Anda di halaman 1dari 11

MATRIKS METALLOPROTEINASE

(MMP) SEBAGAI BIOMARKER


TERJADINYA PERFORASI PADA
Tinjauan APENDISITIS AKUT

Pustaka Ahmad Razi Maulana Alnaz ,1 Abdul Hakim


Nasution,1 Aqyl Hanif Abdillah1
1ProgramStudi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstrak
Pendahuluan: Apendisitis akut merupakan salah satu penyebab operasi gawat darurat
dalam bidang gastroenterohepatologi. Komplikasi pada apendisitis, seperti perforasi,
membutuhkan tindakan pembedahan. Saat ini belum ditemukan pemeriksaan penunjang
untuk membedakan apakah pasien apendisitis membutuhkan tindakan operasi atau terapi
konservatif dengan antibiotik. Terdapat satu pemeriksaan yang dapat menentukan
tatalaksana pada apendisitis, sebuah penanda bernama Matriks Metalloproteinase (MMP).
Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan sensitivitas MMP sebagai
biomarker untuk menentukan kemungkinan terjadinya perforasi pada apendisitis akut.
Metode: Artikel dibuat dengan metode literature review dengan menggunakan textbook
dan 21 jurnal, dengan 10 jurnal utama. Jurnal diperoleh dari search engine Pubmed,
Cochrane, dan Google Scholar.
Pembahasan: MMP memiliki sifat proteolitik terhadap matriks ekstraseluler pada jaringan
ikat yang meningkat pada reaksi inflamasi. Ketidakseimbangan MMP terhadap Tissue
Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP) pada apendisitis menyebabkan peningkatan aktivitias
proteolisis yang merusak dinding apendiks yang menjadi patofisiologi perforasi. Ekspresi
dan konsentrasi MMP dijumpai meningkat secara signifikan pada pemeriksaan biopsi,
imunohistokimia, cairan peritoneum, dan serum pasien yang mengalami komplikasi
apendisitis dibandingkan dengan apendisitis tanpa komplikasi. MMP mampu membedakan
apendisitis terkomplikasi dengan tidak, namun membutuhkan pemeriksaan TIMP untuk
menentukan jenis komplikasi apendisitis.
Simpulan: Pemeriksaan MMP dan TIMP berpotensi menjadi biomarker terjadinya
perforasi pada apendisitis. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan nilai cut-off
pada apendisitis.

Kata Kunci: Apendisitis, MMP, Perforasi, Proteolisis, TIMP

MATRIX METALLOPROTEINASE (MMP) AS THE


BIOMARKER OF PERFORATION IN ACUTE APPENDICITIS
Abstract
Background: Acute appendicitis is one of the causes of emergency surgery in
gastroenterohepatology. Complication in appendicitis, such as perforation, needs surgical
treatment. No measurements are able to determine patient with acute appendicitis which
needs surgical treatment or conservative with antibiotic. There is an examination might
decide the treatment in appendicitis, a biomarker named Matrix Metalloproteinase (MMP).
This literature review aims to know the potency and sensitivity of MMP as biomarker of the
risk of perforated appendicitis.
Method: Article was made by literature review from textbook and 21 journals, with 10 main
journals. The journals are obtained from search engines such as Pubmed, Cochrane, and
Google Scholar.

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 117


Discussion: MMP has a proteolytic activity on extracellular matrix of connective tissue
which increases during inflammation. The imbalance of MMP to Tissue Inhibitor of
Metalloproteinase (TIMP) in appendix causes elevated proteolysis activity that injures the
wall of the appendix which serves as the pathophysiology of perforation. Expression and
concentration of MMP found increased significantly on biopsies, immunohistochemistry,
peritoneal effluents, and serum of patients with complicated appendicitis compared to
uncomplicated appendicitis. MMP is able to distinguish complicated with noncomplicated
appendicitis, but requires combination with TIMP examination to determine the
complication of appendicitis.
Conclusion: MMP and TIMP is potential to be a biomarker of perforated appendicitis.
Future research to find out cut off level in appendicitis is required.

Key Words: Appendicitis, MMP, Perforation, Proteolysis, TIMP

1. PENDAHULUAN sedini mungkin dan menentukan


Apendisitis akut adalah suatu kondisi penatalaksanaan yang tepat untuk
inflamasi pada apendiks yang apendisitis akut. Hal tersebut dibutuhkan
menyebabkan timbulnya nyeri abdomen untuk menurunkan mortalitas dan
terutama pada bagian kanan bawah. morbiditas apendisitis akut.
Apendisitis akut merupakan keadaan Perkembangan di negara maju telah
gawat darurat yang biasanya berhasil menurunkan angka kematian
membutuhkan penanganan operatif.[1] hingga 46%.[4]
Apendisitis akut tercatat menjadi Sampai saat ini, apendisitis masih
penyebab operasi gawat darurat pada menjadi tantangan bagi klinisi untuk
abdomen yang paling sering dilakukan. menentukan diagnosis dari penyakit ini.
Insidensi kasus ini banyak dijumpai pada Etiologi apendisitis banyak dikaitkan
rentang umur di atas 10 tahun, yang dengan pengerasan feses, obstruksi
mana jumlah kasus menunjukkan tren lumen, hiperplasia jaringan limfoid,
peningkatan insidens. Kasus ini terjadi tumor, kolonisasi bakteri, maupun massa
pada 11 orang pada setiap 10.000 parasit (Enterobius vermicularis).[2,5]
populasi di Eropa dan Amerika.[2] Saat ini, pemeriksaan yang umum
Apendisitis akut merupakan penyakit dilakukan untuk menunjang diagnosis
gastroenterohepatologi dengan jumlah apendisitis adalah melalui pemeriksaan
pasien rawat inap terbanyak keempat di darah lengkap, radiografi (USG, CT
Indonesia pada tahun 2010 dengan Scan), dan histopatologi. Meskipun
621.435 pasien. Statistik menunjukkan demikian, apendisitis belum dapat
bahwa kasus apendisitis akut terus ditegakkan sebelum dilakukan tindakan
meningkat setiap tahunnya. Sejumlah operasi. Sulitnya menegakkan diagnosis
3.53% penduduk Indonesia mengalami apendisitis menjadikan apendisitis selalu
apendisitis. Puncak prevalensi kasus dimasukkan dalam diagnosis banding
apendisitis akut dijumpai pada kelompok pada setiap kasus nyeri akut pada
usia 17-25 tahun. Namun, tingkat abdomen.[2] Hal tersebut menyebabkan
komplikasi dijumpai meningkat seiring tingginya angka kejadian di mana ahli
dengan peningkatan usia pasien dengan bedah melakukan tindakan apendektomi
komplikasi banyak dijumpai pada pasien dengan hasil apendiks yang normal.[5]
yang berumur 41-50 tahun.[3] Perkembangan penentuan diagnosis
Insiden apendisitis di dunia apendisitis saat ini menunjukkan bahwa
menunjukkan angka paling tinggi di beberapa penanda inflamasi dapat
Amerika dan Eropa. Namun, studi yang digunakan dalam menentukan apakah
dilakukan pada tahun 1990-2013 seorang pasien yang datang dengan
menunjukkan adanya peningkatan nyeri akut abdomen dapat didiagnosis
signifikan insiden apendisitis di negara dengan apendisitis. Penanda inflamasi
berkembang. Peningkatan insiden seperti jumlah leukosit beserta
tersebut menjadi suatu urgensi untuk differential count, C-Reactive Protein,
pengembangan pengetahuan untuk dan prokalsitonin dapat digunakan untuk
dapat menegakkan diagnosis apendisitis menentukan terjadinya reaksi inflamasi.

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 118


Meskipun demikian, pemeriksaan dikembangkan pada penyakit-penyakit
tersebut masih belum cukup spesifik inflamasi pada saluran gastrointestinal
(<80%) untuk menentukan diagnosis salah satunya adalah Matriks
penyakit apendiks, walaupun sering Metalloprotein (MMP). Sebelumnya,
dijumpai kenaikan kadar zat tersebut MMP banyak diteliti korelasinya terhadap
pada penderita apendisitis. Namun, saat metastasis kanker dengan sifat
ini pemeriksaan tersebut dianggap cukup proteolitiknya yang memungkinkan sel-
untuk mengetahui apakah benar pasien sel kanker untuk menembus membran
tersebut mengalami apendisitis atau basal pada jaringan.[6,8]
diagnosis lainnya.[6] Sejumlah penelitian pada beberapa
Patofisiologi apendisitis yang paling penyakit inflamasi pada saluran cerna
dipahami saat ini adalah terjadinya seperti Crohn’s Disease dan
obstruksi pada lumen apendiks. Inflammatory Bowel Disease telah
Obstruksi tersebut menyebabkan menunjukkan adanya korelasi yang
peningkatan kolonisasi bakteri yang cukup kuat pada pemeriksaan MMP
memicu terjadinya respon inflamasi. terhadap tingkat keparahan dan risiko
Reaksi yang terjadi meningkatkan pengulangan penyakit tersebut. Sifat
infiltrasi neutrofil yang menyebabkan kimia MMP dikaitkan dengan adanya
terjadinya edema pada jaringan dan kerusakan jaringan pada usus. Oleh
peningkatan tekanan intraluminal. Hal karena itu, MMP merupakan salah satu
tersebut menimbulkan trombosis dan biomarker yang potensial untuk menjadi
dapat menyebabkan nekrosis iskemik prediktor pada penyakit inflamasi pada
yang mengarah pada terjadinya sistem pencernaan lainnya seperti
komplikasi dari apendisitis, yaitu apendisitis akut.[8]
perforasi.[7]
Tidak semua apendisitis mengalami 2. METODE
perforasi. Namun, perforasi merupakan Artikel dibuat dengan metode literature
komplikasi yang paling dikhawatirkan review dengan menggunakan referensi
karena dapat menyebabkan terjadinya dari textbook dan jurnal. Proses
peritonitis dan berakhir pada sepsis.[2] pencarian jurnal dilakukan dengan
Keadaan yang berbeda tersebut mengunakan search engine seperti
menyebabkan kemungkinan terjadinya Pubmed, Cochrane Library, dan Google
variasi dalam penatalaksanaan Scholar. Pencarian dilakukan dengan
apendisitis. Apendisitis yang ringan menggunakan kata kunci appendicitis,
dapat diatasi dengan pemberian terapi perforation, screening. Pencarian
konservatif dengan menggunakan diinklusikan pada manusia, jurnal sampai
antibiotik. Sedangkan apendisitis yang dengan 10 tahun, dan berkaitan dengan
disertai adanya komplikasi, terutama pemeriksaan MMP. Jurnal akhir
perforasi, membutuhkan tindakan didapatkan 21 jurnal dengan 10 jurnal
apendektomi segera.[6] utama.
Belum ada pemeriksaan yang
mampu memastikan apakah suatu 3. PEMBAHASAN
apendisitis akut bersifat ringan atau telah 3.1 Matriks Metalloproteinase (MMP)
mengalami komplikasi sehingga sering Matriks Metalloproteinase
terjadi kontroversi dalam memilih terapi. (MMP) adalah golongan enzim yang
Bahkan, pemeriksaan radiologi seperti bersifat proteolitik. Sifat katalitiknya
CT Scan dan MRI tidak mampu untuk sangat dipengaruhi oleh ion Zn2+ dan
membedakan antara apendisitis ringan Ca2+ sebagai kofaktor di sisi katalitik
dan perforasi.[6] enzim tersebut. Zn2+ memiliki peran
Penelitian terhadap biomarker yang paling dominan, sehingga MMP disebut
dapat menjelaskan kondisi dan sebagai membrane-bound zinc-
keparahan apendisitis akut sangat dependent endopeptidase. Sifat
banyak dilakukan saat ini. Sampai saat proteolitik tersebut membuat MMP dapat
ini belum ditemukan biomarker yang mendegradasi seluruh komponen
tepat untuk apendisitis akut. Penelitian matriks ekstraseluler.[9]
terhadap biomarker yang sedang

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 119


MMP terbagi menjadi 6 dapat menyebabkan kerusakan pada
kelompok berdasarkan jenis substrat jaringan tersebut. [9,10]
yang didegradasi, yaitu golongan Regulasi transkripsi gen
collagenase, gelatinase, stromelysins, pengkode peptida MMP diatur oleh
matrilysins, membrane-type MMP growh factor, cytokines, hormon, sinar
(MTMMP), dan MMP jenis lainnya. UV, serta interaksi sel-sel dan sel-matrix.
Masing-masing kelompok memiliki Penginduksi MMP disebut juga
substrat yang spesifik dalam matriks EMMPRIN (Extracellular MMP Inducer),
ekstraseluler.[9] yang umumya merupakan CD147. Selain
itu, mediator inflamasi seperti interleukin-
1(IL-1), interleukin-6(IL-6), dan TNF-α
dapat meningkatkan ekspresi MMP.
Pada reaksi tersebut, MMP berfungsi
untuk mendegenerasi kolagen sebagai
Gambar 1. Struktur Kimia MMP[10] komponen utama matriks ekstraseluler.
Peningkatan mediator tersebut akan
Struktur kimia MMP tersusun meningkatkan kadar MMP pada jaringan,
atas 1 rantai panjang polipeptida yang sedangkan ekspresi TIMP tidak
terdiri atas prodomain, propeptida, meningkat sehingga akan terjadi
domain katalitik, hinge region, domain peningkatan aktivitas degenerasi matriks
hemopexin, dan domain transmembran. ekstraseluler. Hal tersebut menyebabkan
Prodomain merupakan N-Terminal dari jaringan yang mengalami inflamasi dapat
rantai polipeptida. Domain propeptida lebih mudah mengalami kerusakan.[10]
adalah bagian struktural yang tersusun MMP diekspresikan sebagai
atas 80 asam amino dengan zymogen yang belum aktif (pro-MMP).
PRCGVPDV. Domain katalitik adalah Pro-MMP akan diaktivasi jika terjadi
bagian yang paling penting karena pemutusan ikatan kovalen pada gugus
memiliki sisi aktif yang berikatan dengan thiol yang terdapat pada asam amino
Zn2+ sebagai kofaktor. Bagian tersebut cysteine dengan ion Zn2+ pada sisi
juga mengandung 3 sekuens asam katalitik. Pemutusan ikatan tersebut
amino Histidin. Hinge region merupakan terjadi dengan adanya pengaruh radikal
bagian yang menghubungkan sisi bebas atau Reactive Oxygen
katalitik dengan domain Hemopexin, Species(ROS) dan asam hipoklorit yang
sekuens 200 asam amino yang menjadi dihasilkan oleh leukosit pada reaksi
sisi pengikatan dengan TIMP (Tissue inflamasi yang distimulasi oleh
Inhibitor of Metalloproteinase), inhibitor cytokines.[11]
endogen dari MMP. Domain Sebagian MMP dapat berfungsi
transmembran hanya dijumpai pada dalam penyembuhan luka, seperti MMP-
MTMMP dan sebagai C-terminal pada 1. Namun, terdapat beberapa jenis MMP
polipeptida tersebut.[10] yang pada penelitian in vivo telah
Secara fisiologis, sekresi MMP menunjukkan bahwa peningkatannya
berfungsi dalam proses regenerasi, dapat memperburuk kondisi kestabilan
remodeling jaringan, embryogenesis, jaringan ikat. MMP-2, MMP-8, dan MMP-
angiogenesis, dan penyembuhan luka. 9 sering dijumpai menjadi penyebab
Fungsi tersebut diikuti oleh inhibisi yang terjadinya komplikasi dan disrupsi suatu
seimbang dari TIMP. TIMP dapat jaringan pada reaksi inflamasi.[9,11]
menginhibisi MMP dengan cara
berikatan pada domain Hemopexin serta 3.2 Pengaruh MMP terhadap Perforasi
dengan menghambat proses konversi pada Appendisitis
rantai pro-MMP menjadi MMP. Terjadinya perforasi merupakan
Konsentrasi MMP dan TIMP harus hasil dari reaksi inflamasi yang
memenuhi ekuilibrium untuk dapat menyebabkan terbentuknya protein fase
menjalankan fungsi remodelling jaringan akut pada jaringan seperti Serum
yang sesuai. Kelebihan ataupun Amyloid A (SAA) dan enzim proteolitik.
kekurangan salah satu fungsi tersebut Sitokin yang diproduksi juga merangsang
sel pada jaringan untuk memproduksi

