Ndinarti (D1D118020)
Ndinarti (D1D118020)
Oleh:
NDINARTI
NIM. D1D118020
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2022
PENGARUH KOMPOS LIMBAH BUAH NENAS TERHADAP SIFAT FISIKA
TANAH ULTISOL DAN HASIL TANAMAN CABAI KERITING (Capsicum
annum L.)
Proposal
Oleh:
NDINARTI
NIM. D1D118020
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Ndinarti
NIM : D1D118020
Jurusan/Program Studi : Ilmu Tanah
Menyetujui;
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi
Ilmu Tanah
Tanggal disetujui:
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol dan hasil Tanaman Cabai Keriting (Capsicum
annum L.).” dapat diselesaikan dengan baik . Penyusunan proposal ini ini tidak lepas
dari bantuan pihak berupa saran, kritik dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis
tingginya kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo. M.Si, selaku pembimbing I dan Ibu
Ir. Namriah, M.Sc sebagai pembimbing II yang telah banyak membantu baik secara
moral maupun bimbingan, saran, kritik, nasehat, serta permohonan maaf atas segala
kesalahan penulis baik yang disengaja maupun tidak disengaja mulai awal bimbingan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul.................................................................................................i
Halaman Judul.....................................................................................................ii
Halaman Pengesahan..........................................................................................iii
Kata Pengantar....................................................................................................iv
Daftar Isi...............................................................................................................v
Daftar Gambar....................................................................................................vi
Daftar Lampiran.................................................................................................vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3. Tujuan dan Kegunaan................................................................................ 4
v
3.6. Analisa Data...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
LAMPIRAN.........................................................................................................20
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Denah Penelitian...........................................................................................21
viii
I. PENDAHULUAN
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang memiliki sebaran
luas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia yang
terbentuk dari proses pelapukan dan pembentukan tanah yang sangat intensif pada
tanah Ultisol dapat melepaskan unsur hara yang hilang sehingga menyisakkan
pelapukan dengan unsur hara yang rendah bagi tanaman (Antonius et al., 2018).
Tanah Ultisol memiliki sifat fisik tanah seperti porositas tanah, dan
permeabilitas tanah rendah sampai sangat rendah, kemantapan agregat tanah dan
kemampuan tanah menahan air yang rendah. Tanahnya berwarna merah kekuningan,
kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah
liat hingga liat berpasir. Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan
kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering
Pemanfaatan lahan pada jenis tanah Ultisol ini sering kali dihadapkan pada
beberapa kendala karena mempunyai sifat kimia dan fisik yang kurang mendukung
yang sering di jumpai pada tanah Ultisol antara lain kemantapan agregat yang rendah
sehingga tanah mudah padat, permeabilitas yang lambat dan daya pegang air serta
total ruang pori yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat di terapkan
Indonesia. Buah cabai keriting mengandung zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan
manusia, antara lain: kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A dan C), zat warna
kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin dan lutein. Selain itu, cabai
keriting mengandung mineral seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor dan niasin
tahun 2019, baik itu cabai keriting maupun cabai rawit terus mengalami peningkatan.
Jika dilihat pada tahun 2016 konsumsi (kg/kapita/tahun) untuk total konsumsi cabai
2,90 kg/kapita, ditahun 2017 (2,95 kg/kapita), tahun 2018 (3,00 kg/kapita) dan tahun
2019 (3,05 kg/kapita). Sedangkan cabai keriting pada tahun 2016 jumlah konsumsi
sebesar 1,55 (kg/kapita), di tahun 2017 jumlah konsumsi menjadi 1,56 (kg/kapita)
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman cabai dengan cara
mengolah lahan secara tepat agar kesuburan tanah tetap terjaga. Pemupukan
Pupuk organik merupakan salah satu pupuk yang berasal dari sisa tanaman
dan hewan yang sudah mengalami perombakan dan mampu meningkatkan kesuburan
3
kimiawi tanah, meningkatkan kesuburan biologi tanah, dan mempengaruhi sifat fisik
tanah yaitu merangsang granulasi dan meningkatkan suplai serta ketersediaan unsur
hara seperti N, P dan K. Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair, pupuk
organik padat berasal dari sampah organik seperti kulit nenas, bahan organik ini harus
mengandung hara yang dibutuhkan tanaman, seperti, Kalium 08,25 ppm, Nitrogen
01,27 %, Kalsium 27,55 ppm, Magnesium 137,25 ppm, Natrium 79,52 ppm, Besi
01,27 ppm, Mangan 28,75 ppm, Tembaga 0,017 ppm, Seng 0,053 ppm dan Organik
Carbon 03,10 %.
judul “Pengaruh Kompos Limbah Buah Nenas Terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol
perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman cabai keriting?
2. Belum diketahui berapa dosis pupuk bokashi limbah buah nenas yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan
perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman cabai keriting.
2. Untuk mengetahui berapa dosis pupuk bokashi limbah buah nenas yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan
informasi dalam pengelolaan tanah Ultisol yang menggunakan pupuk bokhasi limbah
Tanah Ultisol memiliki sifat fisik tanah seperti porositas tanah, dan
permeabilitas tanah rendah sampai sangat rendah, kemantapan agregat tanah dan
kemampuan tanah menahan air yang rendah. Tanahnya berwarna merah kekuningan,
kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah
liat hingga liat berpasir. Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan
kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering
Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa
berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang mempunyai
kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organic pada lapisan atas.
Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakuan melalui
Keberadaan air juga berpengaruh pada proses pelapukan mineral dan bahan-bahan
organik dalam tanah. Dengan air maka dapat terjadi reaksi dalam tanah yang akan
6
membantu kelarutan unsur hara yang penting untuk tanaman. Air juga berfungsi
sebagai media transport hara ke akar-akar tanaman. Tetapi jika ketersediaan air
terlalu banyak maka akan membatasi pergerakan udara dalam tanah dan menghambat
sebaliknya, jika kekurangan air maka tanaman tidak dapat melakukan aktivitasnya
dan secara perlahan tanaman juga akan mati kekeringan. Kadar air merupakan selisih
masukan air dari prespitasi (meliputi hujan, salju dan kabut) yang menginfiltrasi
tanah ditambah hasil kondensasi (oleh tanaman dan tanah) danabsorbsi (oleh tanah)
dikurangi air yang hilang lewat evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi dan
degradasi struktur tanah akibat fungsi pengelolaan. Selain itu pada lahan budidaya
yang tidak tererosi, bahan organik hilang secara cepat. Hal ini ditemukan di Missouri
Agricultural Experiment Station bahwa sebagai hasil budidaya lebih dari 60 tahun,
tanah pada keadaan yang tidak tererosi bahan organik hilang sepertiganya, kehilangan
Kehilangan bahan organik sekitar 25% pada 20 tahun awal, sekitar 10% pada 20
tahun kedua dan hanya sekitar 7% pada 20 tahun ketiga (Rosyidah dan
Wirosoedarmo,2013).
perkembangan tanaman. Air yang diserap tanaman adalah air yang berada pada pori-
7
pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi dan ukuran pori yang berbeda-beda,
Kadar air adalah perbandingan antara berat air dan berat butiran padat. Kadar
air berkaitan erat dengan ukuran butiran, berat volume tanah, dan porositas.
pengujian berat volume. Tanah dengan tekstur halus, seperti tanah liat, memiliki
ruang pori lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak (Kusuma
et al., 2018).
Kadar air tanah merupakan salah satu karakteristik tanah yang perannya
cukup penting dalam bidang pertanian. Secara umum apabila kandungan air semakin
tinggi maka tekanan tarik yang terjadi semakin rendah. Kadar air juga sangat
berperan penting dalam produktivitas tanaman. Kadar air yang terkandung dalam
tanah, selain untuk mempengaruhi gaya tarik antara partikel tanah juga dapat
mempengaruhi gaya tarik antara tanah dengan bahan alat pada waktu pengolahan
tanah. Air yang terdapat pada tanah berupa lapisan air yang mengikat partikel-partikel
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar
tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Pada
tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah
8
tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-
pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas
menjadi lambat. Kemantapan agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah
ruang pori tanah, sehingga mempengaruhi penyediaan air, udara dan unsur hara.
