Bab 1-5 Terbaru Banget Fauzi Nugraha Nim E1A014142
Bab 1-5 Terbaru Banget Fauzi Nugraha Nim E1A014142
SKRIPSI
Oleh:
Fauzi Nugraha
E1A014142
Oleh :
FAUZI NUGRAHA
E1A014142
Pada tanggal,
Dr. Siti Kunarti. S.H.,M.H. Dr. Tedi Sudrajat ,S.H.,M.H. H.Supriyanto ,S.H.,M.H.
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil
karya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain dan semua sumber data
serta informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.
Apabila dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud diatas, maka saya bersedia untuk diberikan sanksi oleh
fakultas.
Fauzi Nugraha
E1A014142
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrohmanirrohim
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
serta hidayah-nya saya masih diberikan nikmat sehat, panjang umur, serta nikmat-
nikmat lainnya. Tak lupa kita haturkan sholawat serta salam kepada junjungan
besar Nabi Muhammad SAW, berkat dakwah beliau memberikan perubahan pada
manusia kearah kehidupan yang lebih baik lagi.
Saya tidaklah cakap dan giat mengerjakan skripsi, sehingga mungkin saja
Allah SWT mengintervensi saya dengan segala bantuan dan cobaan yang telah
diberikan, sehingga menjadi cambukan terhadap diri saya untuk segera
menyelesaikan skripsi. Meskipun saya sendiri sadar dengan segala noda dan dosa
tidaklah merasa pantas mendapatkan bantuan dari Allah SWT, akan tetapi saya
merasa sangat dan harus untuk tetap mengucap syukur Alhamdullilah pada-nya.
Penulis akui bahwa skripsi ini masih jauh daripada sempurna, sehingga
memungkinkan untuk diteliti lebih dalam terkait dengan permasalahan yang
penulis angkat pada skripsi ini. Proses pembuatan skripsi ini pun penuh dengan
jasa orangorang disekitar penulis, untuk itulah penulis ingin menyebutkan
beberapa orang yang memiliki andil baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini:
1. Prof. Dr. Ade Maman Suherman, S.H., M.Sc, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto beserta
jajarannya;
2. Dr. Siti Kunarti. S.H., M.H selaku dosen pembimbing 1 “Terimakasih
atas kesempatan serta kepercayaan yang telah diberikan kepada saya,
dan terimakasih juga telah berkenan membimbing, memberikan arahan
dan masukan dalam penyusunan skripsi ini”;
3. Dr. Tedi Sudrajat, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II. “Sebuah
kebanggan dapat dibimbing oleh bapak, sehingga saya dapat
menyelasaikan skripsi ini”;
4. H. Supriyanto, S.H., M.H., selaku dosen penguji. “Terimakasih atas
kesediaan bapak menjadi dosen penguji saya, kebaikan dan kesabaran
bapak semoga dibalas oleh Allah SWT.”
5. Haedah Faradz S.H., M.H selaku dosen pembimbing akademik.
“Terimakasih atas motivasi, nasehat, dan kesabaran dalam
membimbing saya selama ini”;
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................i
PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Perumusan Masalah.........................................................................12
C. Kerangka Teori...............................................................................13
1. Politik Hukum...................................................................................................13
2. Teori Hukum Ketenagakerjaan......................................................................14
3. Teori Fleksibilitas Pasar Kerja.......................................................................17
D. Tujuan Penelitian.............................................................................18
E. Kegunaan Penelitian........................................................................20
BAB II.................................................................................................21
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................21
A. Politik Hukum.................................................................................21
1. Pengertian Politik Hukum...............................................................................21
2. Tujuan Politik Hukum.....................................................................................24
3. Politik Hukum Nasional...................................................................................27
B. Hukum ketenagakerjaan...................................................................30
1. Hukum Ketenagakerjaan................................................................................30
2. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan..................................................................44
3. Hubungan Industrial........................................................................................52
4. Pihak-Pihak dan Sarana Dalam Hubungan Industrial................................56
a. Pihak-Pihak didalam Hubungan Industrial...........................................56
b. Sarana Pendukung Hubungan Industrial..............................................60
C. Era Industri 4.0...............................................................................66
1. Era Industri 4.0.................................................................................................66
2. Kebijakan Pasar Kerja Fleksibel....................................................................70
3. Prinsip Pasar Kerja Fleksibel..........................................................................81
4. Tujuan Pasar Kerja Fleksibel.........................................................................84
BAB III................................................................................................91
METODE PENELITIAN.........................................................................91
A. Metode Pendekatan..........................................................................91
B. Pendekatan Masalah.........................................................................91
C. Spesifikasi Penelitian........................................................................92
D. Sumber Bahan Hukum.....................................................................93
E. Metode Pengumpulan Bahan Hukum...................................................94
F. Metode Penyajian Bahan Hukum........................................................94
G. Metode Analisis Bahan Hukum...........................................................95
BAB IV...............................................................................................97
Hasil Penelitian dan Pembahasan..............................................................97
A. Fleksibilitas Pasar Kerja dalam Peraturan Perundang-Undangan
Ketenagakerjaan.............................................................................97
B. Politik Hukum Kebijakan Fleksibilitas Pasar Kerja dalam Peraturan
Perundang-undangan tentang Ketenagakerjaan....................................135
BAB V...............................................................................................163
PENUTUP..........................................................................................163
A. Kesimpulan...................................................................................163
B. Saran...........................................................................................165
DAFTAR PUSTAKA............................................................................166
Buku.................................................................................................166
Jurnal................................................................................................167
Website..............................................................................................168
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara embrionik pertama kali dicetuskan oleh Plato dalam bukunya yaitu
Aristoteles berpendapat bahwa suatu negara yang baik ialah negara yang
dalam suatu negara dan menentukan apa yang dimaksudkan dengan badan
pemerintahan dan apa akibat dari setiap masyarakat. Selain itu, konstitusi
1
Ridwan HR., Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers , Jakarta, 2014, hlm 2
2
Loc.Cit.
2
aturan-aturan tersebut. 3
tenggelam dalam waktu yang sangat lama. Pada abad ke-19 secara ekplisit
adalah:
hukum. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1 ayat(3), yang artinya segala
adalah :
sebagai Legal Policy atau garis kebijakan resmi tentang hukum yang dianut
kemanusiaan.
krisis moneter yang dialami oleh Indonesia dimulai pada tahun 1997 hingga
puncaknya pada tahun 1998 telah menarik perhatian dunia, bahkan organisasi
masalah serius bagi Indonesia. Dampak yang dirasakan sangat luas, salah
perlindungan hukum bagi pekerja di sektor informal ini sangat minim. Pada
dasarnya pasar kerja di sektor informal yang ada di perkotaan ini diisi oleh
para migran yang bukan berdomisili berasal dari perkotaan. Mereka bekerja
di Industri kecil yang harus bersaing dengan industri besar yang pada
umumnya berada dalam sektor formal. Industri kecil yang dimaksud biasanya
sesuai dengan Upah Minimun di perkotaan. Hal tersebut berdampak pada arah
yang mana hal ini terwujud dengan adanya Undang-Undang yang mengatur
5
Zatermans Rajagukguk, Fleksibilitas Pasar Kerja Versus Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia, Vol. V, No.2, 2010, Pada 09 Maret 2019 Pukul 05.20 WIB
5
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, juga dapat tercantum didalam
Politik hukum nasional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
Pasar Kerja Fleksibel sebagai solusi akibat terjadinya krisis moneter yang
menilai bahwa sistem pasar kerja di Indonesia terlalu kaku dan kebanyakan
Indonesia yang mempunyai tenaga kerja yang memiliki jumlah dengan skala
besar.
pasar bebas. Konsep tersebut juga bisa dikatakan lahir akibat adanya krisis
menilai bahwa pasar kerja fleksibel merupakan solusi dari kakunya sistem
main yang mengakibatkan perlindungan yang berlebihan. Namun jauh dari itu
undang tersebut adalah solusi pasca terjadinya krisis moneter yang dialami
oleh Indonesia.
