Prinsip Prinsip Good Governance Dalam Tata Kelola Kepemerintahan Desa Studi Di Desa Natar Bandar
Prinsip Prinsip Good Governance Dalam Tata Kelola Kepemerintahan Desa Studi Di Desa Natar Bandar
DESA
(Studi di Desa Natar Bandar Lampung)
Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan
bangsa dan negara. Semenjak adanya krisis ekonomi yang terjadi telah memberikan
dampak positif dan negatif bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Di suatu sisi krisis tersebut telah membawa dampak yang luar biasa pada tingkat
kemiskinan, namun di sisi lain krisis tesebut juga membawa berkah tersembunyi bagi upaya
peningkatan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia di masa yang akan datang. Pemerintahan
pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidak dimaksudkan
untuk melayani dirinya sendiri, kelompoknya, keluarganya, tetapi untuk melayani masyarakat
serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
mengembangkan kemampuan dan kretivitasnya demi mencapai tujuan bersama ( Rasyid
1998 : 139).
Efek dari buruknya tata kelola kepemerintahan terlihat dari tingkat kemiskinan yang relatif
masih tinggi, pengangguran, gizi buruk, rendahnya kualitas pelayanan publik, serta
ketimpangan antar kalangan masyarakat yang semakin nyata. Salah satu ketimpangan itu
adalah kemewahan yang diberikan kepada wakil rakyat yang umumnya tak mewakili
rakyatnya yang notabene semakin susah didera kerasnya kehidupan. Government menjadi
baik atau buruk dikarenakan governancenya (tata kepemerintahannya). Karena itu muncullah
istilah good governance (tata kepemerintahan yang baik), dan sebaliknya muncul pula istilah
bad governance (tata kepemerintahan yang buruk). Pemerintah yang berfungsi baik adalah
pemerintah yang memiliki birokrasi berkualitas tinggi, sukses dalam menyediakan layanan
publik yang esensial, dapat mengelola anggaran negara yang efektif, tepat sasaran dan
betul-betul untuk mensejahterakan rakyat, serta demokratis.
Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Berdasarkan UU No. 32
Tahun 2004 perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, kaur-kaur, dan kepala wilayah
(kadus). Dalam menjalankan otonomi daerahnya, pemerintah daerah di tuntut untuk
menjalankan roda pemerintahan secara efisien dan efektif, mampu mendorong peran serta
masyarakat dalam pembangunan serta peningkatan pemerataan dan keadilan dengan
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Ketentuan umum
Pelaksanaan UU No.22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004 dan diperbaharui lagi UU
No.12 tahun 2008 yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah wewenang daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Peranan kelembagaan desa (pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan lembaga
kemasyarakatan desa) di Indonesia dalam rangka penyusunan dan implementasi kebijakan
berkaitan erat dengan pembangunan, pemerintahan, pengembangan kemasyarakatan. Pada
era reformasi hal tersebut semakin menguat dibandingkan era orde baru. Perubahan ini
sejalan tuntutan dan kebutuhan perubahan paradigma pembangunan dan pemerintahan
abad 21, baik dalam lingkungan intra dan ekstra sosial.
Pemberian otonomi daerah tidak berarti permasalahan bangsa akan selesai dengan
sendirinya. Otonomi daerah tersebut harus di ikuti dengan serangkaian reformasi di sektor
publik. Dimensi sektor publik tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, akan
tetapi mencakup perubahan alat-alat yang di gunakan untuk mendukung berjalannya
lembaga-lembaga tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel
sehingga cita- cita reformasi yaitu menciptakan good governance benar-benar tercapai.
Dalam era reformasi sekarang ini mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance)
menjadi sesuatu hal yang tidak dapat ditawar lagi keberadaanya dan mutlak terpenuhi.
Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik meliputi antara lain : (1) akuntabilitas (accountability)
yang di artikan sebagai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya; (2)
keterbukaan dan transparansi (openness and transparency) dalam arti masyarakat tidak
hanya dapat mengakses suatu kebijakan tetepi juga ikut berperan dalam proses
perumusannya; (3) ketaatan pada hukum, dalam arti seluruh kegiatan di dasarkan pada
aturan hukum yang berlaku dan aturan hukum tersebut dilaksanakan secara adil dan
konsisten; (4) partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pemerintahan umum dan
pembangunan.
Reformasi sektor publik yang di sertai tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena
global. Tuntutan demokrasi tersebut menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas
menjadi hal penting di pengelolaan pemerintah termasuk dibidang pengelolaan Keuangan
Negara sehingga mempermudah proses pengembangan dan modernisasi lingkungan legal
dan regulasi untuk pembaharuan paradigma di berbagai bidang kehidupan. Bersama dengan
reformasi dari sistem kearah yang lebih demokratis, perkembangan dari ekonomi
pengarahan (plan) ke ekonomi pasar, berkembang pula pemikiran tentang good governance,
kepentingan (pengurusan pemerintahan) yang baik (Sofyan Effendi).
Pada umumnya good governance dengan pemerintahan yang bersih. Disini diajukan suatu
pemikiran awal, tentang good governance sebagai paradigma baru administrasi / manajemen
pembangunan. Good Governance adalah suatu bentuk manajemen pembangunan, yang
juga disebut administrasi pembangunan. Administrasi Pembangunan / Manajemen
Pembangunan menempatkan peran pemerintah sentral. Pemerintah menjadi agent of
change dari suatu masyarakat berkembang dalam negara berkembang. Dalam Good
Governance tidak lagi pemerintah, tetapi juga citizen, masyarakat dan terutama sektor
usaha/swasta yang berperan dalam governace. Jadi ada penyelenggara pemerintah,
penyelenggara swasta, bahkan oleh organisasi masyarakat (LSM misalnya). Ini juga karena
perubahan paradigma pembangunan dengan peninjauan ulang peran pemerintah dalam
pembangunan, yang semula bertindak sebagai regulator dan pelaku pasar. Menjadi
bagaimana menciptakan iklim yang konduktif dan melakukan investasi prasarana yang
mendukung dunia usaha.
Good Governance oleh karena itu dimaksud untuk mendukung proses pembangunan yang
empower sumber daya dan pengembangan institusi yang sehat menunjang sistem produksi
yang efisien oleh semua unsur governance. Good Governance atau tata pemerintahan yang
baik, merupakan bagian dari paradigma baru yang berkembang dan memberikan nuansa
yang cukup mewarnai terutama pasca krisis multi dimensi seiring dengan tuntutan era
reformasi.
Ada tiga komponen yang terlibat dalam governance, yaitu pemerintah, dunia usaha (swasta,
commercial society), dan rakyat pada umumnya (termasuk partai politik). Hubungan
ketiganya harus dalam posisi sejajar dan saling control. Bila salah satu komponen lebih tinggi
daripada yang lainnya, maka akan terjadi dominasi kekuasaan atas dua komponen lainnya.
Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan prasyarat bagi
setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-
cita bangsa. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna,
bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana
diamanatkan dalam Tap MPR RI Nomor XI / MPR / 1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme, maka diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang tata cara penyusunannya diatur dalam
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 589 / IX / 6 / Y / 99 tentang
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan
Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239 / IX / 6 / 8 / 2003 tentang Perbaikan
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Karenanya good
governance menuntut keterlibatan seluruh elemen yang ada di masyarakat. Ini hanya bisa
jika pemerintahan itu dekat dengan rakyat. Maka sangat cocok dengan sistim desentralisasi
dan otonomi daerah sebagaimana yang diterapkan di Indonesia sekarang ini.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pemerintahan
1. Definisi Pemerintahan
Pemerintah (government) secara etimologis berasal dari kata Yunani, kubernan atau
nahkoda kapal, artinya menatap ke depan. Sedang memerintah berarti melihat ke depan,
menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan
masyarakat- negara, memperkirakan arah perkembangan masyarakat pada masa yang
akan datang , dan mempersiapkan langkah – langkah kebijakan untuk menyongsong
perkembangan masyarakat ke tujuan yang ditetapkan. Sementara, yang dimaksud
dengan pemerintahan adalah menyangkut tugas dan kewenanangan, sedangkan
pemerintah adalah aparat yang menyelenggarakan tugas dan kewenangan negara.
(Surbakti, 1992:167-168).
Mariun dalam Surbakti, 1992:168) pemerintahan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu dari
segi kegiatan (dinamika), struktur fungsional, dan dari segi tugas dan kewenangan.
Ditinjau ndari segi dinamika, pemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha yang
terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada dasar Negara,
mengenai rakyat dan wilayah Negara itu demi tercapainya tujuan negara. Ditinjau dari segi
structural fungsional, pemerintahan berarti seperangkat fungsi negara, yang satu sama
lain berhubungan fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar tertentu demi
tercapainya tujuan negara. Lalu, ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan Negara maka
pemerintahan berarti seluruh tugas dan kewenangan negara.
Disamping itu, kekuasaan yudisial juga bertugas untuk memutus didalam suatu sengketa
sipil yang oleh pihak – pihak yang diserahkan kepada pengadilan untuk diputus.
Sedangkan kekuasaan eksekutif meliputi pelaksanaan dari ketentuan – ketentuan hukum
yang berlaku di dalam Negara. Pelaksana kekuasaan eksekutif itulah yang dimaksud
dengan “pemerintahan dalam arti sempit”.
Fungsi pmerintah yang dirumuskan dalam klasifikasi Irving Swerdlow adalah sebagai
berikut:
Pertama, fungsi yang pailing sederhana dengan tingkat keaktifan yang paling rendahll yaitu
melakukan fungsi administraasi. Fungsi pemerintah cenderung pasif hanya melaksanakan
pekerjaan administrasif, mencatat statistic dan menyimpang asrsip. Kedua, fungsi arbitrasi
dan regulasi. Disini pemerintah mulai aktif. Pemerintah menerapkan kekuasaan sebagai
polisi dan menyelesaikan persengketaan antar berbagai kelompok dalam masyarakat dan
mencoba mengendalikan kegiatan kelompok – kelompok masyarakat sehingga tidak
menimbulkan konflik terbuka. Ketiga, peran pemerintah mulai aktif dalam kehidupan
ekonomi dengan menerapkan pengendalian moneter dan fiskal. Pemerintah aktif
memperngaruhi pasar konsumen, volume uang yang beredar dalam masyarakat dan
pasokan capital. Misalnya, member subsidi suku bunga uang rendah agar investor tertarik
melakukan investasi, menetapkan anggaran belanja negara, mendapatkan pajak progresif
demi pemerataan. Keempat, fungsi pemerintah yang paling aktif adalah melakukan tindakan
langsung. Negara menggunakan sumber dayanya untuk langsung menangani kegiatan
ekonomi maupun militer. Kalu suatu komoditi dinilai sangat strategis begi kepentingan
nasional, pemerintah turun tangan langsung dalam bisnis komoditi itu. Fungsi – fungsi
pemerintah tersebut berkembang menjaid instrumen kekuasaan untuk mengintervensi
kegiatan masyarakat (Mochtar Mas’ed, 2003;72-75).
d. Menyediakan beragam hal untuk memenuhi kebutuhan warga negara termasuk bentuk
– bentuk keamanan dan kesejahteraan kolektif;
f. Menjaga keamanan social melalui control sarana kekerasan dan melalui penetapan
kebijakan;
i. Memainkan peran ekonomi secara langsung sebagai pemberi kerja dalam intervensi
makro dan mikro serta menyediakan infrastuktur;
j. Membudayakan masyarakat dan pemerintah serta merefleksikan nilai dan norma yang
berlaku secara luas, tetapi juga bisa membantu membentuk nilai dan norma tersebut
dalam sistem pendidikan dan sistem – sistem lainnya;
k. Mendorong aliansi regional dan transnasional serta meraih sasaran secara global.