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 120


MMP yang bersifat proteolitik dan perforasi, pemeriksaan cairan drainage
mampu mendegradasi protein-protein peritoneum, dan pemeriksaan MMP pada
pada membran basal. Hal tersebut dapat serum darah pasien.[13]
melemahkan jaringan ikat dan
menyebabkan perforasi. Sebagian dari 3.3 Perbandingan MMP pada Lokasi
zat mediator dan enzim yang meningkat Perforasi
pada reaksi tersebut mungkin dapat Ekspresi MMP-9 dijumpai
dijumpai meningkat pada sirkulasi meningkat jika semakin dekat dengan
darah.[12] lokasi perforasi. Konsentrasi MMP-9
Pada apendisitis akut, terjadi tertinggi dijumpai pada biopsi yang tepat
peningkatan leukosit sebagai sel yang di lokasi perforasi dengan nilai rata-rata
utama dalam proses inflamasi.[6] >200ng/mg. Tingginya konsentrasi MMP-
Peningkatan pelepasan berbagai macam 9 menjelaskan tingginya aktivitas
cytokines tersebut menjadi pemicu proteolisis pada jaringan di lokasi
meningkatnya ekspresi MMP, terutama perforasi.[13]
MMP-8 dan MMP-9, yang merupakan Ekspresi MMP-2 secara total
masalah utama yang menyebabkan dijumpai meningkat dari kadar
tingginya risiko terjadi komplikasi pada normalnya. Namun, tren ekspresi MMP-2
apendisitis tersebut.[9] terjadi berkebalikan dengan MMP-9.
MMP-8 dapat meningkatkan kejadian Konsentrasi MMP-2 terlihat semakin
inflamasi dengan meningkatkan tingkat rendah jika mendekati lokasi perforasi.
kemotaksis dari sel-sel neutrofil yang Perbedaan konsentrasi MMP-2 dan
terinduksi oleh Lipopolisakarida (LPS). MMP-9 pada hal tersebut terjadi karena
Selain itu, MMP-8 merupakan MMP MMP-9 bersifat lebih poten secara efikasi
golongan Kolagenase-2 yang dapat kerja dibandingkan MMP-2. Selain itu,
langsung mengdegradasi kolagen tipe I- konsumsi MMP-2 meningkat untuk
III, V, VII, VIII, dan X.[9,11] mengaktivasi MMP-9 di lokasi perforasi.
MMP-2 dan MMP-9 mampu Hal tersebut menggambarkan bahwa
memecahkan occludin, protein membran konsentrasi MMP-2 pada biopsi di lokasi
sel epitel utama dalam pembentukan perforasi akan cenderung turun
tight junction yang menajadi barrier pada meskipun ekspresinya tetap atau
lapisan epitel. Selain itu, MMP tersebut meningkat.[11,13]
juga mampu merusak ikatan pada protein
cadherin dan integrin yang berarti
merusak cell-matrix junction. MMP-9
yang berikatan dengan reseptor CD44
akan terinduksi dan mampu untuk
memecahkan kolagen tipe-IV. MMP lain
seperti MMP-13 juga umum dijumpai
pada kerusakan intestinal barrier pada
gangguan lain pada usus seperti
inflammatory bowel disease.[9–11]
Degradasi matriks ekstraseluler
oleh aktivitas MMP tersebut menjelaskan
terjadinya kerusakan pada membran
basal pada apendiks. Degradasi tersebut
menyebabkan hilangnya barrier pada
apendiks sehingga dapat menyebabkan
terjadinya perforasi pada apendiks yang
merupakan komplikasi apendisitis akut
yang membutuhkan tindakan
apendektomi segera.[6,13]
Pada apendisitis, pemeriksaan MMP
dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan histopatologi apendisitis
yang telah dieksisi, biopsi cairan di area

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 121


Gambar 3. Tampilan Mikroskopis
Imunohistokimia MMP-9 pada
Apendisitis Perforasi berdasarkan Jarak
dari Lokasi Perforasi[13]

