Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

“PERLINDUNGAN KEKERASAN KEPADA PEREMPUAN DAN ANAK DI


INDONESIA”

DI SUSUN OLEH :
ANIS ANUGRAH PRATAMA
NPM : 042527085

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA 2022/2023

i
PERLINDUNGAN KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan kepada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
ANIS ANUGRAH PRATAMA
NIM 042527085

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA 2022/2023

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Perlindungan
Kekerasan Perempuan Terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia” Penelitian ini disusun
untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Universitas Terbuka. Penulis menyadari dengan
sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan penelitian ini tidak akan terlaksana sebagaimana
yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak
bimbingan, arahan, motivasi kepada penulis.
Sebenarnya masalah Perempuan dan anak telah banyak diteliti oleh para peneliti dan ditulis
oleh para penulis ataupun dijadikan bahan diskusi dalam berbagai pertemuan ilmiah oleh
berbagai pihak yang mempunyai kepedulian terhadap Perempuan dan anak. Penelitian,
tulisan, ataupun makalah yang disajikan berkisar tentang nilai Perempuan dan anak,
kesejahteraan Perempuan dan anak, kesehatan, penyalahgunaan seksual, gelandangan dan
pengemis, anak nakal, anak jalanan,yang lebih banyak menyoroti anak sebagai pelaku.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha menyorotiperempuan dan anak dari sisi sebagai
korban kekerasan, dengan menggunakan konsep kekerasan yang lebih luas, yaitu kekerasan
pisik, seksual, ekonomi dan psikologis. Dengan demikian, gambaran tentang anak sebagai
korban kekerasan dapat dilakukan secara lebih konprehensif. Semoga hasil penelitian ini ada
manfaatnya secara akademis maupun non akademis.

Bandar lampung, 24 Oktober 2023


Yang menyatakan,

Anis Anugrah Pratama


NPM : 042527085

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita sebagai warga negara juga sebagai ibu atau sebagai istri, pada hakikatnya
mempunyai peranan penting yang saling melengkapi bersama pria, oleh sebab itu hak-hak
mereka wajib dihormati. Pendidikan harus memberi perhatian terhadap pengertian keibuan
yang lebih baik sebagai fungsi sosial. Pada pertanggungjawaban bersama pria dan wanita
atas pendidikan anak. Perdagangan wanita dan eksploitasi prostitusi wanita harus lenyap.
Pria dan wanita harus mempunyai hak yang sama dalam memperoleh, menubah dan
mempertahankan nasionalitas. Pria dan wanita harus memiliki hak yang sama baik mengenai
jumlah anak yang dikehendaki, maupun sesudah perseraian, pemeliharaan dan perwalian
atas anak.Dalam makalah ini akan menguraikan maksud dari adanya UU tentang beberapa
masalah kebijakan perlindungan perempuan dan anak.

B. Rumusan Masalahan

 Bagaimana kebijakan perlindungan terhadap anak dan wanita?

 Mengapa kebijakan perlindungan anak dan wanita diperlukan?

 Nilai yang terdapat dalam kebijakan perlindungan anak dan wanita?

 Hasil dari adanya kebijakan perlindungan anak dan wanita?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Perlindungan Terhadap Perempuan Dan Anak


Perjuangan emansipasi wanita setelah kemerdekaan, telah dituangkan dalam
beraneka bentuk, baik berupa perundang-undangan maupun yuris prudensi Mahkamah
Agung dan hal ini membuktikan bahwa kedudukan kaum wanita di mata hukum
Indonesia ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dan positif.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, secara hukum kaum wanita di
Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum pria. Di Indonesia tidak ada
Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang khusus untuk dikenakan kepada anak-anak
yang melakukan perbuatan pidana. Ini berarti bahwa terhadap seorang anak yang
melakukan perbuatan pidana, dikenakan pula sanksi dari Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yang berlaku bagi orang dewasa. Akan tetapi mengenai penerapannya
dibedakan antara anak yang belum dewasa (cukup umur) dari orang orang dewasa.
Diharapkan hukum itu menjadi fasal-fasal yang hidup dimana diumpamakan sama
dengan menginginkan agar ia dapat bekerja bagaikan mantra-mantra, yang selepas
diucapkan oleh pawangnya terus menimbulkan akibat yang dikehendakinya.seperti
halnya UU tentang perlindungan anak dan wanita: UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak:
1. Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara
Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3143);
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi
terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of Discrimination
Against Women) (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara
Nomor 3277);
4. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3668);
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3670);
6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 138
Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO mengenai Usia
Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835);

v
7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No. 182
Concerning The Prohibition and Immediate Action for The Elimination of The Worst
Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan
Segera
Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan.

Terburuk untuk Anak) (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3941).
Sementara untuk perlindungan anak, lewat UU No 12/ 2002 tentang Perlindungan
Anak, dijelaskan bahwa tiap anak berhak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. “Dan
ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan, atau ancaman kekerasan dan penganiayaan
terhadap anak serta perdagangan anak dapat dijatuhi hukuman hingga maksimal 15
tahun kurungan.
B. Diperlukannya Kebijakan Perlindungan Terhadap Anak Dan Wanita
Dalam sebuah proses untuk menuju keberhasilan dalam mencapai tujuan pastinya
perlu aturan. Dan dimana sebuah kebijakan perlindungan anak dan wanita ini yang
dijelaskan di dalam UU juga sangat diperlukan beriringan semakin maraknya kejahatan
dan main hakim sendiri. Contoh: anak dibawah umur lima belas tahun yang tertangkap
basah mencuri sepatu di tempat umum. Dan warga sekitar main hakim sendiri terhadap
anak tersebut. Maka sangat perlu sekali sebuah undang undang tentang perlindungan
anak yang mana kita harus dipahami dan dijalankan demi kemaslahatan diri sendiri dan
masyarakat.
Main hakim sendiri tidak diperbolehkan di Negara kita ini. Tidak hanya para
mahasiswa hukum yang diberi tahu tentang larangan itu, tetapi semua orangpun tahu.
Melalui proses sosialisasi, baik itu pendidikan di rumah, di sekolah, melalui penularan
pengalaman dan sebagainya, yang menyebabkan rakyat menjadi tahu, bahwa main
hakim sendiri itu tidak diizinkan, apalagi terhadap anak kecil dimana sudah dibuatkan
kebijakan UU tentang perlindungan anak.
Contoh kasus lain di Negara ini seperti Bisnis perdagangan orang saat ini banyak
menjerat anak. Bisnis seperti ini merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat
dan martabat manusia dan melanggar hak asasi manusia.
Perdagangan anak sendiri sebenarnya telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan
yang terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antar negara maupun dalam
negeri, sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa, dan negara, serta
terhadap norma-norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak asasi
manusia. Dan jelas hal ini sangat melanggar UU tentang perlindungan anak, dimana
diantaranya tentang kesejahteraan.

vi
Contoh kasus perdagangan orang terutama perempuan dan anak merupakan salah
satu issu serius yang harus dihadapi dan ditangani oleh Pemerintah Indonesia. Meskipun
belum ada data resmi dan valid mengenai besaran masalahnya diperkirakan sekitar
700.000 sampai 1.000.000 anak dan perempuan diperdagangkan di Indonesia, dimana
sebagaian besar korban diperjualbelikan sebagai para pekerja seks komersial didalam
negeri, pembantu rumah tangga, pengemis, pengedar narkotika dan obat-obat terlarang
serta bentukbentuk lain dari eksploitasi kerja seperti di rumah makan dan perkebunan.
Situasi perdagangan perempuan ke luar negeripun tidak kalah memprihatinkan, yang
mana menurut catatan Kepolisian Rl, pada tahun 2000 terungkap 1400 kasus pengiriman
perempuan secara illegal ke luar negeri.
C. Nilai Yang Terdapat Dalam Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita.
Nilai-nilaiyang terdapat dalam sebuah kebijakan perlindungan anak dan wanita
adalah adanya Prinsip-prinsip HAM yang mutlak diperlukan dalam memberi
perlindungan kepada perempuan dan anak, agar pemerintah, aparat hukum dan
masyarakat dapat bersama-sama menjamin dan menghormati hak-hak dasar perempuan
dan anak korban kekerasan, eksploitasi dan perdagangan manusia.
D. Hasil Dari Adanya Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita
Bahwa lahirnya undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak pada intinya mengharapkan agar tindakan kekerasan pada rumah
tangga yang sebagaian korbannya adalah perempuan dan anak-anak dapat berkurang.
"Sehingga keutuhan dalam rumah tangga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dapat terwujud. Sehingga jaminan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pelindungan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan,"
Dalam undang-undang ini disebutkan kalau setiap orang berhak atas perlindungan
diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang berada dibawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan.
Selain itu, undang-undang ini merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam
memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak serta salah satu bentuk
komitmen internasional.
E. Nilai Yang Terdapat Dalam Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita.
Nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah kebijakan perlindungan anak dan wanita adalah
adanya Prinsip-prinsip HAM yang mutlak diperlukan dalam memberi perlindungan
kepada perempuan dan anak, agar pemerintah, aparat hukum dan masyarakat dapat
bersama-sama menjamin dan menghormati hak-hak dasar perempuan dan anak korban
kekerasan, eksploitasi dan perdagangan manusia.
F. Hasil Dari Adanya Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita
Bahwa lahirnya undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan

vii
anak pada intinya mengharapkan agar tindakan kekerasan pada rumah tangga yang
sebagaian korbannya adalah perempuan dan anak-anak dapat berkurang. "Sehingga
keutuhan dalam rumah tangga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dapat terwujud. Sehingga jaminan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pelindungan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan," Dalam
undang-undang ini disebutkan kalau setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang berada dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan. Selain itu,
undang-undang ini merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam memberikan
perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak serta salah satu bentuk komitmen
internasional.
G. Akar Permasalahan Terjadinya Kekerasan terhadap Anak
Dalam makalah pendampingan Anak dan Remaja, disebutkan bahwa ketimpangan kuasa
ikut berperan dalam menciptakan terjadinya pelaku kekerasan. Atas dasar hal tersebut,
maka terjadinya kekerasan terhadap anak didalam rumahtangga dapat dijelaskan dengan
melihat struktur kekuasaan di dalam rumah tangga yang berjenjang sebagai berikut :
Ayah → Ibu → Anak → Anak yang lebih kecil.
Dalam gambar tersebut tampak bahwa kekuasaan ayah lebih besar dari ibu, kekuasaan
ibu lebih besar dari anak, kekuasaan anak yang lebih tua lebih besar dari anak yang lebih
kecil. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kekerasan dalam rumahtangga yang
sering terjadi adalah kekerasan oleh suami (ayah) terhadap ibu (istri), dan kekerasan
orang tua terhadap anak, ataupun kekerasan oleh anak yang lebih tua terhadap anak
yang lebih kecil.

Penyalah gunaan kekuasaan dapat juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan, seperti
dalam kekerasan anak dalam rumahtangga, dimana kekuasaan ayah untuk menghukum
si anak, seharusnya ditujukan untuk mendidik akan tetapi seringkali dilaksanakan secara
berlebihan, sehingga terjadilah kekerasan pisik seperti penganiayaan sampai pada
pembunuhan. Kekuasaan sang ibu dalam mendidik anak juga seringkali berlebihan
sehingga yang terjadi justru kekerasan psikologis seperti mengucapkan kata-kata yang
menyakitkan hati si anak Kekuasaan itu lahir dari ketidak berimbangnya relasi sosial yang
disebabkan oleh potensi “memiliki” (having)dari individu atau kelompok sosial. tertentu.
Seperti halnya anak menjdi hak milik orang tuanya, dan istri menjadi milik suaminya,
maka dengan dalil menjadi milik ayah/suami dijadikan alasan untuk bisa melakukan
tindakan apa saja termasuk kekerasan terhadap anak/istri. Ketidak berimbangnya relasi
sosial, juga menyebabkan adanya kelompok/individu yang lebih kuat mendominasi
kelompok/individu yang lebih lemah. Dominasi merupakan tampilan watak dari sebuah
kekuasaan sistemik. Secara teknis, dominasi tampil dalam praktek eksploitasi dan
intervensi atau campur tangan yang berlebihan dari kelompok yang lebih kuat kepada
kelompok/individu yang lebih lemah. Anak (termasuk di dalamnya anak jalanan, anak
pinggiran) tergolong pada kelompok/individu yang lemah yang berpotensi mendapatkan

viii
kekerasan dalam berbagai bentuk seperti antara lain, penganiayaan,, ekploitasi seksual,
perdagangan anak. Eksploitasi tampil dalam dua bentuk, pertama sebagai tindakan
penghisapan atas potensi dan hasil dari pertukaran dalam suatu relasi sosial. Hal ini
antara lain dalam hal orang tua memposisikan anak sebagai asset ekonomi, keluaraga.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Indonesia tidak ada Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang khusus untuk
dikenakan kepada anak-anak yang melakukan perbuatan pidana. Dan juga tujuan dari
adanya sebuah kebijakan tentang perlindunagan perempuan agar kaum perempuan
punya kesempatan yang sama dengan laki-laki di bidang pembangunan sehingga mereka
bisa mandiri. Serta Terwujudnya kesetaraan gender dan perlindungan anak.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun. Segala kritik dan saran sangat kami butuhkan
karena kami sadar bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Untuk
koreksi makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan pemakalah sendiri.

ix
DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikisource.org/wiki/Draf_Naskah_Akademik_Rancangan_UndangUndang
RepUblIK_Indonesia_tentang_Anti_Perdagangan_Orang_Terutama_
PerempuandanAnak

 http://sayrozie.blogspot.com/2011/12/perlindungan-perempuan-dan-anak.html

 http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id/2010/01/10/perlindungan-hukum-wanita/

 http://www.hukumonline.com/berita/baca/uu-perlindungan-anak

 http://www.maroskab.go.id/berita-666-sosialisasi-undangundangpemberdayaan

perempuan-dan-perlindungan-anak.html

x
xi

Anda mungkin juga menyukai