Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nadaa Rizka Salsabil

Nim : 2110414320033
Kelas B

JUDUL :
“MANAJEMEN KRISIS HUMAS BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN
GEOFISIKA DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA PERUSAHAAN (STUDI KASUS
PERINGATAN DINI TSUNAMI PALU DAN TSUNAMI BANTEN TAHUN 2018)”
Volume : 22 halaman
Penulis : Siti Maryam, Arsandra Pinky Pangestu
Latar Belakang :
Adanya bencana alam yang menyebabkan polemik di masyarakat yang berakhir dengan
krisis yang dialami oleh BMKG hingga menimbulkan desakan agar kepala BMKG untuk
segera mundur dari jabatannya. Suatu titik kesulitan atau bahaya bagi organisasi, dapat
mengancam keberadaan dan kesinambungan, dan membutuhkan perubahan yang tepat.
Kemampuan manajemen krisis yang dilakukan oleh public relations akan menentukan
pembentukan citra perusahaan di hadapan publik, sesuai dengan fungsi utama PR adalah
menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antarlembaga (organisasi) dengan
stakeholder internal maupun eksternal dalam menanamkan pengertian, menumbuhkan
motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan opini publik yang menguntungkan
lembaga organisasi.
Tujuan Penulisan Jurnal :
Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana manajemen krisis yang dilakukan oleh
BMKG khususnya Humas BMKG dalam mempertahankan citra Lembaga.
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar peneliti memperoleh gambaran
proses suatu fenomena secara lebih mendalam. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sifat
penelitian deskripsi dan metode studi kasus.
Hasil Penelitian :
Krisis yang dihadapi oleh BMKG disebabkan oleh faktor alam misanya bencana alam
dan faktor manusia, baik dari internal BMKG misanya karena adanya miss komunikasi, salah
penyebutan istilah ke media, dan latar belakang masyarakat yang beragam. Dan untuk faktor
alam memang sulit untuk diprediksi baik dari segi waktu dan lokasi tepatnya
Dampak yang ditimbulkan krisis terhadap BMKG yaitu timbulnya kekacauan baik dari
internal maupun eksternal perusahaan. Kekacauan yang dialami BMKG bisa timbul dari
kesalahan manusia atau faktor alam. Namun hal ini juga bisa menjadi moment untuk melihat
kekompakan perusahaan dalam menghadapi sebuah krisis.
Pengemasan informasi ketika sedang terjadi krisis yaitu bahwa BMKG khususnya
humas belum memiliki SOP secara detail dan tertulis ketika menghadapi krisis sehingga hanya
mengandalkan SOP saat akan berhubungan kegiatan dengan media. Untuk mengatasi masalah
emosional pada keluarga korban, humas BMKG akan membuat narasi positif ungkapan duka
cita, dan klarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Dan yang terakhir untuk pengendaian pesan
di media massa, BMKG akan melakukan monitoring media terlebih dahulu kemudian
melakukan agenda setting. Humas juga selalu melakukan pendekatan ke media karena media
sangat membantu BMKG untuk menyebarluaskan produk – produk dan edukasi ke masyarakat.
Cara meminimalisir krisis yaitu selau memberikan narasi positif seperti edukasi ke
masyarakat. Karena apabila masyarakat sudah memahami mitigasi bencana secara baik, korban
jiwa tidak akan banyak karena sudah bisa melakukan evakuasi mandiri.

Kesimpulan :
Manajemen krisis humas BMKG terdiri dari tahap prodomal, tahap akut,tahap kronik
dan tahap revolusi. Krisis di BMKG terbagi menjadi dua yaitu dikarenakan faktor manusia dan
faktor alam, namun faktor alam lah yang menjadi dominan.
Pada tahap prodomal, BMKG sudah tahu prediksi yang mengatakan bahwa akan ada
Tsunami Palu dan Tsunami Banten, lalu dari humas BMKG belum memiliki SOP saat
mengalami krisis, kemudian belum adanya teknologi yang mampu memprediksi gempa
tektonik, kurangnya sinergitas antar lembaga kebencanaan di Indonesia dan masyarakat
Indonesia yang belum sepenuhnya memahami mitigasi dan adaptasi bencana.
Pada tahap akut inilah krisis mulai terasa, karena bencana Tsunami Pau dan Tsuami
Banten terjadi. Kepala BMKG pun di panggil untuk dimintai keterangannya di DPR RI karena
dianggap kurang professional dalam menangani bencana tersebut.
Pada tahap kronik, humas melakukan strategi untuk mengemas informasi yang akan
disampaikan ke masyarakat, melakukan upaya unutk meminimalisir krisis dan meningkatkan
citra perusahaan.
Pada tahap revolusi BMKG diharapkan bisa mengambil pelajaran dari krisis yang telah
terjadi, dan perlu diketahui bahwa krisis akan bisa datang kapan saja. Perlu juga untuk
meningkatkan sinergitas antar lembaga negara yang terkait dengan kebencanaan alam.
merekruit influencer yang berkaitan dengan bencana alam, agar masyarakat tertarik dengan
informasi yang disajikan.
Humas BMKG melakukan evaluasi secara berkala disetiap selesai menangani krisis
agar Humas BMKG bisa memperbaiki kekeliruan yang mungkin pernah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai