Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

JUVENILE DIABETES

Disusun oleh kelompok 6 :

Nikomang sinta purnamasari

Novia

Farul lapangandong

Mata Kuliah : Keperawatan anak II

Dosen pengampu : Tasnim Mahmud. S.Kep.Ns.M.M

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO PRODI S1


KEPERAWATAN

T. A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini.
Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.

Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami
ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Poso, MEI 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN MASALAH.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Definisi juvenil diabetes..........................................................................................


B. Klasifikasi juvenil diabetes......................................................................................
C. etiologi juvenil diabetes...........................................................................................
D. gejala juvenil diabetes.............................................................................................
E. patofisiologi juvenil diabetes...................................................................................
F. menifestasi klinik juvenil diabetes..........................................................................
G. komplikasi juvenil diabetes.....................................................................................
H. pemeriksaan penunjang juvenil diabetes.................................................................
I. penatalaksaan medis................................................................................................
J. pencegahan juvenil diabetes ..................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................

A. Pengkajian...............................................................................................................
B. Analisa data.............................................................................................................
C. Diagnosa keperawatan.............................................................................................
D. Intervensi keperawatan............................................................................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran
basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada
penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan
perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi
mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut
insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi
kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi
defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah
pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes,
5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai
diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total
keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma
apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada
anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar
gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula
terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak
dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan
sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya
komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh penyandang DM maupun
keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip penatalaksanaan
diabetes.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi juvenil diabetes ?
2. Bagaimanakah klasifikasi juvenil diabetes ?
3. Apasaja etiologi juvenil diabetes ?
4. Bagaimanakah patofisiologi juvenil diabetes ?.
5. Apasajakah gejala dari juvenil diabetes?
6. Apasaja manifestasi klinis pada anak dengan juvenil diabetes ?
7. Apa sajakah akibat / komplikasi juvenil diabetes?
8. apa saja pemeriksaan penunjang juvenil diabetes?
9. bagaimanakah penetalaksanaan medis pada klien dengan juvenil diabetes?
10. bagaimanakah cara pencegahan dari juvenil diabetes?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui definisi juvenil diabetes.


2. Mengetahui klasifikasi juvenil diabetes.
3. Mengetahui etiologi juvenil diabetes.
4. Mengetahui patofisiologi juvenil diabetes.
5. Mengetahui gejala juvenil diabetes.
6. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan juvenil diabetes.
7. Mengetahui akibat / komplikasi juvenil diabetes.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang juvenil diabetes.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan juvenil diabetes.
10. Mengetahui cara pencegahan juvenil diabetes.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi juvenil diabetes


Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi dari
seharusnya akibat kekurangan insulin.
Diabetes juvenile, atau disebut juga diabetes melitus tipe I, merupakan
diabetes melitus yang terjadi pada anak-anak akibat pankreas (organ dalam tubuh
yang menghasilkan insulin) tidak menghasilkan insulin sebagaimana mestinya.
Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi
sebelum umur 15 tahun. (FKUI, 1988)

B. Klasifikasi juvenil diabetes


 Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1.
Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2.
Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3.
Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4.
Diabetes mellitus gestasional (GDM)
 Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2002 diabetes melitus
dibagi menjadi :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
2. Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, baik
melalui proses imunologik atau idiopatik.
3. Diabetes Melitus Tipe 2
4. Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.
 Diabetes Melitus Tipe Lain :
1. Defek genetik fungsi sel beta
2. kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20, deoxyribonucleid acid (DNA)
Mitokondria.
3. Defek genetik kerja insulin
4. Resistance insulin type A, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall,
diabetes lipoatrofik, lainnya.
5. Penyakit Eksokrin Pankreas
6. Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma, Cystic fibrosis,
hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.
7. d. Endokrinopati

3
8. Akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,
somatostatinoma, aldosteronoma.
9. Karena Obat/Zat kimia
10. Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid,
dilantin, interferon alfa, diazoxide, agonis β-adrenergic.
11. Infeksi
12. Rubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).
13. Imunologi (jarang)
14. antibodi anti reseptor insulin, sindrom ”Stiff-man”.
15. Sindroma genetik lain
16. Sindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom Prader
Willi, ataksia friedreich’s, sindrom laurence-Moon-Biedl.