Menurut Van Braam (dalam Soewargono, 1995:27-28) fungsi utama pemerintahan adalah
“regeren” yaitu menetapkan kebijaksanaan – kebijaksanaan dalam rangka menggalang
kekuatan – kekuatan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan negara. Dalam fungsi ini
mengandung tiga aspek yang berkaitan dengan kegiatan memerintah yaitu:
a. Aspek Material
Yaitu memerintah berarti menetapkan kebijaksanaan atau keputusan – keputusan yang
sifatnya mengikat, disebut dengan keputusan – keputusan publik.
b. Aspek Formal
Yaitu memerintah berarti membuat keputusan – keputusan politik yang disebut dengan
keputusan administrative. Keputusan administrative ini dijabarkan dari keputusan –
keputusan politis, namun telah dilepaskan dari agenda politik atau keputusan yang telah
mengalami “depolitisasi” dan selanjutnya mengalami teknisasi.
c. Aspek Politik
Yaitu memerintah berarti melaksanakan kekuasaan yakni kekuasaan yang diberikan
oleh negara. Di dalam negara demokrasi, kekuasaan negara berasal dari rakyat,
sehinga aparat penyelenggara negara berarti melaksanakan kekuasaan yang diberikan
oleh rakyat.
B. Tinjauan Good Governance
Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara
negara, sektor swasta, dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah kepemerintahan
yang mengembangkan dan menerapkan prinsip – prinsip profesionalitas, akuntabilitas,
transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan
dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Menurut Bob Sugeng Handiwinata, asumsi dasar good governance haruslah menciptakan
sinergi antara sektor pemerintah (menyediakan perangkat aturan dan kebijakan), sektor
bisnis (menggerakkan roda perekonomian) dan sektor civil society (aktivitas swadaya guna
mengembangkan produktivitas ekonomi, efektivitas, dan efesiensi. (Bob Sugeng
Handiwinata:2007).
Syarat bagi terciptanya good governance yang merupakan prinsip dasar, meliputi:
1. Partisipatoris
Yakni setiap pembuatan peraturan dan/ atau kebijakan selalu melibatkan unsur
masyarakat (melalui wakil – wakilnya)
3. Transparansi
Yakni adanya ruang kebebasan untuk memperoleh informasi public bagi warga yang
membutuhkan (diatur oleh undang – undang). Ada ketegasan antara rahasia negara
dengan informasi yang terbuka untuk publik.
5. Konsensus
Yakni jika ada perbedaan kepentingan yang mendasar di dalam masyarakat,
penyelesaian harus mengutamakan cara dialog / musyawarah menjadi konsensus.
6. Persamaan hak
Yakni pemerintah harus menjamin bahwa semua pihak tanpa terkecuali, dilibatkan di
dalam proses politik, tanpa ada satu pihak pun yang di kesampingkan.
8. Akuntabilitas
Yakni suatu perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintahan untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya,
implimentasi akuntabilitas dilakukan melalui pendekatan strategis yang akan
mengakomodasi perubahan – perubahan cepat yang terjadi pada organisasi dan
secepatnya menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, sebagi antisipasi
terhadap tuntutan pihak – pihak yang berkepntingan.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengertian
penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau meluruskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
B. Fokus Penelitian
Kontardiksi yang sangat menonjol antara konsep dan kenyataan yang ada, membawa
penelitian untuk memfokuskan masalah penelitian kepada Penerapan Prinsip – Prinsip Good
Governance Dalam Tata Kelola Pemerintahan di Desa Natar, Bandar Lampung. Apa yang
sudah dilakukan oleh perangkat desa Natar, untuk mendukung penerapan good governance
dan apa saja kendala yang dihadapai dalam pelaksanaannya.
C. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada desa Natar, Bandar Lampung. Peneliti memilih
desa Natar didasarkan oleh lokasi yang menurut peneliti dekat dengan pusat pemerintahan.
1. Jenis Data
b. Data sekunder yaitu data yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam
analisis data primer. Data sekunder dapat berupa dokumen-dokumen tertulis dan
bahan sebagai analisis utama dari kenyataan analisis data.
2. Sumber Data
a. Informan
Adalah sumber data primer yang dipilih berdasarkan keterlibatannya dalam Penerapan
prinsip – prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan di Desa Natar,
Bandar Lampung. Informan yang dipilih terdiri atas :
i. Informan yang dipilih secara purposif oleh peneliti sebagai informan utama (key
informan).
ii. Teknik snowball sampling yaitu teknik pengambilan sample dengan bantuan key
informan dan dari informan ini akan berkembang sesuai petunjuknya (Subagya,
1997:31).
b. Dokumen
Adalah berbagai dokumen dari Balai desa yang bertanggung jawab dalam hal
penerapan good governance mengenai program kerja dan data-data apa saja yang
sudah dilakukan sebagai bahan penunjang atau pendukung.
