Laporan CBR
Laporan CBR
TUGAS CBR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam Mata kuliah Pancasila
Dosen pengampu : Drs. Halking, M.Si
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kasih karunia dan pertolongan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review dengan dengan baik tanpa ada
halangan dan selesai dengan tepat waktu. Adapun tujuan dan maksud pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan dosen pengampu
Drs.Halking, M.Si.. Tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca juga bagi
saya. Saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya sesuai dengan
bidang studi ini. Saya berharap tugas CBR ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.
Saya menyadari, tugas saya ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang dapat membangun akan saya terima untuk menyempurnakan tugas ini.
Imel Simanungkalit
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB V PENUTUP........................................................................................................................ 43
5.1Kesimpulan.................................................................................................................... 44
5.2Saran.............................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Buku Utama
Buku Pembanding I
ISBN : 978-623-487-116-6
1
Buku pembanding 2
Judul buku : pendidikan dan pelatihan peningkatan pembahasan hak dan konstitusional
Penulis : Farida Indrati
Penerbit : CV. Grafika mandiri
Tahun Terbit : 2015
Tebal buku : 42
ISBN : 976-543-478-212-4
2
1.2 Latar Belakang
Untuk memahami sebuah materi mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai lebih dari satu
buku. Critikal Book Review bertujuan untuk mahasiswa bisa mengkritik dan meringkas dua atau
lebih menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa yang melakukan
Critical book review ini, termasuk didalamnya mengerti akan kelemahan dan keunggulan dari
buku yang akan dikritisi dengan membandingkannya dengan buku yang sejenis.
1.3 Tujuan
Tujuan dari critical book review ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila, dan menambah ilmu pengetahuan mengenai ilmu Pendidikan Pancasila.
1.4 Manfaat
3
BAB II
B. NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merpakan refleksi dari keinginan massyarakat secara utuh
menundukkan dirinya terhadap suatu aturan yang akan mengikat dan berlaku
tanpa terkecuali kepada setiap anggotanya. Padmo Wahjono mengemukakan
mengenai terjadinya atau terbentuknya negara secara ilmiah dalam arti atau
dilihat dari segi logisnya tidak dari segi historisnya yan dimula dari masyarakat
yang sederhana sampai menjadi negara modern sekarang.
Di dalam khazanah ilmu hukum, ada dua istilah yang diterjemakan secara
bersama - sama kedalam bahasa Indoneia menjadi negara hukum, yakni
reshtsstaat dan the rule of law. Sebagaimana diidentifikasikan oleh Roscoe
Pound, reshtsstaat memiliki karakter admisnistratif seedankan the rule of lawi
berkarakter yudisial.
E. NEGARA KESEJAHTERAAN
1. Pengertian Negara Kesejahteraan
Negara kesejahteraan merupakan suatu bentuk pemerintahan demokratis
yang menegaskan bahwa negara bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyat yang minimal.
1. Kewenangan Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan daalam sistem pemerintahan
presidensial dengan wewenang menyetujui atau menolak rancangan undang
undang.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab terletak pada alasan dan pokok
permohonan pengujian undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber
daya air para pemohon beranggapan bahwa undang-undang a quo merupakan
undang-undang yang diskriminatif. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang
semakin meningkat dan barang lebih menguatnya nilai ekonomi air
dibandingkan nilai dan fungsi sosialnya.
3. Nilai Persatuan
Sumber daya air sebagai sumber kesejahteraan memiliki makna yang terkait
erat dengan upaya Ibu Pertiwi yang merupakan julukan personifikasi bagi
negara Indonesia sebagai ibu yang menyusui dan nilainya oleh sebagai anak-
anaknya.
G. NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merpakan refleksi dari keinginan massyarakat secara utuh
menundukkan dirinya terhadap suatu aturan yang akan mengikat dan berlaku
tanpa terkecuali kepada setiap anggotanya. Padmo Wahjono mengemukakan
mengenai terjadinya atau terbentuknya negara secara ilmiah dalam arti atau
dilihat dari segi logisnya tidak dari segi historisnya yan dimula dari masyarakat
yang sederhana sampai menjadi negara modern sekarang.
Di dalam khazanah ilmu hukum, ada dua istilah yang diterjemakan secara
bersama - sama kedalam bahasa Indoneia menjadi negara hukum, yakni
reshtsstaat dan the rule of law. Sebagaimana diidentifikasikan oleh Roscoe
Pound, reshtsstaat memiliki karakter admisnistratif seedankan the rule of lawi
berkarakter yudisial.
J. NEGARA KESEJAHTERAAN
1. Pengertian Negara Kesejahteraan
Negara kesejahteraan merupakan suatu bentuk pemerintahan demokratis
yang menegaskan bahwa negara bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyat yang minimal.
1. Kewenangan Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan daalam sistem pemerintahan
presidensial dengan wewenang menyetujui atau menolak rancangan undang
undang.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab terletak pada alasan dan pokok
permohonan pengujian undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber
daya air para pemohon beranggapan bahwa undang-undang a quo merupakan
undang-undang yang diskriminatif. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang
semakin meningkat dan barang lebih menguatnya nilai ekonomi air
dibandingkan nilai dan fungsi sosialnya.
3. Nilai Persatuan
Sumber daya air sebagai sumber kesejahteraan memiliki makna yang terkait
erat dengan upaya Ibu Pertiwi yang merupakan julukan personifikasi bagi
negara Indonesia sebagai ibu yang menyusui dan nilainya oleh sebagai anak-
anaknya.
BAB I
Pengantar Pendidikan Pancasia
Mata kuliah pendidikan Pancasila memiliki kedudukan sebagai mata kuliah wajib kurikulum
pendidikan tinggi (MKWK-PT) yang berdiri sendiri dan harus ditempuh oleh setiap mahasiswa,
baik pada jenjang diploma maupun jenjang sarjana. Mata kuliah pendidikan Pancasila
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya masing-masing. Selain
itu, mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi yang konstruktif dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Jadi,
mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan student centered learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill
mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai
dengan program studinya masing-masing dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah
penuntun (guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good citizenship).
Apabila pendidikan Pancasila dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan permasalahan-
permasalahan yang muncul sebagai akibat dari tidak dilaksanakannya Pancasila secara konsisten,
baik oleh warga negara, oknum aparatur maupun pemimpin bangsa, dikemudian hari dapat
diminimalkan.
BAB II
Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia
Dalam materi ini Anda akan mempelajari sejarah, dinamika, dan perkembangan Pancasila pada
lintasan kesejarahan bangsa Indonesia. Anda akan melihat bahwa Pancasila merupakan buah
karya para pendiri bangsa untuk mewujudkan dasar dan pandangan hidup masyarakat Indonesia
merdeka. Selain itu, akan terlihat pula bagaimana Pancasila dikonstruksi di dalam sejarah
perkembangan bangsa, mulai dari proses merumuskan Pancasila, penggalian, hingga dikristalkan
dan kemudian diinterpretasikan kembali guna mewadahi kebutuhan dan kepentingan setiap
elemen bangsa Indonesia untuk menentukan identitas dirinya secara terus-menerus. Tujuan akhir
materi ini adalah memberi pengetahuan kepada mahasiswa ketika mempelajari sejarah lahirnya
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa beserta kompleksitisitas dan tantangan yang
mengiringinya, sehingga diharapkan mampu memberikan pemahaman mendalam dan terbuka
atas ideologi dan identitas bangsa Indonesia, dan dapat menghasilkan pemikiran serta sumbangan
kritiskonstruktif bagi kemajuan bangsa yang terus-menerus dalam proses menjadi manusia yang
berahklak mulia, menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan.
BAB III
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin diwujudkan, serta
bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan negara tersebut, akan ditentukan oleh dasar negara
yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, dasar negara akan menentukan
bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan
apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara. Pancasila sebagai dasar negara yang
autentik termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Inti esensi nilai-nilai Pancasila
tersebut, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial. Pancasila
sebagai dasar negara, perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi atau hukum
dasar kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, yaitu Pembukaan, Batang Tubuh
serta Penjelasan UUD 1945 sebelum diamandemen.
BAB IV
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun 1796 yang
dikemukakan oleh filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon.
Istilah ideologi berasal dari kata "idea" dari bahasa Yunani "eidos", yang berarti gagasan,
konsep, pengertian. dasar, cita-cita dan "logos" yang berarti ilmu. Kata "eidos" berasal dari
bahasa Yunani yang artinya bentuk. Ada lagi kata "idein" yang artinya melihat. Secara harfiah,
ideologi dapat diartikan ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas) atau ajaran
tentang pengertian-pengertian dasar. (Ma'mur, 2005). Pengertian lain secara harfiah, ideologi
berarti "a system of idea" suatu rangkaian ide yang terpadu menjadi satu. Dalam penggunaannya,
istilah ini dipakai secara khas dalam bidang politik untuk menunjukkan seperangkat nilai yang
terpadu, berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Moerdiono, 1991).
Ideologi menurut Munir, dkk., (2014), dapat juga diartikan sebagai seperangkat sistem yang
diyakini setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setiap
sistem keyakinan itu terbentuk melalui suatu proses yang panjang karena ideologi melibatkan
berbagai sumber seperti kebudayaan, agama, dan pemikiran para tokoh.
BAB V
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Secara historis, istilah filsafat mula-mula dipergunakan oleh Pythagoras (582-496 SM), seorang
ahli matematika dan filsuf Yunani. Pada masa itu istilah filsafat masih dipergunakan secara
umum dalam arti yang sangat luas, yakni untuk menyebut semua disiplin ilmu yang ada pada
waktu itu. Pada masa itu semua ilmu pengetahuan atau semua disiplin ilmu semuanya disebut
filsafat. Dari filsafatlah ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia
dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi. Dalam perkembangan selanjutnya
dari filsafat itu kemudian muncul berbagai cabang ilmu yang mandiri, sehingga filsafat
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa
Yunani philosophia yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan Sophia. Philos artinya mencari
atau mencintai, sedangkan sophia artinya kebijaksanaan, kebenaran, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis. Jadi philosophia secara harfiah berarti mencari kebenaran atau
mencintai kebijaksanaan. Kebijaksanaan juga dikenal dalam bahasa Inggris, wisdom.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi
peradaban manusia.
BAB VI
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis,
etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan
dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral.
Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk. (Bertens,
2002). Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu
yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan
norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau etika.
(Sastrapratedja, 2001).
BAB VII
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, membuat semua orang tidak akan lepas dari
perkembangan teknologi. Akan tetapi apakah perkembangan teknologi saat ini sudah sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila? Dan apakah sikap kita sudah menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam menggunakan teknologi? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena banyak orang
meyalahgunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi sesungguhnya tidak dapat bebas nilai, tapi justru pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dilandasi dengan nilai-nilai. Hal ini sangat penting karena arah dan tujuan dari
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mencapai kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabat manusia. Di dalam nilai-nilai Pancasila telah memberikan dasar pengembangan
iptek, yaitu didasarkan moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Terkait
pengertian tentang Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat mengacu pada beberapa jenis pemahaman, yaitu:
h) Mr. Soepomo dalam pidatonya pada 31 Mei 1945 menyatakan antara lain
bahwa dasar persatuan, semangat kekeluargaan dan semangat gotong-
royong sangat sesuai dengan corak masyarakat Indonesia. Lain dari itu juga
dinyatakan pentingnya dasar moral yang luhur agar negara memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur.
i) Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam pidatonya pada 31 Mei 1945 antara lain
menyatakan agar Islam dijadikan asas dan sendi negara.
j) Ir. Soekarno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 mengemukakan 5 prinsip
yang merupakan philosofische grondslag (pandangan hidup) dan dasar
negara, yaitu :
i. Kebangsaan Indonesia
ii. Internasionalisme, atau peri-kemanusiaan
iii. Mufakat, atau demokrasi
iv. Kesejahteraan sosial
v. Ketuhanan yang berkebudayaan
Ir. Soekarno juga menawarkan bahwa bila dikehendaki hanya tiga maka
menjadi socio-nationalism, socio-democratie, dan Ketuhanan. Apabila dikehendaki
hanya satu saja maka menjadi gotong-royong. Dengan demikian Ir. Soekarno menjadi
satu-satunya pembicara yang secara utuh, jelas dan tegas menyatakan tentang dasar
negara sebagai philosofische grondslag.
a) Sidang BPUPK mengalami reses pada 2 Juni hingga 9 Juli 1945. Sebelum
masa reses Dr. Radjiman membentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 8
(delapan) orang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Panitia Kecil bertugas
menghimpun masukan atau usul dari segenap anggota BPUPK tentang
Indonesia Merdeka. Setelah Panitia Kecil melaksanakan tugasnya, di luar
tugas yang dibebankan pada Panitia Kecil, Ir. Soekarno mengundang para
anggota BPUPK untuk rapat di Kantor Besar Djawa Hookookai. Rapat
tersebut dihadiri oleh 38 orang anggota BPUPK. Dalam rapat tersebut
dibentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 9 (sembilan) orang, yaitu Ir.
Soekarno selaku Ketua, dan anggota-anggota, Drs. Moh. Hatta, Mr. A.A.
Maramis, Abikoesno Tjokrosoeyoso, Abdoel Kahar Moezakir, H. Agoes
Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Mr. Muh.
Yamin. Panitia ini kemudian disebut sebagai Panitia Sembilan.
b) Pada 22 Juni 1945 Panitia Sembilan tersebut berhasil menyepakati suatu
Naskah Preambule atau Mukaddimah Undang-Undang Dasar yang
kemudian oleh Mr. Muh. Yamin disebut sebagai Piagam Jakarta. Hasil
Panitia Sembilan tersebut dilaporkan dalam Rapat Besar BPUPK pada 10
Juli 1945. Dalam rapat tersebut hasil Panitia Sembilan diterima sebagai
bahan rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar.
c) Rumusan Pancasila dalam naskah Piagam Jakarta ialah “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan – perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Penetapan dalam Sidang PPKI.
1) Panitia Persiapan Kemerdekaan atau Dokuritsu Zyunbi Iinkai dibentuk oleh
Jepang dengan Ketua ialah Ir. Soekarno dan Wakil Ketua ialah Drs. Moh.
Hatta. Panitia Persiapan Kemerdekaan tersebut, menjelang Rapat Besar pada
18 Agustus 1945, diubah menjadi badan nasional dengan menambahkan 6
(enam) anggota yang berasal dari daerah-daerah, sehingga secara keseluruhan
berjumlah 27 orang, dan disebut Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).
2) Mengawali Rapat Besar PPKI pada 18 Agustus 1945, Drs. Moh. Hatta selaku
Wakil Ketua PPKI, mengusulkan penyempurnaan rumusan Pancasila yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dan beberapa pasal lainnya.
3) Dengan demikian rumusan Pancasila secara resmi dan sah ditetapkan pada 18
Agustus 1945 sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
berikut:
i. Ketuhanan Yang Maha Esa
ii. Kemanusiaan yang adil dan beradab
iii. Persatuan Indonesia
iv. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan5
v. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Atas dasar uraian di atas dapat ditegaskan bahwa Pancasila adalah seperangkat nilai
yang terangkai secara holistik menjadi gagasan dasar tentang konsep dan prinsip
yang menjadi pandangan hidup masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
20
Ibid. Hlm. 27 – 33.
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya masing- masing.
b) Negara kebangsaan Indonesia bukan negara agama ataupun negara sekuler akan
tetapi negara yang menempatkan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa sebagai bagian dari sumber motivasi dalam mewujudkan cita-cita
rakyat yang luhur yaitu cita-cita kemerdekaannya.
c) Agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dijalankan menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam kerangka memperkokoh
persatuan Indonesia, sesuai dengan prinsip kerakyatan serta ditujukan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PEMBAHASAN
Kelebihan
Adapun yang menjadi kelebihan buku ini adalah penulis menyajikan materi dengan rapi
dan terstruktur dimulai dari pengertian tentang topic yang dibahas sampai dengan tujuan
dari topic utama. Pembahasan materi pada buku utama sangat baik apalagi didukung oleh
banyak pendapat ahli. Dari aspek tata letak, buku ini sudah rapi peletakan kalimat-
kalimatnya. Huruf perbab dibuat besar dan jelas hingga mudah untuk dibaca. Untuk tata
bahasa, buku ini memiliki bahasa yang ringan dan mudah dimengerti.
Kekurangan
Kekurangan dalam buku ini adalah penulis tidak memberikan rangkuman disetiap akhir
bab, isi buku kurang menarik karena tidak disertai dengan gambar ataupun warna.
4. Memfasilitasi pemahaman yang lebih baik melalui ilustrasi atau contoh yang relevan.
BAB V
HASIL ANALISIS
Dengan adanya buku utama ini (Pancasila dan Undang – Undang : Relasi dan Transformasi
Keduanya Dalam Sistem Ketatanegaraan) mahasiswa dapat mengetahui bahwa penerapan nilai –
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari– hari merupakan hal yang sangatlah penting dikarenakan
nilai – nilai Pancasila merupakan landasan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
serta merupakan akar dari budaya bangsa. Bukuini membahas tentang Pancasila dan Undang–
Undang : Relasi dan Transformasi Keduanya Dalam Sistem Ketatanegaraan merupakan upaya
menghidupkan kembali Pancasila ditengah – tengah masyarakat dalam berkehidupan, berbangsa
dan bernegara. Buku ini memberikan kita panduan sehingga tidak kehilangan arah dalam
menyusun undang– undang dan sadar akan kodrat sebagai bangsa Indonesia yang memiliki
jiwa bangsa Pancasila. Sudah saatnya kita juga harus mengetahui dan memahami mengenai
habitat Pancasila, bagaimana tumbuh– kembangnya Pancasila dan cara menghidupkannya kembali.
Dalam buku ini dijelaskan mengenai susunan dan kekuataan hukum peraturan perundang–
undangan disesuaikan dengan hierarkinya, menerangkan bahwa Pancasila merupakan penggerak
perekonomian bangsa, akar budaya bangsa, dan pandangan hidup bangsa. Nilai-nilai Pancasila
adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembuatan dan pengujian undang– undang,
karena nilai –nilai Pancasila termuat pada Alinea Keempat Pembukaan Undang–Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.. Apabila kita beranggapan bahwaPancasila adalah segala sumber
hukum, maka setiap pembentukan undang – undang harus mencerminkan Pancasila pada setiap
tahapannya. Akhirnya, dengan adannya buku ini kita bisa memahami tentang nilai – nilai Pancasila
dan keberadaannya dalam Undang– Undang Dasar, serta mengetahui kiat untuk menghidupkan
kembali nilaj –nilai Pancasila yang telah mulai luntur di makan zaman khususnya dalam
penerapannya pada pembuatan undang– undang juga menjadikan Pancasila sebagai pandangan
hidup dengan dengan mengaplikasikan nilai – nilainya di kehidupan sehari – hari.
Begitu pula dengan buku pembanding kedua pembahasannya dibatasi hanya satu bab yang
relevan yaitu Pancasila sebagai sistem filsafat yang membahas tentang pentingnya Pancasila
sebagai sistem filsafat dengan beberapa maksud dan tujuan, yaitu :
Agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila – sila dalam
Pancasila sebagai prinsip– prinsip politik.
Agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam penyelenggaraan
negara.
Agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut pautdengan
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.
Agar dapat menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa serta menjadikan Pancasila sebagai jati diri bangsa.
Dan akhirnya mengimplementasikan nilai – nilai Pancasila tersebut didalam kehidupan sehari-
hari.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan review dan pembandingan terhadap kedua buku dapat saya simpulkan
bahwa buku utama dan buku pembanding sama-sama baik dijadikan sebagai modul perkuliahan
karena kelengkapan materi dan topic bahasan yang mirip satu sama lain. Walaupun kedua buku
sama-sama memiliki kekurangan masing-masing seperti buku utama yang tidak/belum memiliki
ISBN serta tidak dimuat ranngkuman pada akhir bab, sehingga membuat pembaca sedikit
kesulitan menandai tiap inti bahasan yang ada di bab tersebut.
4.2 Saran
Secara keseluruhan kedua buku diatas sudah sangat baik tanpa banyak perbaikan lagi
,dan dapat dijadikan sebagai buku pedoman dalam perkuliahan Pendidikan Pancasila. Namun
akan lebih baik lagi jika penulis dapat memperhatikan keefektifan tiap kalimat seperti
penggunaan tanda baca yang tepat dan pemilihan kata yang baik agar tidak terjadi pemborosan
kata supaya buku ini bisa lebih baik lagi. Terlebih untuk buku utama supaya penulis dapat
membuat ISBN buku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Indrati, Farida. 2015. Pusat Pendidikan pancasila dan konstitusi.Malang, Grafika Mandiri
Idrus, Muhammad. 2022. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Kendari. CV Eureka
Media Aksara
Krisnayuda, Backy. 2017. Pancasila dan Undang–Undang : Relasi dan Tansformasi Keduanya
Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta : Kencana
Buku pembanding I Buku pembanding II