7
Indonesia yang tidak stabil. Kondisi tersebut ditandai dengan tidak adanya
kerja dan pemberi kerja/pengusaha berada dalam posisi sejajar, hal ini dapat
dikatakan kedua subjek tersebut dapat menjadi supply and demand. Hal
tersebut jelas merugikan para pencari kerja/tenaga kerja, karena angka serapan
yang sangat minim dikarekan kondisi pasar kerja yang belum stabil akibat
pasar kerja di Indonesia yang tidak seimbang antara supply and demand.
nasional, karena posisi tenaga kerja sebagai pelaku dan tujuan pembangunan
tidak adanya penyesuaian lapangan pekerjaan terhadap tenaga kerja yang terus
Badan Pusat Statistik mengenai perkiraan Bonus Demografi yang akan terjadi
pada tahun 2030 – 2040 yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64
8
bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut, penduduk usia
diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Agar Indonesia dapat memetik manfaat
yang dimana memposisikan para pencari kerja atau tenaga kerja serta pemberi
akan mengalami penurunan jumlah dari 5.81% pada tahun 2018 menjadi
4.67% pada 2019 hal ini dapat dikatakan kemajuan yang cukup signifikan,
tertentu dan juga tumbuhnya pekerja yang bekerja di sektor Informal. Namun
disatu sisi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu memiliki rentan waktu maksimal 2
tahun tergantung ada atau tidaknya produksi baru, kegiatan baru atau produk
6
https://www.bappenas.go.id/files/9215/0397/6050/Siaran-Pers-Peer-Learning-and-
Knowledge-Sharing-Workshop.pdf Pada tanggal 22 Mei 2017
7
Data Bps : Masih Ada 7 Juta Orang Nganggur di Indonesia diakses dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4288074/data--bps-masih-ada-7-juta-
orang-nganggur-di-indonesia, Pada tanggal 05 November 2018 pukul 13.30 WIB
9
tambahan dari perusahaan. Data tersebut tidak serta merta melindungi para
pekerja dalam posisi yang sejajar dengan pengusaha yang ada Indonesia
Tahun 2013. Pada kenyataan Hubungan Kerja tidak bisa dikatakan sebagai
posisi yang sejajar, karena pada dasarnya hubungan antara pekerja dan
Pengusaha/Perusahaan.
perlindungan hukum bagi pekerja di sektor informal ini sangat minim. Pada
dasarnya pasar kerja di sektor informal yang ada di perkotaan ini diisi oleh
para migran yang bukan berdomisili berasal dari perkotaan. Mereka bekerja
di Industri kecil yang harus bersaing dengan industri besar yang pada
pembangungan.
yang mana hal ini terwujud dengan adanya Undang-Undang yang mengatur
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, juga dapat tercantum didalam
Politik hukum nasional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
undangan, baik yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan 8. Politik
8
Moh. Mahfud MD, 2011, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, hlm 1.
11
Politik hukum merupakan nilai di dalam suatu tujuan negara, yang dapat di
jadikan arah kebijakan pemerintah yang dapat diuji kebenarannya baik secara
yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa
yaitu aspek sosial budaya, pisikologi, ekonomi, politik, hukum dan hankamnas
12
permasalahan diatas. Karena pada prinsipnya hukum dalam suatu negara harus
memiliki arah kebijakan atau legal policy yang telah disepakati baik secara
ketenagakerjaan tentu saja melihat program yang di buat oleh World Bank,
harus sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang ada, baik di dalam
KETENAGAKERJAAN ”
B. Perumusan Masalah
C. Kerangka Teori
1. Politik Hukum
aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan
Politik Hukum itu ada yang bersifat permanen yang di atur dalam
10
Moh. Mahfud MD, Loc,Cit
11
Ibid.
14
kehakiman, dan sebagainya atau jangka panjang dan yang bersifat Periodik
Administrasi Negara.
12
Ibid, hlm 3.
13
Budi Santoso, Pengaturan Mogok Kerja dalam Perspektif Hukum Indonesia dan Malaysia,
jurnal pandectaVolume 6. Nomor 1. Januari 2011
15
Tentang Ketenagakerjaan.
14
Abdul Khakim , Dasar – dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra aditya Bakti,
cetakan ke-4 edisi revisi, 2014. hlm 5
15
Ibid, hlm 6
16
Ibid
16
hubungan industrial mencangkup aspek yang sangat luas yaitu aspek sosial
hubungan industrial tidak hanya meliputi pengusaha dan pekerja saja, namun
para pelaku dalam proses produksi barang dan/jasa yang terdiri dari unsur
N RI 1945). Dari definisi hubungan industrial tampaknya ada tiga pihak, yakni
campur tangan dalam hubungan pekerja dan pengusaha. Negara dalam hal ini
berwenang untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan antar hak asasi dan
kewajiban asasi. Landasan konstitusi Pasal 28-D ayat (1) yang menyatakan
hukum yang adil serta pengakuan yang sama di hadapan hukum” dan dalam
Pasal 28-D ayat (2) menyatakan : “setiap orang berhak untuk bekerja serta
17
D.Koeshartono dan M.F. Shellyana Junaedi, Hubungan Industrial Kajian Konsep dan
Permasalahan,penerbitan universitas atma jaya yogyakarta, Cetakan pertama, Yogyakarta,
2005, hlm.2
17
mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja.”18
Pedesaan , dalam kondisi pasar kerja tersebut pasar kerja dibedakan atas
tenaga kerja (employer) dan pekerja serta pencari kerja bertemu pada
18
Dewa Ayu Febryana Putra Nuryanti dan Putu Gede Arya Sumertayasa, Peran dan Fungsi
Pemerintah dalam Hubungan Imdustrial, Jurnal Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Udayana, hlm. 3
18
D. Tujuan Penelitian
dalam penentuan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini mempunyai tujuan;
19
Hari Nugroho dan Indrasari Tjandraningsih, Kertas Posisi Fleksibilitas Pasar Kerja dan
Tanggung Jawab Negara, https://media.neliti.com/media/publications/448-ID-fleksibilitas-
pasar-kerja-dan-tanggung-jawab-negara.pdf, di Unduh pada 09 Maret 2019
20
Zatermans Rajagukguk, Fleksibilitas Pasar Kerja Versus Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia, Vol. V, No.2, 2010 di unduh Pada 09 Maret 2019 Pukul 05.20 WIB
19
E. Kegunaan Penelitian
sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritik
b. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Politik Hukum
hukum yang terdiri dari dua disiplin ilmu, yaitu ilmu hukum dan ilmu politik,
yang pada akhirnya mengarahkan studi ini untuk menganalisa bagaimana arah
dalam hal ini merupakan suatu kebijakan publik yang memiliki kaitan dengan
politik hukum merupakan suatu garis kebijakan hukum yang akan diterapkan
pada suatu negara.22 Dengan demikian politik Hukum menurut Mahfud M.D
21
Moh. Mahfud MD, , Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm.1
22
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2011, hlm 4
22
Wahjono, yang mengatakan bahwa politik hukum ialah kebijakan dasar yang
menentukan arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan di bentuk. 24 Dalam
aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan
yang ada sekarang, supaya dapat memenuhi syarat–syarat baru dari hidup
hukum yang lama, menjadi ius contituendum atau hukum untuk masa yang
akan datang.27
berbicara tentang apa yang seharusnya yang tidak selamanya identik dengan
apa yang ada. Politik hukum tidak bersikap pasif terhadap apa yang ada,
melainkan aktif mencari tentang apa yang seharusnya. Dengan kata lain,
politik hukum tidak boleh terikat pada apa yang ada, tetapi harus mencari jalan
keluar kepada apa yang seharusnya. Oleh karena itu, keberadaan politik
hukum ditandai oleh tuntutan untuk memilih dan mengambil tindakan. Karena
terlebih dahulu. Visi hukum, tentu harus ditetapkan terlebih dahulu, dan dalam
jalur visi itulah bentuk dan isi hukum dirancang-bangun untuk mewujudkan
visi tersebut. Jadi titik tolak politik hukum adalah visi hukum. Berdasarkan
visi atau mimpi itulah, format bentuk dan isi hukum yang dianggap capable
Politik Hukum itu ada yang bersifat permanen yang di atur dalam
27
Abdul Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum, Sinar Grafika, Cetakan pertama, Jakarta, 2010,
hlm 6.
