Congenital Hearing Loss
Congenital Hearing Loss
https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/B9781437711608100193?
token=C72F9D4B262B4109015BEF5C4709736761EE99BE91425A884BF7C2E
BE122101EDF397086BC56E0F37B3475DCC697DF1F&originRegion=eu-west-
1&originCreation=20220611063850
Gangguan pendengaran disebabkan oleh interupsi dari transmisi suara atau
impuls saraf pada satu atau lebih area pada telinga. Gangguan pendengaran dapat
berdampak pada kehidupan sosial pasien, pada orang dewasa bisa menyebabkan
depresi dan withdrawal. Pada anak-anak dapat menyebabkan delayed speech atau
cognitive delay. Gangguan pendengaran juga menyebabkan penurunan kesadaran
terhadap sekitar seperti suara peringatan klakson atau sirine.
Hearing loss atau gangguang pendengaran dibagi menjadi beberapa tipe
yaitu :
1. Conductive hearing loss (CHL) : kegagalan konduksi normal energi akustik
pada organ konduksi telinga pada telinga tengah atau kanalis akustikus
eksterna (KAE)
2. Sensorineural hearing loss (SHL) : gangguan pada telinga dalam, bisa
disebabkan oleh kegagalan pembuatan sinyal saraf pada koklea oleh rambut
koklea, atau perambatan sinyal elektrik pada nervus kranial VIII
3. Mixed hearing loss : kombinasi dari CHL dan SHL
4. Central hearing loss : terjadi akibat iskemia atau cedera otak traumatik
Gangguan pendengaran dapat juga di klasifikasikan berdasarkan apakah
gangguan tersebut congenital atau acquired. Kemudian berdasarkan severitas
(mild, moderate, severe, dan profound), berdasarkan arah (kanan, kiri, dan
bilateral), berdasarkan stabilitas (stabil, progressif, dan fluctuatif).
Gangguan pendengaran kongnital adalah gangguan pendengaran yang
didapatkan atau terjadi pada anak-anak atau bayi baru lahir. Gangguan
pendengaran kongenital dapat disebabkan oleh infeksi intrauterine atau kelainan
gen (hereditary). Pada kelainan herediter, mayoritas autosomal recessive dan
nonsyndromic.
Selain kelainan herediter, terdapat beberapa risk factor yang dapat
menyebabkan hearing loss kongenital :
1. History keluarga dengan gangguan pendengaran
2. Abnormalitas fasial
3. Admisi ICU
4. History meningitis
5. Syndrome yang terasosiasi dengan gangguan pendengaran
6. Skor apgar rendah
7. Infeksi prenatal maternal
G.O’Handley J, J.Tobin E, R.Shah A. Otorhinolaryngology [Internet].
Otorhinolaryngology - ScienceDirect. W.B. Saunders; 2012 [cited 2022Jun10].
Available from:
https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/B9781437711608100193?
token=C72F9D4B262B4109015BEF5C4709736761EE99BE91425A884BF7C2E
BE122101EDF397086BC56E0F37B3475DCC697DF1F&originRegion=eu-west-
1&originCreation=20220611063850
Since the end of the last century, neonatal hearing screening programmes have
become available in North America, Europe and most developed countries.
Universal neonatal hearing screening (that is, screening all newborns rather than
only those with risk factors for hearing loss) is advocated. 7 On the basis of these
programmes, the estimated prevalence of permanent bilateral hearing loss is 1.33
per 1,000 live births. 9 In children of primary school age, the prevalence
increases to 2.83 per 1,000 children,10, 11 with a further increase to 3.5 per 1,000
in adolescents. 9 This increase over time presumably reflects the cumulative
addition of patients with hearing loss owing to progressive, acquired or late-onset
genetic causes. For some types of hearing loss, such as Auditory Neuropathy
Spectrum Disorder, diagnostic findings are often not conclusive in newborns
because language skills are still developing and not aberrant at that time;
accordingly, prevalence estimates vary widely. 12
Negara maju memiliki prevalensi 1,33 per 1000 kelahiran dengan tuli bilateral,
pada usia sekolah dasar menjadi 2,83 per 1000 anak, kemudian menjadi 3,5 per
1000 dewasa muda. Pada Negara berkembang atau Negara yang tidak
menerapkan UNHS, seperti pada sub-sahara afrika prevalensi kejadian mencapai
24 per 1000 kelahiran. Pada Asia Selatan mencapai 13 per 1000 kelahiran
Korver AMH, Smith RJH, Van Camp G, Schleiss MR, Bitner-Glindzicz MAK,
Lustig LR, et al. Congenital hearing loss [Internet]. Nature reviews. Disease
primers. U.S. National Library of Medicine; 2017 [cited 2022Jun10]. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5675031/
Keluhan Utama:
- Toxoplasmosis kongenital
Ibu tidak ada riwayat makan makanan mentah, ada riwayat ibu demam selama 3
hari.
Tidak ada memiliki hewan peliharaan seeprti anjing, kucing, atau burung.
toxoplasmosis
CMV infection
calpocepali
simptomatik dengan pemberian anti inflamasi non steroid yang juga memiliki efek
analgetik, dan pemberian edukasi mengenai beberapa hal untuk mengurangi gejala
yang dirasakan pasien.
Keluhan utama
Pasien dikeluhkan tidak dapat menoleh atau merespoon saat dipanggil oleh ibu
pasien. Sampai saat ini pasien hanya dapat babbling satu kata “aaaaa”. Pasien
dirujuk dari bagian anak untuk melakukan tes skrining pendengaran.
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa. Kakak pasien tidak ada
mengalami keluhan, tumbuh kembang baik. Ibu memiliki riwayat demam, batuk,
pilek saat kehamilan. Ibu tidak ada riwayat makan olahan makanan mentah seperti
lawar ataupun makanan setengah matang.
Kehidupan sosial
Rumah keluarga pasien tidak memiliki hewan peliharaan seperti anjing atau
kucing, tetapi ada kucing liar disekitar rumah pasien. Tetangga di lingkungan
sekitar pasien tinggal tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.