Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KOMPOS LIMBAH BUAH NENAS TERHADAP SIFAT FISIKA


TANAH ULTISOL DAN HASIL TANAMAN CABAI KERITING (Capsicum
annum L.)

Oleh:

NDINARTI
NIM. D1D118020

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
PENGARUH KOMPOS LIMBAH BUAH NENAS TERHADAP SIFAT FISIKA
TANAH ULTISOL DAN HASIL TANAMAN CABAI KERITING (Capsicum
annum L.)

Proposal

diajukan kepada Fakultas Pertanian


untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi
pada Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Oleh:

NDINARTI
NIM. D1D118020

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Kompos Limbah Buah Nenas terhadap Sifat


Fisika Tanah Ultisol dan hasil Tanaman Cabai
Keriting (Capsicum annum L.)

Nama : Ndinarti
NIM : D1D118020
Jurusan/Program Studi : Ilmu Tanah

Menyetujui;

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo. M.Si Ir. Namriah, M.Sc


NIP. 196304141988032001 NIP. 196403091989032001

Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi
Ilmu Tanah

Ir. Namriah. M.Sc


NIP. 196403091989032001

Tanggal disetujui:

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga proposal berjudul “Pengaruh Kompos Limbah Buah Nenas

terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol dan hasil Tanaman Cabai Keriting (Capsicum

annum L.).” dapat diselesaikan dengan baik . Penyusunan proposal ini ini tidak lepas

dari bantuan pihak berupa saran, kritik dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan proposal ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo. M.Si, selaku pembimbing I dan Ibu

Ir. Namriah, M.Sc sebagai pembimbing II yang telah banyak membantu baik secara

moral maupun bimbingan, saran, kritik, nasehat, serta permohonan maaf atas segala

kesalahan penulis baik yang disengaja maupun tidak disengaja mulai awal bimbingan

sampai akhir bimbingan.

Kendari, November 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul.................................................................................................i
Halaman Judul.....................................................................................................ii
Halaman Pengesahan..........................................................................................iii
Kata Pengantar....................................................................................................iv
Daftar Isi...............................................................................................................v
Daftar Gambar....................................................................................................vi
Daftar Lampiran.................................................................................................vii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3. Tujuan dan Kegunaan................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tanah Ultisol.............................................................................................5
2.2. Sifat Fisika Tanah......................................................................................6
2.2.1. Kadar Air Tanah..............................................................................6
2.2.2. Kemantapan Agregat Tanah............................................................7
2.3. Pupuk Bokashi Limbah Buah Nenas.........................................................8
2.4. Tanaman Cabai Keriting...........................................................................9
2.5. Kerangka Pikir Penelitian..........................................................................10
2.6. Hipotesis....................................................................................................11

III. METODE PENELITIAN


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................12
3.2. Bahan dan Alat..........................................................................................12
3.3. Prosedur Penelitian....................................................................................12
3.3.1. Persiapan Bokhasi Limbah Buah Nenas..........................................13
3.3.2. Persiapan Lahan Penelitian..............................................................13
3.3.3. Penyamaian Benih...........................................................................13
3.3.4. Persiapan Media Tanam..................................................................14
3.3.5. Aplikasi Pupuk................................................................................14
3.3.6. Penanaman.......................................................................................14
3.3.7. Pemeliharaan....................................................................................14
3.4. Rancangan Penelitiaan...............................................................................15
3.5. Variabel Penelitian.....................................................................................15

v
3.6. Analisa Data...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
LAMPIRAN.........................................................................................................20

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pikir Penelitian............................................................................12

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Denah Penelitian...........................................................................................21

viii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang memiliki sebaran

luas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia yang

terbentuk dari proses pelapukan dan pembentukan tanah yang sangat intensif pada

tanah Ultisol dapat melepaskan unsur hara yang hilang sehingga menyisakkan

pelapukan dengan unsur hara yang rendah bagi tanaman (Antonius et al., 2018).

