Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengendalian intern yang berlaku dalam entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas. Oleh karena itu, sebelum auditor melaksanakan audit secara mendalam atas informasi yang tercantum dalam pekerjaan lapangan kedua laporan keuangan, standar auditor memahami memberikan mengharuskan

pengendalian intern yang berlaku dalam entitas. Dalam

pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya, auditor meletakan kepercayaan atas efektivitas pengendalian intern dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntasi. Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) adalah pengendalian intern. Perusahan-perusahaan menggunakan pengendalian internal untuk mengarahkan operasi mereka, melindungi aset, dan mencegah penyalahgunaan sistem mereka. Secara umum auditor telah memperoleh pemahaman tentang

pengendalian intern kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus pemahaman auditor tentang pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan berikut ini : Kemungkinan dapat atau tidaknya audit di laksanakan

Salah saji material yang potensial dapat terjadi Risiko deteksi Perancangan pengujian substantif

Sebagai contoh dalam memeriksa asersi keberadaan kas, auditor perlu memperoleh pemahamaman tentang pengendalian intern terhadap asersi tersebut.Oleh karena itu auditor perlu memperoleh pemahamaman tentang kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan asersi keberadaan kas dengan mempertinbangkan kemungkinan terjadi saldo akun yang dicatat tidak benar-benar ada. Untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern terhadap asersi keberdaan kas.jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektifitas pengendalian intern ternyata pengendalian intern dalam perusahaan klien sangat lemah atau sama sekali tidak ada,tidaklah mungkin bagi auditor untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan klien. Masalah utama timbul karena sangat lemah pengendalian intern adalah adanya kemungkinan tidak dicatatnya material seperti misalnya hasil penjualan,utang yang di tarik klien,dan pemilikan kekayaan.Oleh karena itu, jika pengendalian intern dalam perusahaan sangat jelek,auditor harus menolak untuk melaksanaan audit atau menolak untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Hasil studi dan pengujian efektivitas pengendalian intern menentukan juga luasnya audit yang akan dilaksanaka yaitu dalam hal : a. Pemilihan prosedur audit yang akan digunakan dalam audit b. Pemilihan saat penerapan prosedur audit tersebut, yaitu apakah diterapkan sebelum tanggal laporan keuangan atau sesudahnya c. Penentuan jumlah pengujian (test) yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan yang di auditnya.
2

Jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektivitas pengendalian intern, auditor menemukan adanya kelemeahan-kelemahan didalamnya, auditor bertanggung jawab untuk memberitahukan penemuannya tersebut kepada manajemen. Atas dasar informasi tersebut manajemen dapat memperbaiki pengendalian internnya jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikorbankan. Pengendalian internal berkaitan dengan pemeriksaan laporan keuangan dan pengendalian manajemen yang berkaitan dengan kinerja audit mempunyai karakteristik yang sama, namun mempunyai tujuan berbeda. Akuntan yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan memahami bahwa pengendalian internal berkaitan dengan kompetensi bukti yang di butuhkan dalam suatu pemeriksaan. Pengendalian internaldalam kinerja audit meliputu pengendalian internal dan eksternal.

1.2 Perumusan Masalah Bagaimana melakukan pemahaman dan evaluasi atas

pengendalian intern ???? Siapa yang bertanggung jawab atas pengendalian intern suatu entitas ??? Mengapa Auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern kliennya ????

BAB II PEMBAHASAN
3

2.1

Pengertian Pengendalian Intern Menurut IAI (2001:319.2), mendefinisikan pengendalian intern

sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a. Kendala pelaporan keuangan b. Efektifitas dan efisiensi operasi c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Menurut SAS 55 (AU 319.6), menyatakan bahwa suatu susunan pengendalian internal terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur yang di buat untuk memberikan kepastian secara wajar bahwa tujuan perusahaan secara khusus akan di capai.

Menurut AICPA (1979:121-122), mengatakan bahwa pengendalian internal terdiri dari pengendalian administratif dan pengendalian akuntansi.

2.2 Pemahaman atas pengendalian intern

Standar

auditing

kedua

mewajibkan

auditor

mengumpulkan

informasi tentang pengendalian intern dan menggunakan informasi tersebut sebagai dasar perencanaan audit. Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang sering terkait berikut ini :

Pemahaman pengendalian

atas

Lingkungan dasar

pengendalian. untuk semua

Lingkungan komponen

merupakan

pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Informasi tentang lingkungan pengendalian umumnya dikumpulkan oleh auditor dengan cara : permintaan keterangan dari manajer yag bertanggung jawab atas unsur pengendalian intern, inspeksi dokumen dan catatan, dan pengamatan atas kegiatan perusahaan.

Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini : Integritas dan nilai etika Komitmen terhadap kompetensi Partisipasi dewan komisaris atau komite audit Struktur organisasi Pemberian wewenang dan tanggung jawab Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Pemahaman atas Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan dengan pelaporan keuangan
5

mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi maajemen dalam laporan keuangan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Disamping itu auditor juga harus mengumpulkan informasi tentang respon manajemen terhadap perubahan keadaan, baik intern maupun ekstern, dan pengaruhnya pada resiko pengendalian. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini : Perubahan dalam lingkungan operasi Personil baru Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki Teknologi baru Lini produk, produk, atau aktivitas baru Restrukturisasi korporasi Operasi luar negeri Standar akuntansi baru

Pemahaman atas Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan. Informasi tentang aktivitas pengendalian umumnya diperoleh auditor bersamaan
6

dengan pengumpulan informasi mengenai lingkungan pengendalian dan aktivitas pengendalian. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini : Review terhadap kinerja Pengolahan informasi Pengendalian fisik Pemisahan tugas

Pemahaman

atas

Informasi

dan

Komunikasi

adalah

pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang handal.

Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami : Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan Bagaimana transaksi tersebut dimulai
Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam

laporan

keuangan

yang

tercakup

dalam

pengolahan

dan

pelaporan transaksi Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan.

Pemahaman atas Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi, Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. AICPA Professional Standards, seperti yang dikutip oleh Konrath (2001;205,206) mengidentifikasikan lima komponen internal control, yaitu : control environment, risk assessment, information and comunication, control activities and monitoring. Komponen pertama

control environment merupakan pondasi dari keempat komponen lainnya.

Komponen Internal Control

MONITORING (ongoing)

RISK ASSESSMENT

Infrastructure CONTROL ACTIVITIES

INFORMATION AND COMMUNICATION CONTROL ENVIRONMENT (foundation) Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan aktif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa dipersempit.

2.3 Pengujian Pengendalian


9

Dalam pelaksanaan standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilasanakan. Disamping itu, pelaksanaan standar tersebut juga mengharuskan pengendalian auditor intern melakukan pengujian tujuan terhadap tertentu efektivitas yang telah dalam mencapai

ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan (compliance test) atau sering disebut dengan pengujian pengendalian (test of control) Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern, auditor melakukan dua macam pengujian : a. Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian intern b. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern Pengujian Adanya Kepatuhan Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang dikumpulkan oleh auditor benar-benar ada. Auditor melakukan dua macam pengujian : Pengujian transaksi dengan cara mengakui pelaksanaan transaksi tertentu Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat Pengujian Tingkat Kepatuhan Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian intern, auditor tidak hanya berkepentinga terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian intern, namun auditor juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian intern. Dalam pengujian tingkat

10

kepatuhan klien terhadap pengendalian intern pembelian, auditor dapat menempuh prosedur audit berikut ini : 1. Mengambil sampel bukti kas masuk dan memeriksa kelengkapan dokumen pendukungnya (surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) serta tanda tangan pejabat yang berwenang baik dalam bukti kas keluar maupun dokumen pendukungnnya. 2. Melaksanakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test), yang merupakan kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian intern (pengujian pengendalian) atas pengujian yang tujuannya menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (pengujian substantif).

2.4 Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian internal memberikan jaminan yang memadai bahwa : a.Aset dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. b.Informasi bisnis akurat c. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan d.Keandalan infornasi keuangan e.Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku f. Efektivitas dan efisiensi operasi

2.5 Prosedur Pengendalian

11

Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa sasaran bisnis akan dicapai, termasuk pencegahan penggelapan. Prosedur Pengendalian yang dapat dipadukan dengan sistem akuntansi antara lain : 1. Pegawai yang kompeten, perputaran tugas, dan cuti wajib 2. Pemisahan tanggung jawab untuk operasi yang berkaitan 3. Pemisahan operasi, pengamanan aset, dan akuntansi 4. Prosedur pembuktian dan pengamanan

2.6

Keterbatasan Pengendalian Intern suatu Entitas Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan.

