Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN IBU DAN BIDAN

Dosen Pengampuh : Dewi Puspitaningrum, S.SiT, M.Kes

KELOMPOK 3
Puji Nor Fatimah (G2E020002)
Ratna Dylla Andini (G2E020007)
Hawa Nurjannatunaim (G2E02000
Roja Sekar Arum (G2E0200
Fira Maharani Efendi (G2E0200

PRODI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hubungan Ibu dan Bidan” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah “Praktek Kebidanan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai pelayanan atau peran bidan dalam pelayanan primer di masyarakat dan lingkup praktik
bidan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Puspitaningrum, S.SiT, M.Kes selaku
dosen pengampu mata kuliah Praktek Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hubungan ibu-bidan merupakan pengalaman yang baik saat melahirkan, namun bukti
mengenai hubungan saling percaya antara ibu dan penyedia layanan kesehatan selama persalinan
masih kurang di Iran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan saling
percaya antara ibu dan bidan terbentuk selama persalinan normal.

Kepercayaan sangat penting dalam hubungan ibu-bidan, yang tanpanya tidak mungkin
memenuhi permintaan ibu secara efisien dan meningkatkan pelayanan kebidanan. Hubungan
saling percaya mencakup peluang untuk pertumbuhan dan peningkatan pribadi, kepercayaan diri,
komunikasi, kehormatan, saling menghormati, keterampilan, keadilan, dan privasi. Kepercayaan
juga bersifat multidimensi dan aktif. Oleh karena itu, hubungan kerjasama antara bidan, ibu, dan
sistem medis memungkinkan praktik kebidanan yang aman dan aktif.

Karena sering kali terdapat kesenjangan antara masa depan ibu dan pengalaman
melahirkan, bidan harus memberikan informasi yang sesuai kepada ibu mengenai perkembangan
persalinan, mendukung ibu untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengalaman melahirkan, dan
melanjutkan proses persalinan untuk mendapatkan pengalaman melahirkan yang positif. Para ibu
harus mempercayai para profesional yang merawat mereka dan lebih terlibat dalam pengambilan
keputusan. Semua hubungan saling percaya ini dapat menghasilkan pengalaman positif dalam
melahirkan, perkembangan kesehatan mental, dan peningkatan kualitas hidup ibu

Berbagai penelitian menyebutkan secara spesifik kualitas hubungan ibu-bidan. Lewis


dkk. melaporkan bahwa konsep kepercayaan dalam hubungan ibu-bidan pertama kali
dikembangkan oleh kompetensi bidan, jenis komunikasi, kesinambungan pelayanan, dan
kemampuan ibu dalam mengambil keputusan. Boyle dkk. menegaskan bahwa hubungan ibu-
bidan sebagian besar terfokus pada aspek biomedis persalinan dan bidan kurang memperhatikan
kebutuhan psikososial dan emosional ibu selama kehamilan dan persalinan. Dalam penelitian
lain, bidan melaporkan tanggung jawab, kehadiran, dan hubungan timbal balik yang tenang
sebagai beberapa aspek asuhan kebidanan selama persalinan . Bradfield dkk. menunjukkan
bahwa kemampuan beradaptasi dan kesadaran diri meningkatkan kemampuan bidan untuk tidak
meninggalkan perempuan sendirian, dan bidan menekankan hubungan saling percaya dengan
perempuan saat melahirkan. Pelayanan kehamilan dan persalinan yang berpusat pada wanita
menekankan bahwa harus ada suasana tenang, amanah, dan aman selama proses persalinan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan ibu dan bidan dalam pelayanan persalinan?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui dan memahami dengan baik mengenai
hubungan Ibu dan Bidan
BAB II
PEMBAHASAN
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.(ibi.or.id di
akses 23 Januari 2018). Asuhan sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan seorang Ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang Ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiranbayi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses
persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman
dan hasil yang lebih baik (Enkin, et all, dalam JNPK-KR, 2012).
Kepuasan mengacu penerapan kode etik dan standar pelayanan profesi. Kepuasan ini
mencakup penilaian hubungan bidan dengan pasien yang baik memungkinkan bidan
memberikan penjelasan tentang samua informasi yang diperlukan pasien, kenyamanan
pelayanan, kebebasan dalam pemilihan, pengetahuan dan kompetensi, efektifitas
pelayanan. Banyaknya ibu yang merasa puas terhadap pelayanan kebidanan dikarenakan
bidan yang memberikan pelayanan sudah dengan latar belakang pendidikan minimal
Diploma III kebidanan dan hanya sedikit yang masih dengan diploma I kebidanan.
Para bidan yang bekerja di wilayah Kota Padang mayoritas sudah dengan
pendidikan minimal Diploma III kebidanan dan sisanya dalam proses pendidikanlanjut ke
Diploma III kebidanan.Selain pendidikan berkelanjutan, bidan juga diharuskan mengikuti
pelatihan midwifery updatesebagai syarat perpanjangan surat tanda registrasi (STR). Hal
ini juga mendukung upaya secara pendidikan berkelanjutan guna peningkatan mutu
pelayanan bidan sehingga pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar dan kode
etik. Ini sesuai pernyataan bahwa pendidikan mempengaruhi bidan dalam penerapan kode
etik dan standar pelayanan sehingga para bidan memberikanpelayanan yang bermutu
dan berkualitas agar pasien puas dengan pelayanan yang diharapkanya.
Menurut JNPK-KR (2012) mengemukan bahwa Asuhan sayang ibu adalah asuhan
yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang Ibu dengan
mengikusertakan sumai dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Dengan
banyaknya Ibu yang mengatakan puas terhadap pelayanan bidan selama persalinan, ini
memberikan gambaran bahwa para bidan sudah melibatkan suami dan keluarga selama
proses persalinan berlangsung. Hasil ini diharapkan dapat terus meningkatkan kepercayaan
Ibu dan masyarakat terhadap bidan dalam mencari jasa pelayanan pertolongan persalinan.
Ini sesuai dengan penelitian Lucia, (2005) mengemukakan bahwa kepuasan wanita terhadap
layanan yang diterima nya akan memberi dampak terhadap perilaku mereka dalam
mencari dan memanfaatkan layanan kesehatan termasuk praktek mandiri bidan. Setiap
wanita sangat mengharapkan pelayanan yang manusiawi, sopan dan profesional dari tenaga
Kesehatan.
A. HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN DAN IBU PASCA BERSALIN

Sebagian ibu merasa sangat khawatir dan takut saat membayangkan betapa sakitnya
melahirkan anak. Ketakutan itu kadang datang dari diri sendiri maupun cerita menyeramkan
dari orang lain. Ketakutan yang sering muncul pada ibu-ibu menjelang persalinan usia
kehamilan trimester III (7 - 9 bulan), seperti takut tak mampu bertahan dan meninggal, takut
nyeri, takut disalahkan dan hal lainnya.
Mental ibu hamil terutama yang hamil kali pertama harus kuat dan tidak mudah labil,
karena hal tersebut dapat membuat proses persalinan terkendala. Ibu hamil tidak boleh
mendapat tekanan secara psikologis karena dapat menimbulkan stress dan kepanikan. Hal
tersebut sangat tidak baik untuk kesehatan ibu dan sang bayi.
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu menghindari
kepanikan dan ketakutan. Motivasi dari seorang bidan sangat diperlukan agar psikis ibu bisa
terangkat saat menjalani proses persalinan. Dengan begitu ibu bisa lebih kuat, nyaman,
percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Walaupun begitu, tidak semua ibu punya mental
yang kuat untuk menghadapi persalinan. Ketika ibu panik dan kesakitan hingga berteriak-
teriak, bidan amat dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap menenteramkan dan
mendukung ibu dalam menjalani proses persalinan.
Seorang bidan harus mampu menguasai teknik komunikasi karena dengan memiliki
keterampilan berkomunikasi, bidan akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya
(trust) dengan pasien. Dalam dunia kebidanan, komunikasi ditujukan untuk mengubah
perilaku pasien guna mencapai kesehatan yang optimal.Oleh karena bertujuan untuk terapi,
maka komunikasi dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik.Jadi inti dari komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanankan untuk tujuan terapi.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Teknik komunikasi
terapeutik, suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian
informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang
lain (Stuart & sundeen,1998).
Komunikasi dalam bidang kebidanan merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien ibu hamil untuk mengenal kebutuhan pasien ibu hamil
dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi oleh ibu-ibu menjelang persalinan usia kehamilan trimester III. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proporsional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien ibu hamil.
Komunikasi terapeutik bidan merupakan suatu pertukaran informasi, berbagi ide dan
pengetahuan bidan kepada ibu pra persalinan. Hal ini berupa proses dua arah dimana
informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini disampaikan atau dibagikan melalui kata-kata,
tindakan maupun isyarat untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik
berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara bidan dan pasien ibu hamil
trimester III. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau
memikirkan sesuatu, dan hal ini kadang-kadang disebut pembelajaran partisipatif.
Bidan sangat berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional ibu selama persalinan.
Mengurangi rasa takut, ketidak pastian, tekanan dan rasa kesepian akan perasaan ibu, jauh
berbeda antara ibu yang merasa putus asa dan tidak dapat mengontrol, dengan ibu yang
merasa aman dan percaya diri. Bidan harus menggunakan kekuatan untuk membuat perasaan
ibu merasa senang, aman dan nyaman selama persalinan (Nengah, 2010). Selain itu bidan
dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam tindakan kebidanan agar ibu hamil
trimester III atau keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada ibu, kehadiran
atau sikap benar-benar ada untuk ibu.
Teori 4 tahapan komunikasi terapeutik menurut Stuart G.W. (dalam Damaianti, 2009)
yakni fase pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi, menjelaskan bagaimana
tahapan bidan berkomunikasi secara terapuetik kepada ibu hamil. Namun menurut
narasumber dalam penelitian ini, dalam pemeriksaan bidan bagi ibu hamil trimester III, bidan
hanya melakukan fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi saja. Dikarenakan ibu hamil
sudah menuju tahap akhir pertemuan dengan bidan sesuai dengan kontrak yang sudah
disepakati bersama dan akan menghadapi persalinan.
Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak
terkecuali bidan, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu
pasien ibu hamil, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi
sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mirzaee F, Dehghan M. A Model of Trust within the Mother-Midwife Relationship: A Grounded Theory
Approach. Obstet Gynecol Int. 2020 Oct
Erawati, A.D., Rinayati, R. and Wahyuning, S., 2019. Persepsi Bidan Terhadap Kualifikasi Pendidikan
Bidan Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Jurnal SMART Kebidanan, 6(2),
pp.114-117.

Dahlan, A., 2020. Hubungan Mutu Pelayanan Bidan Dalam Memberikan Asuhan Sayang Ibu Terhadap
Tingkat Kepuasan Ibu Bersalin. Journal of Social and Economics Research, 2(1), pp.006-022.

Cristina Lia, dkk.(2003). Komunikasi Kebidanan.Jakarta:EGC

Lusa. (2009). Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi. [online]. Tersedia di : www.lusa.web.id

Materi Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai