
31. Septiyan Eka. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Serang Kota., 2016, Agustus hal. 77.
32. Fadilah, M., Pariyana, P., Dewi, A. S., & Anggarini, R. (2021). GAMBARAN
KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT
AWAM MENGENAI PANDEMI COVID-19 DI ERA NEW NORMAL.
Indonesian Journal for Health Sciences, 5(2), 119-214.
33. Banerjee, D., & Rai, M. (2020). Social isolation in Covid-19: The impact of
loneliness.

43

Anda mungkin juga menyukai