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang memegang peranan penting dalam suatu
kegiatan penelitian. Pengumpulan data harus disusun secara sistematis agar data yang
diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
f. Wawancara
Adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama wawancara adalah kontak
langsung dengan tatap muka (face to face finding) antara pencari info (interview)
dengan sumber alat pengumpul data dengan menggunakan Tanya jawab antara pencari
info dengan sumber informasi ( Nawawi, 2001:111).
g. Observasi
h. Reduksi Data
G. Keabsahan Data
Beberapa teknik yang digunakan untuk memeriksa kredibilitas data hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Pemerikasaan keteralihan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik uraian rinci (thick description), yaitu dengan melaporkan hasil penelitian
seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan.
Untuk menjamin kebergantungan dan kepastian data hasil penelitian maka perlu
dipadukan kriteria ketergantungan dan kepastian. Cara yang akan dipakai adalah audit
trail. Yakni catatan pelaksanaan seluruh proses dan hasil studi diklasifikasikan terlebih
dahulu, yang meliputi : data mentah (seperti catatan lapangan, foto, dokumen tertulis),
data yang direduksi dan hasil (ikhtisar catatan, teori, konsep), rekonstruksi data dan
hasil sintesis(tema, definisi, dan hubungannya), catatan tentang proses
penyelenggaraan (catatan metode), bahan yang berkaitan dengan maksud dan
keinginan (usulan penelitian, catatan pribadi), dan informasi tentang pengembangan
instrument (formulir, jadwal).
BAB IV
Desa Natar yang masih merupakan hutan belantara dibuka pada tahun 1803
dipimpin oleh dua orang bersaudara yaitu: Tuan Raja Lama dan Tuan Dulu Kuning,
keduanya termasuk salah satu keturunan Ratu Balau. Pada masa Ratu Balau
sedang jaya, wilayahnya berada dibukit Singgalang yaitu suatu bukit dekat Way
Lunik antara Teluk Betung Panjang. Pada mulanya kurang lebih tahun 1801
masuklah pemerintah penjajah Belanda kedaerah Lampung, tujuan Belanda antara
lain ingin menguasai atau merebut Keratuan Balau. Tetapi semau keturunan dan ahli
waris Ratu Balau tidak mau dijajah oleh Belanda pada masa itu kemudian Ratu
Balau sempat melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, namun karena
merasa tidak mungkin mampu melawan penjajah Belanda, maka keturunan dan ahli
waris ketururnan Balau terpaksa mengungsi ketempat lain, sebagian pindah dan
menetap di Desa Kediaman sekarang, dan yang sebagian lagi pindah dan menetap
di Natar sekarang. Jadi pada waktu itu ada dua tempat yang dijadikan untuk
mengungsi dari gangguan para penjajah Belanda.
Adapun nama Natar, diberi atas kesepakatan dan persetujuan dari dua orang
bersaudara tersebut diatas, karena pada waktu itu setelah dicari kesana kesini lokasi
yang tepat dan cocok untuk tempat tinggal akhirnya ditemukanlah daerah yang rata,
yaitu stasiun PJKA sampai Way Rumbay sekarang. Maka dalam bahasa daerah
Ratu sama dengan datar atau natar. Setelah hutan belantara itu dibuka oleh para
keturunan Keratuan Balau, semakin lama penduduk semakin bertambah
dikarenakan semakin banyaknya para pendatang dari daerah lain yang ingin
menetap atau tinggal di Natar untuk melakukan roda kehidupan. Dengan adanya hal
tersebut maka diundanglah para penyimbang-penyimbang adat Pepadun, yaitu
Pubian Telu Suku guna menghadiri peresmian kampung Natar pada tahun 1811.
sebagai tanda peresmian dan sekaligus penghormatan kepada penyimbang-
penyimbang adapt Pubian Telu Suku, maka Tuan Raja Lama dan Tuan Dulu Kuning
beserta semua ahli warisnya memotong kerbau sebanyak 41 ekor.
Selain itu untuk lebih jelas diketahui bahwa yang turut serta membuka Desa Natar
atau kampung Natar itu adalah terdiri dari suku-suku sebagai berikut:
Dalam ketentuan administratif pemerintah waktu itu Desa Natar adalah merupakan
Bandar Natar, pada tahun 1925 berubah menjadi Distrik IV Natar, dan pada tahun
1945 berubah lagi menjadi Asisten Wedana Natar, kemudian tahun 1960 berubah
menjadi Kecamatan Natar. Namun untuk lokasi pembangun kantor camat yaitu di
Merak Batin, karena ditempat itu ada tanah bekas asing yaitu Cina.
Wilayah Desa Natar ini dibatasi oleh 4 Desa lainnya, yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Desa Merak Batin, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pemanggilan,
kemudian disebelah timur berbatasan dengan Desa Merak Batin dan Sidosari, dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Negeri Sakti dan Negeri Ratu. Adapun
mengenai luas wilayah Desa Natar mempunyai luas kurang lebih 1615 hektar.
Masyarakat desa Natar rata-rata bekerja pada sektor perkebunan, peternakan dan
menjadi pedagang atau buruh bangunan. Dimana lahan perkebunan sangatlah luas.
Dalam sejarah kepemimpinan di Desa Natar, sudah beberapa kali terjadi pergantian
Kepala Desa, yaitu:
Wilayah Desa Natar ini dibatasi oleh 4 Desa lainnya, yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Desa Merak Batin, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pemanggilan,
kemudian disebelah timur berbatasan dengan Desa Merak Batin dan Sidosari, dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Negeri Sakti dan Negeri Ratu. Adapun
mengenai luas wilayah Desa Natar mempunyai luas kurang lebih 1615 hektar.