Tanah Ultisol memiliki sifat fisik tanah seperti porositas tanah, dan

permeabilitas tanah rendah sampai sangat rendah, kemantapan agregat tanah dan

kemampuan tanah menahan air yang rendah. Tanahnya berwarna merah kekuningan,

kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah

liat hingga liat berpasir. Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan

kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering

menghambat pertumbuhan tanaman (Alibasyah, 2016).

Pemanfaatan lahan pada jenis tanah Ultisol ini sering kali dihadapkan pada

beberapa kendala karena mempunyai sifat kimia dan fisik yang kurang mendukung

bagi pertumbuhan tanaman sehinnga produktivitasnya rendah. Beberapa masalah fisik

yang sering di jumpai pada tanah Ultisol antara lain kemantapan agregat yang rendah

sehingga tanah mudah padat, permeabilitas yang lambat dan daya pegang air serta

total ruang pori yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat di terapkan

teknologi pengapuran, pemupukan dan pemberian bahan organic (Susilo, 2013).


2

Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang digolongkan ke dalam sayuran dan paling banyak dibudidayakan di

Indonesia. Buah cabai keriting mengandung zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan

manusia, antara lain: kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A dan C), zat warna

kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin dan lutein. Selain itu, cabai

keriting mengandung mineral seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor dan niasin

(Gobel et al., 2016).

Total konsumsi cabai diperkirakan meningkat dari tahun 2016-2019,

berdasarkan data proyeksi konsumsi cabai Indonesia dari Kementerian Perdagangan

tahun 2019, baik itu cabai keriting maupun cabai rawit terus mengalami peningkatan.

Jika dilihat pada tahun 2016 konsumsi (kg/kapita/tahun) untuk total konsumsi cabai

2,90 kg/kapita, ditahun 2017 (2,95 kg/kapita), tahun 2018 (3,00 kg/kapita) dan tahun

2019 (3,05 kg/kapita). Sedangkan cabai keriting pada tahun 2016 jumlah konsumsi

sebesar 1,55 (kg/kapita), di tahun 2017 jumlah konsumsi menjadi 1,56 (kg/kapita)

dan di tahun 2019 menjadi 1,58 (kg/kapita) (BPPP, 2019).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman cabai dengan cara

mengolah lahan secara tepat agar kesuburan tanah tetap terjaga. Pemupukan

merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang utama untuk

mendapatkan pertumbuhan yang optimal (Putri et al., 2017).

Pupuk organik merupakan salah satu pupuk yang berasal dari sisa tanaman

dan hewan yang sudah mengalami perombakan dan mampu meningkatkan kesuburan
3

kimiawi tanah, meningkatkan kesuburan biologi tanah, dan mempengaruhi sifat fisik

tanah yaitu merangsang granulasi dan meningkatkan suplai serta ketersediaan unsur

hara seperti N, P dan K. Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair, pupuk

organik padat berasal dari sampah organik seperti kulit nenas, bahan organik ini harus

melalui proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang terdapat dalam larutan

Effective Mikroorganisme (EM4). Menurut Susi (2018), limbah kulit nenas

mengandung hara yang dibutuhkan tanaman, seperti, Kalium 08,25 ppm, Nitrogen

01,27 %, Kalsium 27,55 ppm, Magnesium 137,25 ppm, Natrium 79,52 ppm, Besi

01,27 ppm, Mangan 28,75 ppm, Tembaga 0,017 ppm, Seng 0,053 ppm dan Organik

Carbon 03,10 %.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Kompos Limbah Buah Nenas Terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol

Dan Hasil Tanaman Cabai Keriting”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Belum diketahui pengaruh aplikasi bokashi limbah buah nenas terhadap

perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman cabai keriting?

2. Belum diketahui berapa dosis pupuk bokashi limbah buah nenas yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan

pertumbuhan tanaman cabai keriting?


4

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi bokashi limbah buah nenas terhadap

perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman cabai keriting.

2. Untuk mengetahui berapa dosis pupuk bokashi limbah buah nenas yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan

pertumbuhan tanaman cabai keriting.

Kegunaan dari penelitian ini yakni diharapkan dapat menjadi sumber

informasi dalam pengelolaan tanah Ultisol yang menggunakan pupuk bokhasi limbah

buah nenas terhadap pertumbuhan tanaman cabai keriting.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah Ultisol

Tanah Ultisol memiliki sifat fisik tanah seperti porositas tanah, dan

permeabilitas tanah rendah sampai sangat rendah, kemantapan agregat tanah dan

kemampuan tanah menahan air yang rendah. Tanahnya berwarna merah kekuningan,

kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah

liat hingga liat berpasir. Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan

kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering

menghambat pertumbuhan tanaman (Alibasyah, 2016).

Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa

berlansung intensif, sedangkan bahan organic rendah karena proses dekomposisi

berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang mempunyai

kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organic pada lapisan atas.

Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakuan melalui

perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organic (Prasetyo

dan Suruadikarta, 2006).

2.2. Sifat Fisika Tanah

2.2.1. Kadar Air

Air merupakan senyawa yang penting yang dibutuhkan makhluk hidup.

Keberadaan air juga berpengaruh pada proses pelapukan mineral dan bahan-bahan

organik dalam tanah. Dengan air maka dapat terjadi reaksi dalam tanah yang akan
6

membantu kelarutan unsur hara yang penting untuk tanaman. Air juga berfungsi

sebagai media transport hara ke akar-akar tanaman. Tetapi jika ketersediaan air

terlalu banyak maka akan membatasi pergerakan udara dalam tanah dan menghambat

respirasi tanaman sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati. Begitu pula

sebaliknya, jika kekurangan air maka tanaman tidak dapat melakukan aktivitasnya

dan secara perlahan tanaman juga akan mati kekeringan. Kadar air merupakan selisih

masukan air dari prespitasi (meliputi hujan, salju dan kabut) yang menginfiltrasi

tanah ditambah hasil kondensasi (oleh tanaman dan tanah) danabsorbsi (oleh tanah)

dikurangi air yang hilang lewat evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi dan

rembesan lateral (Hanafia, 2005).

Karakteristik fisik tanah yang perlu diperhatikan adalah terjadinya masalah

degradasi struktur tanah akibat fungsi pengelolaan. Selain itu pada lahan budidaya

yang tidak tererosi, bahan organik hilang secara cepat. Hal ini ditemukan di Missouri

Agricultural Experiment Station bahwa sebagai hasil budidaya lebih dari 60 tahun,

tanah pada keadaan yang tidak tererosi bahan organik hilang sepertiganya, kehilangan

tersebut lebih besar pada awal budidaya dibandingkan budidaya selanjutnya.

Kehilangan bahan organik sekitar 25% pada 20 tahun awal, sekitar 10% pada 20

tahun kedua dan hanya sekitar 7% pada 20 tahun ketiga (Rosyidah dan

Wirosoedarmo,2013).

Air merupakan salah satu komponen penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Air yang diserap tanaman adalah air yang berada pada pori-
7

pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi dan ukuran pori yang berbeda-beda,

yang akan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah (Haridjaja et al.,2013).

Kadar air adalah perbandingan antara berat air dan berat butiran padat. Kadar

air berkaitan erat dengan ukuran butiran, berat volume tanah, dan porositas.

Penentuan kadar air dilakukan dengan analisis tanah di laboratorium dengan

pengujian berat volume. Tanah dengan tekstur halus, seperti tanah liat, memiliki

ruang pori lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak (Kusuma

et al., 2018).

Kadar air tanah merupakan salah satu karakteristik tanah yang perannya

cukup penting dalam bidang pertanian. Secara umum apabila kandungan air semakin

tinggi maka tekanan tarik yang terjadi semakin rendah. Kadar air juga sangat

berperan penting dalam produktivitas tanaman. Kadar air yang terkandung dalam

tanah, selain untuk mempengaruhi gaya tarik antara partikel tanah juga dapat

mempengaruhi gaya tarik antara tanah dengan bahan alat pada waktu pengolahan

tanah. Air yang terdapat pada tanah berupa lapisan air yang mengikat partikel-partikel

tanah (Prabandaru dan Datu, 2019).

2.2.2. Kemantapan Agregat Tanah

Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.

Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar

tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Pada

tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah
8

tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-

pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas

menjadi lambat. Kemantapan agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah

terhadap erosi (Pujawan et al., 2016).

Kemantapan agregat mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyediakan

ruang pori tanah, sehingga mempengaruhi penyediaan air, udara dan unsur hara.

Kemantapan agregat dan bahan organik berpengaruh terhadap adanya kemampuan

tanah untuk meretensi air dan unsur hara. Bahan organik tanah bermanfaat sebagai

pengikat pertikel tanah. Agregat yang kurang stabil dan bahan organik rendah

menyebabkan tanah mudah hancur, sehingga dapat menurunkan jumlah pori-pori

tanah yang berpengaruh terhadap ketersediaan air bagi tanaman. Meningkatnya

kandungan C- organik tanah dan semakin tingginya kandungan liat dalam tanah akan

memiliki stabilitas agregat yang mantap (Shalsabila et al., 2017).

Tanah dengan agregat yang mantap akan mampu mempertahankan kondisi

tanah dari serangan energi luar, seperti energi kinetik curah hujan dan pengolahan

tanah. Selain itu bahan organik mampu mengikat butir tunggal menjadi agregat dari

agregat mikro menjadi agregat meso dan makro yang mempunyai ruang pori antara

agregat tersebut. Semakin besar agregat yang terbentuk, ruang pori yang bersebelahan

dengan agregat juga semakin besar dan bobot isi tanah semakin rendah, sehingga

kapasitas tanah dalam meretensi air pun tinggi (Yulnafatmawita et al., 2010).

2.2.3. C-organik Tanah


9

Di dalam tanah, C-organik merupakan bagian dari sistem tanah yang

kompleks dan dinamis. Sifatnya yang sangat labil dan kandungannya dapat berubah

sangat cepat tergantung manajemen pengelolaan tanah. Jumlah C-organik dalam

tanah mencerminkan kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan tolak

ukur yang penting untuk pengelolaan tanah-tanah pertanian. Bahkan C-organik

dipercaya sebagai kunci ketahanan terhadap kekeringan dan kelestarian produksi

pangan (Bot dan Benites, 2005).

Rendahnya kandungan C-Organik dalam tanah merupakan indikator

rendahnya jumlah bahan organik tanah yang tersedia dalam tanah tersebut.

Rendahnya kandungan bahan organik disebabkan antara lain letak lahan yang

berlereng. Pada lahan berlereng kemungkinan terjadinya pencucian unsur hara pada

saat hujan cukup tinggi, sehingga menghanyutkan partikel-partikel tanah yang berada

pada lapisan paling atas (permukaan). Bahan organik umumnya ditemukan di

permukaan tanah sekitar 3-5%. Tanah yang banyak mengandung bahan organik

adalah tanah-tanah lapisan atas atau topsoil. Sehingga pada lahan berlereng tanah ini

sangat rentan kehilangan bahan organik. Kandungan bahan organik tanah semakin

menurun seiring dengan penambahan kedalaman tanah. Semakin dalam, maka bahan

organik semakin berkurang (Njurumanaet al., 2008).

2.3. Pupuk Kompos Limbah Buah Nenas


10

Kompos merupakan bahan bahan organic (sampah organik) yang telah

mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi mokroorganisme (bakteri

pengurai) didalamnya (Murbandono, 2007).

Pengomposan merupakan salah satu proses pengolahan bahan organic

menjadi meterian baru seperti halnya humus. Kompos umumnya terbuat dari sampah

organic yang berasal dari dedaunan dan kotoran hewan, yang sengaja di tambahkan

agar terjadikeseimbanan unsure nitrogen dan karbon sehingga mempercepat proses

pembusukan dan menghasilkan rasio C/N yang ideal (sulistlyorini, 2005)

Limbah hasil pertanian bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi

kebanyakan hanya dibuang dan menjadi sampah. Salah satu limbah hasil pertanian

adalah limbah buah nanas yang merupakan bahan buangan dari pabrik pengolahan

buah dan pasar buah. Jumlah dari limbah nanas ini cukup besar, karena buah nanas

merupakan salah satu komoditi buah yang cukup penting dan menarik hal ini

disebabkan karena aromanya yang khas (Melani, 2012).

Limbah buah nenas adalah berupa kulit, mata dan bagian buah lain yang tidak

dapat dimakan. Apabila limbah tersebut tidak dilakukan pengelolaan, dapat

menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah mengolah limbah buah nanas menjadi pupuk bokoshi yang dapat

dimanfaatkan untuk tanaman (Wahyuni et al., 2016).

2.4 . Tanaman Cabai Keriting

Cabai keriting merupakan tanaman musiman yang berkayu, tumbuh di daerah

dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi
11

maupun dataran rendah. Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya

tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai keriting. Untuk mendapatkan

kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting cocok dengan tanah yang

subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing

(nematoda) dan penyakit tular tanah (Mulyadi, 2011).

Cabai keriting (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam tanaman

hortikultura kelompok sayuran buah yang memiliki nilai ekonomis yang cukup

tinggi. Pengembangan cabai keriting bertujuan meningkatkan produktivitas tanaman

cabai guna memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat setiap tahun dan

berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai (Hapsoh et al., 2017).

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Sulawesi Tenggara merupakan daerah yang mempunyai potensi sumber daya

lahan yang sangat luas untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Namun

pengembangan pertanian di daerah ini masih memiliki kendala dan masalah pada

tingkat kesuburan tanah yang rendah, terutama pada tingkat produktivitasnya rendah.

Hal ini disebabkan lahan pertanian di daerah ini umumnya didominasi tanah Ultisol

yang sifat fisik tanahnya seperti kadar air tanah, kemantapan agregat tanah dan

kemampuan tanah menahan air yang rendah. Sehingga, dengan pemberian pupuk

bokashi limbah buah nenas menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan sifat fisik

pada tanah serta dapat meningkatkan produksi tanaman cabai keriting. Secara

sistematis kerangka pikir pada penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1
12

Tanah Ultisol

Sifat Fisika Tanah Rendah

Kompos limbah Buah Nenas

Meningkatnya Sifat Fisika Tanah Ultisol dan


Hasil Tanaman Cabai Keriting

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

2.6. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

1. Terdapat pengaruh aplikasi Kompos limbah buah nenas terhadap perubahan sifat

fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman cabai keriting.


13

2. Minimal terdapat satu dosis pupuk Kompos limbah buah nenas yang memberikan

pengaruh terbaik terhadap perubahan sifat fisika tanah Ultisol dan pertumbuhan

tanaman cabai keriting.


III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Lahan Percobaan II. Analisis tanah akan

dilakukan di Laboratorium Pengujian Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Halu Oleo Kendari. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

November sampai Januari 2022.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah Ultisol, benih

tanaman cabai keriting, pupuk bokashi buah nenas, kertas label, terpal, polybag

ukuran 40 × 40 cm dan air. Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu,

parang, cangkul, gembor, meteran, penggaris, timbangan, tali rafia, kamera, alat tulis

menulis, dan alat laboratorium yang akan digunakan untuk analisis tanah sifat fisik

tanah dan tanaman.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan Kompos Buah Nenas

1. Pembuatan kompos limbah buah nenas dilakukan dengan mempersiapkan bahan-

bahan yang terdiri dari limbah buah nenas 30 kilogram, dedak, EM4 10 ml.

2. Bahan seperti buah nanas, terlebih dahulu dipotong kecil-kecil.

3. Mencampurkan limbah buah nenas yang telah di potong-potong dengan dedak.

Kemudian di tambahkan larutan EM4.


15

4. Menutup pupuk kompos dengan terpal untuk menambah kelembaban agar cepat

terjadi proses penghancuran oleh mikroogaranisme.

5. Pupuk kompos kemudian di fermentasi selama 28 hari dan melakukan

pengotrolan terhadap kelembaban dan suhu udara, jika terlalu panas mengatur

suhu dengan membalikan dan jika kering disiram air dengan larutan EM4.

3.3.2. Penyiapan Lahan Penelitian

Lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu di Kebun Percobaan

Iahan II Fakultas Pertanian. Lahan dibersihkan dari gulma terlebih dahulu dengan

menggunakan cangkul dan parang. Kemudian pembuatan naungan dengan

menggunakan kayu dan plastik bening untuk atap.

3.3.3. Penyemaian Benih


Benih cabai keriting sebelum dilakukan persemaian terlebih dahulu direndam

dalam air selama 15 menit untuk menyeleksi benih yang kurang baik. Benih yang

terapung dibuang, sedangkan benih yang tenggelam digunakan untuk penelitian.

Sebelum melakukan penanaman di polybag, benih cabai disemaikan terlebih dahulu.

Tempat persemaian dilakukan pada nampan yang telah berisi tanah dan pupuk

bokashi kotoran sapi. Penyiraman dilakukan rutin1-2 kali sehari untuk menjaga

persemaian dari kekeringan tergantung keadaan cuaca.Setelah tanaman berumur 3

minggu atau telah memiliki sepasang daun kemudian diseleksi untuk dipindahkan ke

polybag yang diisi tanah 10 kg polybag-1 dengan dosis yang sesuai dengan perlakuan.

3.3.4. Persiapan Media Tanam


16

Media tanam yang digunakan adalah tanah Ultisol pada ke dalaman 20 cm.

Tanah diambil menggunakan cangkul. Tanah tersebut dikering anginkan dan di

haluskan dengan cara diremas dengan tangan dan sisa-sisa tanaman beserta akar-akar

dibuang. Tanah yang sudah dikering anginkan kemudian diayak. Setelah diayak tanah

sebanyak 10 kg dimasukan ke dalam polybag yang berukuran 40 x 40 cm.

3.3.5. Aplikasi Perlakuan

Pemberian perlakuan pupuk dilakukan dengan cara memberikan kompos

limbah buah nenas pada polibag yang telah diberi label sesuai perlakuan dengan cara

mencampurkanya dengan tanah yang sudah di siapkan, kecuali polybag yang

merupakan control (tanpa bokashi buah nenas). Penanaman dilakukan setelah 7 hari

3.3.6. Penanaman

Penanaman akan dilakukan setelah polybag percobaan diisi tanah dan telah

dilakukan pemupukan. Selain itu bibit cabai keriting di tanam setelah bibit berumur 3

minggu atau saat tanaman cabai keriting memiliki daun 3-4 helai.

3.3.7. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman akan dilakukan 2 kali setiap hari pada pagi dan sore hari jika

tidak terjadi hujan.

b. Penyiangan
17

Penyiangan akan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut

gulma yang tumbuh di dalam polybag. Ini dilakukan agar tidak ada gulma yang

mengganggu pertumbuhan tanaman.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit diperlukan untuk mencegah hama dan

penyakit yang menyerang tanaman cabai keriting. Pengendalian hama dan penyakit

menggunakan pestisida.

3.4. Rancangan Penelitian

Rancangan yang akan digunakan dalam pnelitian ini adalah Rancangan Acak

Kelompok (RAK) terdiri dari 4 perlakuan dan masing-masing perlakuaan diulang

sebanyak 4 kali. Sehingga peroleh 16 unit percobaan,setiap unit terdiri dari 3 polibag.

Adapun perlakuannya adalah sebagai berikut:

1. N0 = Tanpa pupuk kompos buah nenas (kontrol)

2. N1 = Pupuk kompos buah nenas 25 g polybag-1 atau setara dengan 5 ton ha-1

3. N2 = Pupuk kompos buah nenas 50 g polybag-1 atau setara dengan 10 ton ha-1

4. N3 = Pupuk kompos buah nenas 100 g polybag-1 atau setara dengan 20 ton ha-1

5. N4 = Pupuk kompos buah nenas 150 g polybag-1 atau setara dengan 30 ton ha-1

a. Variabel Pengamatan

Parameter pengamatan pada tanah akan dilakukan sebelum dan sesudah

perlakuan yaitu :

1. Kadar air
18

Pengamatan kadar air tanah dilakukan pada kedalaman 10 cm, sebanyak 12

kali menggunakan metode gravimetric dengan rumus :

Berat Basah – Berat Kering


Kadar air tanah (% berat) = x100%
Berat Kering

2. Kemantapan agregat tanah menggunakan metode ayakan kering-basah.

Adapun parameter pengamatan pada pertumbuhan tanaman yaitu :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman akan diukur menggunakan meteran dari pangkal batang diatas

permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi dan untuk mengantisipasi bila

terjadinya penurunan tanah disamping tanaman diberikan ajir yang diberi tanda

dibagian pangkal ajir sebagai dasar pengukuran. Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan seminggu sekali. Pengamatan akan dilakukan pada saat tanaman berumur

(14, 28, sampai 42 HSPT).

