Anda di halaman 1dari 9

“HUBUNGAN ILMU FIQIH DENGAN ILMU LAINNYA”

Dosen Pengampu : RIDWANTONI,S.Hi,.MH

Disusun Oleh :
Kelompok 2
 ARIP SANJAYA
 ARSALIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SEPAKAT SEGENEP (STAISES) KUTACANE
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Yang berjudul

“HUBUNGAN ILMU FIQIH DENGAN ILMU LAINNYA”

Penyususnan makalah ini guna untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami

menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalh ini bermanfaat dan menambah

wawasan bagi para pembaca khusus nya penyusun.

Kutacane,_________________2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2


2.1 Ilmu Tauhid ............................................................................................. 2
2.2 Ilmu Akhlak dan Tasawuf ....................................................................... 2
2.3 Ilmu Sejarah ............................................................................................ 2
2.4 Ilmu Bahasa ............................................................................................ 3
2.5 Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadist .................................................................... 3
2.6 Ilmu Perbadingan Madzhab (Muqaranat Al-Madzhab) .......................... 4
2.7 Falsafah Hukum Islam ............................................................................ 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 5


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 5

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 6


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Arti kata al-figh adalah paham yang mendalam. Salah satu bidang ilmu dalam
syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun hubungan manusia
dengan Penciptanya.

Ada beberapa definisi fiqh yang dikemukakan ulama fiqh sesuai dengan
perkembangan arti fiqh itu sendiri. Misalnya, Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqh
sebagai pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi haknya dan apa yang menjadi
kewajibannya. Definisi ini meliputi semua aspek kehidupan, yaitu aqidah, syariat dan akhlak.
Fiqh di zamannya dan di zaman sebelumnya masih dipahami secara luas, mencakup bidang
ibadah, muamalah dan akhlak. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan
pembidangan ilmu yang semakin tegas, ulama ushul fiqh mendefinisikan fiqh sebagai ilmu
tentang hukum syara’ yang bersifat praktis yang diperoleh melalui dalil yang terperinci.
Definisi tersebut dikemukakan oleh Imam al-Amidi, dan merupakan definisi fiqh yang
populer hingga sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Hubungan Ilmu Fiqih dengan Ilmu lainnya ?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Tauhid


Ilmu fiqh bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, hal ini mesti di yakini
bahwa Al-Quran sebagai sumber hukum primer yang pertama dan utama berawal dari
keimanan bahwa Al-Quran di wahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Melalui
perantaraan malaikat jibril as. Persoalan keimanan kepada Allah swt , malaikat, kitab-kitab-
Nya, dan Rasul-Nya. Dengan dikaji lebih luas dalam ilmu tauhid.

Walhasil, hubungan antara ilmu fiqh dengan ilmu tauhid seperti hubungan antara
bangunan dengan fondasinya. Ilmu tauhid merupakan fondasi yang kokoh, sedangkan
bangunan yang berdiri tegak dengan megahnya di atas fondasi yang kuat dan kokoh itulah
ilmu fiqh.

2.2 Ilmu Akhlak dan Tasawuf


Dalam artinya yang luas, syariah mencakup akidah, ‘amaliyyah (perbuatan praktis),
dan akhlaq. Perbuatan sebagai objek ilmu fiqh tidak dapat dipisahkan dari ilmu akhlak dan
tasawuf, meskipun keduanya dapat dibedakan. Jika ilmu fiqh dipisahkan dari ilmu akhlak dan
tasawuf, akan menghilangkan tatanan etik dan estetikanya.

Tanpa ilmu Akhlak ilmu fiqh hanya merupakan bangunan yang kosong, sunyi dan
tidak membawa kepada ketentraman dan ketengangan hati. Begitu sebaliknya, akan terjadi
penyimpangan-penyimpangan terhadap ketentuan-ketentuan syariah. pada gilirannya
penyimpangan ini sulit untuk bisa dipertanggungjawabkan (A. Dzajuli, 1993: 39).

Sebagai contoh yakni ibadah shalat yang telah dipaparkan oeh Fuqaha’ tentang rukun,
syarat sah, hukum dan ketentuannya yang diinduksi dari Al-Quran dan hadis, kita juga
diperintahkan agar melakukan shalat secara khusyu’ dan tidak riya yang merupakan
perbuatan hati.

2.3 Ilmu Sejarah

Ilmu sejarah yang biasa membicarakan tentang ruang, waktu dan peristiwa. Ilmu
sejarah atau Tarikh memiliki tiga dimensi, yaitu masa lalu, masa kini dan kemungkinan-
kemungkinan masa yang akan dating. Untuk mengetahui corak, karakteristik maupun tipologi
ilmu Fiqh di masa klasik, masa kini, dan masa mendatang dapat dikaji dan ditelusuri dari
ilmu Sejarah Islam dan Sejarah Hukum Islam, yang biasa dikenal dengan Tarikh al-Tasyri’.
Perputaran masa atau zaman memberikan data dan fakta. Data dan fakta ini dicari
latar belakangnya serta ditelusuri kandungan maknanya, lalu dipahami informasi, substansi
dan esensinya, sehingga dapat ditemukan pesan dan hikmah tentang syari’ah dalam Fiqh.
Penerapan ajaran ilmu fiqh akan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang
dihadapi dengan tetap memperhatikan metodologi ilmu Fiqh yaitu ushul Fiqh dan kaidah-
kaidah Fiqhiyah.

Dari Tarikh al-Tasyri’ kita dapat mengetahui mengenai pasang surutnya ilmu fiqh dan
bagaimana penerapannya diberbagai daerah di dunia Islam. Singkat kat, hubungan ilmu Fiqh
dengan ilmu Sejarah (Tarikh al-Tasyri’) ibarat bangunan dan bayangannya, bayangan
tersebut selalu mengikuti bangunannya.

2.4 Ilmu Bahasa

Ilmu Fiqh membutuhkan ilmu Bahasa, khususnya Bahasa Arab. Sebab di dalam ilmu
Fiqh dikaji tentang dalil-dalil hokum berupa nash-nash Al-Quran dan Sunnah. Untuk
memahami dalil-dalil syara’ tersebut dibutuhkan ilmu Bahasa Arab yang meliputi arti dan
makna kata, susunan dan struktur kata, dan lainnya.

Bahkan ilmu Bahasa merupakan salah satu syarat yang mesti dimiliki dan dikuasai
oleh seorang ahli Fiqh dan Mujtahid untuk berijtihad mengeluarkan hukum dan dalil-dalil
atau nash-nash Al-Quran dan Sunnah, disamping ilmu yang lainnya.

2.5 Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadits

Untuk mengetahui kandungan Alquran dan Sunnah sebagai sumber ilmu Fiqh,
seorang ahli Fiqh perlu memahami juga ilmu Tafsir dan ilmu Hadits. Sebab kedua ilmu ini
membahas tentang berbagai aspek penting berkaitan dengan Alquran dan Sunnah.

Dalam ilmu Tafsir, perlu diketahui model dan bentuk penafsiran terhadap Alquran,
baik yang berkenaan dengan penafsiran bisa al-ma'tsur maupun yang berkenaan dengan
penafsiran bisa al-ma'tsur terhadap nash-nash Alquran, serta penafsiran tekstual dan
kontekstual nya.

Berkaitan dengan ilmu Hadits, perlu diketahui gadis-gadis yang tidak dapat dijadikan
sandaran hukum terutama dalam hal ibadah mahdhah, seperti hadis dha'if, hadis mawdhu'
(palsu), dan hadis isra'iliyat yang cenderung berbicara tentang dongeng-dongeng.
2.6 Ilmu Perbandingan Madzhab (Muqaranat Al-Madzhab)

Perbandingan madzhab ini lebih tepat disebut sebagai cara mempelajari fiqh dengan
membandingkan antara satu madzhab dengan madzhab lainnya. Prosesnya adalah sebagai
berikut : "Pertama kali disebutkan masalahnya dan hukum masalah tersebut dari setiap
madzhab. Kemudian dikemukakan dalil-dalilnya dan cara ijtihad nya yang mengakibatkan
perbedaan hukum dari setiap imam madzhab. Selanjutnya ditelaah dan dianalisis dalil-dalil
tersebut dari segala aspeknya yang berkaitan dengan penarikan hukum. Terakhir disimpulkan
hukumnya yang paling tepat".

Cara itu akan meluaskan wawasan kita tentang Fiqh dan menambah cakrawala
pemikiran tentang cara-cara yang ditempuh oleh para Imam madzhab dan ijtihadnya. Pada
gilirannya kita akan memiliki sikap terbuka dalam mengahadapi perbedaan pendapat para
ulama. Tidak fanatik madzhab dan tidak sinis kepada madzhab. Mengatasi jasa dan karya
para ulama secara wajar yang dijadikan modal untuk pedoman menuju masa depan yang
lebih baik. Sikap keterbukaan ini sangat penting dalam menciptakan ukhuwah islamiah dan
persatuan umat. Didampingi itu mempelajari ilmu fiqh dengan cara muqaranat madzhab
Insya Allah kita akan mengetahui mana diantara pendapat-pendapat itu yang lebih kuat dan
mana yang lemah, bahkan tidak mustahil akan timbul pendapat baru yang mendekatkan
pendapat-pendapat yang ada, serta mengetahui mana diantara pendapat-pendapat tersebut
yang paling maslahat untuk diterapkan dalam masyarakat.

2.7 Falsafah Hukum Islam


Menurut A. Djazuli ( Dalam Saifudin Nur, M.Ag : 28 ), Falsafah Hukum Islam
mengungkapkan tabit rahasia, makna, hikmah dan nilai-nilai yang terkandung dalam Ilmu
Fiqh, sehingga kita dapat melaksanakan syari’at Islam dibarengi dengan pemahaman,
kesadaran, dan kearifan yang tinggi.

Dengannya, kita dapat membedakan hukum yang kekal dan tidak berubah-ubah
sepanjang waktu yang mengarahkan kehidupan manusia secara keseluruhan dengan hukum
yang mungkin dapat berubah sesuai dengan perbedaan waktu, tempat, keadaan, kebiasaan,
dan kemanfaatan. Hal ini menjamin diraihnya kebebasan manusia yang bertanggung jawab di
dalam hidupnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagaimana diketahui, dua sumber hukum utama dalam Islam adalah Alquran yang
memiliki 114 surat dan 6236 ayat serta hadits yang jumlahnya ribuan. Bagi Allah sebagai
pembuat hukum, segala sesuatu telah jelas.

Namun pemahaman manusia tidaklah sempurna, sehingga dibutuhkan penjelas agar pesan
yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dengan sebenar-benarnya. Di sinilah peran
faqih atau orang yang ahli dalam fiqih untuk menjelaskan maksud dan kehendak Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Hubungan Ilmu Fiqih dengan Ilmu Lainnya - Rijal's Blog (rijalhabibulloh.com)

Anda mungkin juga menyukai