tanah untuk meretensi air dan unsur hara. Bahan organik tanah bermanfaat sebagai
pengikat pertikel tanah. Agregat yang kurang stabil dan bahan organik rendah
kandungan C- organik tanah dan semakin tingginya kandungan liat dalam tanah akan
tanah dari serangan energi luar, seperti energi kinetik curah hujan dan pengolahan
tanah. Selain itu bahan organik mampu mengikat butir tunggal menjadi agregat dari
agregat mikro menjadi agregat meso dan makro yang mempunyai ruang pori antara
agregat tersebut. Semakin besar agregat yang terbentuk, ruang pori yang bersebelahan
dengan agregat juga semakin besar dan bobot isi tanah semakin rendah, sehingga
kapasitas tanah dalam meretensi air pun tinggi (Yulnafatmawita et al., 2010).
kompleks dan dinamis. Sifatnya yang sangat labil dan kandungannya dapat berubah
tanah mencerminkan kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan tolak
rendahnya jumlah bahan organik tanah yang tersedia dalam tanah tersebut.
Rendahnya kandungan bahan organik disebabkan antara lain letak lahan yang
berlereng. Pada lahan berlereng kemungkinan terjadinya pencucian unsur hara pada
saat hujan cukup tinggi, sehingga menghanyutkan partikel-partikel tanah yang berada
permukaan tanah sekitar 3-5%. Tanah yang banyak mengandung bahan organik
adalah tanah-tanah lapisan atas atau topsoil. Sehingga pada lahan berlereng tanah ini
sangat rentan kehilangan bahan organik. Kandungan bahan organik tanah semakin
menurun seiring dengan penambahan kedalaman tanah. Semakin dalam, maka bahan
menjadi meterian baru seperti halnya humus. Kompos umumnya terbuat dari sampah
organic yang berasal dari dedaunan dan kotoran hewan, yang sengaja di tambahkan
kebanyakan hanya dibuang dan menjadi sampah. Salah satu limbah hasil pertanian
adalah limbah buah nanas yang merupakan bahan buangan dari pabrik pengolahan
buah dan pasar buah. Jumlah dari limbah nanas ini cukup besar, karena buah nanas
merupakan salah satu komoditi buah yang cukup penting dan menarik hal ini
Limbah buah nenas adalah berupa kulit, mata dan bagian buah lain yang tidak
menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah mengolah limbah buah nanas menjadi pupuk bokoshi yang dapat
dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi
11
maupun dataran rendah. Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya
tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai keriting. Untuk mendapatkan
kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting cocok dengan tanah yang
subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing
hortikultura kelompok sayuran buah yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
cabai guna memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat setiap tahun dan
berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai (Hapsoh et al., 2017).
lahan yang sangat luas untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Namun
pengembangan pertanian di daerah ini masih memiliki kendala dan masalah pada
tingkat kesuburan tanah yang rendah, terutama pada tingkat produktivitasnya rendah.
Hal ini disebabkan lahan pertanian di daerah ini umumnya didominasi tanah Ultisol
yang sifat fisik tanahnya seperti kadar air tanah, kemantapan agregat tanah dan
kemampuan tanah menahan air yang rendah. Sehingga, dengan pemberian pupuk
bokashi limbah buah nenas menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan sifat fisik
pada tanah serta dapat meningkatkan produksi tanaman cabai keriting. Secara
sistematis kerangka pikir pada penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1
12
Tanah Ultisol
2.6. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh aplikasi Kompos limbah buah nenas terhadap perubahan sifat
2. Minimal terdapat satu dosis pupuk Kompos limbah buah nenas yang memberikan
pengaruh terbaik terhadap perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Lahan Percobaan II. Analisis tanah akan
Universitas Halu Oleo Kendari. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah Ultisol, benih
tanaman cabai keriting, pupuk bokashi buah nenas, kertas label, terpal, polybag
ukuran 40 × 40 cm dan air. Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu,
parang, cangkul, gembor, meteran, penggaris, timbangan, tali rafia, kamera, alat tulis
menulis, dan alat laboratorium yang akan digunakan untuk analisis tanah sifat fisik
bahan yang terdiri dari limbah buah nenas 30 kilogram, dedak, EM4 10 ml.
4. Menutup pupuk kompos dengan terpal untuk menambah kelembaban agar cepat
pengotrolan terhadap kelembaban dan suhu udara, jika terlalu panas mengatur
suhu dengan membalikan dan jika kering disiram air dengan larutan EM4.
Lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu di Kebun Percobaan
Iahan II Fakultas Pertanian. Lahan dibersihkan dari gulma terlebih dahulu dengan
dalam air selama 15 menit untuk menyeleksi benih yang kurang baik. Benih yang
Tempat persemaian dilakukan pada nampan yang telah berisi tanah dan pupuk
bokashi kotoran sapi. Penyiraman dilakukan rutin1-2 kali sehari untuk menjaga
minggu atau telah memiliki sepasang daun kemudian diseleksi untuk dipindahkan ke
polybag yang diisi tanah 10 kg polybag-1 dengan dosis yang sesuai dengan perlakuan.
Media tanam yang digunakan adalah tanah Ultisol pada ke dalaman 20 cm.
haluskan dengan cara diremas dengan tangan dan sisa-sisa tanaman beserta akar-akar
dibuang. Tanah yang sudah dikering anginkan kemudian diayak. Setelah diayak tanah
limbah buah nenas pada polibag yang telah diberi label sesuai perlakuan dengan cara
merupakan control (tanpa bokashi buah nenas). Penanaman dilakukan setelah 7 hari
3.3.6. Penanaman
Penanaman akan dilakukan setelah polybag percobaan diisi tanah dan telah
dilakukan pemupukan. Selain itu bibit cabai keriting di tanam setelah bibit berumur 3
minggu atau saat tanaman cabai keriting memiliki daun 3-4 helai.
3.3.7. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman akan dilakukan 2 kali setiap hari pada pagi dan sore hari jika
b. Penyiangan
17
gulma yang tumbuh di dalam polybag. Ini dilakukan agar tidak ada gulma yang
penyakit yang menyerang tanaman cabai keriting. Pengendalian hama dan penyakit
menggunakan pestisida.
Rancangan yang akan digunakan dalam pnelitian ini adalah Rancangan Acak
sebanyak 4 kali. Sehingga peroleh 16 unit percobaan,setiap unit terdiri dari 3 polibag.
2. N1 = Pupuk kompos buah nenas 25 g polybag-1 atau setara dengan 5 ton ha-1
3. N2 = Pupuk kompos buah nenas 50 g polybag-1 atau setara dengan 10 ton ha-1
4. N3 = Pupuk kompos buah nenas 100 g polybag-1 atau setara dengan 20 ton ha-1
5. N4 = Pupuk kompos buah nenas 150 g polybag-1 atau setara dengan 30 ton ha-1
a. Variabel Pengamatan
perlakuan yaitu :
1. Kadar air
18
Tinggi tanaman akan diukur menggunakan meteran dari pangkal batang diatas
permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi dan untuk mengantisipasi bila
terjadinya penurunan tanah disamping tanaman diberikan ajir yang diberi tanda
dilakukan seminggu sekali. Pengamatan akan dilakukan pada saat tanaman berumur
Data hasil analisis kadar air tanah ditabulasi, data hasil analisis C- organik
dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat fisika tanah dan untuk hasil
lebih besar dari F tabel atau perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (Uji BNJ) pada taraf 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Alibasyah, M.R. 2016. Perubahan beberapa Sifat Fisika dan Kimia Ultisol
Akibat Pemberian Pupuk Kompos dan Kapur Dolomit pada Lahan Berteras.
Jurnal Floratek. 11(1): 75-87.
