Anda di halaman 1dari 42

Peran Pemimpin Kabupaten Pangandaran dan Dukungan Masyarakat

dalam upaya Pengembangan Wilayah

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Tengah Semester 2 (satu) Mata Kuliah
Ekonomi dan Pengembangan Wilayah

Oleh:
MAMAN BAHRUDIN
2212211014

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Agus Rachmat. MT

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Makalah Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memenuhi salah satu tugas Ujian Tengah Semester dari Program Studi Magister Teknik
Sipil Pogram Pascasarjana Universitas Sangga Buana YPKP Bandung. Dalam penyusunan
Makalah Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih Dr. Ir. Agus Rachmat. MT selaku
Dosen Mata Kuliah Ekonomi dan Pengembangan Wilayah pada Program Studi Magister
Teknik Sipil Pogram Pascasarjana Universitas Sangga Buana YPKP Bandung. Saran yang
diberikan sangat membantu penyelesaian Makalah Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah Ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan
Makalah ini. Semoga Makalah Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... I


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 2
1.4 Lokasi dan waktu ........................................................................................................... 2

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................... 3


2.1 Ekonomi dan Pengembangan Wilayah ................................................................. 3
2.1.1 Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal ..................................................... 3
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................... 9
2.3 Pola Penggunaan Lahan dan Struktur Ruang dalam Pengembangan Wilayah ....... 7
2.4 Pembangunan Pariwisata ............................................................................................ 10
2.4.1 Kunjungan Wisatawan dan Pengaruhnya terhadap masyarakat ............... 11
2.4.2 Pembangunan Agrobisnis dan Argoindustri ............................................... 12
2.5 Pembangunan Industri Kelautan ................................................................................ 12

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 13


3.1 Metodologi Penelitian ...................................................................................................... 13
3.1.1 Metode yang digunakan ............................................................................ 13
3.1.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 13
3.1.3 Tenik Pengumpulan Data .......................................................................... 13
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 14
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pangandaran .................................................................. 14
4.2 Analisis Struktur dan Komposisi Ekonomi Wilayah Kabupaten Pangandaran ........... 15
4.2.1 Analisis Struktur Kawasan Andalan Di Jawa Barat Bagian Selatan ......... 15
4.2.2 Rencana Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan ................. 16
4.3 Analisis Kekuatan Internal suatu Ekonomi Wilayah Kab. Panganadaran ................... 22
4.4 Daya Tarik Lokal yang berada di Kabupaten Pangandaran .......................................... 24
4.4.1 Sektor Pariwisata ............................................................................................. 24
4.5 Dukungan Infrastruktur yang berada dilokasi Kabupaten Pangandaran ...................... 29
4.5.1 Aksebilitas ...................................................................................................... 29
4.5.2 Ameniti ............................................................................................................ 31
4.5.3 Ansilari ............................................................................................................ 33
4.5.4 Kelautan dan Perikanan ................................................................................. 36
BAB 5 KESIMPULAN ..................................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Kabupaten Pangandaran adalah satu di antara kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten
Pangandaran baru menjadi Pemerintahan Kabupaten sejak tahun 2012. Kabupaten ini berlokasi
strategis, karena berada di lintasan jalan provinsi, berada di pinggir pantai dengan panjang
pantai 91 Km, dan memiliki beragam potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan posisinya,
Pangandaran berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten
Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat.

Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Otonom Baru (DOB), tentu perlu mendapat perhatian
khusus. Meskipun Pangandaran baru menjadi daerah otonom, namun Kabupaten Pangandaran
sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang memegang peranan penting, bahkan menjadi
kawasan strategis di Jawa Barat. Hal tersebut dapat diketahui dari kebijakan penataan ruang
yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang menjelaskan bahwa Pangandaran ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Kewilayahan (PKW). Sementara berdasarkan Peraturan Daerah No 22 tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029, Pangandaran ditetapkan
sebagai Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNP) masuk kedalam wilayah pengembangan
Priangan Timur, dan Pangandaran ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
penanganan ekonomi.

Kabupaten Pangandaran yang berada di Jawa Barat bagian selatan, memiliki potensi yang
cukup besar untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan. Karakteristik wilayah
Pangandaran ini didominasi oleh kawasan lindung. Berdasarkan pada Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No 12 Tahun 2004, tentang Pengelolaan Pembangunan dan
Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan Jawa Barat disebutkan bahwa, Pusat
Pertumbuhan merupakan wilayah yang memiliki keunggulan karena lokasi, sejarah dan/atau
kebijakan pemerintah yang dimilikinya, sehingga mempunyai wilayah pengaruh yang luas dan
dapat dimanfaatkan sebagai penggerak percepatan pembangunan di seluruh wilayah daerah.

Pangandaran memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai salah satu pusat
pertumbuhan di Jawa Barat, dan dipandang mampu untuk merangsang daerah lainnya.
Berdasarkan potensi yang ada maka, Pemerintah Jawa Barat mengambil langkah dan inisiatif
untuk mengelola pembangunan dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif
dan efisien, agar Pangandaran sebagai pusat pertumbuhan dapat terwujud dengan baik.
Berdasarkan kewilayahannya, dan menurut potensi untuk pusat pertumbuhannya, ada beberapa
kawasan potensial untuk dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Pangandaran Raya adalah
sebuah kawasan yang di antaranya berpotensi tinggi dijadikan pusat pertumbuhan Ekonomi.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Analisis struktur dan komposisi ekonomi wilayah Kabupaten Pangandaran?
2. Analisis kekuatan internal suatu ekonomi wilayah Kabupaten Pangandaran?
3. Daya Tarik lokal yang berada di Kabupaten Pangandaran?
4. Dukungan Infrastruktur yang berada dilokasi Kabupaten Pangandaran?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai pusat
pertumbuhan Ekonomi.
b. Untuk mengetahui daya tarik lokasi di Kabupaten Pangandaran
c. Untuk mengetahui dukungan Infrastruktur yang bisa menjangkau kelokasi Kabupaten
Pangandaran.

1.4. Lokasi dan waktu


Lokasi penelitian adalah Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat. dapat diperlihatkan
pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Lokasi Penelitian kabupaten Pangandaran

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 EKONOMI PENGEMBANGAN WILAYAH


Analisis ekonomi kewilayahan merupakan penggabungan dari ilmu ekonomi dan ilmu
kewilayahan. Sirojuzilam (2008) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap
perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan,
mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Perbedaan
pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian nasional dan analisis pertumbuhan daerah
adalah bahwa yang dititikberatkan dalam analisis tersebut belakangan adalah perpindahan
faktor (factors movement). Kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja
dan modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional.
Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila memiliki
keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki keuntungan komparatif
apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan
perdagangan.
Tujuan ilmu ekonomi pengembangan kewilayahan (Ferguson, 1965) adalah sebagai berikut :
1. Full Employment, tingkat penganguran rendah.
2. Economic Growth, pertumbuhan ekonomi dimana memperbaiki kehidupan atau
peningkatan pendapatan.
3. Price Stability, stabilitas harga, rasa aman dan ketahanan pangan.

Banyak teori yang populer dalam teori perkembangan wilayah. Secara umum dikenal ada 4
kategori teori dalam perkembangan wilayah.
1. Kelompok yang menitikberatkan pada kemakmuran wilayah.
2. Fokus pada sumberdaya alam dan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi
keberlanjutan kegiatan produksi atau sustainable development.
3. Menitikberatkan pada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan.
4. Memberikan perhatian pada kesejahteraan masyarakat didalam daerah tersebut.

2.1.1 Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal


Pengembangan ekonomi lokal memiliki ciri khas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Halena
Norberg dan Hodge (dalam Kusumastanto, 2003) sebagai berikut:
1. Terlokalisasi (localized) dengan tujuan untuk mengurangi biaya transportasi
2. Terjadi proses diversifikasi produk yang tinggi (highly diversified) yang menyebabkan
terjadinya perdagangan antar satu daerah dengan yang lain karena keragaman produk
3. Berbasis masyarakat (community based) yang di dalamnya termasuk budaya masyarakat
(community culture), jati diri, dan pengetahuan lokal (indogenous knowledge).
Wilayah pesisir memiliki pilar-pilar penting yang menjadi kekuatan untuk mebangun wilayah
tersebut berdasarkan perspektif ekonomi regional. Kekuatan tersebut meliputi (Kusumastanto,
2003): Natural resources advantages atau imperfectfactor mobility
Wilayah pesisir memiliki pusat keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh wilayah
lainnya, yaitu:
a. Keunggulan sumber daya alam contohnya mangrove, terumbu karang, dan padan lamun

3
b. Ciri egaliter, inward looking, dan dinamis pada karakteristik kultural
c. Terdapat keterkaitan masyarakat dengan sumber daya wilayah pesisir
d. Economicof concentralion atau imperfect diversibility

Pengelompokan industri sejenis (cluster of industry) dilakukan secara spasial berdasarkan skala
ekonomi. Pengelompokan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor:
a. Biaya produksi yang meliputi biaya buruh dan biaya bahan baku
b. Biaya transaksi
c. Kenyamanan berusaha
d. Mobilitas adalah korban

Setiap pergerakan barang dan jasa di asumsikan sebagai “korban”, karena memunculkan
biaya transportasi dan komunikasi. Berdasarkan perspektif ekonomi wilayah pergerakan
barang dan jasa serta sumber ekonomi lainnya dicerminkan oleh jarak. Oleh karena itu,
kebijakan pembangunan di wilayah pesisir diupayakan untuk meminimalkan jarak dan
memaksimumkan akses sehingga memerlukan dukungan infrastruktur.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi


Teori pertumbuhan ekonomi berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu ekonomi.
Dinamika pertumbuhan ekonomi dikembangkan berdasarkan aliran teori pertumbuhan
ekonomi Adam Smith, pertumbuhan ekonomi David Ricardo, teori pertumbuhan ekonomi
Harrod-Domar (Pendekatan Neo-Keynes), dan teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan
(Pendekatan Neo-Klasik).
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith
Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations (1776) mengemukakan proses pertumbuhan ekonomi secara sistematis dalam
jangka panjang. Satu diantara proses pertumbuhan Adam Smith adalah Pertumbuhan
Output Total.
Menurut Smith ada 3 macam unsur pokok dari sistem produksi suatu negara, yaitu:
a. Sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), sumber daya alam menjadi
wadah dan merupakan batas dalam pertumbuhan ekonomi. Jika sumber daya alam
belum digunakan secara optimal, maka pertumbuhan output masih bergantung kepada
jumlah penduduk dan stok modal. Pertumbuhan output akan berhenti jika sumber daya
alam telah digunakan secara penuh.
b. Sumber daya insani (jumlah penduduk) berperan pasif dalam proses pertumbuhan
output, yang berarti jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
tenaga kerja dari suatu masyarakat.
c. Stok barang modal yang besar dapat meningkatkan produktivitas per kapita dengan
melakukan spesialisasi dan pembagian kerja. Spesialisasi dapat meningkatkan
keterampilan setiap pekerja dalam bidang tertentu dan pembagian kerja dapat
mengurangi waktu yang hilang pada saat peralihan macam pekerjaan. Hal tersebut akan
meningkatkan pertumbuhan output.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo Menurut Ricardo laju pertumbuhan
merupakan perpaduan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output.
Selain itu, jumlah faktor produksi tanah tidak bisa bertambah sehingga akhirnya menjadi
4
faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Ricardo dalam bukunya
yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation(1917) mengungkapkan
bahwa akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal
berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk melakukan investasi.
Peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi akan meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sehingga dapat memperlambat the law of deminishing returns. Hal tersebut berarti
bahwa terdapat perlambatan penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal.
Menurut Ricardo (dalam Arsyad, 1992) inti dari proses pertumbuhan ekonomi kapitalis
adalah proses tarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu the law of deminishing
return dan kemajuan teknologi yang dimenangkan oleh the law of deminishing return.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar (Pendekatan Neo-Keynes) Teori ini
melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis)
sedangkan Harrod – Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Harrod-
Domar menganalisis syarat-syarat agar pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dapat
bertahan secara jangka panjang. Teori Harrod-Domar memiliki beberapa asumsi sebagai
berikut (Arsyad, 1999):
a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang
modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
b. Perekonomian yang terdiri dari dua sektor yakni rumah tangga dan sektor perusahaan.
c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap,
demikian juga ratio antara modal-output (capital-outputratio = COR) dan rasio
pertambahan modal-output (incremental capital- outputratio = ICOR). Atas dasar
asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod–Domar membuat analisis dan menyimpulkan
bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat
diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan
sebagai berikut:
g=K=n
Dimana:
g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
K = Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat
kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan
produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = rasio modal output).
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan (Pendekatan Neo-Klasik) Inti dari teori ini
adalah pengembangan dari formulasi Harrod–Domar dengan menambahkan faktor kedua,
yakni tenaga kerja, serta variabel independen ketiga, yakni teknologi, ke dalam persamaan
pertumbuhan (growth equation).
Model Pertumbuhan Neo-Klasik dari Solow memberikan analisis tentang keterkaitan
antara akumulasi modal, pertumbuhan populasi penduduk, dan perkembangan teknologi
serta pengaruh ketiganya

5
a. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai
ekonomi;
b. Ada efek pengganda (multiplier effect); terhadap tingkat produksi output.
Fungsi produksi yang dikemukakan oleh Solow sebagai berikut:
Y = f (K,L)
Keterangan
Y = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
K = Modal atau Capital
L = Tenaga kerja
Fungsi di atas menjelaskan bahwa output bergantung pada modal dan tenaga kerja. Jika
ingin menyatakan variabel fungsi produksi dalam per tenaga kerja maka fungsi
produksi menjadi sebagai berikut:
Y = f (K)
Jumlah output per tenaga kerja adalah fungsi dari jumlah modal per tenaga kerja. Dalam
model pertumbuhan neo-klasik dari Solow, akumulasi modal merupakan faktor
terpenting yang berkontribusi kedalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
produktivitas ditunjukan dengan peningkatan modal per tenaga kerja atau disimbolkan
Y (Fagerberg,1994).

5. Teori Basis Ekspor Richardson


Teori ini membagi kegiatan produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu
wilayah atas: pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan atau non-basis).
Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi
internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis
pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non-basis adalah kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung
pada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya sektor ini bersifat endogenous
(tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah
secara keseluruhan. Perbedaan pandangan antara Richardson dan Tiebout dalam teori basis
adalah Tiebout melihatnya dari sisi produksi sedangkan Richardson melihatnya dari sisi
pengeluaran.
Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri (Tarigan, 2007) yakni:
a. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai
ekonomi;
b. Ada efek pengganda (multiplier effect);
c. Adanya konsentrasi geografis;
d. Bersifat mendorong wilayah belakangnya.

Beberapa hal yang dapat dicapai melalui konsep pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
baru (Samsudin dalam Danastri, 2011) antara lain:
a. Pendapatan daerah secara keseluruhan akan meningkat dan merata seperti yang
dikatakan Richardson bahwa pendapatan di daerah pertumbuhan akan mencapai

6
maksimal apabila pembangunan dipusatkan di pusat-pusat pertumbuhan daripada
pembangunan itu dipencar-pencar secara terpisah di seluruh daerah.
b. Penyediaan prasarana dan perumahan lebih mudah dan murah apabila dipusatkan pada
titik-titik pertumbuhan daripada terpencar.
c. Yang terpenting adalah titik pertumbuhan baru dapat menampung tenaga kerja
sehingga persoalan pengangguran di pusat utama maupun daerah sekitarnya dapat
ditanggulangi.
d. Titik-titik pertumbuhan dapat berfungsi sebagai pembendung arus pendatang ke pusat
utama karena umumnya pendorong arus migrasi adalah rendahnya tingkat kehidupan.
Dengan demikian arus migrasi ke pusat utama dapat dibendung di titik ini.
e. Konsentrasi penduduk tidak terjadi pada pusat utama saja sehingga beban kota utama
dalam penyediaan fasilitas dan lapangan kerja dapat dikurangi.
Beberapa hal yang dapat dicapai melalui konsep pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
baru (Samsudin dalam Danastri, 2011) antara lain:
Dalam pengembangan daerah melalui pusat-pusat pertumbuhan, kegiatan akan disebar ke
beberapa pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan hierarki dan fungsinya. Pada skala
regional dikenal tiga orde sebagaimana dinyatakan Friedman (dalam Danasatri, 2011):
a. Pusat pertumbuhan primer (utama). Pusat pertumbuhan primer atau pusat utama
orde satu ialah pusat utama dari keseluruhan daerah, pusat ini dapat merangsang pusat
pertumbuhan lain yang lebih bawah tingkatannya. Bisanya pusat pertumbuhan orde
satu ini dihubungkan dengan tempat pemusatan penduduk terbesar, kelengkapan
fasilitas dan potensi aksesbilitas terbaik, mempunyai daerah belakang terluas serta lebih
multi fungsi dibandingkan dengan pusat-pusat lainnya.
b. Pusat pertumbuhan sekunder (kedua). Pusat pertumbuhan sekunder ini adalah pusat
dari sub daerah, seringkali pusat ini diciptakan untuk mengembangkan sub-daerah yang
jauh dari pusat utamanya. Perambatan perkembangan yang tidak terjangkau oleh pusat
utamanya dapat dikembangkan oleh pusat pertumbuhan sekunder ini.
c. Pusat pertumbuhan tersier (ketiga). Pusat pertumbuhan tersier ini merupakan titik
pertumbuhan bagi daerah pengaruhnya. Fungsi pusat tersier ini ialah menumbuhkan
dan memelihara kedinamisan terhadap daerah pengaruh yang dipengaruhinya.

2.3 Pola Penggunaan Lahan dan Struktur Ruang dalam Pengembangan Wilayah
Di dalam pembangunan ekonomi, perencanaan wilayah sangat perlu untuk menetapkan suatu
tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota atau bukan. Hal ini karena
kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan fasilitasnya pun berbeda. Pada
dasarnya untuk melihat apakah daerah itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak
jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan.

Dalam pola penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah ada beberapa teori yang
mendasarinya seperti yang dikemukakan berikut ini (Rustiadi, 2009), yaitu:
1. Pola penggunaan lahan von Thunen. Von Thunen menggambarkan suatu kecenderungan
pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar seputar kota. Von Thunen memberi
gambaran pola penggunaan lahan yang didasarkan pada “economic rent”, dimana setiap

7
penggunaan lahan akan menghasilkan hasil bersih per unit areal yang berbeda-beda,
sehingga modelnya disusun berupa seri zona-zona konsentrik.

Sumber: Rustiadi, 2009

Gambar 2. 3 Penggunaan Lahan Model Von Thunen


Gambar penggunaan lahan model Von Thunen dibagi menjadi dua bagian, bagian
pertama setengah lingkaran sebelah kiri, merupakan zona-zona konsentris yang
memenuhi asumsi-asumsi ideal, sedangkan gambar bagian kedua setengah
lingkaran sebelah kanan merupakan zona-zona nyata dimana terdapat sungai yang
memotong lahan pertanian dan terdapat sebuah kota kecil (subcenter) yang
memiliki wilayahnya sendiri.
1. Model Burges (1925) adalah sebuah model skematis yang dikembangkan dalam
mengelompokan aktivitas-aktivitas atas dasar konsentrasi dalam jarak yang
berturut-turut dalam kawasan dari pusat ke arah hinterland. Hipotesis Burges
menyatakan bahwa zona-zona penggunaan lahan akan menjaga keteraturan, tetapi
karena kota tumbuh dan berkembang maka setiap zona harus menyebar dan
berkembang keluar, menggeser zona berikutnya dan menciptakan zona transisi
penggunaan tanah.

Sumber: Rustiadi, 2009


Gambar 2. 4 Model Penggunaan Lahan Burges

8
2. Teori pusat lipat ganda (Multiple Nucleiconcept) menurut Harris (Harvey dalam Rustiadi,
2009) adalah sebuah model skematis yang dikembangkan dalam mengelompokan
aktivitas-aktivitas atas dasar konsentrasi dalam jarak yang berturut-turut dalam kawasan
kota, dengan pola yang ditunjukan dalam Gambar 2.8.