2. Berat Buah Pertanaman

Penimbangan berat buah akan dilakukan pada saat panen. Penimbangan

dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik

3.6. Analisis Data

Data hasil analisis kadar air tanah ditabulasi, data hasil analisis C- organik

disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel. Data yang di peroleh

dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat fisika tanah dan untuk hasil

tanaman cabaikeriting dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, apabila F hitung


19

lebih besar dari F tabel atau perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka

dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (Uji BNJ) pada taraf 5%.
DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, M.R. 2016. Perubahan beberapa Sifat Fisika dan Kimia Ultisol
Akibat Pemberian Pupuk Kompos dan Kapur Dolomit pada Lahan Berteras.
Jurnal Floratek. 11(1): 75-87.

Amiroh, A. 2017.Pengaplikasian Dosis Pupuk Bokashi dan KNO3 Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo L.). 9 (1).

Antonius, S., Rozy D. S., Yulia dan Tirta K. D. 2018. Manfaat Pupuk Organik
Hayati, Kompos dan Biochar pada Pertumbuhan Bawang Merah dan
Pengaruhnya terhadap Biokimia Tanah pada Percobaan Pot Menggunakan
Tanah Ultisol. Jurnal Biologi Indonesia. 14(2): 243-250. Bot, A. and J. Benites.
2005. The Importance of Soil Organic Matter, Key to Drought-resistant Soil
and Sustained Food Production. Food and Agriculture Organization of the
United Nations

Bot, A. and J. Benites. 2005. The Importance of Soil Organic Matter, Key to
Drought-resistant Soil and Sustained Food Production. Food and Agriculture
Organization of the United Nations

BPPP (Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan). 2019. Analisis


Perkembangan Harga Bahan Pangan Pokok Di Pasar Domestik Dan
Internasional.
BPS. 2016. Statistik Indonesia. Jakarta..
Ewin, S. 2015. Karakteristik Sifat Kimia Sub Grub Tanah Ultisol di Beberapa
Wilayah Sumatra Utara . Jurnal Agroeteknologi. 4 (1): 1796-1803.
Gobel, B.M., Robert W. Tairas, R.W., dan Mamahit, J.M.E. 2016. Serangga-
Serangga yang Berasosiasi pada Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annum
L.) Di Kelurahan Kakaskasen II Kecamatan Utara. Skripsi. Universitas Sam
Ratulangi Fakultas Pertanian.
Hapsoh., Gusmawartati., A.I. Amri., A. Diansyah. 2017. Respons Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai Keriting (Capsicum annum L.) terhadap Aplikasi
Pupuk Kompos dan Pupuk Anorganik di Polibag. Jurnal Hortikultural.
Indonesia. 8(3): 203-208.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta
21

Haridjaja, O., Baskoro, D.P.T., dan Setianingsih, M. 2013. Perbedaan Nilai Kadar Air
Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan
Pressure Plate pada Berbagain Tekstur Tanah dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.). Jurnal Tanah
Lingkungan. 15 (2): 52-59.
Hidayat, M. 2011. Budidaya dan Produksi Benih Kangkung.