Antonius, S., Rozy D. S., Yulia dan Tirta K. D. 2018. Manfaat Pupuk Organik
Hayati, Kompos dan Biochar pada Pertumbuhan Bawang Merah dan
Pengaruhnya terhadap Biokimia Tanah pada Percobaan Pot Menggunakan
Tanah Ultisol. Jurnal Biologi Indonesia. 14(2): 243-250. Bot, A. and J. Benites.
2005. The Importance of Soil Organic Matter, Key to Drought-resistant Soil
and Sustained Food Production. Food and Agriculture Organization of the
United Nations
Bot, A. and J. Benites. 2005. The Importance of Soil Organic Matter, Key to
Drought-resistant Soil and Sustained Food Production. Food and Agriculture
Organization of the United Nations
Haridjaja, O., Baskoro, D.P.T., dan Setianingsih, M. 2013. Perbedaan Nilai Kadar Air
Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan
Pressure Plate pada Berbagain Tekstur Tanah dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.). Jurnal Tanah
Lingkungan. 15 (2): 52-59.
Hidayat, M. 2011. Budidaya dan Produksi Benih Kangkung.
Indriani. 2011. Peluang Besar Budidaya Okra. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Kusuma, M. N., dan Yulfiah. 2018. Hubungan Porositas dengan Sifat Fisik Tanah
Pada Infiltration Gallery. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan VI.
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Njurumana, G, N, D., T. Marianadan P.Y Tri. 2008. Kajian Penerapan Sistem Kaliwu
dalam Pengelolaan Tata Air di Sumba Barat. Buletin Penelitian Hutan 642.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Safuan, L., Tresjia, C., Rakian., dan Kardiansa, E. 2013. Pengaruh Pemberian
Berbagai Dosis Gliokompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Agroteknos. 3(3).
Shalsabila, F., Prijono, S., Kusuma, Z. 2017. Pengaruh Aplikasi Biochar Kulit Kakao
terhadap Kemantapan Agregat dan Produksi Tanaman Jagung pada Ultisol
Lampung Timur. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 4 (1): 473-480.
Susi, N. Surtinah dan Muhamad, R. 2018. Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk
Organik Cair (POC) Limbah Kulit Nenas. Vol. 14 No.2.
Susilo, 2013. Tanggapan Pertumbuhan Awal Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.)
Terhadap Bokshi Gulma Glatang (Tridax Procumbens) yang
Diperkaya kapaur Pada Tanah Ultisol.Jurnal Agrivigor. 6 (1)
Wahyuni, S. A., Kadarusno, A. H., Suwerda, B. 2016. Pemanfaatan Saccharomyces
Cereviceae dan Limbah Buah Nanas Pasar Beringharjo Yogyakarta untuk
Pembuatan Bioetanol. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7 (4): 151 – 159.
Yulina, H., Devnita, R., Harryanto, R. 2019. Hubungan Porositas Tanah dan Air
Tersedia dengan Biomassa Tanaman Jagung Manis dan Brokoli Setelah
Diberikan Kombinasi Terak Baja dan Bokashi Sekam Padi pada Andisol,
Lembang. Jurnal Agroteknologi Wiralodra. 2 (2).
Yulnafatmawita, A., Saidi, Gusnidar, Adrinal dan Suyoko. 2010. Peranan Bahan
Hijauan Tanaman dalam Peningkatan Bahan Organik dan Stabilitas Agregat
Tanah Ultisol Limau Manis yang ditanami Jagung (Zea mays). Jurnal Solum.
7 (1) : 3-48.
Lampiran 1. Denah Penelitian
I II III IV
N0 N2 N3 N1
N1 N3 N0 N2
N3 N1 N2 N0
L1= 30 cm
N2 N0 N1 N3
L2= 40 cm
Keterangan :
2. N1 = Pupuk kompos buah nenas 25 g polybag-1 atau setara dengan 5 ton ha-1
3. N2 = Pupuk kompos buah nenas 50 g polybag-1 atau setara dengan 10 ton ha-1
4. N3 = Pupuk kompos buah nenas 100 g polybag-1 atau setara dengan 20 ton ha-1
5. N4 = Pupuk kompos buah nenas 150 g polybag-1 atau setara dengan 30 ton ha-1