Ketidakseimbangan antara
konsentrasi MMP-9 dan TIMP-1 secara
lokal pada titik terjadinya perforasi
menyebabkan degradasi pada dinding
apendiks. Produk proteolisis pada
dinding apendiks juga berperan sebagai
chemokines yang akan menarik lebih
banyak neutrofil menuju lokasi perforasi.
Sebagian MMP-9 tersimpan pula dalam
bentuk granul di dalam neutrofil yang
Gambar 2. Grafik Konsentrasi MMP-9 kemudian dilepaskan dengan mediator
terhadap Lokasi Perforasi(A dan B) dan IL-8 sehingga respon inflamasi yang
Jarak dari Lokasi Perforasi(C) (ng/mg)[13] terjadi akan menyebabkan ruptur atau
perforasi pada dinding apendiks.[11,13]
Gambaran pada histopatologis
dengan pewarnaan rutin dan 3.4 MMP pada Berbagai Komplikasi
imunohistokimia MMP-9 pada jaringan Apendisitis Akut
Apendiks dijumpai bahwa pewarnaan Komplikasi pada apendisitis
terhadap MMP-9 (pewarnaan cokelat) dapat terjadi ketika inflamasi yang terjadi
lebih intens di lokasi perforasi pada apendiks mampu menimbulkan
dibandingkan pada area yang lebih jauh kerusakan pada jaringan ikat serta
dari lokasi perforasi yang menandakan vaskularisasi apendiks. Komplikasi
tingginya proses proteolisis pada area apendisitis akut yang banyak terjadi
perforasi. Pada seluruh apendiks dapat dikategorikan pada tiga kelompok,
ditemukan keadaan inflamasi. Dijumpai yaitu perforated appendicitis,
gambaran inflamasi berat, vaskulitis, gangrenous appendicitis, dan
nekrosis, dan trombosis pada lokasi phlegmonous appendicitis. Komplikasi
inflamasi.[13] tersebut terjadi ketika apendisitis akut
tidak mendapatkan penatalaksanaan
yang tepat.[6,7]
Keparahan apendisitis akut
sangat ditentukan dengan tingginya
kadar MMP. MMP dijumpai dengan kadar
yang lebih tinggi pada seluruh kondisi
apendisitis akut terkomplikasi. MMP-9
memiliki peningkatan paling signifikan
dan paling tinggi pada gangrenous
appendicitis dan perforated
appendicitis.[14]

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 122


dalam remodelling untuk penyembuhan
luka pada apendisitis akut.[9,15,16]
Pemeriksaan MMP pada serum
menunjukkan angka yang lebih signifikan
jika dibandingkan dengan plasma. MMP
pada plasma masih dapat dirancukan
oleh MMP yang tergranulasi di dalam
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan
MMP lebih viabel jika dilakukan
pemeriksaan pada serum.[15]
Sebuah studi kohort
menjelaskan konsentrasi biomarker
untuk komplikasi pada apendisitis dalam
Area Under Curve (AUC). Confidence
Gambar 4. Ekspresi MMP-9 pada Interval (CI) pada pemeriksaan tersebut
Berbagai Komplikasi Apendisitis[14] 95% dengan signifikansi yang bervariasi
antara satu jenis biomarker dengan yang
Masing-masing komplikasi apendisitis lainnya. Penentuan jenis biomarker
memiliki peningkatan sangat signfikan ditentukan melalui analisis secara
pada ekspresi MMP-9. Gangrenous metode Classification and Regression
appendicitis memiliki nilai MMP tertinggi. Tree (CART).[16,17]
Phlegmonous dan perforated MMP-8 memiliki angka AUC
appendicitis juga memiliki peningkatan tertinggi di antara semua biomarker
pada ekspresi MMP-9. MMP-9 potensial. MMP-9 juga memiliki AUC
meningkat pada seluruh keadaan yang tinggi dengan MMP-8 dan MMP-9
komplikasi apendisitis akut.[14] memiliki nilai yang signifikan. Sedangkan
MMP-9 memiliki signifikansi MMP-2 yang juga dijumpai banyak pada
untuk menentukan apendisitis pemeriksaan hasil biopsi tidak
terkomplikasi atau tidak, namun bukan menunjukkan peningkatan signifikan.
merupakan pemeriksaan utama yang TIMP-2 juga dijumpai meningkat
dapat dilihat untuk menentukan jenis signifikan pada pasien yang mengalami
komplikasi pada apendisitis. Di lain sisi, apendisitis terkomplikasi.[9,16,17]
TIMP tidak dapat digunakan untuk Pemeriksaan MMP-8 dan MMP-
memeriksa komplikasi pada apendisitis, 9 yang cukup signifikan dapat digunakan
namun nilai yang berbeda dapat untuk membuat prediksi apakah suatu
digunakan untuk melihat jenis komplikasi apendisitis akut berlanjut menjadi
yang terjadi pada suatu apendisitis.[14] apendisitis terkomplikasi dalam kondisi
yang darurat. Pemeriksaan tersebut juga
3.5 Ekspresi MMP pada Serum dapat dilakukan dengan cepat dan cost
MMP dapat diidentifikasi melalui efficient.[16] Berdasarkan hal tersebut,
pemeriksaan ELISA pada plasma. kombinasi pemeriksaan MMP-8, MMP-9,
Hampir seluruh jenis MMP dapat MMP-10, TIMP-2, dan TIMP-4
diidentifikasi dalam plasma melalui meningkatkan sensitivitas pemeriksaan
analisis protein. Pemeriksaan pada hingga 94%. Spesifisitas pemeriksaan
serum dapat mengidentifikasi MMP-1, -2, kombinasi tersebut mencapai 88%.[17]
-3, -7, -8, -9, -10, -12, dan -13. TIMP-1, - Pemeriksaan leukosit
2, -3, dan -4 juga dapat diidentifikasi. merupakan pemeriksaan penunjang
Seluruh MMP tersebut dapat menjadi yang selalu dilakukan untuk menunjang
kandidat biomarker untuk menjadi adanya apendisitis akut. Leukosit selalu
prediktor terjadinya komplikasi pada meningkat dalam setiap kasus
apendisitis akut. Ekspresi MMP yang apendisitis akut, baik dengan atau tanpa
diperiksa tidak terkhusus pada MMP komplikasi. Hampir seluruh gangguan
yang diketahui menimbulkan kerusakan yang disertai inflamasi diikuti dengan
seperti MMP-2 dan MMP-9, namun dapat peningkatan leukosit. Selain itu,
menggunakan MMP yang memiliki peran penelitian kohort telah menunjukkan
bahwa sensitivitas pemeriksaan leukosit

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 123


terhadap apendisitis terkomplikasi cukup spesifisitas pada pasien dewasa dengan
tinggi, yaitu sebanyak 70-80%. 83,7% dan 95,9%.[6,20]
Sedangkan spesifisitas pemeriksaan Pemeriksaan Computed
leukosit mencapai 60-70%.[16] Tomography (CT) memiliki variasi
Pemeriksaan C-Reactive Protein sensitivitas dari berbagai penelitian. Di
(CRP) juga merupakan pemeriksaan Amerika Serikat, diagnosis dengan
yang rutin dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan CT memiliki sensitivitas
penunjang terhadap apendisitis akut. dan spesifisitas 94% dan 95%,
Namun, pemeriksaan CRP maupun sedangkan pada penelitian di luar AS
procalcitonin masih belum memiliki sensitivitas dijumpai lebih rendah hingga
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi 88% bahkan 83% dengan spesifisitas
untuk pengambilan keputusan terhadap 94%. Pemeriksaan CT terhadap
apendisitis dengan komplikasi pada apendisitis akut membutuhkan low-dose
keseluruhan pasien apendisitis.[6] Pada CT untuk mendapatkan sensitivitas yang
kelompok pasien yang hanya terdiri dari lebih tinggi, hanya saja teknologi tersebut
pasien dengan apendisitis terkomplikasi, masih belum berkembang di seluruh
CRP menunjukkan sensitivitas sebesar dunia. Penggunaan CT pada keadaan
97%, tetapi ketika digabungkan dengan darurat juga tidak mampu membedakan
kelompok apendisitis akut tanpa apendisitis yang memiliki perforasi dan
komplikasi, sensitivitas turun menjadi tidak. Selain itu, pada pemeriksaan CT,
66%.[18] tercatat sebanyak 6% pasien mengalami
apendektomi terhadap apendiks yang
Tabel 1. AUC Berbagai Biomarker normal.[6,20]
Potensial pada Apendisitis Komplikasi[16]
Biomarker AUC P Value
CRP diproduksi di dalam hepar MMP-1 0.51 0.667
sehingga tidak menggambarkan MMP-2 0.52 0.502
inflamasi yang terjadi pada apendiks MMP-3 0.56 0.071
maupun peritoneum. Pada awal MMP-7 0.51 0.658
terjadinya apendisitis, CRP tidak MMP-8 0.68 <0.001
dijumpai adanya peningkatan. CRP mulai MMP-9 0.62 <0.001
meningkat setelah apendiks mengalami MMP-10 0.59 0.006
komplikasi, dan dapat turun setelah MMP-12 0.57 0.025
pemberian antibiotik, sedangkan MMP MMP-13 0.57 0.031
menunjukkan peningkatan sejak awal TIMP-1 0.54 0.223
inflamasi karena MMP dihasilkan di TIMP-2 0.61 <0.001
jaringan yang mengalami inflamasi dan TIMP-3 0.52 0.618
berkaitan dengan neutrofil. Pemeriksaan TIMP-4 0.58 0.012
CRP juga sering menyebabkan WBC 0.77 <0.001
penundaan pengambilan keputusan Tabel 2. Sensitivitas Pemeriksaan pada
dalam apendisitis akut jika dijadikan Apendisitis Akut[17,18,20]
sebagai parameter. Pemeriksaan CRP No Meto Sensitivitas Referen
dapat mendukung hasil laboratiorium lain de si
dalam menegakkan apendisitis, namun 1 MMP 94% [16]
diragukan untuk menjadi biomarker yang 2 WBC 70-80% [16]
ideal.[11,19] 3 CRP 97% [17]
Pemeriksaan radiologi terhadap 4 USG 83,7% [19]
apendiks juga belum dapat dinyatakan 5 CT 88% [19]
sebagai pemeriksaan utama dalam
penegakan diagnosis apendisitis. Peningkatan kadar MMP juga
Pemeriksaan Transabdominal USG ditemukan meningkat pada cairan
memiliki sensitivitas dan spesifisitas peritoneum. Sebuah penelitian pada
pada anak sebesar 86% dan 81%. dialisis cairan peritoneum menunjukkan
Namun, sensitivitas dan spesifitas bahwa pada apendisitis perforasi terjadi
tersebut menjadi lebih rendah untuk peningkatan MMP-2 dan MMP-9 pada
sensitivitas dan menjadi lebih tinggi untuk carian tersebut. MMP-2 pada awal onset

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 124


inflamasi tercatat 1.097 ng/ml. Pada akhir 2 minggu dengan tidak mengalami
pengukuran, dijumpai MMP-2 sebanyak rekurensi dan komplikasi lanjutan. Terapi
1.755 ng/ml. Selain itu, MMP dijumpai antibiotik pada apendisitis akut juga
sebanyak 1.440 ng/ml di mana pada menjadi pilihan karena kecilnya
kelompok kontrol MMP-9 tidak terdeteksi kemungkinan terjadi efek samping terapi
sama sekali.[19] pada pasien.[21]
MMP-9 merupakan biomarker Pasien dengan apendisitis akut
paling utama yang dapat dideteksi pada tanpa komplikasi perlu dilakukan
apendisitis perforasi. MMP-9 selalu pemeriksaan biormarker sebelum
dijumpai mengalami peningkatan yang menentukan pilihan jenis terapi. Pasien
signifikan pada pemeriksaan yang dengan pemeriksaan biomarker
histopatologi, biopsi cairan pada area yang menjelaskan kecilnya risiko
perforasi, pemeriksaan serum, dan terjadinya komplikasi dari apendisitis
cairan peritoneum. MMP-9 dilepaskan tersebut akan lebih efektif diterapi
paling banyak oleh sel-sel inflamasi menggunakan antibiotik dibandingkan
selama proses terjadinya perforasi pada dengan apendektomi.[21]
apendisitis. Berbagai pemeriksaan telah Pemberian terapi konservatif
menunjukkan pula bahwa sejumlah MMP pada apendisitis akut tanpa komplikasi
dijumpai mengalami peningkatan yang memberikan hasil yang memuaskan
signifikan pada apendisitis terkomplikasi. dengan tingkat rekuren yang dapat
Perbandingan MMP/TIMP digunakan menurun hingga 7-15%. Meskipun terapi
untuk mempertimbangkan tingkat konservatif memiliki resiko kegagalan
keparahan pada suatu komplikasi sebesar 13% jika dibandingkan dengan
apendisitis.[13,14,16,19] apendektomi, resiko komplikasi (0.24),
obstruksi (0.35), dan berakhir pada
3.6 Pemeriksaan MMP terhadap apendektomi (0.17) menandakan bahwa
Tatalaksana Apendisitis Akut terapi konservatif dapat menurunkan
Pemilihan terapi untuk kemungkinan terjadinya apendisitis yang
apendisitis akut masih menjadi lebih berat. Selain itu, terapi konservatif
perdebatan, antara terapi konservatif dapat menjadi pilihan terapi yang hemat
dengan antibiotik terhadap tindakan biaya dan memperkecil kemungkinan
apendektomi dan laparotomi.[6] Kasus apendektomi dengan pengangkatan
apendisitis akut dalam keadaan darurat apendiks yang normal atau dengan
yang terus meningkat sebanyak 23 kasus inflamasi ringan. Hal tersebut
per 10.000 populasi setiap tahun menjadi menjelaskan bahwa apendisitis akut
perhatian serius. Penegakan diagnosis dengan komplikasi (perforasi,
dan pengambilan keputusan terhadap gangrenous, dan phlegmatous)
tindakan yang dilakukan pada apendisitis merupakan indikasi mutlak untuk
akut sering menyebabkan penundaan dilakukannya apendektomi, namun
pemberian terapi. Penundaan tersebut apendisitis akut tanpa komplikasi masih
memberikan kontribusi pada risiko memungkinkan dan lebih aman untuk
mortalitas sebesar 16%.[7,19] dilakukan terapi secara konservatif.
Apendektomi memang Suatu penelitian metaanalisis juga telah
memberikan jaminan untuk membuktikan bahwa terapi konservatif
menghentikan apendisitis tanpa risiko pada apendisitis akut tanpa komplikasi
apendisitis yang rekuren. Namun, faktor dengan tepat dapat menurunkan
ekonomi dan faktor keyakinan sering kejadian komplikasi akibat apendektomi
menjadi rintangan dalam terapi tersebut. sebanyak 86%.[21,22]
Di lain sisi, reaksi pasca operasi masih
tetap menjadi pertimbangan bagi pasien 4. SIMPULAN
untuk mengambil keputusan. Terapi Matriks Metalloproteinase
konservatif dengan pemberian antibiotik (MMP) memiliki sifat destruktif yang
pada pasien apendisitis akut tanpa mampu mendegradasi protein
komplikasi dengan risiko rendah ekstraseluler pada jaringan ikat. Ekspresi
mengalami komplikasi menunjukkan MMP meningkat pada reaksi inflamasi,
keberhasilan 83,2% kesembuhan dalam salah satunya pada apendisitis akut.