4. Diabetes Melitus Gestasional (Kehamilan).


Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis
ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar.

C. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia
sebelum 15 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ), gangguan
ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma
>200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetic
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini
(Brunner & Suddart, 2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I.
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang
diturunkan secara resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur
kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.

2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih
tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela,
mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel
beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini

4
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam
sel beta.

3. Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.

D. Gejala juvenil diabetes


Diabetes juvenile dapat terjadi secara perlahan maupun secara mendadak. Namun
biasanya pada tahap awal penyakit, diabetes juvenile tidak menunjukkan gejala apa
pun juga.Bila ada gejala yang muncul, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:

 Buang air kecil lebih sering dari biasanya, bahkan harus terbangun beberapa kali
di malam hari untuk buang air kecil.

 Minum lebih banyak dari anak seusianya pada umumnya.

 Terlihat lemas dan lebih cepat lelah.


 Berat badan turun, atau peningkatan berat badannya tak seperti yang seharusnya.

Pada anak perempuan, kadang gejala yang muncul berupa pubertas yang terlambat,
atau adanya keputihan di vagina akibat infeksi jamur.

Bila diabetes tidak terkendali, tak jarang menimbulkan komplikasi berupa


ketoasidosis diabetik (KAD). Kondisi ini ditandai dengan penumpukan zat kimia yang
disebut keton, menimbulkan gejala mual, muntah, nyeri perut, gangguan pernapasan,
bahkan bisa menyebabkan kesadaran menurun.

Selain itu, dalam jangka panjang, kadar gula darah yang terus menerus tinggi bisa
menyebabkan stroke, penyakit jantung, gangguan penglihatan, dan gagal ginjal. Dan
bila komplikasi-komplikasi ini terjadi, umumnya tak dapat disembuhkan.

E. Patofisiologi
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin akibat
autoantibodi yang merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.

1. Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun

Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi
akibat terbentuknya autoantibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui
penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik dan paparan
faktor lingkungan. Autoantibodi yang terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas
di dalam pulau-pulau Langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit.

5
Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek tetapip dapat
terjadi hingga bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul
setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.

2. Hiperglikemia dan Komplikasinya

Kerusakan sel-sel β pankreas akan menyebabkan terjadinya penurunan sekresi


insulin. Defisit insulin ini kemudian akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia
yang bila terus memburuk akan menyebabkan penderita mengalami hiperosmolaritas
dan dehidrasi.

Hiperglikemia juga akan menyebabkan terjadinya degenerasi akson dan


demielinisasi segmental sehingga penderita akan mengalami neuropati. Selain itu,
hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya penumpukan sorbitol pada saraf
sensorik perifer yang menyebabkan terjadinya neuritis.

Hiperglikemia juga akan menyebabkan gangguan pada sistem pembuluh darah


mikro maupun makro di mata ginjal, otak, dan jantung, sistem katabolisme tubuh,
serta gangguan elektrolit.

f. MANIFESTASI KLINIS
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak ( diabetes
melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin
dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan
ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1
menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b. Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada
anak.
c. Polidipsia
d. Poliphagia
e. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme
abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan
koma.

6
h. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri
atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran ( koma )

Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:


1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini
sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah
teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk
memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau
orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi
kekurangan insulin endogen.

g. KOMPLIKASI
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak
menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini
dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
A. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan
sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari 80
mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah marah, lelah,
keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu
fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh
obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita
terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.

7
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
 Minum banyak, kencing banyak
 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam,
serta berbau aseton
 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma
diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
B. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun
ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
 Gangguan pertumbuhan dan pubertas
 Katarak
 Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
 Hepatomegali

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110

8
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
· Fosfor : lebih sering menurun
f. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
i. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
j. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka
panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan
cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan
pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Tabel Kriteria pengendalian DM.