Sumber: Rustiadi, 2009


Gambar 2. 5 Model Teori Pusat Lipat Ganda (Multiple Nucleiconcept)
Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang didalamnya
memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia, maka ditempuh
melalui upaya penataan ruang. Penataan ruang merupakan proses untuk
mewujudkan tujuan pembangunan, penataan ruang sekaligus juga merupakan
produk yang memiliki landasan hukum (legal instrument) untuk mewujudkan
tujuan pengembangan wilayah. Chapin (1995) mengemukakan ada dua hal yang
mempengaruhi tuntutan kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan
perubahan penggunaan lahan yaitu adanya perkembangan penduduk dan
perekonomian serta pengaruh sistem aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem
lingkungan.
Rencana pola ruang merupakan elemen penting dalam rencana tata ruang wilayah
kota, dimana didalamnya ditunjukkan alokasi ruang bagi berbagai kegiatan
perkotaan. Rencana pola ruang ini dirumuskan sesuai dengan hasil analisis serta
dengan mempertimbangkan arahan kebijakan dari stakeholders Kota. Struktur
ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang).
Perencanaan struktur ruang menggambarkan mengenai hubungan keterkaitan
(linkage) antara aspek-aspek aktivitas pemanfaatan ruang (Rustiadi, 2009). Dimana
diarahkan untuk menentukan hirarki dan fungsi pusat-pusat permukiman serta
sistem jaringan prasarana dan sarana, sehingga dapat menciptakan tingkat
perkembangan fisik, ekonomi dan sosial yang diinginkan selama kurun waktu
perencanaan. Suatu kota pada dasarnya terbentuk dari pusat-pusat kegiatan yang
membentuk hirarki dan pola keterkaitan satu dengan lainnya. Karena itu rencana

9
sistem pusat kegiatan dirumuskan dengan menentukan hierarki serta fungsi setiap
pusat kegiatan berdasarkan pertimbangan tertentu
Menurut Rustiadi (2009) ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya arti dari
perencanaan dan penataan struktur ruang, yaitu:
1. Yang optimal bagi suatu individu tidak selalu optimal bagi masyarakat, karena itu
perencanaan tata ruang dianggap perlu.
2. Salah satu faktor dari ruang yaitu atmosfer merupakan suatu sumber daya yang bersifat
public goods.
3. Ruang merupakan komponen ekosistem dimana fungsi-fungsi ekologis dari ruang
dalam suatu ekosistem mempengaruhi kesinambungan dan kontinuitas dari suatu
sistem.
2.4 Pembangunan Pariwisata
Pariwisata diyakini menjadi industri terbesar dan yang paling cepat pertumbuhannya di dunia
(Esmailzade, 2013, Matiza and Olabanji, 2014, Sugiama, 2014b). Pada umumnya di negara-
negara sedang berkembang, industri pariwisata menjadi upaya penting dan sangat strategis
untuk mendorong perekonomiannya sebagaimana di Indonesia (Lietaer and Stephen, 2003.,
Matiza and Olabanji, 2014., Mir, 2014., Sugiama, 2014a, Sugiama, 2014b). Karena itulah,
industri pariwisata menjadi isu populer di berbagai negara sebagai penggerak perekonomian
(Esmailzade, 2013., Lietaer and Meulenaere, 2003, Ivolga and Vasily, 2013., Mir, 2014).

Setiap pengembangan kepariwisataan memerlukan penyediaan empat (4) komponen


kepariwisataan yang perlu di elaborasi yakni 4A: Attraction, Accessibility, Amenities,
and Ancillary (Cooper, 2000., Sugiama, 2014a., Sugiama, 2013., Sugiama, 2014c).
Pengelolaan seluruh komponen tersebut perlu dukungan oleh berbagai pihak
(stakeholders) yang di dalamnya terutama: masyarakat setempat, pemerintah,
pengelola desa wisata, dan perguruan tinggi sebagaimana dikenal dalam model triple
helix (Sugiama, 2014).

Perkembangan kolaborasi antar pihak dalam sebuah stakeholders terus meningkat dan
kini dikenal Penta Helix Model. Berdasarkan Penta Helix Model pihak yang
mendukung pengembangan desa wisata: pengelola desa wisata, publik, bisnis,
akademi, dan masyarakat sosial setempat (adaptasi dari Boras, 2013., Calzada dan
Bjork, 2013., Nano-technology, 2012., Noorul, 2014). Berkenaan dengan upaya
integrasi para pemangku kepentingan dan pihak yang berkolaborasi dalam
pengembangan serta pemasaran desa wisata dirancang model sebagaimana Pentahelix
Model yang dicerminkan Gambar 2.6.

Sumber: Sugiama, 2016


Gambar 2. 6 Model Penta Helix Desawisata
10
Pada dasarnya integrasi pengembangan dan pemasaran pariwisata perlu dibangun
dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Peran serta dalam
berkolaborasi perlu dirancang agar masing-masing berkontribusi bagi kepariwisataan.
Masing-masing pihak menjadi pilar kokoh untuk membangun kepariwisataan, baik
untuk skala kawasan wisata (KW), Satuan Kawasan Wisata (SKW), maupun Destinasi
Tujuan Wisata (DTW). Keterlibatan masing-masing stakeholder sebagaimana
dicerminkan Gambar 2.10.

Sumber: Adaptasi dari Yahya, 2015., Sugiama, 2016


Gambar 2. 10 Kolaborasi Pilar Utama Pengembangan Destinasi Wisata
Berkelanjutan berbasis Pentahelix Model

Pengembangan pariwisata dapat dibangun di berbagai tempat, baik di perkotaan


maupun di kawasan pedesaan. Pengembangan kawasan wisata pedesaan yang disebut
desa wisata untuk membangun ekonomi masyarakat setempat sangat penting dibangun,
karena sangat besar manfaatnya terutama bagi kehidupan masyarakat setempat (Guo
and others, 2014., Mutana, 2013., Sugiama, 2013). Desa wisata dapat berkontribusi
positif bagi pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan
distribusi barang, menekan serendah mungkin tingkat urbanisasi, dan mengurangi
tingkat kemiskinan (Esmailzade, 2013., Mir, 2014). Di sisi lain desa wisata juga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan konservasi alam dan budaya
masyarakat setempat (Lietaer and Meulenaere, 2003, Ivolga and Vasily, 2013.,
Sugiama, 2009).

2.4.1 Kunjungan Wisatawan dan Pengaruhnya pada Pendapatan Masyarakat


Pengembangan destinasi wisata berkelanjutan, termasuk pengembangan sebuah desa
wisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung, adalah
pengembangan kepariwisataan yang dirancang sesuai prinsip ecotourism dan
berkelanjutan, sehingga akan berdampak positif pada kehidupan masyarakat setempat
di antaranya pada pengurangan pengangguran (Adamowicz, 2010., Guo and others,
2014., Sugiama, 2009., Sugiama, 2014c Sugiama, 2014a). Setiap desa wisata yang telah
dikembangkan perlu dijaga keberlanjutannya, agar dampak positif tersebut juga
berkelanjutan, untuk itulah penting diterapkan prinsip dan konsep konservasi alam dan
budaya sesuai prinsip ecotourism atau pariwisata berwawasan ekologi (Dorobantu et
al., 2012., Sugiama, 2014c).

11
2.4.2 Pembangunan Agrobisnis dan Agroindustri
Soekartawi (2001) meyatakan bahwa agrobisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh
dan memiliki ikatan dengan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi, pengolahan,
hasil, pemasaran dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan pertanian. Pertanian
dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang dan ditunjang oleh
kegiatan pertanian (Soekartawi, 2005). Agrobisnis merupakan sistem yang meliputi
beberapa subsistem.
Kegiatan agrobisnis akan menciptakan hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Hubungan tersebut merupakan upaya memanfaatkan dan menata lingkungan sesuai
dengan kegunaan yang diinginkan. Siagian (2003) menyatakan bahwa maksud dari
memanfaatkan meliputi memberi pupuk, irigasi dan perlindungan lahan. Menata
memiliki arti sebagai kegiatan menanam pada musim hujan, memanen dalam musim
kering atau menanam perennial crops pada tanah miring/lereng dan sebagainya.

Agrobisnis adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang
saling terkait erat, yaitu subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi
(subsistem agrobisnis hulu), subsistem usaha tani atau pertanian primer, subsistem
pengolahan, subsistem pemasaran serta subsistem jasa dan penunjang (Badan
Agrobisnis , 1995).
2.5 Pembangunan Industri Kelautan
Makna dari pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1983:3).
Maritim bukan hanya mencakup perikanan dan kelautan, akan tetapi maritim adalah
segala kegiatan yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan kelautan atau kemaritiman (Alexander,1998). Contoh industri maritim meliputi
manufaktur dan pemeliharaan kapal, teknologi perkapalan, kegiatan ekspor dan impor,
jasa pelabuhan dan angkutan, pariwisata pantai, dan budidaya perikanan (Bergheim
dkk, 2015). Industri maritim meliputi industri perkapalan, industri jasa pelabuhan,
industri pelayaran dilakukan guna mengelola sumber daya kelautan dan sumber daya
alam lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Didit, 2015).
Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi pembangunan meliputi
(Kusumastanto, 2003):
a. Sumber daya yang dapat diperbaharui seperti: perikanan (tangkap, budidaya, dan
pascapanen), hutan mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan dan pulau-
pulau kecil.
b. Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti: minyak bumi dan gas, bahan tambang
dan mineral lainnya serta harta karun.
c. Energi kelautan seperti: pasang-surut, gelombang, angin, OTEC (Ocean Thermal Energy
Conversion).
d. Jasa-jasa lingkungan seperti: pariwisata, perhubungan dan pelabuhan serta penampung
(penetralisir) limbah.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


3.1.1 Metode yang Digunakan
Studi dokumentasinya itu dengan mempelajari data-data, lnformasi-informasi yang
berhubungan dengan potensi Kabupaten Pangandaran yang diakses baik melalui
internet maupun sumber infomasi lainnya dan juga data-data dan informasi dari
Kabupaten Pangandaran

3.1.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis Data dan Sumber Data Pada penelitian ini adalah Data primer dan sekunder

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun Objek Penelitian (Penentuan Informan) dilakukan melalui wawancara studi
dokumentasi yaitu dengan mempelajari data-data, lnformasi-informasi yang
berhubungan dengan potensi Kabupaten Pangandaran yang diakses baik melalui
internet maupun sumber infomasi lainnya dan juga data-data dan informasi dari
Kabupaten Pangandaran.
Observasi. dilakukan melalui pengamatan secara langsung ke Kabupaten Pangandaran,
dengan maksud untuk melengkapi dan mendukung data dan informasi yang diperoleh
melalui studi dokumentasi dan wawancara;
Wawancara, yaitu upaya memperoleh data dan informasi yang melalui percakapan
secara langsung (face to face) antara peneliti dengan informan yang sudah ditetapkan.

13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANGANDARAN
Kabupaten Pangandaran adalah satu di antara kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang baru
menjadi Pemerintahan Kabupaten sejak tahun 2012. Kabupaten ini berlokasi strategis,
karena berada di lintasan jalan provinsi, berada di pinggir pantai dengan panjang pantai 91
Km, dan memiliki beragam potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan posisinya,
Pangandaran berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten
Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah
barat.