Penelitian ini difokuskan pada Dusun 1 Desa Natar yang kepala dusunnya adalah
bapak Zakaria. Masyarakat desa Natar khususnya Dusun 1 sebagian besar
penduduknya adalah suku Lampung. Pada umumnya masyarakat desa Natar untuk
memenuhi kebutuhannya mereka bekerja sebagai buruh. Dilihat dari pekerjaanya
dan hasil wawancara penulis dengan masyarakat dapat disimpulkan bahwa
masyarakat desa Natar dusun 1, tingkat kesadaran mereka terhadap pendidikan
masih kurang. Hal itu mungkin disebabkan tingkat ekonomi yang rendah dan
rendahnya tingkat kesadaran terhadap pentingnnya pendidikan. Tetapi jika dilihat
dari struktur bangunan rumah masyarakat setempat dapat dikatakan tingkat ekonomi
mereka sudah cukup baik dibuktikan dengan bentuk bangunan yang sebagian besar
sudah permanen.
Menurut data yang kami dapat, Desa Natar berpenduduk dengan jumlah total 14.368
jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 7189 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
7178 jiwa. Dengan kepadatan penduduk 872 per km. Desa Natar rata-rata bekerja
pada sektor perkebunan, peternakan dan menjadi pedagang atau buruh bangunan.
Desa Natar dipimpin oleh seorang kepala desa yaitu bapak M. Arif. S. Pd.I. Dalam
pelaksanaan roda pemerintahan kepala desa dibantu oleh para perangkat desa
yang terdiri atas: sekdes, beberapa kepala urusan (KAUR) dan beberapa kepala
dusun. Berikut bentuk struktur pemerintahan desa Natar.
- Bendahara : Suharyati
Anggota BPD 10 orang : Syi Armi Tambuh, Syamsul Hadi, Musnawi BBA,
Ali Gatmir, Syahrini L, S. Poniman, Marsudi,
Harto, Baheran dan Suratno
Oleh karena itulah sejak proklamasi kemerdekaan, kita lihat pemerintah beberapa
kali membentuk undang-undang tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan-
perubahan terlihat karena masing-masing undang-undang menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi waktu terjadinya sehingga akhir terbentuk Undang-
undang No. 5 Tahun 1974.
Alasan sosioligis, yaitu karena situasi dan kondisi masyarakat yang semakin
berkembang
Daerah Tingkat II
Wilayah kecamatan
Yang apabila dipandang perlu dapat pula dibentuk kota administratif diatas wilayah
kecamatan.
2. Desentralisasi Pemerintahan
Desentralisasi adalah lawan kata dari sentralisasi, karena pemakaina kata “de”
dimaksudkan untuk menolok kata sebelumnya, jadi desentralisasi adalah
penyerahan segala urusan, baik pengaturan dalam arti pembuatan perundang-
undangan, maupunpenyelenggarahan pemerintahan itu sendiri, dari pemerintahan
pusat kepada pemerintahan daerah, untuk selanjutnya menjadi urusan rumah
tangga pemerintah daerah tersebut.
Menurut UU No. 5 Tahun 1974 yang dimaksud pemerintah derah adalah kepala
daerah beserta seluruh aparatnya seperti sekretaris daerah yang membawahi
sebuah secretariat daerah, ditambah dengan dinas-dinas daerah yang ada di daerah
tersebut sebagai aparat eksekutif. Sedangkan sebagai aparat legislatifnya adalah
dewan perwakilan daerah, baik Tk I maupun Tk II sesuai tingkatan masing-masing.
1. Meringankan beban, karena aparat Pemerintahan Pusat tidak perlu lagi jauh-
jauh ke daerah dimana aparat daerah sudah difungsikan dengan baik.
8. Tepat untuk penduduk yang beraneka ragam, karena pemerintah tidak perlu
lagi memaksakan uniformitas (di samping itu kebhinekaan adalah
kedigjayaan).
10. Unsur individu menonjol pengaruhnya, karena setiap person (individu) yang
memililki keahlian didaerahnya, akan segera terlihat.
12. Keinginan bersaing dengan daerah lain, karena masyarakat termotivasi untuk
mengejar ketinggalan dibandingkan daerah lain yang lebih maju, dan
keinginan ini keluar dari kesadarannya sendiri.
13. Kepengurusan yang berbelit-belit terhindarkan, karena setiap urusan dapat
diselesaikan di daerah masing-masing(hasil dari pendelegasian wewenang
kepengurusan secara menyeluruh).
14. Timbul jiwa korzak kedaerahan, karena setiap daerah yang berhasil dalam
pembangunan, akan memperdalam kecintaannya kepada groupnya
(daerahnya).
19. Mengurangi keungkinan tantangan dari elit local terhadap pemerintah pusat,
karena kebutuhan mereka untuk ikut berpartisipasi selama ini terpenuhi
20. Menciptakan administrasi yang relatif lebih fleksibel, innovatif dan kreatif,
karena dalam rangka kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut muncul
kreasi, keinginan untuk maju berkembang serta luwes dalam menyelesaikan
permasalahan kedaerahan.
3. Sentralisasi Pemerintahan
Tetapi perlu diingat bahwa dekonsentrasi tidak terlalu tepat diidentikkan dengan
sentralisasi, karena konsentrasi itu sendiri identik dengan sentralisasi, jadi
dekonsentrasi bahkan berlawan dengan sentralisasi, karena memang dekonsentrasi
itu adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada pejabatnya di
Daerah. Tetapi karena pelimpahan tersebut dari Pemerintah Pusat kepada pejabatnya
di Daerah sebagian untuk mengontrol dan menjaga timbulnya unsur kedaerahan,
maka dianggap sebagai imbangan desentralisasi.
1. Timbulnya rasa persatuan dan kesatuan yang kuat dan kokoh, karena
faham kebangsaan dan nasionalisme senantiasa digembar-gemborkan.
5. Penggunaan tenaga ahli yang berkualitas, karena para ahli dari semua
Daerah berkumpul di Pusat dan diseleksi kemampuannya.
7. Fungsi rangkap dapat ditekan, karena tenaga para ahli ter kumpul
dari Daerah pads Pemerintah Pusat, sehingga cukup banyak kemungkinan,
untuk menghindari jabatan rangkap.
15. Cocok untuk negara yang Bering berperang baik dengan negara
tetangga maupun peperangan di dalam Daerah sendiri, karena diperlukan
persatuan angkatan bersenjata dalam penghimpunan kekuatan militer.
18. Potensi nasional dapat diarahkan pads tujuan tertentu, karena segala
kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan ditentukan dan
direncanakan oleh Pemerintah Pusat sendiri.
a.Umum
Di muka telah di jelaskan bahwa sebagai kosekuensi dari pasal 18 undang undang
dasar 1945 yang kemudian diperjelas dalm garis garis besar haluan negara,
pemerintahan diwajibkan melaksanakan asas desentralisasi dalam menyelenggarakan
pemerintahan di daerah. Tetapi di samping asas desentralisasi dan asas dekosentrasi
undand undang ini juga memberikan dasar dasar bagi penyelenggara berbagai urusan
pemerintahan di daerah menurut asa tugas pembantuan.
b.Desentralisasi
Urusan urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah dalam rangka
pelaksanaan asa desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab
daerah sepenuhnya dalam rangka hal ini prakarsa sepenunnya diserahkan kepada
daerah baik yang menyangkut segi segi pembiayaan. Demikian pula perangkap
pelaksanaan adalah perangkat daerah itu sendiri yaitu terutama dinas dinas daerah.
c.Dekosentrasi
Oleh karena itu semua urusan pemerintahaan dapat di serahkan kepada daerah
menurut asas desentrasi , maka penyelenggaran berbagai urusan pemerintahaan di
daerah di laksanaan oleh perangkat pemerintah di daerah berdasarkan asas
desentralisasi. Urusan utrusan yang di limpahkan pemerintah kepada pejabat pejabat di
daerah menurut asas dekosentrasi ini tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
baik mengenai perencanaan ,pelaksanaan maupun pembinaan. Unsur pelaksanaan
adalah terutama instansi instansi vertikal yang di koordinasikan oleh kepala daerah
dalam kedudukannya selaku perangkat pemerintah pusat, tetapi kebijaksanaan urusan
dekosentrasi tersebut sepenuhnya di tentukan oleh pemerintah pusat.
d.Tugas Pembantuan
Di muka telah disebutkan bahwa tidak semua urusan Pemerintah dapat diserahkan
kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Jadi beberapa urusan pemerintahan
masih tetap merupakan urusan pemerintah pusat. Akan tetapi adalah berat sekali bagi
Pemerintahan pusat untuk menyelenggarakan seluruh urusan pemerintah di daerah
yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya itu atas dasar dekonsentrasi,
mengingat terbatasnya kemampuan perangkat pemerintah pusat di daerah. Dan juga
ditinjau dari segi dayaguna dan hasilguna adalah kurang dapat dipertanggung jawabkan
apabila semua urusan pemerintah pusat di daerah harus dilaksanakan sendiri oleh
perangkatnya di daerah karena hal itu akan memerlukan tenaga dan biaya yang sangat
besar jumlahnya. Lagipula mengingat sifatnya sebagai urusan sulit untuk dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa ikut sertanya pemerintah daerah yang bersangkutan.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut maka undang-undang ini memberikan
kemungkinan untuk dilaksanakan berbagai urusan pemerintah di daerah menurut asas
tugas pembantunya.
Tugas pemerintah desa adalah menyelenggarakan rumah tangga sendiri, di samping itu
ia dapat dibebani tugas-tugas pembantuan yang diberikan pleh instansi vertikal (garis
menegak) atau daerah otonom atasan. Desa adalah daerah otonom asli berdasarkan
hukum adat berkembang dari rakyat sendiri menurut perkembangan sejarah yang
dibebani oleh instansi atasan tugas-tugas pembantuan.
Secara tegas dinyatakan bahwa hak menyelenggarakan rumah tangga sendiri bagi
Pemerintahan Desa bukanlah hak otonomi sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah tetapi
mengatur Desa dari segi pemerintahannya yag berdasarkan Demokrasi Pancasila.
Tata kelola yang baik menuntut lebih dari sekedar kapasitas pemerintah yang memadai,
akan tetapi juga mencakup kaidah aturan yang menciptakan suatu legitimasi, kerangka
kerja yang efektif dan efisien dalam melaksanakan kebijakan publik. Tata kelola yang
baik berimplikasi pada pengelolaan urusan masyarakat dengan cara yang transparan,
akuntabel, partisipatif dan berkesetaraan.
Dari perspektif ini, kualitas tata-kelola direfleksikan dalam kapasitas pemerintah untuk
merancang, memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan yang tepat. Namun
demikian, merumuskan kebijakan yang baik adalah jauh lebih mudah dibandingkan
dengan mewujudkan kebijakan tersebut dalam praktiknya mengatasi permasalahan
dalam pembangunan. Hal ini bergantung tidak hanya kepada tujuan khusus
pembangunan apakah itu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan
mengurangi ketimpangan ekonomi, akan tetapi juga bergantung kepada konteks politik,
budaya dan sejarah serta kapasitas para penyelenggara negara.
Jika kita merujuk pada UU No. 5 Tahun 1974, dab juga defenisi tata kelola, dalam hal ini
desa Natar sudah dapat dikatakan sebagai salah satu desa yang sudah menerapkan
ketentuan yang tertuang dalam undang-undang tersebut. Setiap kebijakan yang dibuat
oleh pemerintahan desa dalam hal ini kepala desa beserta jajarannya, terlebih dahulu
melakukan musyawarah bersama-sama dibalai desa. Hal itu dimaksudkan agar setiap
kebijakan yang akan dibuat hendaknya mengakomodir semua kepentingan.
Penerapan prisif-prinsif good governace pada tata kelola pemerintahan desa Natar bisa
dikatakan sudah cukup baik. Jika kita kembali melihat tentang defenisi good governace
yaitu: Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif di
antara negara, sektor swasta, dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah
kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip – prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi,
efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Pemerintah yang berfungsi baik adalah pemerintah yang memiliki birokrasi berkualitas
tinggi, sukses dalam menyediakan layanan publik yang esensial, dapat mengelola
anggaran negara yang efektif, tepat sasaran dan betul-betul untuk kemaslahatan rakyat
kebanyakan, serta demokratis. Oleh karenanya, pemerintah sudah seyogyanya harus
berpacu dengan waktu dan berupaya untuk memperbaiki kualitas tata kelolanya
sehingga ancaman terwujudnya Indonesia sebagai negara yang gagal ( failed state )
tidak terjadi.
Menurut para warga desa Natar, semenjak desa tersebut dipimpin oleh M. Arif ,S.Pd. I.
Sebagai kepala desa, terdapat hal positif yang masyarakat rasakan. Sosialisasi M.
Arif ,S.Pd. I sebagai kepala desa sangat baik terhadap masyarakatnya, akibatnya terjalin
hubungan komunikasi antara kepala desa dengan para wagara. Komunikasi yang baik
menjadi salah satu factor penyebab ketidak seganan para warga desa Natar dalam
menyampakan saran dan kritik mereka kepada para aparat desa khususnya kepala
desa. Ketidak seganan warga dalam menyampaikan aspirasi mereka terhadap
pemrintahan desa menimbulkan suatu tindakan responsif para aparat desa dalam
menangulangi seluruh keluhan-keluhan masyarakat.
Selain hubungan komunikasi yang baik antara kepala desa dengan masyarakat, masih
ada beberapa factor lain yang mendukung terwujudnya penerapan good governace di
desa Natar. Transparansi para aparatur desa dalam pengadaan dan pengelolahan
APBDes, sehingga mimbulkan rasa kepercayaan masyarakat yang cujub baik terhadap
aparat desa setempat. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan setempat
sangat diperlukan, karena baik-buruknya tingkat partisipasi masyarakat terhadap
jalannya roda pemerintahan didukung oleh kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan setempat.
Kemudian factor lain yang menyebabkan baiknya roda pemerintahan desa Natar,
karena seluruh aparatur desa baik dari kepala desa, sekretaris desa dan para perangkat
lainnya adalah asli penduduk desa setempat atau pribumi setempat. Hal itu
menyebabkan, para aparatur sudah sangat dikenal dengan baik oleh para warga
setempat dan para aparatur desa benar-benar memiliki keinginan yang kuat dalam
membangunan desa mereka, karena ego kewiliyahan yang dimiliki oleh para aparatur.
Dari beberapa factor pendukung yang kami tulisakan tadi, ternyata masih belum bisa
mewujudkan penerapan good governace dalam tata kelola pemerintahan desa Natar
secara maksimal. Masih ada beberap faltor penghambat yang kami temui dilapangan.
Kemiskinan
Factor penghambat terbesar menurut kami adalah kemiskinan. Melihat dari pekerjaan
warga yang manyoritas bekerja sebagai buruh, baik buruh tani, buruh bangunan hingga
buruh pabrik. Menyebabkan warga sedikit malas untuk berpartisipasi dalam jalannya
roda pemerintahan setempat. Masyarakat lebih focus untuk bekerja ketimbang ikut aktif
dalam kegiatan pemerintahan
Tingkat pendidikan
Masyarakat desa natar mayoritas hanya mengenyam pendidikan pada tingkat sekolah
menengah pratama (SMP), sehingga dapat dikatakan tikatakan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat desa natar masih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah
mungkin disebabkan oleh factor ekonomi yang kurang memadai dan kurangnya
kesadaran akan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan yang redah menyebabkan
pengetahuan warga akan penerapan good governace sangat minim sehingga
masyarakat tidak mengetahui pentingnya akan penerapan prinsif-prinsif good governace
dalam tata kelola pemerintahan desa natar.
A. Kesimpulan
Seiring dengan arus deras reformasi yang melanda negara ini pasca jatuhnya rezim Orde
Baru, berkembang pula satu terminologi dalam manajemen pemerintahan, yang mewarnai
agenda politik bangsa ini. Terminologi itu tak lain adalah good governance. Kita pun sebagai
masyarakat, mau tak mau, menjadi akrab dengan istilah ini. Betapa tidak, good governance
pada gilirannya tampil sebagai salah satu wacana politik yang sering didengungkan oleh
pemerintah, termasuk pimpinan daerah, guna meraih hati rakyat.
Namun, satu pertanyaan yang layak kita ajukan, apakah kita sejatinya telah cukup
memahami makna terminologi tersebut? Apakah kita sudah mengetahui akar serta latar
belakang kemunculannya? Ataukah wacana itu mewujud hanya dalam batas istilah, sebagai
pemanis retorika pemerintah yang kering akan makna? Pertanyaan ini terutama ditujukan
bagi para birokrat sebagai pihak yang paling sering mempromosikan wacana good
governance.