Baik Sedang Buruk


Glukosa darah plasma vena (mg/dl)
- puasa 80-109 110-139 >140
-2 jam 110-159 160-199 >200
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL

9
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25 atau
- laki-laki 20 -24,9 25-27 <18,5
>27 atau
<20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90- >160/95
95

Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :


1. Fase akut/ketoasidosis
koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan
asam basa,elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll,
stabilisasi penyakit dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada
penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan penyakitnya secara
teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin dan
komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status
metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi

Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu


diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah
mungkin
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun oleh
lingkungan

10
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk mengurus
dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan
terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.
b. Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Insulin dipompakan melalui selang infus yang terpasang dengan sebuah tube plastic
ramping yang disebut cannula, yang dipasang pada kulit subkutan perut pasien. Selang infus
harus diganti secara teratur setiap minggunya.
c. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %

d. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit
yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
e. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya.

L. PENCEGAHAN JUVENIL DIABETES


Hingga saat ini belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes
juvenile.Tetapi ada beberapa hal yang bisa di perhatikan :

11
1. Mengonsumsi makanan yang tinggi serat, dan membatasi karbohidrat yang
dikonsumsi
2. Memeriksa kadar gula darah secara rutin
3. Melakukan aktivitas fisik dengan teratur, setidaknya 3–4 kali dalam seminggu

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

CONTOH KASUS

Seorang klien berumur 5 tahun dirawat diruang anak, diagnose diabetes mellitus tipe
1 dengan
keluhan badan lemah, tak bertenaga, sering kencing, cepat merasa lapar dan ingin
makan terus, turgor kulit menurun dan mukosa bibir kering. TD:90/60 mmhg,
N:100x/m,
R:22x/m, SB: 37 drjt C. GDP : 280 mg/dl.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas. (Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,dll.)
 Nama : Tn,s
 Umur : 5 th
 Jenis kelamin : laki-laki
 Agama : islam
 Bangsa : indonesia
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
 Peningkatan nafsu makan
b. Riwayat penyakit sekarang.
 Klien di bawa ke rs karena mengalami beberapa keluhan
c. Riwayat penyakit dahulu.
 Klien belum pernh di rujuk dan belum pernh mengalami keluhan tersebut
d. Riwayat kesehatan keluarga.
 Belum ada yang terkena diabetes melitus tipe 1

3. Pemeriksaan fisik
 TD :90/60 mmhg,
 N :100x/m,
 R :22x/m,
 SB :37drjt C.
 GDP :280 mg/dl.

13
4. Analisa data
DS :
 badan lemah, tak bertenaga
 sering kencing,
 cepat merasa lapar
 ingin makan terus

DO :

 turgor kulit menurun


 mukosa bibir kering.
 TD:90/60 mmhg,
 N:100x/m,
 R:22x/m
 SB: 37 drjt C.
 GDP : 280 mg/dl.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energy
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

D. PERENCANAAN
1. ) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi
Tujuan : Klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan aktivitas
kriteria hasil :
 mengungkapkan peningkatan energi
 mampu melakukan aktivitas rutin biasanya
 menunjukkan aktivitas yang adekuat
 melaporkan aktivitas yang dapat dilakukan

Intervensi :

 Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas


 Berikan aktivitas alternative
 Pantau tanda tanda vital
 Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
dapat ditoleransi

14
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil
 nadi perifer dapat diraba,
 turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
 Keluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik


 Pantau masukan dan pengeluaran
 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung
 Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
 Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur
 Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. ) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan penurunan rawat diri
Criteria hasil :
 Kuku pendek dan bersih
 Kebutuhan dapat dioenuhi secara bertahap
 Mandi sendiri tanpa bantuan

Intervensi :

 Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan rawat diri


 Berikan aktivitas secara bertahap
 Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
 Bantu klien (memotong kuku)

D. IMPLEMENTASI

15
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai

dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun

kolaborasi dan rujukan.

E. EVALUASI
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi
dari seharusnya akibat kekurangan insulin.

Diabetes juvenile, atau disebut juga diabetes melitus tipe I, merupakan


diabetes melitus yang terjadi pada anak-anak akibat pankreas (organ
dalam tubuh yang menghasilkan insulin) tidak menghasilkan insulin
sebagaimana mestinya.

B. saran

beberapa hal yang bisa di perhatikan :

 Mengonsumsi makanan yang tinggi serat, dan membatasi


karbohidrat yang dikonsumsi
 Memeriksa kadar gula darah secara rutin
 Melakukan aktivitas fisik dengan teratur, setidaknya 3–4 kali
dalam seminggu

17
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC, Jakarta

Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC,
Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi
III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai