Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN LO 4B

 Faktor-Faktor Hormonal dalam Kehamilan

1. Human Chorionic Gonadotropin Menyebabkan Korpus Luteum Bertahan


dan Mencegah Menstruasi

Dalam keadaan normal, menstruasi terjadi pada perempuan yang tidak hamil
sekitar 14 hari setelah ovulasi, pada saat sebagian besar endometrium uterus
terlepas dari dinding uterus dan dikeluarkan. Bila Hal ini terjadi setelah ovum
terimplantasi, maka kehamilan akan terhenti. Akan tetapi, hal ini dicegah oleh
sekresi human chorionic gonadotropin dari jaringan embrionik yang baru
terbentuk dengan cara sebagai berikut.

Hormon human chorionic gonadotropin disekresi oleh sel-sel trofoblast sinsitial


ke dalam cairan ibu, seperti tampak pada Gambar 82-7. Sekresi hormon ini mula-
mula dapat diukur dalam darah 8 sampai 9 hari setelah ovulasi, segera setelah
blastokista berimplantasi di endometrium. Kemudian kecepatan sekresi meningkat
dengan cepat dan mencapai maksimum pada kira-kira 10 sampai 12 hari kehamilan
dan menurun kembali sampai kadar yang lebih rendah pada sekitar 16 sampai 20
minggu. Keadaan ini terus berlanjut pada kadar tinggi ini selama sisa masa
kehamilan.

Horionic Gonadotropin merupakan glikoprotein dengan berat molekul sekitar


39.000 dan struktur molekul serta fungsi yang sama dengan hormon luteinisasi
yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. fungsinya adalah mencegah involusi
korpus luteum pada akhir siklus seks bulanan perempuan.

Bahkan, hormon ini menyebabkan korpus luteum menyekresi lebih banyak lagi
hormone-hormon seksnya progesteron dan estrogen untuk beberapa bulan
berikutnya. Hormon-hormon seks ini mencegah menstruasi dan menyebabkan
endometrium terus tumbuh dan menyimpan sejumlah besar nutrien dan tidak
dibuang menjadi darah menstruasi. Akibatnya, sel-sel yang menyerupai desidua
yang berkembang dalam endometrium selama siklus seks perempuan normal
menjadi sel-sel desidua sesungguhnya sangat membengkak dan banyak
mengandung nutrisi kira-kira pada saat blastokista berimplanta

2. Sekresi Estrogen oleh Plasenta

Pada Gambar 82-7 ini menunjukkan bahwa menjelang akhir kehamilan,


pembentukan estrogen plasenta harian meningkat meningkat menjadi sekitar 30
kali kadar produksi estrogen ibu yang normal. Akan tetapi, sekresi estrogen oleh
plasenta amat berbeda dari sekresi oleh ovarium. Hal yang paling penting, estrogen
yang disekresi oleh plasenta tidak disintesis secara de novo dari zat-zat dasar
dalam plasenta. Melainkan, estrogen hampir seluruhnya dibentuk dari senyawa
steroid androgen, dehidroepiandrosteron dan 16-
hidroksidehidroepiandrosteron yang dibentuk di kelenjar adrenal ibu dan juga di
kelenjar adrenal fetus. Androgen yang lemah ini kemudian ditranspor oleh darah
ke plasenta dan diubah oleh sel-sel trofoblas menjadi estradiol, estron, dan estriol.
(Korteks kelenjar adrenal fetus sangat besar, dan kira-kira 80 persen terdiri atas apa
yang disebut zona fetus, yang fungsi utamanya adalah menyekresi
dehidroepiandrosteron selama kehamilan.)

Fungsi Estrogen dalam Kehamilan.

Berfungsi proliferatif pada sebagian besar organ reproduksi dan organ-organ


terkait pada ibu. Selama kehamilan, jumlah estrogen yang sangat berlebihan
menyebabkan

a) pembesaran uterus ibu,


b) pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara ibu, serta
c) pembesaran genitalia eksterna perempuan.

3. Sekresi Progesteron oleh Plasenta

Progesteron juga penting untuk berhasilnya kehamilan kenyataannya hormon ini


sama pentingnya dengan estrogen. Selain disekresi dalam jumlah sedang oleh
korpus luteum pada awal kehamilan, kelak disekresi dalam jumlah sangat banyak
oleh plasenta, rata-rata meningkat sekitar 10 kali lipat selama kehamilan,
seperti yang tampak pada Gambar 82-7.

Berbagai efek khusus progesteron yang penting untuk perkembangan kehamilan


normal adalah sebagai berikut.

1. Progesteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di endometrium uterus,


dan sel-sel ini berperan dalam nutrisi embrio muda.
2. Progesteron menurunkan kontraktilitas uterus gravid (pada kehamilan),
sehingga mencegah kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan.
3. Progesteron membantu perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelum
implantasi, karena progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba
fallopi dan uterus ibu untuk menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk
perkembangan morula (massa sferis terdiri atas 16 sampai 32 blastomer
yang terbentuk sebelum blastula) dan blastokista. Juga dianggap bahwa
progesteron memengaruhi pembelahan sel pada awal perkembangan embrio.
4. Progesteron yang disekresi selama kehamilan membantu estrogen
menyiapkan payudara ibu untuk laktasi, yang akan dibahas kemudian pada
bab ini.

4. Human Chorionic Somatomammotropin

Hormon ini merupakan protein dengan berat molekul sekitar 22.000 dan mulai
disekresi oleh plasenta sekitar minggu kelima kehamilan. Sekresi hormon ini
meningkat secara progresif sepanjang sisa masa kehamilan dan berbanding
langsung dengan berat plasenta. Hormon ini disekresi dalam jumlah beberapa kali
lebih besar daripada gabungan semua hormon-hormon kehamilan yang lain.

Hormon ini mempunyai beberapa kemungkinan efek penting :

 Pertama, bila diberikan pada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang
berbeda, human chorionic somatomammotropin sedikitnya menyebabkan
perkembangan sebagian payudara hewan dan pada beberapa keadaan
menyebabkan laktasi. Oleh karena ini merupakan fungsi hormon tersebut
yang pertama ditemukan, maka hormon ini mula-mula dinamai human
placental lactogen dan diyakini mempunyai fungsi yang mirip dengan
prolactin.
 Kedua, hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan
hormon pertumbuhan, menyebabkan pembentukan jaringan protein dengan
cara yang sama seperti hormon pertumbuhan. Hormon ini juga mempunyai
struktur kimia yang serupa dengan hormon pertumbuhan, tetapi dibutuhkan
human chorionic somatomammotropin 100 kali lebih banyak daripada
hormon pertumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan.
 Ketiga, human chorionic somatomammotropin menyebabkan penurunan
sensitivitas insulin dan penurunan penggunaan glukosa pada ibu, sehingga
membuat jumlah glukosa yang tersedia untuk fetus lebih banyak. Oleh
karena glukosa merupakan zat utama yang dipakai fetus untuk memacu
pertumbuhannya.
Hormon ini juga meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari cadangan
lemak ibu, sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk
metabolisme ibu selama kehamilan. Oleh karena itu, human chorionic
somatomamotropin merupakan hormon metabolik umum yang mempunyai
implikasi nutrisi khusus untuk ibu maupun fetus.

 Faktor-Faktor Hormonal Lain dalam Kehamilan

1. Sekresi Hipofisis

Kelenjar hipofisis anterior ibu membesar paling sedikit 50 persen selama


kehamilan dan meningkatkan produksi kortikotropin, tirotropin, dan prolaktin.

2. Peningkatan Sekresi Kortikosteroid

Kecepatan sekresi glukokortikoid korteks adrenal meningkat sedang selama


kehamilan. Kemungkinan glukokortikoid membantu mobilisasi asam-asam amino
dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk sintesis jaringan fetus

Pada ibu hamil, sekresi aldosteron biasanya meningkat sekitar dua kali lipat,
mencapai puncaknya pada akhir kehamilan. Keadaan ini, bersama dengan kerja
estrogen. menyebabkan kecenderungan ibu hamil normal untuk mereabsorbsi
kelebihan natrium dari tubulus ginjalnya, dan, dengan demikian, menahan cairan,
yang kadang-kadang menimbulkan hipertensi yang dipicu kehamilan.

3. Peningkatan Sekresi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid ibu biasanya membesar sampai 50 persen selama kehamilan dan
meningkatkan produksi tiroksin dengan jumlah yang sesuai. Peningkatan
pembentukan tiroksin disebabkan oleh efek tirotropik human chorionic
gonadotropin yang disekresi plasenta dan oleh sejumlah kecil hormon perangsang
tiroid khusus, human chorionic tyrotropin, yang juga disekresi oleh plasenta.

4. Peningkatan Sekresi Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid ibu biasanya juga membesar selama kehamilan; hal ini
khususnya berlaku bila ibu menjalani diet rendah kalsium. Pembesaran kelenjar ini
menyebabkan absorpsi kalsium dari tulang ibu, dengan demikian mempertahankan
konsentrasi ion kalsium normal dalam cairan ekstraselular ibu, meskipun janin
sedang mengambil kalsium untuk osifikasi tulang-tulangnya sendiri. Sekresi
hormon paratiroid ini bahkan lebih intensif selama laktasi setelah kelahiran bayi,
karena bayi yang tumbuh memerlukan kalsium berkali-kali lebih banyak daripada
fetus.

5. Sekresi "Relaksin" oleh Ovarium dan Plasenta

Suatu zat lain di samping estrogen dan progesteron, yaitu hormon yang disebut
relaksin, yang disekresi oleh korpus luteum ovarium dan jaringan plasenta.
Relaksin merupakan 48-asam amino polipeptida dengan berat molekul sekitar
9.000. Hormon ini, bila disuntikkan, menyebabkan relaksasi ligamentum-
ligamentum simfisis pubis pada tikus dan marmot yang sedang birahi. Efek ini
sangat sedikit atau bahkan tidak ada pada ibu hamil. Sebaliknya, hal ini terutama
disebabkan oleh estrogen yang juga menyebabkan relaksasi ligamentum-
ligamentum pelvis. Telah ditegaskan juga bahwa relaksin melunakkan serviks ibu
hamil pada saat persalinan

SUMBER : Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Ed ( P : 1007-1009)

Anda mungkin juga menyukai