28
Bernard L. Tanya, Politik Hukum: Agenda Kepentingan Bersama, Genta Publishing,
Yogyakarta, hlm. 3.
24
kehakiman, dan sebagainya atau jangka panjang dan yang bersifat Periodik
yang melingkupi, dan prolema penegakan hukum apa yang akan dihadapi.
Politik hukum pada masa sekarang ini sudah menjadi suatu kajian ilmu
yang dapat dijadikan suatu pendekatan atau tool of analysis yang secara
sinergis bekerja secara sistemik dan komprehensif untuk dapat menggali dan
policy atau kebijakan tentang arah hukum yang akan diberlakukan oleh negara
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yang dapat mengambil bentuk
sebagai pembuatan hukum baru dan sebagai pengganti hukum yang lama yang
meliputi:
29
Moh. Mahfud MD, Op.Cit. hlm 3.
30
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi, ...Op.cit, hlm 16.
25
sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun, karena asumsi dasar yang
dibangun adalah hukum sebagai produk politik sehingga karakter isi setiap
kehidupan politik yang terdapat pada suatu masa, yang menggambarkan suatu
keadaan politik pada masa, yang menggambarkan suatu keadaan politik pada
menjadi dua jenis sistem politik yang ada. Kosfigurasi pertama adalah
populis.
otoriter pada dasarnya adalah susunan sistem politik menitik beratkan kepada
31
King Faisal Sulaiman, Politik Hukum Indonesia, Thala Media, Yogyakarta, 2017, hlm 54.
26
peran pemerintah yang sangat besar, atau berperan sangat aktif, serta
serta dibalik semua itu ada satu doktrin yang membenarkan kekuasaan.
tidak selalu absolut, hal ini dikemukakan oleh Mahfud M.D. Menurut Mahfud
M.D selain variabel konfigurasi politik ada variabel lain dalam membentuk
produk hukum).33
Suparman Marzuki juga memiliki kritik atas teori konfigurasi politik ini.
hamya aktor negara, tetapi juga non-negara, antara lain pemilik modal. Faktor
32
Moh. Mahfud MD, ...Op.Cit. hlm 27-28.
33
Ibid, hlm 31.
34
Suparman Marzuki, Tragedi Politik Hukum HAM, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2011, hlm
182.
27
relasi antara konfigurasi dengan karakter produk hukum. Dalam kondisi ini
(legal policy) oleh lembaga negara yang berwenang, dan untuk mengkritisi
hukum dan politik, dalam praktiknya kebijakan yang dikeluarkan atau hukum
yang dibangun tidak terlepas dari kontelasi politik yang hadir secara nasional.
Hal ini di pengaruhi oleh konfigurasi politik yang ada didalam kontelasi
politik nasional.
35
Ibid, hlm 153
36
Moh. Mahfud MD,...Op.Cit, hlm 40
28
didasarkan sebagai das sein sebagai undang – undang. Asumsi dasar hukum
dalam artian peraturan yang abstrak (pasal – pasal yang imperatif) merupakan
bersaingan.37
Menurut Mahfud M.D dalam hubungan tolak – tarik antara hukum dan
37
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi,... Op.Cit, hlm 8
38
Ibid, hlm 3.
29
otoriter, hal ini juga berpengaruh terhadap karakter produk hukum yang lahir
wakil – wakilnya yang didasarkan atas prinsip – prinsip kesamaan politik yang
dan karakter produk hukum yang responsif atau populis. Sedangkan dalam
negara, produk hukum yang lahir pun bersifat konservatif atau ortodok atau
elitis. 39
sosial, ekonomi, politik maupun kebudayaan hukum adat yang dianut oleh
nasional dibagi menjadi empat tahap. Yaitu pada masa revolusi fisik rezim
Soekarno, kemudian masa orde lama, dilanjutkan masa orde baru pada rezim
kemudian yang terakhir adalah pada masa pasca reformasi, yang sarat akan
B. Hukum ketenagakerjaan
1. Hukum Ketenagakerjaan
dari bagaimana manusia menguasai manusia lainnya. Sistem ini dimulai pada
untuk kelompok ataupun komunal mereka sendiri yang bercorak berburu dan
dengan adanya perbudakan. Budak pada masa itu adalah mereka yang
mengalami kekalahan perang dengan komunal lainnya. Dan dimana ini pula
Pemilik Budak. Pemilik budak pada masa itu adalah orang – orang yang
pula dapat memproduksi barang untuk dijual kepada masyarakat lainnya atau
serta penemuan mesin tenaga uap di Inggris sekitar 1750, dimana penemuan
mesin tenaga uap tersebut membuka peluang produksi barang/jasa dalam skala
yang lebih besar dibanding sebelum ditemukannya mesin uap. Hal ini pun
masa itu pekerja/buruh tani memproduksi barang maupun jasa mereka kepada
pada mereka (tenaga kerja) yang melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan
40
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Pustaka Setia, 2013 hlm. 46
32
yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain
41
Abdul Khakim , Dasar – dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra aditya Bakti,
cetakan ke-4 edisi revisi, 2014. hlm. 4
42
Ibid, hlm 5
43
Ibid, hlm 6
33
hanya sampai ditahap hubungan kerja saja, namun lebih jauh dari itu
hubungan kerja mencangkup aspek yang sangat luas yaitu aspek sosial
hubungan industrial tidak hanya meliputi pengusaha dan pekerja saja, namun
aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan – aturan itu
dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. 45
Sumber hukum menurut hans kelsen bukan hanya istilah yang dipergunakan
undang – undang.46
sumber hukum” dan Pasal 3 ayat (1) “ Undang – Undang Dasar Negara
Perundang-undangan.
dua, yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil. Sumber hukum
47
Asri Wijayanti. 2005 Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta Sinar Grafika, 2009
hlm. 25
35
formil adalah :
b. Kebiasaan
48
Ibid, hlm. 26
49
Loc.Cit
36
ketenagakerjaan yaitu :
Daerah).
d. Perjanjian
undang.53
perjanjian kerja. Perjanjian kerja dalam KUH Perdata Pasal 1601 (a)
diri untuk bekerja pada orang lain dengan menerima imbalan berupa upah
dalam Hukum
53
Asri Wijayanti, Op.Cit hlm 26
54
Ibid.
55
Ibid hlm 27.
56
Ibid hlm 30.
38
e. Traktat
diantaranya :
f. Doktrin
Seorang ahli, yakni seorang yang oleh dunia internasional sudah diakui
hukum di dunia :
58
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 36
59
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberti, Yogyakarta, 2005, hlm.
47
40
hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan dan bukan berasal
secara individual.
pembangunan.
dalam hubungan kerja. Karena dalam hubungan kerja tersebut ada hubungan
yang secara sifat memiliki hubungan yang sub – ordinatif antara pengusaha
dan pekerja. Meskipun pada asasnya hubungan antara pekerja dan pengusaha
bertujuan :
ialah:
pekerja atau buruh. Untuk itu diperlukan suatu perlindungan hukum secara
atas adanya hubungan kerja, dan dipengaruhi oleh hubungan industrial yang
61
Eko Wahyudi, Hukum Ketenagakerjaan, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2016,
hlm 4-5.
44
sebagai corak bekerja berburu dan meramu. Pada masa itu belum dikenal
menyendiri. Secara tidak langsung manusia pada masa itu bekerja tidak
menggunakan sistem relasi kuasa yang dikenal pada masa sekarang. Pola
terjadinya relasi kuasa yang timbul hingga sekarang. Namun perbedaan corak
relasi kuasa dimasa sekarang dengan masa yang lalu adalah corak hubungan
Budak pada masa itu dapat diperjual-belikan, baik sebagai tenaga yang
banyaknya filsuf yang lahir di Eropa pada masa itu karena pekerjaan kasar
dilakukan oleh budak, sehingga para pemilik budak dapat berfikir selain
yang sama secara ekonomi. Budak pada masa itu dikenal tergantung dimana
budak itu bekerja. Dalam sektor pertanian kita kenal dengan tani hamba,
sektor jasa dalam kerajaan dikenal sebagai abdi raja dan sebagainya.
piutang. Orang yang berutang sampai saat jatuh tempo pelunasan belum bisa
jaminan yang dianggap sebagas bungan dari utang. Selanjutnya orang yang
diserahkan atau yang menyerahkan diri diharuskan bekerja kepada orang yang
Penyerahan diri atau orang lain itu dimaksudkan untuk membayar bungan dari
Pieterszoon Coen menguasai Pulau Banda pada tahun 1621. Semua orang di
pulau itu dibunuh atau diangkut ke luar negeri sebagai budak. Kemudian tanah
62
Asri Wijayanti, Op.Cit. hal 19
63
Loc.Cit
64
Ibid. hlm 20
46
rodi atau kerja paksa pasca ditarik mundurnya Inggris dari Hindia Belanda.
Rodi dibagi menjadi tiga yaitu rodi gobernemen (rodi untuk kepentingan
dipertanian. Dalam hal ini poenali sanctie diterapkan kepada buruh untuk
kerja.
yang ditumbuk halus, yang terjadi tidak hanya di Deli Serdang, Sumatera
1936 dengan diberlakukannya Staatsblad 1941 No. 1954 yang berlaku mulai
pemerintah militer jepang memiliki keuntungan yang sangat besar. Karena hal
tersebut adalah dalih guna mendapatkan tenaga kerja dan kekuatan militer
yang besar guna kepentingan perang Asia Timur Raya. Sistem kerja pada
pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan klaim wilayah baru yang
Hatta di rumah Laksamada Muda Maeda. Hal ini membuat politik hukum
hukum perburuhan belum terlalu dilirik dalam membuat suatu arah kebijakan.
Karena pada masa ini pemerintah masih terfokus kepada pertahanan wilayah
yang masih di klaim oleh Belanda bahwa Indonesia itu masih negara koloni
48
Belanda atau kita kenal dengan Hindia – Belanda. Namun pada masa
tahun kedepan.65
dari tahun 1959 hingga 1966. Pada masa ini kondisi perburuhan dapat
65
Ibid, hlm 21
66
R. Joni Bambang, Op.Cit hlm 59
49
apabila pembangunan ekonomi berjalan dengan baik. Pada masa itu kita kenal
dengan program berjangka yang diatur di dalam Garis Besar Haluan Negara 68.
seperti :
67
R. Joni Bambang, Ibid
68
Ibid, hlm. 77
50
ekonomi.
69
Asri Wijayanti. Op.Cit. hlm 25
52
industrial mencangkup aspek yang sangat luas yaitu aspek sosial budaya,
lahir karena adanya saling keterkaitan antara proses produksi yang ada
didalam masyarakat. Hal ini ditandai dengan adanya peran pemerintah dan
antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/jasa yang terdiri dari
dalam hal ini diwakili oleh pemerintah yang mempunyai kekuasaan untuk
asasi dan kewajiban asasi. Landasan konstitusi Pasal 28-D ayat (1) yang
kepastian hukum yang adil serta pengakuan yang sama di hadapan hukum.”
Dan dalam Pasal 28-D ayat (2) menyatakan : “setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.”71
71
Dewa Ayu Febryana Putra Nuryanti dan Putu Gede Arya Sumertayasa, Peran dan Fungsi
Pemerintah dalam Hubungan Imdustrial, Jurnal Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Udayana, hlm. 3
72
Yunus Shamad, Hubungan Industrial di Indonesia, PT Bina Sumberdaya Manusia, Jakarta,
1995 hlm 12-13.
54
sosial, politik, budaya yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan
a. Pengupahan;
b. Jam kerja;
c. Jaminan sosial;
d. Keselamatan dan Kesehatan kerja;
e. Organisasi serikat pekerja;
f. Penyelesaian perselisihan perburuhan;
g. Peraturan kerja;
h. Kesepatan kerja bersama;
i. Tenaga kerja anak dan wanita;
73
Ibid, hlm 6
55
di tiap-tiap negara, hal ini dipengaruhi oleh ideologi yang dianut atau garis
bahkan lebih jauh lagi Adam Smith mengatakan dalam hubungan kerja
76
Ibid, hlm 7
57
hubungan yang saling menghisap dan menindas antara klas yang lebih
dapat dipisahkan, hal ini sebagai mana dimaksud dalam Pasal 1 Angka
1. Pekerja/Buruh
hak berupa upah maupun imbalan dalam bentuk lain, maka dapat
kerja.
2. Pengusaha
Indonesia.
3. Pemerintah
78
D.Koeshartono dan M.F. Shellyana Junaedi, Hubungan Industrial Kajian Konsep dan
Permasalahan, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Cetakan pertama, Yogyakarta,
2005, hlm.
79
ibid
60
a. Serikat Pekerja
Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh
dan untuk pekerja, baik didalam perusahaan yang sama maupun
pekerjadi beberapa perusahaan, serikat pekerja bersifat demokratis,
bebas terbuka, mandiri dan bertangung jawab guna
memperjuangkan, membela,serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.80
Serikat Pekerja merupakan organisasi yang bersifat
permanen dan dibentuk secara sukarela untuk memberikan
perlindungan kepada anggotanya dalam pekerjaan dan untuk
memperbaiki syarat-syarat kerja mereka, dengan jalan perundingan
kolektif, dan untuk memperbaiki keadaan penghidupan mereka,
serta sebagai alat untuk menyatakan pandangan, pendapat dan
pikiran para pekerja berhubungan dengan masalah-masalah
ketenagakerjaan yang timbul dalam masyarakat.
Tugas dari serikat pekerja dalam rangka pembinaan dan
pengendalian hubungan industrial di Indonesia sebagai organisasi
profesi harus melaksanakan tugas dan kegiatannya sebagai berikut :
1. Meningkatkan mekanisme kerja disiplin organisisasi
supaya setiap kebijaksanaan dan komitmen yang sudah
dibuat oleh organisasi dapat terlakasana secara
konsisten di lapangan;
2. Mengadakan pembinaan dan penyuluhan pendidikan
yang terencana dengan baik bagi para anggotanya
supaya dapat memahami fungsi dan peranannya dalam
organisasi dan pembangunan;
3. Menitikberatkan kegiatan serikat pekerja pada usaha-
usaha memupuk rasa kekeluargaan dan
80
Abdul Khakim, Op.Cit, hlm 83
61
b. Organisasi Pengusaha
Organisasi Pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh
pengusaha Indonesia yang bersifat demokratis, bebas, mandiri,dan
bertanggung jawab, yang secara khusus menangani bidang
hubungan industrial dan keteanagakerjaan dalam pelaksanaan
hubungan industrial untuk meningkatkan kualitas sumber daya
82
D.Koeshartono , Op.cit
63
83
Ibid. hlm 85
84
Abdul Khakim, Dasar – dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra aditya Bakti,
cetakan ke-4 edisi revisi, 2014. Hlm 82
85
Loc.Cit
86
Ibid. hlm 83
87
Loc.Cit
64
akhir abad ke 19, hal ini ditandai sebagai Revolusi Industri atau Era
Industri 2.0. Pada era industri 2.0 penunjang utama dari Industri adalah
mesin yang sudah berbasis pada listrik, penggunaan mesin listrik pada
Produksi yang sangat besar pada saat itu menjadi sebuah boomerang bagi
Soviet Socialist Republics), Era industri ini dinamakan sebagai Era industri
3.0 dimana penggabungan antara kedua revolusi industri itu terjadi. Para
meningkat.
juga corak produksi yang terjadi didalam Industri itu sendiri. Corak
Era Industri 4.0 merupakan suatu gagasan yang dimulai pada tahun
kepentingan yang sangat besar dalam terbentuknya era Industri 4.0, salah
merkel seorang kanselir Jerman berpendapat bahwa Era Industri 4.0 adalah
konvensional.
Physical System (CPS) dan Internet of Things and Services (IoT dan IoS)
90
Hoedi Prasetyo, Industri 4.0 : Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset , Vol.
13, No. 1, Januari 2018, diunduh pada Kamis 12 Maret 2020
91
Loc.cit.
68
lainnya.92
antara proses fisik dan komputasi sedangkan IoT dan IoS adalah semua
kepentingan baik secara internal maupun antar organisasi. Era Industri 4.0
a. interoperability
b. virtualisasi
c. desentralisasi
d. real time processing
e. service oriented
f. modular system
dan CPS guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru ataupun
yang dibutuhkan dan tidak. Strategi tersebut yaitu meningkatkan link and
92
Ibid, hlm 20
69
berbasis jabatan.93
4.0, terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi industri 4.0 di
Indonesia, yaitu:
membawa pengaruh yang besar dalam hal daya saing dan kontribusinya
Kelima sektor inilah yang akan menjadi contoh bagi penerapan industri
4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan investasi baru berbasis teknologi.94
93
www.hukumonline.com, Regulasi Ketenagakerjaan Mesti Adopsi Perkembangan Revolusi
Industri 4.0, Diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 09.15 WIB
94
PERAN PEMERINTAH DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0, Inspektoral Jenderal, 2019,
https://kkp.go.id/itjen/page/1724-peran-pemerintah-dalam-revolusi-industri-4-0/ diakses pada
13 Maret 2020
70
justru sangat berkebalikan dengan prinsip Era industri 4.0 maupun pasar
menengah dan juga produsen yang berada dipedesaan era industri 4.0
prakteknya pada satu sisi kondisi di pasar kerja akan menentukan minat
untuk melakukan perluasan investasi. Dan salah satu solusi yang dapat
pemberi kerja melalui ketersediaan informasi pasar kerja yang tepat, cepat,
pencari kerja dan pemberi kerja. Informasi ini mencakup lowongan kerja
yang tersedia, jenis dan mutu lembaga pelatihan, kualifikasi dari pencari
dilakukan dalam arah kebijakan di atas akan difokuskan antara lain pada:
intelektual.96
96
Loc.Cit
97
Noer Fauzi Rachman, MP3EI : Master Plan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-
Ekologis Indonesia, Yogyakarta, 2014, Tanah Air Beta, hlm 59
76
Pencairan pertama senilai SDR 2.200 juta atau sekitar 3.040 dolar AS,
belum pulih.98
yang sehat, serta kerangka hukum dan regulasi yang lebih kuat. Termasuk
98
Dewi Nurlita, 20 Tahun Reformasi: Resep Imf, Obat Krisis 1997-1998
https://bisnis.tempo.co/read/1088662/20-tahun-reformasi-resep-imf-obat-krisis-1997-
1998/full&view=ok diakses pada 18 Juli 2019
77
Tidak Sehat (hukum persaingan) pada Maret 1999, serta pemberian status
pemerintah, dan credibility gap, yang terkait dengan dampak negatif dari
perjanjian denganIMF’, yang juga dikenal sebagai “White Paper”. Hal ini
dengan IMF, di mana tim IMF akan datang dua kali setahun untuk
White Paper tahun 2002. Tidak hanya IMF, usaha pemantauan reformasi
kerjanya tidak cukup baik untuk menghadapi fleksibilitas pasar kerja. Hal
negara terkait perlindungan hukum tenaga kerja harus tidak kaku, atau
kerja antara pencari kerja, pekerja, dan Pemberi Kerja dalam posisi yang
part time and multiple job. Dari fenomena tersebut mereka menyimpulkan
bahwa besarnya komposisi angkatan kerja yang bekerja di luar dari status
fleksibilitas pasar kerja dapat dilihat dari komposisi status pasar kerja. Dan
status pasar kerja yang fleksibel terjadi saat semakin besar pertumbuhan
pekerja, atau jumlah pekerja dari pasar ekstemal. Hal ini dapat
101
Hari Nugroho dan Indrasari Tjandraningsih, Kertas Posisi Fleksibilitas Pasar Kerja dan
Tanggung Jawab Negara, https://media.neliti.com/media/publications/448-ID-fleksibilitas-
pasar-kerja-dan-tanggung-jawab-negara.pdf, di Unduh pada 09 Maret 2019
102
Nurlina, Pasar kerja dan Ketenagakerjaan, Vol.1 2014, di unduh pada 29 Januari 2020
Pukul 08.30
80
outsourcing.
kerja yang memiliki sifat luwes. Hal ini dikarenakan pasar kerja fleksibel
103
Zatermans Rajagukguk, Fleksibilitas Pasar Kerja Versus Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia, Vol. V, No.2, 2010 di unduh Pada 09 Maret 2019 Pukul 05.20 WIB
81
Karena dalam pasar kerja fleksibel hubungan yang terjadi tergantung dari
fleksibel ditentukan bagaimana kondisi pasar kerja itu sendiri, hal ini pun
antara pasar kerja yang diatur/kaku dan pasar kerja yang tidak diatur/fleksibel
kerja agar beban biaya tenaga kerja dapat dikurangi dan agar
guncangan ekonomi.
gangguan dari serikat buruh. Prinsip ketiga ini melihat bahwa serikat
Kebebasan ini dipandang membuka peluang bagi para penganggur dan pekerja
di sektor informal untuk mudah berpindah ke sektor formal yang dinilai lebih
dualisme pasar kerja dengan over supply tenaga kerja tidak terampil. Kondisi
kerja. Mayoritas pekerja berada dalam posisi yang lemah. Di tingkat pasar
104
Akatiga, Pasar Kerja Fleksibel dan keadilan bagi kaum buruh,
https://www.akatiga.org/language/id/portfolio-item/pasar-kerja-fleksibel-dan-keadilan-bagi-
kaum-pekerja-2
105
Hari Nugroho dan Indrasari Tjandraningsih, Loc.Cit.
84
Pasar kerja fleksibel adalah suatu solusi yang hadir di kala Indonesia
Indonesia ketidaksediaan lapangan kerja pada masa itu. Namun hal ini justru
merugikan bagi pekerja, karena di dalam sektor kerja tradisional, pekerja tidak
maupun kepastian kontrak kerja, sektor kerja informal ini sering kali
ataupun perjanjian kerja baik antara pekerja dengan pengusaha dan perjanjian
kerja bersama pengusaha dengan serikat pekerja. Karena sektor kerja informal
adalah sektor kerja yang terdiri dari unit usaha berskala kecil yang
serta dalam usahanya itu sangat dibatasi oleh modal dan keterampilan.
106
Ibid, hlm 4
85
terdaftar.107
Sektor kerja informal kebanyakan di isi oleh tenaga kerja yang tidak
terdidik dan tidak memiliki skill, hal ini karena banyaknya tenaga kerja
memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tidak mempunyai skill bekerja.
Tahun 2019 jumlah pekerja di sektor informal jumlah pekerja di tahun yang
sama sejumlah 74.093.224 orang atau meningkat 0,16 persen dari tahun
pekerja.108
informal 42,73 persen pada 2019.109 Tidak menutup kemungkinan juga bahwa
sektor kerja formal memiliki pekerja yang berpendidikan rendah, hal ini
dibuktikan bahwa sektor kerja formal yang bergerak di industri yang tidak
107
Ibid hlm 5
108
Ahmad Ansori, Jumlah Pekerja Formal dan Informal,
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/jumlah-pekerja-formal-dan-informal-2012-2019
diunduh pada 29 Januari 2020 Pukul 22.00 WIB
109
Loc.Cit.
86
pendidikan pekerja untuk menjadi tenaga kerja terdidik. Tapi resiko dari
tenaga kerja yang sudah terdidik, selain mengetahui hak dan kewajibannya
sebagai pekerja memiliki posisi yang setara dengan pengusaha juga akan
semakin mudah untuk pindah pekerjaan sesuai dengan pilihan yang mereka
persoalan tersendiri. Sebagai reaksi dari dampak labor turn over maka
oleh pasar kerja non formal, artinya entry dan exit yang terjadi
87
intervensi agar pasar kerja non formal memiliki kualitas dan daya
b. Fleksibilitas pasar kerja bersifat new entrants. Dalam hal ini pasar
membutuhkannya.110
inti dari tujuan pasar kerja fleksibel adalah untuk mendistribusikan tenaga
110
Nurlina,...Op.Cit. hlm 7.
89
perusahaan.
91
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
normatif atau penelitian hukum yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga
yuridis normatif ada dua unsur yaitu unsur ideal dan unsur riel, unsur ideal
hukum, subjek hukum, hak dan kewajiban dan hubungan hukum, sehingga
B. Pendekatan Masalah
111
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007, hlm 14.
92
C. Spesifikasi Penelitian
hukum.114
112
Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2014, hlm 135.
113
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang,
2007, hlm 310.
114
Peter Mahmud Marzuki, Op.cit hlm 22.
93
penelitian.
hukum dan non hukum yang ada, seperti peraturan – peraturan yang ada, teori
yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional, yang didahului dengan
pustaka, metode penelitian dan diteruskan dengan analisis bahan hukum dan
hukum yang disajikan dalam penulisan ini berisi tentang teori-teori yang
95
yang dilakukan dengan cara memahami dan merangkai bahan hukum yang
atau makan teknis-yuridis yang lazim atau dianggap sudah baku. 117
Ketenagakerjaan.
Penafsiran yang dilakukan tidak terlepas dari bahan hukum yang sudah
diuraikan dengan secara bermutu dalam kalimat yang teratur, runtut, dan logis.
97
BAB IV
perlindungan hukum terhadap tenaga kerja, hal ini atur dalam Pasal 4 Undang-
yang bersifat timbal balik antara pekerja dan pengusaha. Hal ini dikarenakan
118
Abdul Khakim, Dasar – dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra aditya Bakti,
cetakan ke-4 edisi revisi, 2014. Hlm 12
98
jaminan hari tua, dan hak untuk berserikat dan berkumpul sebagaimana
masa selama bekerja (during employment), dan masa setelah bekerja (post-
perlindungan hak pada angkatan kerja yang berada dalam status Pengangguran
maupun Pengangguran terbuka, dan persamaan hak bekerja untuk tenaga kerja
lintas daerah maupun lintas negara. Dalam kata lain pre-employment juga
tenaga kerja yang pada Prinsipnya mempunyai kedudukan yang setara. Dalam
pasar kerja yang dimaksud dengan kedudukan yang setara adalah sebagaimana
dimaksud dalam pasar bebas itu sendiri, artinya setiap orang berhak untuk
pencari pekerjaan.
Pasar kerja adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan pencari kerja dan
lowongan kerja, yaitu pengusaha atau produsen, pencari kerja, perantara atau
100
pihak ketiga dimana terdapat kemudahan bagi kedua pihak untuk saling
berhubungan.121
doktrin apa yang berkembang dalam suatu negara. Hal ini dikarekan dari pola
hubungan industrial yang terjadi dalam suatu negara tergantung ideologi dan
doktrin apa yang berkembang, maka dari itu pasar kerja dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
121
Payaman Simanjutak, Masalah Upah dan Jaminan Sosial, Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan, Volume X Nomor 1, Hlm 32
122
Markus Sidauruk. Kebijakan Pengupahan di Indonesia: Tinjauan Kritis dan Panduan
Menuju Upah Layak. Jakarta: PT. Bumi Intitama Sejahtera, 2011. Hlm 87
123
Loc.Cit
101
pekerja dengan permintaan lapangan pekerjaan. Hal ini ditandai dengan masih
surplus tenaga kerja yang tidak bekerja (penggangguran) sebesar 5,28% atau
7,05 juta jiwa, 8,13 juta jiwa setengah menganggur, dan 28,41 juta jiwa
124
Ibid. Hlm 88
125
Loc.Cit
126
Ibid. Hlm 90
127
Loc.Cit
128
Ibid. Hlm 91
102
menghalangi fungsi pasar kerja, atau mendistorsi supply pekerja, atau merusak
atraktif untuk melakukan fungsinya, antara lain dalam merekrut pekerja untuk
kerja tidak mempunyai kedudukan yang seimbang, karena pencari kerja hanya
pekerjaan, selain itu pencari tenaga kerja atau pemberi kerja sering
129
Badan Pusat Statistik, Agustus 2019 : Tingkat Pengganguran Terbuka Sebesar 5,28%,
https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/11/05/1565/agustus-2019--tingkat-
pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-28-persen.html Diakses pada Rabu 09 September
2020 Pukul 02.30
103
perusahaan dan bukan faktor intern sebagai bagian yang tidak terpisahkan atau
Pasar tenaga kerja era industri 4.0 di Indonesia sendiri tidak terlepas
lapangan pekerjaan. Hal ini dikarenakan supply dan demand yang sangat
Sebagaimana diketahui bahwa pasar tenaga kerja era industri 4.0 harus
antara pekerja, pencari kerja, dan pemberi pekerjaan dalam pasar kerja.
Kebebasan ini dipandang membuka peluang bagi para penganggur dan pekerja
di sektor informal untuk mudah berpindah ke sektor formal yang dinilai lebih
130
D.Koeshartono dan M.F. Shellyana Junaedi, Hubungan Industrial Kajian Konsep dan
Permasalahan, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Cetakan pertama,
Yogyakarta, 2005, Hlm 21
104
kesempatan kerja
kerja di sektor formal kini justru menciptakan barisan pekerja yang yang
memiliki sedikit pilihan pekerjaan yang layak dan terbatasnya peluang untuk
tinggi dengan imbalan yang kurang memadai dan tidak ada kepastian akan
keberlanjutannya.
berbarengan dengan perbaikan kebijakan impor bahan baku dari hulu ke hilir
dalam meningkatkan efisiensi dan daya asing, dengan berbagai kendala dan
tantangan yang dihadapi dalam dua tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2015-
kontrak kerja waktu tertentu, atau melalui peraturan rekrutmen dan PHK yang
dimana pengusaha dapat merekrut dan melakukan PHK agar tetap sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini adalah suatu antitesa dari permasalahan
banyaknya pengangguran yang terjadi akibat masa kerja yang tetap atau
monopsoni.
tersebut bisa berdampak pada posisi tawar pekerja. Posisi tawar pekerja dalam
hal ini mengenai politik upah murah yang dihasilkan dari kesepakatan antara
kurang fleksibel dalam menyambut pasar kerja di era ekonomi industri 4.0.
untuk melakukan perluasan investasi. Hal ini juga perlu mendapat perhatian
133
Nurlina, Pasar kerja dan Ketenagakerjaan,…Op.Cit Hlm 4
108
1. Fleksibilitas External
masyarakat post-modern.
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian
kerja waktu tidak tertentu.
(8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
b. Peraturan rekruitment
tenaga kerja”.
perusahaan.
hingga 2003. Hal ini disebutkan dalam Pasal 151 ayat (1)
penyelematan perusahaan”.
adalah :
upah.
2. Fleksibilitas Internal
melihat batasan jam kerja maupun hari libur. Hal ini timbul karena
perhari 7 jam, dan 5 hari kerja untuk pekerja denga waktu kerja
perhari 8 jam.
fungsional ini juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja tetap dan
tenaga kerja kontrak sebesar 40% dalam satu perusahaan dan juga
perintah kerja yang sama. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu
lahir akibat adanya pasar bebas. Dapat dikatakan konsep alih daya
memenangkan persaingan.
134
Sehat Damanik, OutSourching dan Perjanjian Kerja Menurut UU 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Sebagai Penuntun untuk Merencanakan, Melaksanakan Bisnis
Outsourching dan Perjanjian Kerja, DSS Publicing, Jakarta, 2006, Hlm 46
124
kerja.
hal ini karena kebutuhan pasar tenaga kerja yang meningkat namun
perusahaan.136
136
D.Koeshartono dan M.F. Shellyana Junaedi, Hubungan Industrial Kajian Konsep dan
Permasalahan, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Cetakan pertama,
Yogyakarta, 2005, hlm.
128
company (for example, Hewlett Packard buys its laser engines from
jet).
4. Fleksibilitas Finansial
pengupahan untuk individu pekerja dinilai dengan rate for the job
performance wages.
pengupahan untuk individu pekerja dinilai dengan rate for the job
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain
di luar pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
134
berdasarkan :
skala upah tidak boleh ada dibawah Upah minimun yang ditetapkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Produk hukum yang lahir tersebut dapat dikatakan lahir dari konstelasi
politik yang ada didalam negeri. Dalam studi tentang hukum banyak
diidentifikasi yang dapat diberikan sebagai sifat atau karakter hukum seperti
memaksa, tidak berlaku surut dan umum. Dalam berbagai studi tentang hukum
juga mempunyai sifat abstrak, yakni mengatur hal-hal yang belum terkait
138
Moh. Mahfud MD, , Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm.26
137
karakter produk hukum yang secara dikotomis dibedakan atas hukum otonom
dan hukum menindas seperti yang dikemukan Nonet dan Selznick, serta
produk hukum berikut ini dikhususkan pada dikotomi antara hukum otonom
dan hukum menindas serta hukum responsif dan hukum ortodoks. Kemudian
mempunyai 2 jenis yaitu, produk hukum yang bersifat responsif atau populis
masyarakat.139
Produk hukum ini dalam proses pembuatannya dinilai lebih tertutup terhadap
139
Ibid. Hlm32
138
tuntutan atau aspirasi dari kelompok maupun individu dalam masyarakat, yang
artinya produk hukum ini memberikan ruang bagi masyarakat sangat kecil
atau tidak sama sekali.140 Mahfud M.D membagi 3(tiga) indikator untuk
hukum, sifat fungsi hukum dan kemungkinan penafsiran atas sebuah produk
142
Risalah Pembacaan Putusan Perkara 012/PUU-I/2003, Pengujian Undang-undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Kamis 28 Oktober 2004
140
oleh IMF dan World Bank. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
143
Noer Fauzi Rachman, MP3EI : Master Plan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-
Ekologis Indonesia, Yogyakarta, 2014, Tanah Air Beta, hlm 59
141
hukum yaitu :
dari proses pembuatan dan juga dari tujuan yang terkandung dalam
konsideran.
1997, yang berlanjut hingga Desember 2003. Hal ini terjadi karena
Program Dialogue) dengan IMF, di mana tim IMF akan datang dua
144
Haryo Aswicahyono David Christian Perjalanan Reformasi Ekonomi Indonesia 1997-
2016, CSIC Working Paper Series, Jurnal Working Paper Volume 2 Nomor 4, 2017, Hlm
4
145
Ibid Hlm 5
145
kerjanya.
yaitu :
seluruhnya.
bertujuan :
white paper.
ada dalam peraturan pelaksana yang akan dibuat, hal ini kemudian
146
Moh Mahfud Md, Politik Hukum Indonesia, Loc.cit
149
yang lahir dari aspirasi masyarakat yang dituju dalam suatu produk
Undang Ketenagakerjaan.
Charda :
negara.
mendorong tumbangnya rejim Orde Baru pada Mei 1998. Menurut Krugman,
150
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globasisasi, Insist , Yogyakarta,
2009, hlm 49.
152
Rights atau SDR 7.338 juta kepada pemerintah Indonesia pada 5 November
1997. Pencairan pertama senilai SDR 2.200 juta atau sekitar 3.040 dolar AS,
hal ini dikarenakan kondisi keuangan Indonesia masih belum pulih. 151
sebuah teori yaitu development state atau teori pembangunan negara yang
dalam mengontrol wilayah serta sumber daya yang dimiliki. Cara ini semata-
tate led development atau teori developmental state yang diungkapkan Chalm
153
Poppy S. Winanty, Development State dan Tantangan Globalisasi, Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Fisipol UGM, Volume 7 Nomor 2, 2003, Hlm 134
154
apat dilihat dari karakteristik khusus yang dimilikinya. Fritz dan Menocal send
nfrastruktur fisik maupun sosial yang akan dibuat oleh Pemerintah Indonesia.
Pasca reformasi Indonesia sudah menjadi negara yang memberikan pasar kelel
uasaan untuk memandu pembangunan yang terjadi di Indonesia, atau lebih dik
fisik maupun sosial dipandu oleh Pasar. Menurut Danny Quash dalam Market
kebijakan sangat penting agar kekuatan pasar dapat beroperasi dengan baik.
Hak kekayaan intelektual dan stabilitas ekonomi makro juga penting karena
156
Mansour Fakih, Op.Cit, hlm 39
157
Thomson, Grahame. Economic Dynamism in The Asia Pasific: The Growth of
Integration and Competitiveness. London, Routledge, 1998. Hlm 58
158
Diakses dari https://www.tutor2u.net/economics/reference/market-led-versus-state-led-
developmen// Pada 07 Juli 2020
156
tanpa adamya perlindungan Haki dan stabilitas ekonomi makro hasil yang
sejumlah doktrin neoliberal yang harus dianut dalam suatu negara adalah :
Washington adalah arahan ekonomi yang digagas oleh John Willianson, Jhon
159
Loc.Cit
160
Noer Fauzi Rachman, MP3EI : Master Plan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-
Ekologis Indonesia, Yogyakarta, 2014, Tanah Air Beta, hlm 59
157
menyambut persaingan pasar bebas, hal ini karena para ahli yang sepakat
mengalami krisis akibat terjadinya krisis moneter yang melanda dunia pada
perluasan makna dari teori perubahan struktural yang dikeluarkan oleh Arthur
161
Loc.Cit
162
Timotius Priyanto, Mencari Equilibrium Ekonomi Baru Negara atau Pasar yang
Memimpin, diakses dari https://www.kompasiana.com/timapriyanto/mencari-equilibrium-
ekonomi-baru-negara-atau-pasar-yang-memimpin/page-3 pada 29 juni 2020 pukul 21.05
158
ketimpangan akses pendidikan yang tidak merata. Hal ini berdampak pada
kualitas tenaga kerja di Indonesia. Kualitas tenaga kerja pada saat itu masih
didominasi oleh tenaga kerja tidak terampil. Tenaga kerja tidak terampil ini
peran pasar dan campur tangan negara maupun antara pembangunan ekonomi
yang dianggap sebagai solusi untuk melepaskan Indonesia dari krisis moneter
163
Agusmidah, Dilematika Hukum Ketenagakerjaan Tinjauan Politik Hukum, Sofmedia, M
edan, 2011, hlm. 10.
159
unsur yang tergabung dalam Gerakan Serikat Buruh Indonesia. GSBI menilai
IMF melalui Letter of Intens.164 Dalam Letter of Intens tersebut tidak hanya
berisi juga mengenai arah pembangunan nasional yang dipandu oleh IMF,
164
Suhendra, Ketika Indonesia Bertekuk Lutut Kepada IMF Diakses dari tirto.id
https://tirto.id/ketika-indonesia-bertekuk-lutut-kepada-imf-czic Pada 14 September 2020
Pukul 22.30
160
melakukan politik upah murah yang dijalankan oleh pemilik modal. Politik
upah murah lahir karena adanya ketimpangan kepimilikan alat produksi dalam
suatu hubungan produksi dan mengenai kualifikasi tenaga kerja yang masih
didominasi oleh tenaga kerja tidak terampil. Dalam hubungan produksi jelas
modal mempunyai alat produksi baik itu berbentuk modal maupun alat yang
dipakai dalam produksi itu sendiri. Sedangkan tenaga kerja hanya memiliki
tenaga maupun kemampuan yang dikuasai saja untuk ditukar dengan gaji
maupun upah.
Karakter produk hukum yang demikian tidak menyediakan akses khusus bagi
dirugikan dalam hubungan kerja, hal ini dikarekan kedudukan yang tidak
seimbang antara penanam modal dan pekerja. Kerugian dalam hubungan kerja
161
nasional.
yang diwakili oleh serikat buruh harus selalu diajak berpartisipasi dalam
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat upah yang
demokrasi bagi pekerja, apabila upah yang diterima untuk tidak bisa
posisi tawar pekerja dalam hubungan kerja. Hal ini didasari pada penjelasan
diatas bahwa dalam melaksanakan hubungan kerja harus ada unsur yang
pekerjaan, upah, dan perintah. Hal ini jelas membuktikan bahwa adanya
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pekerja yang berada dalam sektor pasar kerja informal kearah sektor
Hubungan Kerja yang diatur dalam BAB XII lebih khusus diatur
dalam Pasal 163, Pasal 164, Pasal 165 dan Pasal 167, pengaturan PHK
163
164
tersebut didasarkan pada suatu hal baik sesuai dengan Pasal 158 ayat
(1) maupun suatu hal selain dalam Pasal 153 ayat(1). Pasal selanjutnya
Sistem kerja kontrak atau lebih dikenal dengan sistem kerja dengan
Waktu tertentu diatur dalam Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58 dan Pasal 59.
B. Saran
Pemerintah hendaknya membuat produk hukum yang mengatur
tenaga kerja makro maupun perencanaan tenaga kerja mikro serta membuat
mengakomodir saran yang diberikan oleh seluruh pihak yang ada dalam
tenaga kerja dan pencari tenaga kerja dalam pasar kerja dan memberikan
perlindungan hukum bagi tenaga kerja serta kepastian hukum bagi pekerja
Buku
Asshiddiqie, Jimly. (1997). Teori & Aliran Penafsiran Hukum Tata Negara.
Jakarta: Ind. Hill.Co.
Bambang, R. Joni. (2013). Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: Pustaka Setia
Fakih, Mansour. (2009). Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: Insist.
HR, Ridwan. (2014). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.
Junaedi, Koeshartono D. (2005). Hubungan Industrial Kajian Konsep dan
Permasalahan. Yogyakarta: Penerbitan universitas atma jaya yogyakarta.
Kelsen, Hans. (1971). General Theory of Law and State. New York: Russel and
Russel.
Khakim, Abdul. (2014). Dasar – dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Vol.
4). Bandung: Citra aditya Bakti.
Latief, Abdul, & Hasbi, Ali. (2010). Politik Hukum,. Jakarta: Sinar Grafika.
Marzuki, Peter Mahmoud. (2014). Penelitian Hukum Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
MD, Moh. Mahfud. (2011). Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi.
Jakarta: Rajawali Pers.
MD, Moh. Mahfud. (2011). Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Mertokusumo, Sudikno. (2005). Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Liberti,.
Midah, Agus. (2011). Dilematika Hukum Ketenagakerjaan Tinjauan Politik
Hukum. Medan: Sofmedia.
Rahardjo, Satjipto. (2000). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Shamad, Yunus. (1995). Hubungan Industrial di Indonesia1995. Jakarta: Bina
Sumberdaya Manusia
Soekanto, Sarjono, & Mamudji, Sri. (2007). Penelitian Hukum Normatif,. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Soeroso, R. (2009). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
166
167
Jurnal
Sumertayasa, Putu Gede. A., & Nuryanti, Dewa Ayu. F. (2016). Peran dan Fungsi
Pemerintah dalam Hubungan Imdustrial. Jurnal Hukum Bisnis Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
Tjandraningsih, Hari Nugroho. (2013). Kertas Posisi Fleksibilitas Pasar Kerja
dan Tanggung Jawab Negara: Media Neliti. Retrieved from Media neliti:
http://media.neliti.com
Winanty, Poppy. S. (2003). Development State dan Tantangan Globalisasi,.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fisipol UGM, VII, 130-141.
Website