Adapun keterbatasan yang melekat dalam setiap pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1. kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali, melaksanakan manajemen tugas dan rutin personel karena dapat tidak salah dalam mempertimbangakan keputusan bisnis yang di ambil atau dalam memadainya informasi,keterbatasan waktu,atau tekanan lain. 2. gangguan gangguan dalam pengendalian yang telah di tetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian,tidak adanya perhatian,atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistemdan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. 3. kolusi
12

tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan di sebut dengan dan kolusi (cullusion). Kolusi dapat mengakibatkan atau tidak bobolnya pengendalian intern yang di bangun untuk melindungi kekayaan entitas tidak terungkapnya ketidakberesan terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang di rancang.

4. pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah di tetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajeer,penyajian kondisi keuangan yang berlebihan,atau kepatuhan semu. Contohnya adalah manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah sebenarnya untuk mendapatkan bonus lebih tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku. 5. biaya lawan manfaat biaya yang di perlukan untuk mengoprasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang di harapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin di lakuka,manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangakan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

2.7 Intern

Persyaratan Pemeriksaan Atas keefektifan Pengendalian

Persyaratan pemeriksaan atas asersi manajemen mengenai keefektifan pengendalian intern entitas adalah sama dengan prosedur untuk menilai resiko pengendalian pada audit. Langkah yang dilaksanakan dalam pemeriksaan :
13

1. Merencanakan ruang lingkup penugasan 2. Memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern 3. Mengevaluasi keefektifan rancangan pengendalian 4. Menguji dan mengevaluasi operasi keefektifan pengendalian 5. Membuat pendapat mengenai keefektivan pengendalian intern atau asersi yang tertulis atasnya

2.8

Hubungan Pengendalian intern dengan ruang lingkup (scope)

pemeriksaan Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidak akuratan atau pun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan resiko yang besar, dalam arti resiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan. Jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan buktibukti yang mendukung pendapat yang diberikannya. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atau pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test. 2.9 Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas Pengendalian Intern Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas yang
14

besar dan kompleks dapat mencakup bagan alir (flow chart), kuesioner atau tabel keputusan. Namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk memorandum sudah memadai. Umumnya semakin kompleks pengendalian intern dan semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor. Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan publk. Baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap : Keamanan harta perusahaan Dapat dipercaya atau tidaknya laporan keuangan perusahaan Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan Tinggi rendahnya audit fee Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik Ada tiga cara yang biasanya digunakan oleh auditor untuk mendokumentasikan informasi mengenai pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan :

Internal Control Questionnaires (Kuesioner pengendalian internal baku)

Flow Chart (bagan alir)

Written Description (uraian tertulis) A. Internal Control Questionnaires

15

ICQ bisa digunakan

untuk memahami dan mengevaluasi

pengendalian diberbagai jenis perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab Ya (Y), Tidak (T), atau Tidak Relevan (TR). Jika pertanyaan-pertanyaan tersebutsudah disusun dengan baik, maka jawaban Ya akan menunjukan ciri internal control yang baik, Tidak akan menunjukan ciri internal control yang lemah, Tidak Relevan berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut. ICQ biasanya dikelompokan sebagai berikut Umum Akuntansi Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas Persediaan Surat Berharga (Securities) Aktiva Tetap Gaji dan upah B. Flow Chart (Bagan Arus) Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit usaha, misalnya dalam flow chart untuk sistem dan prosedur pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelian (puchase requistion), order pembelian (purchase order), sampai dengan pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut.

16

C. Written Description Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sstem dan prosedur akuntansi yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana. 2.10 Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Setiap orang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap, dan menjadi bagian dari pengendalian intern organisasi. Disamping itu beberapa pihak luar seperti auditor independen dan badan pengatur (regulatory body) dapat membantu organisasi dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pemberlakuan pengendalian interndalam organisasi tersebut. Pihak luar ini tidak bertanggung jawab atas evektifitas dan bukan merupakan bagian dari pengendalian intern organisasi.

Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern : Manajemen, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan

menyelenggarakan secara efektif pengendalian intern organisasinya. Dewan komisaris dan komite audit, bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka

17

dalam intern.
Auditor

mengembangkan

dan

menyelenggarakan

pengendalian

intern,

bertanggung

jawab

untuk

memeriksa

dan

mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian intern entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya. Personel lain entitas, peran dan tanggung jawab semua personel lain yang menyediakan informasi atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik. Auditor Independen, sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan, auditor dapat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya, sehingga ia dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit, atau dewan komisaris.
Pihak luar lain, yang bertanggung jawab atas pengendalian intern

entitas adalah badan pengatur (regulatory body), seperti Bank Indonesia dan Bapepam . Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus, pemahaman auditor tentang pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu arsesi adalah untuk digunakan dalam kegiatan berikut ini : 1. Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan 2. Salah saji material yang potensial dapat terjadi 3. Risiko deteksi 4. Perancangan pengujian substantif

18

Oleh karena itu, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan asersi keberadaan kas dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya saldo akun yang dicatat tidak benar-benar ada. Jika dari hasil pemahaman dan pengujuian efektivitas pengendalian intern ternyata pengendalian intern dalam perusahaan klien sangat lemah atau sama sekali tidak ada , tidaklah mungkin bagi auditor untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan klien. Masalah utama yang timbul karena sangat lemahnya pengedalian intern adalah adanya kemungkinan tidak dicatatnya jumlah-jumlah yang material seperti misalnya hasil penjualan, utang yang ditarik klien, dan pemilikan kekayaan. Oleh karena itu jika pengendalian intern dalam perusahaan sangat jelek, auditor harus menolak untuk melaksanakan audit atau menolak untuk memberikan pendapat atas laporan keuanga yang di auditnya.

2.11

Sumber Informasi untuk Memperoleh Gambaran Pengendalian

Intern yang Berlaku Sumber informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan studi terhadap pengendalian intern kliennya adalah : a. Bagan organisasi dan deskripsi jabatan b. Buku pedoman akun (account manual) c. Buku pedoman sistem akuntansi d. Permintaan keterangan kepada karyawan inti e. Permintaan keterangan kepada karyawan pelaksana

19

f. Laporan, kertas kerja, dan program audit auditor intern (internal auditor) g. Pemeriksaan terhadap catatan akuntansi, dokumen, peralatan

mekanis, dan media lain yang digunakan untuk mencatat transaksi, mengolah data keuangan dan data operasi h. Kunjungan keseluruh kantor dan pabrik
i. Laporan mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan

laporan auditor tahun sebelumnya yang telah diterbitkan oleh auditor 2.12 Hasil Pemahaman Terhadap Pengendalian Intern Setelah auditor mempelajari pengendalian intern yang berlaku, auditor harus mengujinya untuk menentukan sampai seberapa jauh pengendalian tersebut dapat dipercaya. Atas dasar hasil pemahaman ini, auditor melakukan perubahan-perubahan pada program auditnya yaitu dengan cara memperluas prosedure audit pada objekobjek audit yang pengendalian internnya lemah. Hanya setelah memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, auditor dapat menyusun program audit yang lengkap dan cocok dengan objek yang diperiksa. Hasil pemahaman auditor atas pengendalian intern dicantumkan dalam suatu kertas kerja, yang berisi kelemahan dan kekuatan pengendalian intern klien, pengaruh kelemahan dan kekuatan pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan dilaksanakan dan rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki bagian-bagian yang lemah dalam pengendalian intern. BAB III KESIMPULAN

3.1

Kesimpulan
20

Pengendalian intern sudah seharusnya dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mengetahui kendala pelaporan keuangan,efektifitas dan efisiensi operasional yang mengacu terhadap kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk melindungi aset perusahaan dan dapat digunakan untuk pencapaian tujuan usaha, yang di dalamnya di tujukan untuk:

Melindungi Aset yang digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. Informasi bisnis yang di butuhkan akurat Agar karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan Untuk mengetahui keandalan inforrnasi keuangan Agar klien patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Agar audit lebih efektivitas dan efisiensi operasi terhadap laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Wuryan. 2008. Audit Internal. BPFE YOGYAKARTA. Yogyakarta

21

Agoes Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta Carl S, Warren. James M, Reeve. Philip E.Fess. 2008. Pengantar Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta Mulyadi. 2009. Auditing. Salemba Empat. Jakarta Messier, William F, Jr., Glover, Steven M. Prawitt, Dougls F. 2005. Jasa Audit & Assurance. Salemba Empat.11 Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai