Anda di halaman 1dari 1

Analisis masalah rentan miskin difokuskan pada

persoalan pendapatan dari penangkapan ikan sebagai


dasar pendapatan masyarakat di daerah perairan
(Kampung Tanjung Batu)

MISKIN

pohon masalah 1
RENTAN Text
Name: ________________________ MISKIN
Date: _________________________
PENDAPATAN
FAKTOR CUACA TIDAK
MENENTU
BBM MAHAL

KEMAMPUAN SDM DI ONGKOS


BELUM ADA ATURAN BANYAK
DAERAH PERAIRAN TENTANG ZONA MELAUT
(KAMPUNG) UNTUK PENANGKAPAN PELAYAN TINGGI
MEMBUAT INOVASI ALAT TANGKAP
MAHAL
KURANGNYA PEMBINAAN
TERHADAP PELAKU RENDAHNYA PENANGKAPAN
PEMBOMAN IKAN PENGAWASAN IKAN TIDAK RAMAH
KAWASAN LAUT LINGKUNGAN PENGHASILAN PENGELUARAN
PENAMPUNG IKAN HASIL
BERKURANG BANYAK PERAWATAN
BOM
KAPAL MAHAL

UMKM TIDAK TIDAK ADA ALAT TANGKAP


ALAT CANGGIH
MERATA KREDIT TRADISIONAL

KEMAMPUAN SDM TIDAK ADA


DI KAMPUNG UNTUK RUMPON
MEMBUAT INOVASI

Penjelasan:

Merujuk pada analisis rentan miskin yang dikembangkan masyarakat tampak bahwa ada bebearpa faktor yang tidak
dapat diselesaikan oleh Pemerintah Kampung seperti faktor cuaca dan faktor BBM karena kedua faktor tersebut di luar
kemampuan dan kewenangan pemerintah kampung. Oleh karena itu, kedua faktor ini tidak akan dibahas lebih lanjut.

Terlepas dari kedua faktor tersebut, hasil analisis pohon masalah terkait masalah rentan miskin dapat menunjukkan
adanya 3 kelompok masalah yang menyebabkan rentan miskin di daerah perairan (Kampung Tanjung Batu) yaitu :

Kurangnya pendapatan karena banyaknya pesaing yang menggunakan alat penangkapan lebih canggih dan terbatasnya
akses nelayan untuk memperoleh modal. Wilayah perairan Tanjung Batu dapat diakses oleh banyak orang baik itu nelayan
di sekitar kecamatan Pulau Derawan maupun dari Tanjung Redeb. Sayangnya nelayan tidak memiliki rumpon yang bisa
dijadikan sarang ikan karena pembuatan rumpon mahal dan tidak ada dana untuk pembuatan rumpon tersebut.
Lemahnya kemampuan masyarakat untuk mengelola keuangan keluarga. Sama seperti telah dijelaskan pada artikel
sebelumnya, pendapatan masyarakat nelayan sebenarnya bisa dikatakan besar, bahkan melebihi angka UMP yang
ditetapkan Pemerintah Provinsi Kaltim. Akan tetapi penghasilan dan hasil tangkapan ikan ini selalu habis dikonsumsi
pada hari itu juga tanpa ada tabungan dan investasi dalam jumlah yang cukkup. ? Jika sudah tidak punya uang, nelayan
baru pergi ke laut mencari ikan. Laut seperti ATM ?, kata Basri seorang nelayan yang menjadi informan kunci dalam kajian
ini.
Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan serta lemahnya pengawasan dan aparat terhadap praktik
penggunaan alat menangkap ikan yang ramah lingkungan. Salah satu alat penangkap ikan yang tidak ramah dan masih
sering digunakan nelayan adalah bom. Dampak penggunaan bom untuk menangkap ikan tidak terbatas pada ikan tetapi
juga merusak terumbu karang, tumbuhan dan biota laut lainnya sehingga membahayakan lingkungan hidup dan
kelestarian sumber pendapatan masyarakat nelayan sendiri dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai