Anda di halaman 1dari 7

Tanah

130 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Perkakas













Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya
dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan
cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber
bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Tanah" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Oktober
2019)
Artikel ini membahas tanah sebagai benda bentukan alam. Untuk tanah
sebagai objek hukum, lihat artikel lahan.

Profil tanah, memperlihatkan beberapa horizon


tanah.
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum; bahasa Inggris: soil) adalah
bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.[1]
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan unsur
hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-
rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh.
Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.[2][3]
Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu
tanah.
Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air
dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.[4]
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air
dan udara merupakan bagian dari tanah.

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Dalam upaya menjelajahi etimologi kata 'tanah' sangat penting untuk terlebih
dahulu memahami bahwa, memang ada kasus ambiguitas yang tidak bisa
dihindari dalam subjek ini, yaitu: 'tanah' untuk sebutan salah satu dari empat
materi atau unsur kosmologi (api, udara, air dan tanah); lapisan bumi paling atas
tempat tanaman tumbuh; dan, 'tanah' yang sinonim dengan 'negeri' atau
'kampung halaman'. Seperti halnya ambiguitas makna kata 'tanah' dalam bahasa
Indonesia, dalam bahasa Inggris, kasus yang sama juga terjadi. Hal ini
setidaknya tergambar dari penjelasan kata 'soil' dalam situs britannica.com:
Definisi pertama, 'soil' merujuk pada "lapisan atas bumi tempat tanaman
tumbuh"; Definisi kedua, 'soil' merujuk pada "tanah atau wilayah dari negara
tertentu."[5]
Pada umumnya, asal-usul kata ‘tanah’ dalam berbagai bahasa di dunia, bisa
dikatakan tidak terlepas dari atribut Istri Dewa Siwa, Shakti ( Śakti , शक्ति) dengan
nama lain Parvati, Tara, Uma, Bhavani yang, dikenal sebagai ibu bumi dalam
tradisi Hindu.[6] Ketiga nama terakhir inilah yang menjadi asal-usul nama 'tanah'
ataupun 'negeri' dalam berbagai bahasa di dunia.
Nama Tara, terserap menjadi kata Terra dalam bahasa Latin, Portugis, Catalan,
dan beberapa bahasa Indo-Eropa lainnya. Jika di dalam tradisi India
kuno Parvati atau Tara dikenal sebagai ibu bumi maka, dalam mitos
Polinesia, Tara adalah dewi laut; dalam bahasa Latin, dia dikenal
sebagai Terra "Ibu Pertiwi"; ibu dewi Druid adalah Tara; di Finlandia, Wanita
Bijaksana dikenal sebagai Tar; di Amerika Selatan, suku asli di hutan
memanggilnya Tarahumara.[7]
Dengan merujuk pada pertimbangan pertukaran fonetis yang umum saling terjadi
di antara fonetis kelompok artikulatoris dental (n, d, t, r, l) maka, dapat dilihat
bahwa kata tana' (sebagai bentuk awal dari kata 'tanah') juga merupakan
hasil morfologi fonetis dari nama 'Tara' (fonetis r pada ‘tara’ berubah
menjadi fonetis n untuk kata ‘tana’). Hasil morfologi lainnya yaitu rana'
(bentuk awal dari kata 'ranah').
Berikut ini tinjauan morfologi fonetis pada nama 'tara' dengan mengacu pada
morfologi fonetis kelompok artikulatoris dental: tara → tana → tada → tata → tala
→ nara → nana → nada → nata → nala → dara → dana → dada → data → dala
→ rara → rana → rada → rata → rala → lana → lada → lata → lara → lala. Dari
bentuk nama yang dihasilkan ini, bentuk tana dan rana ada di dalamnya.
Nama 'Uma' bermorfologi, menghasilkan
kata umah → omah → rumah → huma[8] (dan bahkan, mungkin, kata
'home' dalam bahasa Indo-Eropa juga bagian dari morfologi ini).
Nama Bhavani dengan bentuk maskulin Bhavana bermorfologi membentuk
kata 'buana',[9] dengan beberapa bentuk morfologi lainnya
seperti benua, banua, wanua dan panua. Dalam beberapa bahasa tradisional di
Indonesia, kata wanua atau banua bisa bermakna "rumah" dan juga "negeri".
Abraham Rees dalam "The Cyclopaedia; Or, Universal Dictionary of Arts,
Sciences and Literature - Volume 28" menyatakan bahwa pada pemeriksaan
karakter dan sejarah Prithvi (Pertiwi), dia ditemukan sesuai
dengan Tellus, Terra, Vesta dari mitologi Yunani. Permaisuri Siwa, Parvati,
terkadang muncul dalam karakter dewi bumi, dan kemudian disebut Bhudevi,
tetapi Prithvi (Pertiwi) selalu dianggap sebagai wujud Lakshmi.[10]
Dalam kitab mitologi Bugis Sureq Galigo, kata ‘Ale Kawa’ merujuk pada dunia
tengah (bumi) tempat hidup manusia (dunia atas dan dunia bawah dianggap
tempat para dewa). Yang menarik, secara harfiah, ‘Ale Kawa’ berarti "tubuh
Hawa". Dalam Bahasa Bugis, ale= tubuh, Kawa= Hawa. Pemaknaan ini senada
dengan penulisan nama Hawa dalam Ibrani ‫( ַח ָּוה‬khavá). Jadi, jika dalam mitologi
India dan mitologi bangsa-bangsa lainnya tanah ataupun bumi dipersonifikasikan
sebagai analogi dari Hawa dengan menyamarkannya dalam bentuk nama
seorang dewi maka, dalam mitologi Bugis, bumi dipersonifikasi sebagai analogi
Hawa dengan secara spesifik menyebut namanya: "tubuh Hawa".
Demikianlah, sepintas, manusia yang hidup di zaman modern seperti korban dari
limpahan kata-kata ambiguitas yang terlahir dari kegemaran orang-orang di
zaman dahulu dalam bemain metafora untuk mempersonifikasi sosok yang
mereka sucikan dan mereka anggap memiliki aspek ilahiah (divine), tetapi, ada
satu kata — yang juga berarti 'tanah' — yang sulit untuk dibuktikan bahwa kata
itu berasal dari nama dewa-dewi di zaman kuno, yaitu kata: watu / batu. Pada
hari ini, kata 'watu' masih dapat dijumpai pada toponim uluwatu di Bali yang
artinya "ujung tanah" (ulu= ujung, watu= tanah). Makna ini setidaknya sesuai
dengan letak geografis uluwatu yang memang berada di ujung paling selatan
pulau Bali. Sementara itu, kata 'batu' dengan bentuk ejaan
kuno 'batoe' digunakan dalam peta John Pinkerton (1818) Map of the East Indies
and Southeast Asia, untuk toponim bernama 'batoe matoa' artinya "tanah tua"
(batoe= tanah, matoa= tua) yang dalam peta tersebut tampaknya terletak di
wilayah Luwu, Sulawesi Selatan.

Pembentukan tanah (pedogenesis)[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Pedologi
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk
tubuh unik yang menutupi batuan.[11] Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang
terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon
menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja
di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang
telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika
faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi
(topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima
faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi
tanah.[12]
Tanah terbentuk dari batuan dan batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk
berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan yaitu proses
hancurnya batuan menjadi tanah. Batuan dapat mengalami pelapukan karena
berbagai faktor, di antaranya cuaca dan kegiatan makhluk hidup. Faktor cuaca
yang menyebabkan pelapukan batuan, misalnya suhu dan curah hujan.
Pelapukan yang disebabkan oleh faktor cuaca ini disebut pelapukan fisika.
Adapun makhluk hidup yang menyebabkan pelapukan, misalnya pepohonan dan
lumut yang disebut pelapukan biologi. Tanah terbentuk dari beberapa faktor :
batuan , iklim, jazad hidup, topografi dan waktu. Adanya berbagai berbedaan dari
faktor-faktor tersebut , maka proses pelapukan dan pembentukan tanah
berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan jenis tanah antara satu
daerah dengan daerah lainnya.

Mitologi[sunting | sunting sumber]


Bagi orang Papua tanah dipandang sebagai ibu atau mama dalam bahasa lokal
yang melahirkan , memberi makan, merawat dan mendidik. Tanah dipandang
sebagai rahim yang menjadi sumber penghidupan. Suku Arfak menyebut tanah
ibarat air susu ibu yang dibutuhkan bayi. Suku Amungme menganggap dirinya
adalah bagian dari alam sekitar, oleh karena itu jika kita merusak alam berarti
manusia tersebut merusak dirinya sendiri. Demikian juga dengan suku Kamoro
yang menganggap tanah sebagai sumber lahirnya manusia keluar yang diartikan
sebagai lahir dari dari mata air yang disebut Bunyomane.[13]

Pengurai[sunting | sunting sumber]


Makanan utama rayap selain selulosa pada kayu,
juga selulosa yang terdapat pada sabuk kelapa, rumput, kertas, karton, tekstil
dan kulit-kulit tanaman. Mereka juga mengonsumsi jamur sebagai bahan
makanannya. Kelompok rayap dari sub-famili Mastotermetinae (famili
Termitidae) membudidayakan jamur Termitomyces (Basidiomycetes) dalam
koloninya, jamur ini dimakan oleh anggota koloni yang masih muda. Rayap juga
ada yang mengomsumsi tanah yang mengandung mineral, karbohidrat,
mikroorganisme tanah dan polyphenolic. Sekitar 60% dari famili termitidae
mengomsumsi tanah sebagai bahan makanannya.
Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memakan organisme mati
dan produk-produk limbah dari organisme lain. Pengurai membantu siklus nutrisi
kembali ke ekosistem.
Dekomposer membuat tanah kaya dengan menambahkan senyawa organik
dengan itu. Zat seperti karbon, air dan nitrogen dikembalikan ke ekosistem
melalui tindakan pengurai. Yang termasuk contoh pengurai (dekomposer)
adalah serangga, cacing tanah, bakteri, jamur, belatung,
lactobacteria, kecoa, ragi, siput, lumut, dan actinomycetes/actinobacteria.
Dekomposer atau pengurai adalah makhluk hidup yang memperoleh energi
dengan cara menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati.

Komponen[sunting | sunting sumber]


Komponen tanah adalah susunan dari proses terjadinya tanah. Tanah bukan
merupakan timbunan bahan padat dalam sistem yang mati dan statis, namun
merupakan suatu sistem yang dinamis dan hidup yang mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Setiap tanah tersusun dari bahan mineral/anorganik, bahan
organik, air tanah, dan udara. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan
batuan, sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang
mati. Namun demikian perbandingan masing-masing bahan komponen
penyusun tanah itu berbeda-beda pada setiap tanah dan berubah-ubah setiap
saat. Untuk perbandingan komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman
secara idealnya adalah bahan mineral 45% , bahan organik 5%, air 25% dan
udara 25%.
Jenis-Jenis Organisme[sunting | sunting sumber]
Di dalam tanah terdapat jenis-jenis organisme tanah yang mempunyai fungsi
dalam mata rantai kehidupan. Organisme yang terdapat di dalam tanah, ada
beberapa jenis di antaranya adalah: pemecah bahan organik
seperti tungau , kumbang, dan collembola yang memecah-mecah bahan organic
yang besar menjadi bagian-bagian kecil, pembusuk bahan organik
seperti jamur dan bakteri yang memecahkan bahan-bahan cellular.
Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di
dalam tanah. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah,
ulat-ulat, dan jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah
sehingga struktur tanah menjadi stabil dan tahan terhadap erosi. Patogen seperti
jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang jaringan tanaman.
Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur
tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebagai sumber
makanan mereka.

Karakteristik[sunting | sunting sumber]


Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami
proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada
yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari
masa Pleistosen.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-
organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung
mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari
pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama
lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung
memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik
(substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini
biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil
dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena
memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air
namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan
memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel
pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi
tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran
didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah
dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal
sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna
tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, cokelat, merah bata, jingga,
kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan
perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau
pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap sering kali menandakan
kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun
proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh
kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau
kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna
yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya.
Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan
warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola
warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.[14]
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi
antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga
fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang
antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun
ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik
bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki
agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang.
Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan kadar lempungnya sehingga
kekurangan makropori.

Manfaat[sunting | sunting sumber]


Manfaat tanah bagi kehidupan manusia antara lain tanah sebagai lahan, bahan
baku industri dan sumber energi.
1. Tanah sebagai lahan , dimanfaatkan untuk pemukiman, lahan industri, lahan
pertanian dan lain-lain.[15]
2. Tanah sebagai bahan mentah industri antara lain : Tanah liat, lempung
merupakan bahan pembutan gerabah, bahan baku semen, bahan bangunan
(genteng, bata), lumpur untuk pengeboran minyak, cetakan pengecoran besi.
Tanah kaolin sejenis liat, lunak, warnanya putih/kuning/abu-abu kaya aluminium
silikat dan dapat digunakan untuk bahan baku kertas, tekstil, kimia dan keramik.
3. Tanah sebagai sumber energi. Tanah gambut merupakan salah satu sumber
energi alternatif. Daerah persebaran tahan gambut di Indonesia terdapat
di Sumatra Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
dan Papua.

Pencemaran tanah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Pencemaran tanah
Pencemaran tanah terjadi akibat masuknya benda asing (misalnya senyawa
kimia buatan manusia) ke tanah dan mengubah suasana/lingkungan asli tanah
sehingga terjadi penurunan kualitas tanah. Pencemaran dapat terjadi karena
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia,
atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara sembarangan (illegal
dumping).

Anda mungkin juga menyukai

  • Gereja Katolik Roma
    Gereja Katolik Roma
    Dokumen2 halaman
    Gereja Katolik Roma
    linda
    Belum ada peringkat
  • Angin
    Angin
    Dokumen5 halaman
    Angin
    linda
    Belum ada peringkat
  • Islam
    Islam
    Dokumen1 halaman
    Islam
    linda
    Belum ada peringkat
  • Pembentukan Hujan Asam
    Pembentukan Hujan Asam
    Dokumen1 halaman
    Pembentukan Hujan Asam
    linda
    Belum ada peringkat
  • Istilah Pelayaran
    Istilah Pelayaran
    Dokumen5 halaman
    Istilah Pelayaran
    linda
    Belum ada peringkat
  • Angin
    Angin
    Dokumen1 halaman
    Angin
    linda
    Belum ada peringkat
  • Cuaca
    Cuaca
    Dokumen1 halaman
    Cuaca
    linda
    Belum ada peringkat
  • Suhu
    Suhu
    Dokumen1 halaman
    Suhu
    linda
    Belum ada peringkat
  • MLC
    MLC
    Dokumen18 halaman
    MLC
    linda
    Belum ada peringkat
  • Hujan
    Hujan
    Dokumen3 halaman
    Hujan
    linda
    Belum ada peringkat