Jika ditarik lebih jauh, lahirnya wacana good governance berakar dari penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi pada praktik pemerintahan, seperti Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralistis, non-partisipatif
serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik, telah menumbuhkan rasa tidak percaya
dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat tidak puas dengan
kinerja pemerintah yng selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik.
Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut pada akhirnya
melahirkan tuntutan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pemerintahan yang ideal. Good
governance tampil sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas kinerja birokrasi
yang sesungguhnya.
Berhasil tidaknya penciptaan good governance, banyak tergantung kepada para
pelaksananya ( pejabat publik maupun pejabat politik) yang telah diamanahkan oleh
masyarakat dan negara ini .Disamping setiap instansi punya rencana strategis, punya sistim
pelaksana dan control yang baik,transparan dll, yang tidak kalah pentingnya adalah para
abdi negara itu harus punya iman yang kuat dan siap memulai dari diri sendiri, dari yang
kecil-kecil dan sekarang juga ( A.A.Gym.)
Jika kita merujuk pada pemerintahan desa Natar, penerapan good governace yang
dilakukan dalam pelaksanaan roda pemerintah sampai saat ini sudah cukup baik. Para
aparatur desa berusaha menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Masyarakat yang
menerima pelayananpun dapat menerima pelayanan itu dengan baik dan tidak ada unsur
kekecewaan oleh masyarakat terhadap kegiatan pemerintahan desa dalam melaksanakan
tugasnya yaitu sebagai abdi masyarakat.
Hal yang menyebabkan terhambatnya penerapan good governace di desa natar adalah
karena kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan oleh warga dan rendahnya
tingkat ekonomi masyarakat. Kedua hal tersebut menyebabkan kepasifan masyarakat untuk
berpasrtisipasi dalam pelaksanaan roda pemerintahan, karena masyarakat umumnya lebih
fokus untuk bekerja dan memenuhi kebutuhannya. Waktu masyarakat sebagian besar
digunakan untuk bekerja sehingga fungsi kontrol masyarakat terhadap aparatur
pemerintahan desa tidak berjalan sebagaimestinya.
B. Saran
Tetapi hal itu sangat sulit diterapakan di desa natar mengingat tinkat pendidikan dan tingkat
ekonomi masyarakat yang masih cukup rendah, maka dalam hal ini kami menyarankan agar
pemerintahan setempat berfokus pada dua jail, yaitu:
Sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat yaitu wajib belajar 9 tahun, dan juga salah satu
tujuan yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu item yang
sangat penting untuk diperhatikan. Jika tingkat pendidikan masyarakat desa Natar cukup
baik kemungkinan penerapan good governace dalam tata kelola pemerintahan desa Natar
akan dapat diwujudkan karena masyarakat sudah mengerti dang mengetahui akan
pentingnya penerapan good governace. Masyarakat di pastikan akan lebih aktif untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan roda pemerintahan di desa Natar.
Oleh sebab itu kami menyarankan kepada perintahan desa Natar agar melakukan
kerjasama dengan Pemerintahan Daerah Tingkat II dalam pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan terhadap masyarakat desa Natar. Hal itu di anjurkan mengingat
pendidkan adalah tanggung jawab bersama dan sangat tidak munkin pemerintah desa natar
melaksanakan pengadaan sara dan prasaran pendidian secara sendiri tanpa bantuan dari
Pemerintah Daerah Desa Tingkat II.
Masyarakat desa Natar pada umumnya bekerja sebagai buruh,yang tidak jarang pekerjaan
sebagai buruh mereka lakukan di tempat yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka,
kemudian aktifitas sebagai buruh sangat menyita waktu dan tenaga. Alhasil masyarakat
menjadi sangat pasif untuk berpastisipasi dalam pelaksanaan pemerintahan desa Natar.
Sebagaian besar masyarakat desa Natar bekerja sebagi buruh, karena masyarakat tidak
memiliki modal untuk membuat usaha sendiri yang harapannya bisa menberikan
penghasilan yang cukup dan waktu masyarakat tidak terlalu tersita untuk bekerja.
Oleh karena itu kami juga meminta kepada pemerintahan desa Natar untuk membuat
sebuah program perkreditan usaha rakyat yang nantinya di jadikan sebagi modal untuk
usaha. Harapannya dengan pemberian pinjaman modal tersebut masyarakat dapat bekerja
lebih baik dan tingkat ekonomi mereka dapat ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sehingga waktu masyarakat tidak terkuras habis hanya untuk bekerja, masyarakat juga
masih dapat melakukan kegiatan lain yaitu mengontrol segala tindakan aparatur desa dalam
pelaksanaan roda pemerintahan.
Demikian lah tugas ini kami buat, kami sadar bahwa kami masih harus belajar lebih lagi
mengingat kemampuan kami yang masih sangat kurang dalam melakukan penelitian.
Harapannya tugas ini dapat menjadi suatu batu loncatan bagi kami untuk melakukan
penelitian yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Kencana, Inu Syafiie. 1994. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kencana, Inu Syafiie. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Admnistrasi (Dilengkapi dengan metode R&D). Bandung:
Alfabeta.
www.wikipediaindonesia.com
LAMPIRAN
Profile Informan Kepala Desa
11. Apakah hambatan – hambatan yang terjadi pada proses pelaksanaan GG di desa ini?
13. Apakah langkah – langkah konkrit yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah atau
penyimpangan tersebut?
14. Menurut anda apakah GG yang berjalan saat ini memberikan manfaat yang efektif dan
efesien bagi masyarakat? Jika ya/ tidak berikan alasannya.