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 125


Pada apendisitis akut, terjadi reaksi 3. Fransisca C, Gotra IM, Mahastuti
inflamasi pada apendiks. Reaksi tersebut NM. Karakteristik Pasien dengan
meningkatkan ekspresi MMP pada Gambaran Histopatologi
jaringan ikat apendiks sehingga Apendisitisdi RSUP Sanglah
menyebabkan degradasi membran basal Denpasar Tahun 2015-2017. J Med
pada dinding apendiks yang Udayana. 2019;8(7).
menyebabkan terjadinya komplikasi 4. Ferris M, Quan S, Kaplan BS,
pada apendisitis seperti perforasi. Molodecky N, Ball CG, Chernoff GW,
MMP tampak mengalami et al. The Global Incidence of
peningkatan ekspresi pada berbagai Appendicitis. Ann Surg.
pemeriksaan pada pasien apendisitis 2017;266(2):237–41.
terkomplikasi melalui pemeriksaan biopsi 5. Schoen FJ, Mitchell RN. Robbins &
pada bagian perforasi, imunohistokimia Cotran Pathologic Basis of Disease.
apendiks pasca apendektomi, Elsevier Inc. 2015. 570 p.
pemeriksaan cairan peritoneum, dan 6. Bhangu A, Søreide K, Di Saverio S,
pemeriksaan serum. MMP-9 adalah jenis Assarsson JH, Drake FT. Acute
MMP yang paling sering dijumpai appendicitis: Modern understanding
meningkat pada pasien apendisitis of pathogenesis, diagnosis, and
terkomplikasi, namun belum mampu management. Lancet.
menentukan jenis komplikasi yang terjadi 2015;386(10000):1278–87.
pada apendisitis akut tersebut. 7. Petroianu A, Villar Barroso TV.
Pemeriksaan TIMP menunjukkan nilai Pathophysiology of Acute
yang signifikan untuk membedakan jenis Appendicitis. JSM Gastroenterol
komplikasi. Selain itu, MMP-8, MMP-10, Hepatol. 2016;4(3):4–7.
TIMP-2, dan TIMP-4 juga meningkat 8. Yablecovitch D, Kopylov U, Lahat A,
signifikan sehingga pemeriksaan Amitai MM, Klang E, Ben-Ami Shor
kombinasi MMP dan TIMP dapat D, et al. Serum MMP-9: a novel
digunakan sebagai biomarker komplikasi biomarker for prediction of clinical
pada apendisitis akut. relapse in patients with quiescent
Crohn’s disease, a post hoc analysis.
5. SARAN Therap Adv Gastroenterol.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk 2019;12:1–11.
mengetahui nilai cut-off MMP dan TIMP 9. Sekton B. Matrix metalloproteinases
yang dapat menyebabkan komplikasi - an overview. Res Rep Biol. 2010;1.
pada apendisitis. Diperlukan pula 10. Jabłońska-Trypuć A, Matejczyk M,
penelitian lebih lanjut untuk pemeriksaan Rosochacki S. Matrix
MMP dan TIMP dengan prinsip rapid test metalloproteinases (MMPs), the
agar dapat dilakukan langsung ketika main extracellular matrix (ECM)
pasien datang dalam keadaan darurat. enzymes in collagen degradation, as
a target for anticancer drugs. J
DAFTAR PUSTAKA Enzyme Inhib Med Chem.
2016;31(March):177–83.
1. Di Saverio S, Birindelli A, Kelly MD, 11. Nissinen L, Kähäri V-M. Matrix
Catena F, Weber DG, Sartelli M, et metalloproteinases in inflammation.
al. WSES Jerusalem guidelines for Biochim Biophys Acta - Gen Subj.
diagnosis and treatment of acute 2014;1840(8):2571–80.
appendicitis. World J Emerg Surg 12. De Buck M, Gouwy M, Struyf S,
[Internet]. 2016;11(1):1–25. Opdenakker G, Van Damme J. The
Available from: ectoenzyme-side of matrix
http://dx.doi.org/10.1186/s13017- metalloproteinases (MMPs) makes
016-0090-5 inflammation by serum amyloid A
2. Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, (SAA) and chemokines go round.
Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Immunol Lett [Internet]. 2019;205:1–
Harrison's principles of internal 8. Available from:
medicine 19th edition. New York: https://doi.org/10.1016/j.imlet.2018.0
McGraw-Hill Education; 2015 6.001

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 126


13. Solberg A, Holmdahl L, Falk P, Willén g.2015.07.242
R, Palmgren I, Ivarsson ML. Tissue 18. Raja MH, Elshaikh E, Williams L,
proteolysis in appendicitis with Ahmed MH. The Value of C-Reactive
perforation. J Surg Res. Protein in Enhancing Diagnosis of
2011;169(2):194–201. Acute Appendicitis. J Curr Surg.
14. Solberg A, Holmdahl L, Falk P, 2017;7(1–2):7–10.
Wolving M, Palmgren I, Ivarsson ML. 19. Takezawa Y, Saitou Y, Uchida T,
Local and systemic expressions of Hirahara I, Kusano E, Kobayashi M.
MMP-9, TIMP-1 and PAI-1 in patients Matrix metalloproteinase levels in
undergoing surgery for clinically peritoneal effluents were increased
suspected appendicitis. Eur Surg in a patient with appendicitis
Res. 2012;48(2):99–105. undergoing continuous ambulatory
15. Jonsson A, Hjalmarsson C, Falk P, peritoneal dialysis. Clin Exp Nephrol.
Ivarsson ML. Levels of matrix 2012;16(3):501–4.
metalloproteinases differ in plasma 20. Mostbeck G, Adam EJ, Nielsen MB,
and serum - Aspects regarding Claudon M, Clevert D, Nicolau C, et
analysis of biological markers in al. How to diagnose acute
cancer. Br J Cancer [Internet]. appendicitis: ultrasound first. Insights
2016;115(6):703–6. Available from: Imaging. 2016;7(2):255–63.
http://dx.doi.org/10.1038/bjc.2016.12 21. Wilms IM, de Hoog DE, de Visser
7 DC, Janzing HM. Appendectomy
16. Daly MC, von Allmen D, Wong HR. versus antibiotic treatment for acute
Biomarkers to estimate the appendicitis. Cochrane Database
probability of complicated Syst Rev. 2011;(11).
appendicitis. J Pediatr Surg 22. Poprom N, Numthavaj P,
[Internet]. 2018;53(3):437–40. Wilasrusmee C, Rattanasiri S, Attia
Available from: J, McEvoy M, et al. The efficacy of
https://doi.org/10.1016/j.jpedsurg.20 antibiotic treatment versus surgical
17.09.004 treatment of uncomplicated acute
17. Nolan MC, von Allmen D, Wong HR. appendicitis: Systematic review and
Matrix Metalloproteinase-8 as a network meta-analysis of
Biomarker of Complicated randomized controlled trial. Am J
Appendicitis. J Am Coll Surg Surg [Internet]. 2019;218(1):192–
[Internet]. 2015;221(4):S104–5. 200. Available from:
Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjsurg.201
http://dx.doi.org/10.1016/j.jamcollsur 8.10.009

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 127

Anda mungkin juga menyukai