Indriani. 2011. Peluang Besar Budidaya Okra. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Kusuma, M. N., dan Yulfiah. 2018. Hubungan Porositas dengan Sifat Fisik Tanah
Pada Infiltration Gallery. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan VI.
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Njurumana, G, N, D., T. Marianadan P.Y Tri. 2008. Kajian Penerapan Sistem Kaliwu
dalam Pengelolaan Tata Air di Sumba Barat. Buletin Penelitian Hutan 642.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Melani, A. 2012. Fermentasi Limbah Buah Nanas dengan Sacharomyces Cereveceae


Menggunakan Proses Hidrolisis. Jurnal Berkala Teknik. 2 (4).
Muchtar.2015. Pengelolaan Lahan Kering Masam Berkelanjutan di KP.Taman
Bogor. Balai Penelitian Tanah, Balai Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Balitbangtan, Bogor.
Mulyadi, D. 2011. Teknik Budidaya Cabai Kriting. Jakarta.
Prabandaru dan Datu, P. 2019. Analisis Pengaruh Konsistensi Tanah dan Kadar Air
Terhadap Kelengketan Tanah Pada Mangkuk Alat Gali. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Puja. I. N. 2016. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Denpasar: Universitas Udayana.

Pujawan, M., Afandi., Novpriansyah, H., Manik, K. E. S. 2016. Kemantapan Agregat


Tanah Pada Lahan Produksi Rendah dan Tinggi di PT Great Giant Pineapple.
Jurnal Agroteknologi Tropika. 4 (1): 111 – 115.
Putri, T.A.H., Rahmi, H., dan Agustini, R.Y. 2021. Respon Pertumbuhan Tanaman
Cabai Keriting (Capsicum annum L.) Terhadap Penambahan Limbah Air
Detergent dan Limbah Cair Ampas Tahu. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan.
7 (4).
Rosyidah, E., R. Wirosoedarmo. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada
Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus Di
Kelurahan Sumbersari Malang). Agritech. 33(3):340-345
22

Safuan, L., Tresjia, C., Rakian., dan Kardiansa, E. 2013. Pengaruh Pemberian
Berbagai Dosis Gliokompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Agroteknos. 3(3).
Shalsabila, F., Prijono, S., Kusuma, Z. 2017. Pengaruh Aplikasi Biochar Kulit Kakao
terhadap Kemantapan Agregat dan Produksi Tanaman Jagung pada Ultisol
Lampung Timur. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 4 (1): 473-480.
Susi, N. Surtinah dan Muhamad, R. 2018. Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk
Organik Cair (POC) Limbah Kulit Nenas. Vol. 14 No.2.
Susilo, 2013. Tanggapan Pertumbuhan Awal Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.)
Terhadap Bokshi Gulma Glatang (Tridax Procumbens) yang
Diperkaya kapaur Pada Tanah Ultisol.Jurnal Agrivigor. 6 (1)
Wahyuni, S. A., Kadarusno, A. H., Suwerda, B. 2016. Pemanfaatan Saccharomyces
Cereviceae dan Limbah Buah Nanas Pasar Beringharjo Yogyakarta untuk
Pembuatan Bioetanol. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7 (4): 151 – 159.
Yulina, H., Devnita, R., Harryanto, R. 2019. Hubungan Porositas Tanah dan Air
Tersedia dengan Biomassa Tanaman Jagung Manis dan Brokoli Setelah
Diberikan Kombinasi Terak Baja dan Bokashi Sekam Padi pada Andisol,
Lembang. Jurnal Agroteknologi Wiralodra. 2 (2).
Yulnafatmawita, A., Saidi, Gusnidar, Adrinal dan Suyoko. 2010. Peranan Bahan
Hijauan Tanaman dalam Peningkatan Bahan Organik dan Stabilitas Agregat
Tanah Ultisol Limau Manis yang ditanami Jagung (Zea mays). Jurnal Solum.
7 (1) : 3-48.
Lampiran 1. Denah Penelitian

I II III IV

N0 N2 N3 N1

N1 N3 N0 N2

N3 N1 N2 N0

L1= 30 cm
N2 N0 N1 N3

L2= 40 cm

Keterangan :

1. N0 = Tanpa pupuk kompos buah nenas (kontrol)

2. N1 = Pupuk kompos buah nenas 25 g polybag-1 atau setara dengan 5 ton ha-1

3. N2 = Pupuk kompos buah nenas 50 g polybag-1 atau setara dengan 10 ton ha-1

4. N3 = Pupuk kompos buah nenas 100 g polybag-1 atau setara dengan 20 ton ha-1

5. N4 = Pupuk kompos buah nenas 150 g polybag-1 atau setara dengan 30 ton ha-1

Anda mungkin juga menyukai