Kabupaten Pangandaran adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang ibukotanya
di Parigi. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara,
Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di
sebelah barat. Lahirnya Kabupaten Pangandaran didasari oleh Undang-undang nomor 21
tahun 2012 yakni sebagai kabupaten baru (DOB), yang ditandatangani Presiden RI tanggal
16 November 2012. Kemudian diundangkan oleh Menhukkam dan HAM tanggal 17
November 2012, maka Pangandaran resmi menjadi Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Dalam UU No. 21/2012 disebutkan, Kabupaten Pangandaran berasal dari sebagian wilayah
Kabupaten Ciamis. Luas wilayah Kabupaten Pangandaran yaitu 168.509 Ha dengan luas
laut 67.340 Ha. Kabupaten Pangandaran memiliki panjang pantai 91 Km. Adapun jumlah
penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2021, perempuan berjumlah 212.022 jiwa dan
laki-laki berjumlah 210.564 jiwa. Adapun pemerintahannya mencakup:
1. Kecamatan Parigi,
2. Kecamatan Cijulang,
3. Kecamatan Cimerak,
4. Kecamatan Cigugur,
5. Kecamatan Langkaplancar,
6. Kecamatan Mangunjaya,
7. Kecamatan Padaherang,
8. Kecamatan Kalipucang,
9. Kecamatan Pangandaran dan
10. Kecamatan Sidamulih
Sebaran seluruh kecamatan dalam peta Kabupaten Pangandaran dapat dicerminkan
sebagaimana dalam gambar di bawah ini.

14
Sumber: Renip Renip Pangandaran Raya, 2016
Gambar 4. 1 Peta Administratif Kabupaten Pangandaran

Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Otonom Baru (DOB), tentu perlu mendapat perhatian
khusus. Meskipun Pangandaran baru menjadi daerah otonom, namun Kabupaten Pangandaran
sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang memegang peranan penting, bahkan menjadi
kawasan strategis di Jawa Barat. Satu di antara kawasannya adalah Pangandaran Raya.
Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran terdiri dari 5 (lima) kecamatan di Kabupaten
Pangandaran yaitu Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan
Pangandaran, dan Kecamatan Kalipucang.

4.2 Analisis struktur dan komposisi ekonomi wilayah Kabupaten Pangandaran


4.2.1 Arahan Rencana Kawasan Andalan di Jawa Barat Bagian Selatan
Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang
berperan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat (Jabar)
Pangandaran berpotensi sangat besar dijadikan satu di antara pusat pertumbuhan di
Jawa Barat, dan dapat merangsang pertumbuhan daerah lainnya. Berdasarkan
potensi yang ada, Pemerintah Jabar mengambil langkah dan inisiatif untuk
membangun dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif dan
efisien, agar Pangandaran dapat dijadikan pusat pertumbuhan.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), wilayah Jawa Barat
bagian Selatan termasuk dalam beberapa Kawasan Andalan sebagai berikut:
• Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran, dengan sektor unggulan
pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan.
Arahan Rencana Wilayah Pengembangan (WP) di Jawa Barat Bagian Selatan,
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat 2009-
2029, wilayah Jawa Barat bagian Selatan termasuk ke dalam dua Wilayah
Pengembangan yaitu:
• WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di
15
KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan) yang
antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan,
Arahan pengembangan untuk masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) ini
adalah sebagai berikut :
• WP Priangan Timur-Pangandaran Sektor unggulan yang dapat dikembangkan
di WP Priangan Timur-Pangandaran meliputi pertanian, perkebunan,
perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, industri kerajinan dan
pertambangan mineral.

4.2.2 Rencana Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan


Wilayah Jawa Barat bagian Selatan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Barat 2009-2029, diarahkan dengan kebijakan pembatasan pengembangan
wilayah. Strategi untuk kebijakan tersebut, meliputi:
1. mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah
ditetapkan;
2. meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan
tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan;
3. meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan;
4. meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan;
5. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan
kesetaraan peran dan fungsi di KSN; dan
6. mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan
provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS.
Penentuan SWP pengembangan komoditas unggulan diharapkan dapat berperan
sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan wilayah sekitarnya dan Jawa Barat
bagian Selatan pada umumnya. Berdasarkan hasil kajian terhadap pertimbangan di
atas, maka ditetapkan pembagian SWP sebagai berikut:
• SWP Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak, Kalipucang, Sidamulih,
Cigugur;
SWP Pusat Karakteristik Potensi
SWP Kabupaten Merupakan ▪ Pertanian (kelapa)
Pangandaran : Pangandaran SWP yang ▪ Peternakan
Pangandaran, sebagian besar (sapi,
Parigi, Cijulang, kawasannya domba)
Cimerak, adalah ▪ Perikanan
Kalipucang, kawasan tangkap dan
Sidamulih, pesisir kelautan
Cigugur ▪ ODTW unggulan
wisata pantai

16
Matriks Kebijakan Strategi dan Rencana
Pengembangan Wilayah Jawa Barat bagian Selatan
Kebijakan Strategi Rencana
Pengembangan Jawa a. memanfaatkan a. pencegahan terjadinya alih
Barat bagian Selatan kawasan fungsi lahan pertanian
dilakukan secara budidaya secara menjadi lahan tidur;
terintegrasi dan optimal melalui b. mendorong alih fungsi
terkendali dengan pendayagunaan lahan tidur di kawasan
mempertimbangkan kembali lahan budidaya menjadi lahan
keberadaan kawasan tidur serta potensi pertanian produktif;
lindung terutama pesisir dan laut;
kawasan rawan bencana dan
b. memanfaatkan c. pencegahan terjadinya alih
lahan secara fungsi lahan kawasan
terbatas agar lindung menjadi kawasan
memiliki nilai budidaya;
ekonomis di d. penerapan aturan sempadan
kawasan lindung pantai sesuai dengan
non hutan dengan peraturan perundangan yang
tetap berlaku di sepanjang wilayah
mempertahankan pesisir
fungsi
lindungnya.
Pengembangan Jawa a. mengembangkan a. pendayagunaan pemanfaatan
Barat bagian Selatan sektor pertanian kembali lahan tidur untuk
difokuskan pada sektor dan perkebunan kegiatan pertanian melalui
prioritas berbasiskan melalui kerjasama dengan pihak
potensi sumberdaya pendayagunaan pengelola
lahan, pesisir dan laut kembali lahan b. pengembangan komoditas
tidur; unggulan pada lahan tidur;
c. penyediaan teknologi
produksi tepat guna

b. mengembangkan a. optimalisasi lahan hutan


sektor kehutanan produksi dan hutan rakyat
melalui b. pengembangan kegiatan
pendayagunaan agroforestry yang
lahan hutan berkelanjutan
produksi dan c. pengembangan sarana
hutan rakyat; produksi dan distribusi

17
c. mengarahkan a. penetapan kawasan lindung
kegiatan cagar alam geologi tidak
pertambangan boleh dijadikan lokasi
yang ramah penambangan; dan
lingkungan dan b. pengaturan aktivitas
terkelola secara
terintegrasi dan
terkendali;

Kebijakan Strategi Rencana


penambangan pasir besi dengan
pemanfaatan kandungan yang
lebih bernilai tambah
c. perehabilitasian kondisi
lingkungan akibat kegiatan
penambangan
d. pembentukan koperasi dan
kelompok-kelompok penambang
yang berkoordinasi dengan
Dinas energi dan Sumberdaya
Mineral
Provinsi Jawa Barat

d. mengembangkan a. pengembangan budidaya ikan di


sektor pesisir dan wilayah pesisir di Jawa Barat
kelautan melalui bagian Selatan;
peningkatan daya b. pengembangan infrastruktur
saing masyarakat penunjang kegiatan penangkapan
pesisir; dan pengolahan hasil perikanan
laut; dan
c. peningkatan kualitas SDM yang
berkaitan dengan peningkatan
keterampilan, pengetahuan dan
teknologi produksi maupun
distribusi
hasil perikanan laut.

18
e. mempertahankan a. pengembangan objek dan daya
bentang alam dan tarik wisata yang berakar pada
pemandangan visual di alam, kearifan lokal dan budaya
kawasan pariwisata Jawa Barat bagian Selatan; dan
pantai. b. pemanfaatan aktivitas
agroindustri dan industri
kelautan sebagai objek wisata.
c. peningkatan keterlibatan
masyarakat dalam
pengembangan pariwisata
d. pengembangan pariwisata di 3
KWU sesuai dengan rencana
pengembangan pariwisata Jawa
Barat dalam Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Jawa Barat
e. penetapan area

Kebijakan Strategi Rencana


pengembangan terbatas di
sempadan pantai dari jalan
lintas selatan ke arah pantai
f. penetapan area
pengembangan terbatas di
sepanjang koridor utara-
selatan

Pembangunan a. meningkatkan a. peningkatan cakupan dan


infrastruktur bersifat kualitas hidup kualitas pelayanan
struktural, dengan masyarakat yang infrastruktur dasar (energi,
mempertimbangkan dilaksanakan air, sanitasi, telekomunikasi)
kondisi fisik geografis melalui peningkatan
yang rawan bencana penyediaan dan
dan pembangunan peningkatan kualitas
infrastruktur non infrastruktur dasar
struktural untuk permukiman;
meningkatkan
dayadukung lingkungan

19
b. menjamin pemerataan a. perluasan pelayanan air
pelayanan baku untuk aktivitas
infrastruktur dasar keseharian masyarakat dan
permukiman hingga prasarana irigasi dan pada
kawasan perbatasan; kawasan pertanian,
terutama pada pusat
pengembangan komoditas
unggulan;
b. pengembangan jaringan
listrik PLN ke seluruh
wilayah Jawa Barat bagian
Selatan;
c. pengembangan jaringan
telekomunikasi ke seluruh
wilayah Jawa Barat bagian
Selatan;
c. meningkatkan a. penyelesaian pembangunan
ketersediaan dan jalan Trans Selatan,
kualitas pelayanan sehingga seluruh ruas Trans
infrastruktur Selatan dari perbatasan
pendukung kegiatan Jawa Barat- Banten sampai
di perkotaan dan perbatasan Jawa Barat-Jawa
perdesaan; Tengah terhubungkan oleh
jaringan jalan dengan
kualitas yang baik;
b. peningkatan kualitas jalan
pada ruas Utara-Selatan
yang sudah ada;
c. peningkatan dan atau
membangun jaringan jalan
antara setiap pusat satuan
pengembangan wilayah
dengan pengembangan

20
Kebijakan Strategi Rencana
bagian Selatan, antar dalam pengembang
Pemerintah infrastruktur
Kabupaten di Jawa b. Pembangunan infrastruktur
Barat bagian Selatan, transportasi dan wilayah
antara Pemerintah dengan melibatkan pihak
Daerah, Pemerintah swasta baik skala lokal
Kabupaten di Jawa maupun regional
Barat bagian Selatan
dan swasta dalam
mewujudkan
penyediaan
infrastruktur.
Pengembangan pusat- a. memantapkan peran a. pengembangan sistem
pusat permukiman di pusat- pusat kota-desa yang sesuai
wilayah Jawa Barat permukiman sesuai dengan daya dukung dan
bagian Selatan arahan Rencana Tata daya tampung serta fungsi
diarahkan di Pusat Ruang Wilayah kegiatan dominannya;
Kegiatan Nasional Provinsi Jawa Barat b. perintisan pembangunan
Provinsi (PKNp), Tahun 2009-2029; pusat komunitas secara
Pusat Kegiatan terintegrasi dengan
Wilayah Provinsi pengembangan potensi
(PKWp) dan Pusat ekonomi di sepanjang
Kegiatan Lokal (PKL) koridor barat-timur
perkotaan dan c. perwujudan terlaksananya
pedesaan sebagaimana peran WP serta KSP dalam
diatur dalam rencana mewujudkan pemerataan
struktur ruang pertumbuhan wilayah dan
Rencana Tata Ruang sebaran penduduk
dan Wilayah Provinsi b. memenuhi kebutuhan d. peningkatan ketersediaan
Jawa Barat pelayanan umum dan kualitas pelayanan
perkotaan yang ramah prasarana serta fasilitas
lingkungan; pendukung kegiatan
perkotaan dan perdesaan
pada WP
c. mempertimbangkan e. pengendalian
keterbatasan perkembangan sistem kota
dayadukung dan di wilayah selatan dengan
dayatampung tidak melebihi daya
lingkungan dalam dukung dan daya
pengembangan pusat- tampungnya;
pusat permukiman.

21
Pengembangan wilayah a. mengarahkan a. pengembangan kegiatan
Jawa Barat bagian pengembangan pariwisata dalam kerangka
Selatan dilakukan kegiatan di Jawa kearifan local
dengan Barat bagian Selatan b. pengolahan hasil pertanian
mengintegrasikan dalam kerangka khas Jawa Barat bagian
kearifan lokal dan kearifan lokal; Selatan menjadi makanan
melibatkan peranserta atau obat-obatan
masyarakat b. memelihara dan a. mempertahankan kearifan
memantapkan peran lokal yang bernilai tinggi
kearifan lokal yang pada jaman modern ini
dapat mengakselerasi (bangunan tradisional, seni
pengembangan budaya, obat herbal
wilayah Jawa tradisional)
Barat bagian Selatan;

4.3 Analisis kekuatan internal suatu ekonomi wilayah Kabupaten Pangandaran


Kabupaten Pangandaran terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012
tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat. Dalam UU tersebut
disebutkan bahwa Kabupaten Pangandaran berasal dari sebagian wilayah Kabupaten
Ciamis, yang terdiri dari : Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang, Kecamatan Cimerak,
Kecamatan Cigugur, Kecamatan Langkaplancar, Kecamatan Mangunjaya, Kecamatan
Padaherang, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih.
Ibu Kota Kabupaten Pangandaran berkedudukan di Kecamatan Parigi.
Dengan potensi yang besar dibidang pariwisata maka misi Kabupaten Pangandaran yaitu
“Kabupaten Pangandaran Pada tahun 2025 menjadi kabupaten pariwisata yang berkelas
dunia, tempat tinggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma agama

Kabupaten Pangandaran cukup potensial untuk pariwisata. Pantai Pangandaran sudah


dikenal sebagai destinasi wisata yang menarik wisatawan baik domestik maupun
mancanegara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Wilayah administratif Kabupaten Pangandaran terbagi menjadi 10 Kecamatan dengan luas
Kabupaten, secara rinci luas wilayah di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Pangandaran yaitu 168.509 Ha dengan luas laut 67.340 Ha.
Kabupaten Pangandaran memiliki panjang pantai 91 Km
2. Batas Wilayah
No. Arah Batas Wilayah 1 Utara Kabupaten Ciamis : (1). Kecamatan Banjarsari : Desa
Ciulu, Pasawahan, Cikupa. (2). Kecamatan Pamarican : Desa Sidarahayu, Purwadadi,
Sidamulih.
Kabupaten Tasikmalaya : (1). Kecamatan Karangjaya : Desa Citalahab. (2). Kecamatan
Cineam : Desa Cisarua 2 Timur Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah : (1).
Kecamatan Kedungreja : Desa Tambaksari, Sidanegara, Rejamulya. (2). Kecamatan
Patimuan : Desa Sidamukti, Patimuan, Rawaapu, Cinyawang, Purwodadi 3 Barat
22
Kabupaten Tasikmalaya : (1). Kecamatan Cikatomas : Desa Pasanggrahan. (2).
Kecamatan Panca Tengah : Desa Neglasari, Tawang, Panca Wangi, Mekarsari. (3).
Kecamatan Cikalong : Desa Cimanuk. (4). Kecamatan Salopa :Desa Mulyasari 4
Selatan Samudera Indonesia.
3. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2014, perempuan berjumlah
212.022 jiwa dan laki-laki berjumlah 210.564 jiwa.
4. Pariwisata
Potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah pariwisata baik objek
wisata pantai maupun sungai. Terdapat banyak objek wisata favorit baik oleh turis
mancanegara maupun domestik. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pangandaran
yaitu : pantai pangandaran, taman wisata alam (cagar alam pananjung), pantai batu hiu,
pantai batu karas, pantai madasari, pantai karapyak, dan wisata sungai yaitu cukang
taneuh (green canyon), citumang, santirah. Tersedia fasilitas hotel dengan kelas yang
bervariasi dan cukup lengkap, restoran dan tempat hiburan lainnya.
5. Pertanian
Selain potensi parawisata ternyata Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi
pertanian yang cukup memadai. Luas sawah di Kabupaten Ciamis berdasarkan data
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis pada Tahun 2012 tercatat 51.903
Ha dan 26 persen ada di Kabupaten Pangandaran atau sekitar 13 ribu Ha dengan sawah
irigasi dan tadah hujan.
Pertanian tanaman padi (sawah dan ladang) merupakan komoditas utama di sektor
pertanian. Data produksi tanaman padi (sawah dan ladang) tahun 2012 Kabupaten
Ciamis tercatat 688.891 ton dan 31 persen disumbang dari produksi Kabupaten
Pangandaran atau mencapai 214.044 ton. Sub sektor pertanian palawija Kabupaten
Pangandaran juga tidak kalah potensial untuk ditingkatkan dengan jumlah produksi
pada tahun yang sama dengan komoditas unggulan jagung 6.152 ton, ubi kayu 11.300
ton, ubi jalar 2.520 ton, kacang tanah 752 ton, kacang kedelai 2.084 ton, kacang hijau
725 ton dan komoditas lainnya. Belum lagi potensi komoditas hortikultura yang bisa
dikembangkan.
6. Perikanan
Luas areal pemeliharaan ikan pada tahun 2012 di Kabupaten Pangandaran untuk
tambak sebesar 44 Ha, kolam/empang 339 Ha, sawah 18,30 Ha. Ditinjau dari jumlah
produksi ikan menurut tempat pemeliharaan/penangkapan di Kabupaten Pangandaran
pada tahun 2012 yaitu perikanan laut 2.219,91 ton, Tambak 687,8 ton, kolam 2.767,38
ton, sawah 40 ton. Sedangkan nilai produksi ikan laut hasil penangkapan nelayan yang
masuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pada tahun 2012 mencapai 2.220 ton dengan nilai
43,03 milyar. Sebuah potret potensi perikanan yang menjanjikan untuk dikelola dan
mampu meningkatkan taraf hidup penduduk Kabupaten Pangandaran.
7. Peternakan
Populasi ternak besar dan kecil di Kabupaten Pangandaran Tahun 2012 terhitung, yaitu
sapi 26.807 ekor, kerbau 2.321 ekor, kuda 91 ekor, domba 95.062 ekor, dan kambing
49.438 ekor.
8. Kehutanan
23
Luas hutan Kabupaten Ciamis tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Ciamis
(Madati, Cikoneng, Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar
Selatan (Pamarican, Cicapar, Banjarsari); Pangandaran (Kalipucang, Pangandaran,
Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, Cigugur, Langkap). Luas hutan baik yang sudah
dikukuhkan maupun yang belum seluas 28.898,73 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang
memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,88 Ha yang tersebar di kecamatan
Cijulang, Parigi, Cigugur, dan Langkaplancar. Hutan terluas berada di gunung Gadung,
Cigugur yang mencapai 3.168,9 Ha. Selain hutan yang dikelola PKPH/RPH, terdapat
pula hutan rakyat sebesar 31.707,44 Ha yang tersebar di 36 kecamatan. Hutan rakyat
terluas berada di Kecamatan Kalipucang yaitu sebesar 3.599 Ha.

4.4 Daya Tarik lokal yang berada di Kabupaten Pangandaran


4.4.1 Sektor Pariwisata
Berdasarkan pada potensi dan perkembangannya selama ini, maka Pangandaran bagi
masyarakat umum dikenal sebagai tempat tujuan wisata pantai, namun sesungguhnya
selain pantai, Pangandaran memiliki beragam potensi alam, baik untuk dijadikan objek
dan daya tarik wisata (ODTW), maupun dikembangkan menjadi kelautan dan
perikanan, agrobisnis, serta agroindustri. Berkenaan dengan hal tersebut, berikut ini
disajikan gambaran umum mengenai kondisi pada sektor Pariwisata, industri kelautan
dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri.

Potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah pariwisata baik objek
wisata pantai maupun sungai. Terdapat banyak objek wisata populer baik oleh
wisatawan domestik maupun mancanegara. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten
Pangandaran yaitu : pantai pangandaran, taman wisata alam (Cagar Alam Pananjung),
Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, Pantai Madasari, Pantai Karapyak, dan wisata
sungai yaitu Cukang Taneuh (green canyon), Citumang, Santirah. Tersedia fasilitas
hotel dengan kelas yang bervariasi dan cukup lengkap, restoran dan tempat hiburan
lainnya. Dengan potensi yang besar dibidang pariwisata maka misi Kabupaten
Pangandaran yaitu
“Kabupaten Pangandaran Pada tahun 2025 menjadi kabupaten pariwisata yang
mendunia, tempat tinggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma agama.”

Sesuai dengan wilayah yang dikaji adalah mencakup 5 Kecamatan dalam Pangandaran
Raya, maka pada bahasan mengenai gambaran umum kepariwisataan fokus pada
kondisi terkini kepariwisataan di Pangandaran Raya. Keragaman fasilitas
kepariwisataan yang ada di Pangandaran Raya secara umum telah dilengkapi semua
komponen kepariwisataan. Adapun komponen tersebut dikenal dengan 4A, yakni:
1. Atraksi wisata
2. Aksesibilatas
3. Ameniti
4. Ansilari

24
4.4.2 Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang kini telah berkembang di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
meliputi wisata alam (pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa), wisata budaya
dan wisata atraksi minat khusus.
1. Wisata Alam
Atraksi wisata alam terdiri dari pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa. Di bawah
ini, disajikan tabel mengenai atraksi wisata alam yang di kelompokan berdasarkan
kecamatan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.
a. Cukang Taneuh (Green Canyon)
Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada
tahun 1993. Sedangkan Cukang Taneuh punya arti yaitu jembatan tanah. Hal
itu dikarenakan di atas lembah dan jurang Green Canyon terdapat jembatan dari
tanah yang digunakan oleh para petani di sekitar sana untuk menuju kebun
mereka. Green Canyon Indonesia ini terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan 286
Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat.
b. Pantai Pangandaran
Objek wisata yang merupakan primadona pantai di Jawa Barat ini terletak di
Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dengan jarak ± 92 km arah selatan
kota Ciamis, atau 236 km dari kota Bandung. memiliki berbagai keistimewaan
seperti:
• Dapat melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari satu tempat yang sama
• Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut
relative lama sehingga memungkinkan kita untuk berenang dengan aman
• Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih
• Tersedia tim penyelamat wisata pantai
• Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan penerangan jalan yang
memadai
• Terdapat taman laut dengan ikan-ikan dan kehidupan laut yang mempesona.
c. Citumang Pangandaran
Obyek wisata alam Citumang merupakan obyek wisata yang memiliki daya
Tarik khusus, yaitu sungai Citumang yang mengalir membelah hutan jati
dengan airnya yang bening kebiruan. Tepian sungai yang terdiri dari ornamen
batu-batu padas dengan relung dalam dihiasi relief alam dan aliran sungai yang
menembus ke dalam goa.
d. Pantai Batu Hiu
Sebuah pantai dengan tebing cukup terjal yang memiliki pemandangan lepas
kearah samudra hindia. Batu hiu berjarak sekitar 14 km dari pangandaran
sebagai objek wisata pilihan ketika anda datang ke Pangandaran. Terletak di
Desa Ciliang Kecamatan Parigi, kurang lebih 14 km dari Pangandaran ke arah
Selatan. Memiliki panorama alam yang sangat indah. Dari atas bukit kecil yang
ditumbuhi pohon-pohon Pandan Wong, kita menyaksikan birunya Samudra
Indonesia dengan debur ombak yang menggulung putih. Pantai Batu Hiu ini
terletak di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi. Pantai ini dinamakan Batu Hiu
karena ada batu yang terlihat di laut ini dan menyerupai sirip ikan hiu. Untuk
25
menikmati indahnya pantai, kita bisa naik ke atas bukit kecil di pantai ini. Dari
atas bukit itulah kita bisa melihat batu yang menyerupai sirip ikan hiu,
merasakan sejuknya angin laut dan juga menikmati indahnya Samudra
Indonesia.
e. Cagar Alam Pananjung
Objek wisata ini merupakan satu-satunya objek wisata hutan yang ada di
Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Keadaan topografi sebagian besar
landai dan di beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang terjal. TWA
Pangandaran memiliki kekayaan sumber daya hayati berupa flora dan fauna
serta keindahan alam. Hutan sekunder yang berumur 50-60 tahun dengan jenis
dominan antara lain laban, kisegel, merong , dan sebagainya. Juga terdapat
beberapa jenis pohon peninggalan hutan primer seperti pohpohan kondang, dan
benda .
f. Pantai Karang Tirta
Objek wisata ini terletak di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih ke arah Batu
Hiu belok kiri. Di objek wisata ini pengunjung selain dapat menikmati
keindahan alam juga melakukan rekreasi berupa bersampan, memancing dan
berkemah. Fasilitas yang bersedia berupa kedai makanan dan minuman dan
pondok wisata. Pantai Karang Tirta juga memilik sedikit hutan yang disebut
Leuweung Nusa, di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman yang sudah lama
tumbuh dan ada di sana sejak dahulu.
g. Saung Muara
Saung Muara, berada di ujung dari jalan Pamugaran dan bisa di tempuh juga
melalui pintu masuk objek wisata Pangandaran via Pamugaran, masuk ke arah
kanan menyusuri jalan sekitar 1 km, wisatawan akan mendapati tempat
berwisata dengan panorama alam yang masih asri, di kelilingi tumbuhan
mangrove dan pandan yang masih tersebar di sekeliling objek. Sejauh mata
memandang akan dimanjakan dengan akses pantai dengan pasir yang menggoda
untuk di jadika area berkemah, serta menyaksikan langsung aktifitas nelayan
sekitar yang mendirikan berupa saung beserta perangkap ikan berupa Jodang
(sebutan warga Pangandaran untuk perangkap ikan) yang sedang melakukan
penangkapan ikan.
h. Pantai Batu karas
Objek wisata yang satu ini merupakan perpaduan nuansa alam antara objek
wisata Pangandaran dan Batu Hiu dengan suasana alam yang tenang,
gelombang laut yang bersahabat dengan pantainya yang landau membuat
pengunjung kerasan tinggal di kawasan ini. Terletak di Desa Batukaras,
Kecamatan Cijulang dengan jarak ± 34 km dari Pangandaran. Pantainya yang
landau dengan air laut tenang nan biru menanti Anda untuk segera berenang
menikmati airnya yang segar. Anda bisa nikmati suasana tenang dengan angin
sepoi-sepoi menikmati hidangan di rumah makan yang tersedia. Pandangan
lepas ke ujung cakrawala memberi Anda ketenangan dan kenangan berlibur
yang menyenangkan.

26
i. Pantai Keusik Luhur
Merupakan perpaduan antara alam pegunungan dengan panorama pantai. Dari
sebuah bukit kita bisa menyaksikan bergeloranya samudra Indonesia dengan
gelombang laut selatan menghempas karang, sehingga buih-buih putih birunya
laut lepas. Gelombang laut mengangkat pasir ke atas batu karang yang terjal
sehingga orang menamakannya Keusikluhur (keusik = pasir, luhur = tinggi).
Objek wisata ini terletak di Desa Kertamukti Kecamatan Cimerak dengan jarak
± 45 km dari Pangandaran ke arah selatan.
j. Pantai Karapyak
Pantai Karapyak, terletak di Desa Bagolo, Kec. Kalipucang, Kab. Pangandaran.
Sekitar 20 km dari Pantai Untuk menuju lokasi ini tidak begitu sulit, karena
akses masuk ke sana sudah bagus, bahkan ada penunjuk jalan yang bisa
mengarahkan wisatawan ke Pantai
Karapyak.
k. Pantai Karang Nini
Objek wisata ini terletak di Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang. Sepanjang
jalan dari pintu gerbang ke lokasi, akan Anda nikmati kesejukan hutan jati
dengan irama alam

Peta Sebaran Pariwisata di Kabupaten Pangandaran

27
2. Wisata Budaya
Pada Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdapat wisata budaya berupa hasil
kebudayaan dari masyarakat setempat. Pada Tabel 5.2 disajikan daftar wisata
budaya pada kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya.
Tabel 2.1 Daftar Wisata Budaya pada Kawasan Pertumbuhan Pangandaran
Raya
No Daya Tarik Wisata Budaya
I. Kecamatan Cijulang
1 Kampung Badud
2 Saung Angklung Mang Koko
3 Bengkel Seni Mang Didi
II. Kecamatan kalipucang
1 Terowongan Wihelmina
III. Kecamatan Pangandaran
IV. Kecamatan Parigi
V. Sidamulih
Sumber : RIPPARDA Pangandaran

3. Wisata Atraksi Minat Khusus


Pada tabel 5.3 Disajikan daftar wisata buatan/minat khusus yang terdapat di pusat
pertumbuhan pangandaran raya.
Tabel 2.2 Daftar Wisata Buatan di Pertumbuhan Pangandaran Raya
No Daya Tarik Wisata Buatan/ Minat Khusus
I. Kecamatan Cijulang
1 Sirkuit Metrojaya
2 Agrowisata Margacinta
3 Saung Panireman
4 Nusawiru
II. Kecamatan Kalipucang
III. Kecamatan Pangandaran
IV. Kecamatan Parigi
1 Penangkaran Penyu
V. Kecamatan Sidamulih
Sumber : RIPPARDA Pangandaran, 2015
Gambar 2.2 menunjukkan gambaran terkini sebaran tempat wisata yang ada di
masing-masing kecamatan di Pangandaran Raya.

2. Event pariwisata
Pariwisata dalam layanan Event di Kabupaten Pangandaran akan dapat menarik
minat wisatawan. Event yang ada di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya di
antaranya:
a. Event wisata Rally Foto pariwisata Pangandaran
28
b. Event wisata Pangandaran Fair (carnival dan pameran pembangunan)
c. Event wisata Orari Fox Hunting
d. Event wisata Ngarung Bareng Green Canyon
e. Event wisata Hajat Laut
f. Event wisata Pesona Purnama Pesisir Pangandaran
g. Event wisata Aksi Sapta Pesona
h. Event KITE Festival

4.5 Dukungan Infrastruktur yang berada dilokasi Kabupaten Pangandaran


Sebagai kabupaten unggulan dalam bidang pariwisata di Jawa Barat, tentu saja diperlukan
penanganan khusus di berbagai bidang. Sekitar 8 tahun lalu, daerah ini merupakan
pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Tepatnya pada 25 Oktober 2012, kabupaten paling
bungsu di Jawa Barat ini lahir berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat. Walaupun sebagai daerah
pariwisata, kabupaten ini tetap tak melupakan untuk membangun pada bidang lainya.
Terlebih setelah ada Bupati dan Wakil bupati definitif H Jeje Wiradinata dan H Adang
Hadari yang dilantik pada 17 Februari 2016. Untuk mengetahui lebih jauh, mari kita longok
seperti apakah Kabupaten Pangandaran setelah 8 tahun berdiri.
Di bawah kepemimpinan H Jeje Wiradinata, daerah otonom termuda di Jawa Barat ini terus
berbenah, berbagai program digulirkan sampai pendidikan dan kesehatan di kabupaten ini
digratiskan. Bidang infrastruktur dan penataan pariwisata masuk menjadi program utama.

4.5.1 Aksesibilitas
Kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun
lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung,
lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Artinya dalam mencapai suatu tujuan
terdapat kemudahan dan jangkauan yang dicapai oleh orang. Untuk mencapai
Kabupaten Pangandaran khususnya Pusat Pertumbuhan Pangandaran sudah
terdapat akses yang dapat dijangkau berupa fasilitas umum seperti bangunan
masjid, pertokoan juga akses dimudahkan dengan adanya 1 terminal penumpang
tipe B dan 4 terminal tipe C Bandar Udara Nusawiru, dan juga 3 Pelabuhan serta
terdapat rencana reaktivasi rel kereta api yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan
Pangandaran sehingga meskipun dengan adanya fasilitas diatas belum dirasakannya
akses yang tinggi karena belum optimalnya pengoperasian masing-masing fasilitas
transportasi. Dan juga yang menjadi kendala aksesibilitas ini hanya kondisi jalan
yang sebagian besar dalam keadaan rusak khususnya untuk mencapai destinasi
wisata.

1. Kondisi Jalan
Akses jalan menuju objek pariwisata cukup penting untuk memudahkan wisatawan
dalam mengunjungi objek-objek wisata yang ada Kawasan Pusat Pertumbuhan
Pangandaran. Berikut akan dijelaskan kondisi akses jalan menuju objek pariwisata
yang ada di Pusat Pertumbuhan Kabupaten Pangandaran

29
No Objek Wisata Lokasi Kondisi
1 Pantai Barat Kec. Pangandaran Akses jalan menuju objek wisata
pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
2 Pantai Timur Kec. Pangandaran Akses jalan menuju objek wisata
pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
3 Hutan Cagar Kec. Pangandaran Akses jalan menuju objek wisata
Budaya pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
4 Pantai Karang Kec. Kalipucang Akses jalan menuju objek wisata
Nini pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
5 Pantai Kec. Kalipucang Akses jalan menuju objek wisata
Karapyak pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
6 Pantai Karang Kec. Sidamulih Akses jalan menuju objek wisata
Tirta pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
7 Pantai Batu Hiu Kec. Parigi Akses jalan menuju objek wisata
pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
8 Pantai Batu Kec. Cijulang Akses jalan menuju objek wisata
Karas pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
9 Green Canyon Kec. Cijulang Akses jalan menuju objek wisata
pantai barat kondisinya sangat
baik dengan kondisi jalan yang
sudah diaspal
Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016

Dalam mewujudkan visinya, Pemkab Pangandaran juga berkomunikasi dengan


pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat untuk terus membantu
mengembangkan potensi pariwisata di wilayah Kabupaten Pangandaran, di
antaranya terkait pengembangan Bandara Nusawiru,

30
Kedepan Jalan kases menuju Kabupaten pangandaran akan terintegrasi dengan
Jalan Tol Gedebage – Tasikmalaya - Cilacap,(Getaci) reaktivasi jalur kereta api
Banjar–Cijulang. Penataan pantai barat dan pantai timur, untuk Jalan Nasional
mulai dari Sukabumi-Pangandaran sudah di aspal dan Lebar serta dari arah Jalan
Nasional dari arah Bandung-Ciamis-Pangadaran juga sudah dilaksanakan Pelebara
dan peningkatan Jalan setiap tahunnya. Pangandaran menjadikan pantai ini menjadi
tujuan wisata yang sangat menarik.

4.5.2 Ameniti
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan. Karena
pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata
merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

1. Perhotelan
Data Dinas Parperindagkop dan UMKM Kabupaten Pangandaran (2013)
mencatat bahwa di seluruh destinasi Pangandaran (termasuk Pangandaran, Batu
Hiu, dan Batu Karas) terdapat 119 fasilitas akomodasi, yang terdiri dari 1 unit
dengan klasifikasi bintang dan 118 unit dengan klasifikasi Melati. Data ini
menunjukkan penurunan dari data 2008, yang mencatat 129 fasilitas akomodasi.
Pangandaran, 2009; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011).

Sementara itu, PHRI Kabupaten Pangandaran mempunyai 111 anggota di


kawasan Pangandaran; yang terdiri dari 100 anggota di Pangandaran dan 11
anggota di Batukaras. Survey fasilitas akomodasi pada tahun 2011 berhasil
mendata 173 fasilitas akomodasi di Pangandaran atau sekitar 73% lebih banyak
dari data resmi saat ini.
Walaupun berdasarkan klasifikasi resmi hanya terdapat 2 jenis fasilitas
akomodasi di Pangandaran, tetapi sesungguhnya akomodasi di Pangandaran
sangat beragam. Jika ditinjau dari aspek kualitas kamar, fasilitas pendukung,
pelayanan, dan pengelolaan; maka didapatkan beberapa klasifikasi akomodasi;
yaitu:
a. Klasifikasi 1, dengan karakter: hotel, kamar dilengkapi dengan AC dan/atau
televisi, mempunyai fasilitas kolam renang, restoran, ruang pertemuan, dan
lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan memberikan pelayanan makan
pagi.
b. Klasifikasi 2, dengan karakter: hotel, kamar dilengkapi dengan AC dan/atau
televisi, mempunyai fasilitas salah satu atau dua dari kolam renang,
restoran, ruang pertemuan, lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan
memberikan pelayanan makan pagi.
c. Klasifikasi 3, dengan karakter: penginapan, sebagian kamar dilengkapi
dengan AC dan televisi, sementara sebagian hanya dilengkapi dengan kipas
angin dan televisi, hanya mempunyai fasilitas lobby, pengelolaan sebagai
unit usaha, dan tidak memberikan pelayanan apapun
31
d. Klasifikasi 4, dengan karakter: penginapan, kamar dilengkapi dengan kipas
angin, sebagian kamar dilengkapi dengan kipas angin, tidak mempunyai
fasilitas penunjang, dan tidak memberikan pelayanan apapun
e. Klasifikasi 5, dengan karakter rumah penduduk yang disewakan sebagian
(kamar) atau seluruh unit rumah. Secara fisik, rumah-rumah ini seringkali
tidak terlihat berbeda dengan rumah normal. Hanya saja, terdapat papan
bertuliskan “Kosong” didepan rumah. Pada musim ramai seperti lebaran dna
tahun baru, hampir sebagian besar rumah penduduk di sekitar pantai
Pangandaran menjelma menjadi klasifikasi ini.

Berdasarkan jumlah unit usaha, akomodasi didominasi oleh hotel klasifikasi


4 dengan jumlah 92 unit atau sekitar 53% dari seluruh hotel yang ditemukan;
sekaligus menyediakan jumlah kamar terbanyak dibanding akomodasi lain
(38.87%). Akan tetapi karena harga kamar yang jauh lebih murah; maka
nilai bisnis untuk hotel-hotel klasifikasi 1 masih jauh lebih besar.

Total kapasitas kamar yang tersedia di Pangandaran cukup tinggi, yaitu


2979 unit kamar dari berbagai tipe. Sebagian besar terdiri dari kamar di hotel
klasifikasi 4 dan klasifikasi 2. Interior dan kelengkapan kamar hotel di
Pangandaran sebagian besar disesuaikan dengan minat wisatawan domestik
atau wisatawan mancanegara.

Sebagian besar hotel di Pangandaran masih dimiliki oleh masyarakat lokal.


Terlihat dari temuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pangandaran yaitu sekitar 31,79% dari pemilik hotel berasal dari
masyarakat setempat. Jika pemilik hotel sekitar Pangandaran juga dianggap
masyarakat lokal, maka kepemilikan hotel lokal adalah 47,98%; sementara
kepemilikan non lokal adalah 52,02%.

2. Restoran
Fasilitas restoran di Pangandaran sangat memadai dan merupakan salah satu
kekuatan destinasi ini. Dari hasil survey, tercatat setidaknya 57 unit restoran
yang dapat melayani wisatawan. Jumlah ini diluar warung-warung makan
sederhana yang lebih banyak melayani masyarakat setempat. Varian menu
makanan yang ditawarkan pun cukup beragam, yaitu: menu lokal (makanan
tradisional Indonesia), menu makanan laut (seafood), serta masakan cina
(Chinese food).

Restoran menu makanan laut cukup mendominasi dan merupakan favorit


bagi wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran. Harga makanan di
Pangandaran pun cukup terjangkau. Untuk restoran yang paling baik rata-
rata harga adalah Rp 50.000 – 70.000 per kepala (termasuk minum);
sementara restoran-restoran yang lebih sederhana sekitar Rp 20.000 –

32
40.000 per kepala. Warung makan menawarkan makanan dengan kisaran
harga Rp 10.000 – 20.000 per kepala.

Usaha Jasa makanan yang ada I Pangandaran berjumlah 57 restoran antara


lain sate galunggung, karya bahari, tunas rejeki, UNI, lestari, laksana,
kidang mas, kidang mas putra, dita, risma, sanyunan, sari melatih, berkah,
mitra bahari, bitang timur, karya putra, yans, cibanjer, karya bahari 2, RM
pananjung pantai timur, warung jambu bandra, bu surman, erlin, holiday,
murasakhi, Mambo Jalan Jaga Lautan, Rasa Sayang, RM Chez Mama Resto,
Mutya's, Sarimbit, RM 33, A & R, Holiday Ayam, Pak Jaja Jalan, Lonely
Planet, Sunrise Bgs Resto, Kedai Ulin, Pujasera Nanjung, Christie, Rumah
Makan Mina Bahari, Salero Mande, Sawargi, Bakso Cemplang, Zurqa, Sate
Bundaran, Bamboo, Mungil, Jacko, Number One, Diam Cafe, Warung Nasi
Butut, Mie Baso Podo Moro, Warung Ellis, Mas Yanto.

4.5.3 Ansilari
Ansilari adalah penyedia layanan kepada wisatawan. Adanya lembaga pariwisata,
wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari daerah wisata apabila
wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. Hal
yang termasuk ansilari yaitu pemandu wisata dan pelayanan kurir, agen periklanan,
konsultan, pendidikan dan penyedia pelatihan dan koordinasi kegiatan oleh dewan
kepariwisataan lokal.
1. Usaha Jasa Biro/Agen Perjalanan Wisata
Walaupun kegiatan pariwisata di Pangandaran telah berlangsung sejak tahun
1970-an, akan tetapi tidak banyak biro perjalanan wisata yang beroperasi di
kawasan ini. Biro perjalanan wisata nasional seringkali mengoperasikan
tournya dari kantor pusat; tanpa bekerja sama dengan biro perjalanan wisata
lokal. Sebagian besar pemandu juga menjual paket wisata secara otodidak;
sehingga fungsi biro perjalanan wisata sangat kecil.
2. Organisasi dan Asosiasi Pariwisata Kabupaten Pangandaran
a. Kompepar Kabupaten Pangandaran
Sebagai kabupaten yang memiliki potensi daya tarik wisata yang tersebar di
sepuluh kecamatan, Kabupaten Pangandaran memiliki Kelompok
Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) yang mengelola beberapa
kawasan wisata, diantaranya:
b. Kompepar Curug Bojong
Kompepar Curug Bojong merupakan kelompok masyarakat penggerak
pariwisata yang mengelola kawasan daya tarik wisata Curug Bojong yang
terletak di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangandaran.
Adapun rencana pengembangan kawasan yang akan dilakukan oleh
kompepar ini diantaranya:
• Mengembangkan daya tarik wisata yang berakar pada alam dan budaya
Jawa Barat, sehingga pengembangan pariwisata juga merupakan upaya

33
pelestarian alam dan budaya, serta sekaligus pembangunan jati diri dan
pemberdayaan masyarakat Jawa Barat.
• Mengembangkan kerangka sumber daya tarik wisata dengan tema umum
budaya sunda, berupa rangkaian simpul-simpul aspek sejarah, alam, seni,
dan budaya Jawa Barat.
• Mengembangkan dan meng-enforce tema yang jelas di setiap simpul
yang mengakar pada alam dan budaya sunda, sehingga membentuk suatu
produk wisata yang spesifik, unik, khas Jawa Barat.
• Memanfaatkan sumber daya tarik wisata provinsi sebagai gerbang
pendorong/penarik wisatawan ke produk wisata yang dikembangkan di
kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
• Secara Keruangan, pengembangan pariwisata diarahkan untuk
mendorong perkembangan wilayah di seluruh Jawa Barat, khususnya ke
wilayah-wilayah yang belum berkembang seperti, Jawa Barat bagian
selatan dan Jawa Barat bagian timur.
Kemudian dari sisi kelembagaan Kompepar Curug Bojong ini juga memiliki
strategi pengembangannya, yaitu:
• Mengembangkan perangkat kelembagaan yang memungkinkan
pengembangan pariwisata antar wilayah administrasi kota/kabupaten.
• Peningkatan koordinasi dan konsolidasi antar lembaga pemerintah
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, antar lembaga pemerintah
dengan swasta, dan masyarakat dalam pengembangan pariwisata
Provinsi Jawa Barat.
• Pengembangan lembaga pendidikan pariwisata sebagai pencetak sumber
daya manusia pariwisata yang kompeten/berkualitas dan sesuai dengan
tuntutan pasar.
3. Kompepar Margacinta
Kompepar Margacinta merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata
yang mengelola Desa Margacinta yang merupakan salah satu desa yang berada
dalam wilayah Kecamatan Cijulang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh
Desa Margacinta ini beberapa diantaranya Cijulang Rafting, Wisata Mangrove,
Sirkuit Metro Jaya, dan Kampung Badud untuk jenis wisata alamnya.
Sedangkan, untuk wisata budaya desa ini memiliki potensi seni dan budaya
berupa, Seni Badud, Seni Gondang, Seni Beluk, Seni Angklung, Seni Degung,
Kecapi Suling, Seni Pongdut, Seni Wayang Golek, Seni Reog, Seni Qosidah
dan Pengrajin Angklung. Seiring dengan diketahuinya kekuatan, peluang dan
ancaman serta tantangan maka pihak kompepar mengajukan permohonan
bantuan dana guna membangun panggung pagelaran yang dilengkapi oleh
museum/galeri tentang sejarah arsitektur dan budaya tradisional seni sunda.
Adapun maksud dan tujuan dalam kegiatan tersebut adalah untuk
mengembangkan potensi kepariwisataan terutama di bidang potensi alam, seni
dan budaya secara umum dan mempertahankan serta menjaga kearifan lokal
Desa Margacinta. Sedangkan yang menjadi tujuan diantaranya: 1)

34
Pembangunan TIC (Tourist Information Center), 2) Pembangunan gedung
Padepokan Agung, 3) Pembangunan prasarana Desa Wisata dan Budaya
(Akses), 4) Permodalan pengrajin/pengembangan ekonomi kreatif masyarakat
pengrajin, 5) Pengembangan sarana dan prasarana atraksi wisata Cijulang
Rafting, 6) Pembangunan homestay tradisional, dan 7) Pembangunan wahana
atraksi wisata outbound. Di samping itu ada juga sasaran dari kegiatan ini yaitu
seluruh stakeholders kepariwisataan dengan menitik beratkan kepada
pengunjung, sehingga mereka bisa merasa nyaman dan kembali berkunjung ke
Desa Margacinta.
4. Kompepar Pangandaran
Kompepar Pangandaran merupakan kelompok masyarakat penggerak
pariwisata di kawasan Pantai Pangandaran. Kompepar Pangandaran ini
terbentuk dengan tujuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan peran serta pelaku
usaha pariwisata dan masyarakat dalam menata pelayanan dan kebutuhan
wisatawan di Objek dan Daya Tarik Wisata. 2) Meningkatkan jumlah arus
kunjungan wisatawan. 3) Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan
yang berwisata. 4) Meningkatkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona bagi
masyarakat di sekitar objek dan Daya Tarik Wisata. 5) Memanfaatkan dan
meningkatkan potensi Objek Wisata dan peningkatan mutu pelayanan bagi
wisatawan. 6) Menciptakan Pangandaran sebagai Daerah Tujuan Budaya dan
Wisata andalan. Adapun sasaran dari pembentukan kompepar ini yaitu: 1)
Tumbuhnya sadar wisata di kalangan masyarakat sehingga timbul rasa
memiliki, rasa turut bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata. 2)
Tumbuhnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kegiatan
kepariwisataan dan meningkatkan kesadaran pengusaha jasa usaha pariwisata
untuk meningkatkan pelayanan kepada pengunjung dan atau wisatawan. 3)
Tersedianya sarana dan prasarana kepariwisataan yang memadai sesuai dengan
upaya peningkatan kegiatan kepariwisataan. 4) Terciptanya citra
kepariwisataan yang serasi dengan lingkungan. 5) Terpeliharanya kebersihan
dan ketertiban dalam rangka pelestarian lingkungan. 6) Meningkatnya
pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat serta memperluas
kesempatan kerja. 7) Peningkatan arus kunjungan wisatawan. 8) Adanya
hubungan timbal balik antara pihak Pembina dan yang dibina sehingga
diharapkan terciptanya hubungan yang harmonis.
5. PHRI Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau sering di singkat PHRI,
adalah sebuah himpunan yang beranggotakan Hotel - Hotel, Penginapan,
Restoran ataupun Rumah Makan yang memiliki Visi dan Misi yang sama.
6. ASITA Untuk organisasi terkait dengan agen atau biro perjalanan atau yang
dikenal dengan ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) di
Kabupaten Pangandaran sendiri berdasarkan pada hasil wawancara di lapangan
diketahui bahwa di Kabupaten Pangandaran belum ada organisasi ASITA, agen
dan biro perjalanan yang ada di Kabupaten ini.

35
7. HPI Himpunan Pramuwisata Pangandaran merupakan organisasi yang
mewadahi para pramuwisata di Kabupaten Pangandaran. Kepengurusan HPI
Pangandaran sendiri sudah terbentuk sejak tahun 1990-an.
8. Kelompok/himpunan pengelola Desawisata 1) BUMDES Desa Kertayasa
antara lain dalam pengelolaan Desa wisata Kertayasa dan body rafting Guha
Bau 2) Kelompok pemuda pengelola body rafting Santirah di Desa Selasari
4.5.4 Kelautan dan Perikanan
Sebagai salah satu daerah otonom baru, Pangandaran Raya yang merupakan
wilayah Kabupaten Pangandaran memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan. Hingga saat ini, para nelayan di daerah Pangandaran Raya mampu
menghasilkan jumlah produksi yang besar meskipun dengan menggunakan
peralatan penangkapan yang minim dan belum berteknologi canggih. Sebagian
besar nelayan menggunakan mesin motor tempel 2 GT untuk menangkap ikan
karena biaya operasional yang dibutuhkan lebih terjangkau dibandingkan dengan
penggunaan kapal yang berkapasitas lebih besar

36
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Sebagai kabupaten unggulan dalam bidang pariwisata di Jawa Barat, tentu saja
diperlukan penanganan khusus di berbagai bidang. Di bawah kepemimpinan H Jeje
Wiradinata, daerah otonom termuda di Jawa Barat ini terus berbenah, berbagai program
digulirkan sampai pendidikan dan kesehatan di kabupaten ini digratiskan. Bidang
infrastruktur dan penataan pariwisata masuk menjadi program utama.
2. Aksesibilitas dapat meningkatan percepatan pembangunan di Kabupaten Pangandaran,
hal ini karena letak Kabupaten Pangandaran yang strategis dan menjadi jalur daerah
tujuan wisata. Bahkan secara eksplisit disebutkan pada Perda No. 12 Tahun 2014
Provinsi Jawa Barat dimana Kabupaten Pangandaran ditetapkan sebagai salah satu
pusat pertumbuhan Provinsi.

37
DAFTAR PUSTAKA
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya 2016 BAPPEDA Pemprov
Jabar
Bratakusumah, Deddy Supriady & Riyadi, 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah:
Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah.Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama
Michael, Todaro, 1977. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga.Jakarta: Erlangga
Kabupaten Ciamis dalam Angka 2012 : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Ciamis, Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis
Badan Pusat Statistik Kabupaten pangandaran
https://adv.kompas.id/baca/delapan-tahun-kabupaten-pangandaran-berkiprah/
Santoso,E.B dan Navitas, P. Perspektif Pengembangan Wilayah & Kota , Teknosain,
Yogyakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai