Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI-TEORI BELAJAR ASOSIASIONISTIK


(Ivan Petrovich pavlov, Edwin Ray Guthrie, William kaye estes )
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar
Semester Ganjil Tahun 2022/2023
Dosen Pengampu : Tuti Alawiyah, M.Pd

Disusun Oleh:
Muchmmad abdul jabbar 22010230
Putri novia reizika 22010287
M. Tobi asipa hidayat 22010261
Salwa Putri Anshori 22010235

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Belajar, dengan makalah yang berjudul “Teori-Teori Belajar
Asosiasionistik (Ivan Petrovich pavlov, Edwin Ray Guthrie, William kaye estes)”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Bimbingan dan Konseling Belajar Ibu Tuti Alawiyah, M.Pd yang telah memberikan
tugas kepada kami sehingga kami dapat mengeksplor lebih jauh mengenai materi ini.
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
berguna juga bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Cimahi, 29 September 2023


Hormat kami,
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov....................................................................3
1. Biografi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)................................................3
2. Eksperimen Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov...........................................4
3. Aplikasi teori pavlov dalam pembelajaran....................................................5
B. Teori Belajar Edwin Ray Guthrie........................................................................7
1. Biografi Edwin Ray Guthrie.........................................................................7
2. Teori dan Perkembangan..............................................................................7
3. Dampak atau Implikasi Teori Belajar...........................................................8
4. Contoh Implementasi Praktis Teori dalam Aplikasi Dunia Pendidikan.......9
C. Teori Belajar Asosiasionistik Menurut William Kaye Estes.............................10
1. Asumsi Dasar Teori SST.............................................................................10
2. Proses Belajar Menurut Teori SST.............................................................10
3. Implementasi Teori SST dalam Kehidupan................................................11
BAB III........................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, belajar adalah salah satu proses kunci dalam
perkembangan manusia. Proses ini memungkinkan individu untuk
mengadaptasi diri mereka dengan lingkungan dan memperoleh pengetahuan
serta keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
pendekatan yang telah memberikan kontribusi besar dalam pemahaman tentang
bagaimana belajar terjadi adalah teori belajar fungsionalistik. Teori Belajar
Fungsionalistik mencerminkan upaya untuk memahami bagaimana manusia
belajar dan berfungsi dalam lingkungan sekitarnya.
Dalam psikologi, teori ini telah memainkan peran penting dalam
menjelaskan bagaimana pikiran dan perilaku manusia berkembang sebagai
respons terhadap stimulus eksternal dan internal. Sebagai pendekatan yang
menekankan adaptasi individu terhadap lingkungan, teori belajar
fungsionalistik membantu kita memahami mengapa manusia berperilaku
seperti yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Teori-teori ini,
dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti E.L. Thorndike, B.F. Skinner, dan
Clark Leonard Hull, memberikan wawasan yang berharga tentang proses
pembelajaran manusia.
Pandangan B.F. Skinner tentang belajar adalah sebagai proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung progresif menambah dimensi
pemahaman kita tentang bagaimana individu menghadapi situasi yang mereka
hadapi dan bagaimana mereka berubah dalam proses tersebut.
Melalui makalah ini, kami akan membahas secara rinci konsep utama
dari teori-teori belajar fungsionalistik ini. Kami juga akan mengidentifikasi
tokoh-tokoh kunci yang berperan dalam pengembangan teori-teori ini. Selain
itu, kami akan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari setiap teori.
Dengan memahami teori-teori belajar fungsionalistik ini, para konselor
dan pembimbing akan memiliki alat yang lebih kuat untuk membantu individu
mengatasi masalah, mengubah perilaku yang tidak diinginkan, dan mencapai
potensi penuh mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian,
makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang teori-teori belajar fungsionalistik dan relevansinya dalam bidang
bimbingan dan konseling.

iv
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
C. Tujua
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain,
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori-teori belajar
fungsionalistik dari setiap tokoh.
2. Untuk menjelaskan konsep dasar dari teori-teori belajar fungsionalistik.
3. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan teori-teori belajar
fungsionalistik.
4.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov


1. Biografi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Sebelum membicarakan langkah-langkah eksperimen Pavlov, ada baiknya
kita membicarakan sedikit mengenai latar belakang kehidupannya. Keahlian dan
pengalamannya mendorong Pavlov melakukan eksperimen-eksperimen sampai
akhirnya menemukan konsepkonsep yang kemudian dikenal sebagai teori belajar.
Tokoh Classical Conditioning dan bapak teori belajar Modern, Ivan Petrovich Pavlov
dilahirkan di Ryazan Rusia desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi
seorang pendeta pada 18 September tahun 1849 dan meninggal di Leningrad pada
tanggal 27 Pebruari 1936. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari
Teologi. Ayahnya seorang pendeta, dan awalnya Pavlov sendiri berencana menjadi
pendeta, namun dia berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni fisiologis. Dia
sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi,
karena dia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Tahun 1870, ia memasuki
Universitas Petersburg untuk mempelajari sejarah alam di Fakultas Fisika dan
Matematika.
Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi
behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses
belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Pavlov telah melakukan
penyelidikan terhadap kelenjar ludah secara intensif sejak tahun 1902 dengan
menggunakan anjing. Hanya beberapa saat sebelum tahun itu, ketika Pavlov
menginjak usia 50 tahun dia memulai karyanya yang terkenal tentang refleks-refleks
yang terkondisikan (condition refleks). Karya tulisnya adalah Work of Digestive
Glands (1902) dan Conditioned Reflexes. Di Tahun 1904 dia memperoleh hadiah
Nobel dibidang Physiology or Medicine untuk karya tersebut. Karyanya mengenai

vi
pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika (The
Official Web Site of the Nobel Foundation, 2007).

2. Eksperimen Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov


Dalam tahun-tahun terakhir dari abad ke 19 dan tahun-tahun permulaan abad
ke-20, Pavlov dan kawan-kawan mempelajari proses pencernaan dalam anjing.
Selama penelitian mereka para ahli ini memperhatikan perubahan dalam waktu dan
kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eksperimen-eksperimen ini Pavlov dan kawan-
kawannya menunjukkan, bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang
selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air
liur. Berangkat dari pengalamannya, Pavlov mencoba melakukan eksperimen dalam
bidang psikologi dengan menggunakan anjing sebagi subjek penyelidikan.
Namun demikian, dari hasil eksperimen dengan menggunakan anjing tersebut,
Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengkondisian, antara lain:
1. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman (extinction). Penghapusan berlaku apabila
rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, lama-
kelamaan individu/organisme itu tidak akan bertindak balas. Setelah respons itu
terbentuk, maka respons itu akan tetap ada selama masih diberikan rangsangan
bersyaratnya dan dipasangkan dengan rangsangan tak bersyarat.
2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). Rangsangan yang sama akan
menghasilkan tindak balas yang sama. Pavlov menggunakan bunyi loceng yang
berlainan nada, tetapi anjing masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan
bahawa organisme telah terlazim, dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak
terlazim akan menghasilkan gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan
itu berlainan atau hampir sama.
Contoh : anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu akan memberikan
respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui penguatan dan pemadaman
diferensial, rentang stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada anjing
yang galak saja.

vii
3. Pemilahan (discrimination). Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui
penguatan dan pemadaman yang selektif. Diskriminasi berlaku apabila individu
berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang
dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas.
Contoh : Anak kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi respon
rasa takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan terkurung dalam
kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.
4. Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi. Akhirnya, Pavlov menunjukkan
bahwa sekali kita dapat mengondisikan seekor anjing secara solid kepada CS
tertentu, maka dia kemudian bisa menggunakan CS itu untuk menciptakan
hubungan dengan stimulus lain yang masih netral. Di dalam sebuah eksperimen
muridmurid Pavlov melatih seekor anjing untuk mengeluarkan air liur terhadap
bunyi bel yang disertai makanan, kemudian memasangkan bunyi bel itu saja
dengan sebuah papan hitam.
3. Aplikasi teori pavlov dalam pembelajaran
Aplikasi teori Pavlov memberikan konsekuensi kepada pendidik untuk
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap. Sehingga, tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik disampaikan secara utuh oleh
pendidik. Pendidik tidak banyak mem- beri ceramah, tetapi juga memberikan
instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh, baik yang dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Selanjutnya, bahan pelajaran disusun secara hierarki, dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi men- jadi bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi terhadap hasil yang dapat diukur dan diamati. Jika ada kesalahan, maka
pendidik harus segera mem- perbaikinya.
Selanjutnya, pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
belajar Pavlov ialah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif, dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan atas perilaku yang tampak.

viii
Secara umum, model dari teori Pavlov sangat cocok dipraktikkan pada
pembelajaran yang mengandung unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks,
dan daya tahan. Contohnya ialah percakapans bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, dan olahraga. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak- anak yang masih memerlukan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi, gemar meniru, dan senang dengan bentuk-bentuk peng- hargaan
langsung, seperti diberi permen atau pujian.
Teori belajar Pavlov harus diterapkan secara hati-hati dan di- sesuaikan
dengan instruksi prinsipnya. Sebab, apabila salah dalam penerapan atau tidak
melakukannya sesuai instruksi, justru akan menciptakan situasi belajar yang tidak
kondusif bagi peserta didik. Inilah salah satu kelemahannya. Jika tidak tepat dalam
penerapannya, maka bisa menyebabkan pendidik sebagai sentral, mudah bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, dan pendidik melatih, serta menentukan
sesuatu yang harus dipelajari peserta didik.
Sementara itu, peserta didik malah dipandang sebagai sosok yang pasif, selalu
perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan
pendidik. Peserta didik hanya men- dengarkan dengan tertib penjelasan pendidik dan
menghafalkan sesuatu yang didengarnya. Dengan kata lain, peserta didik dianggap
tidak akan mampu berkembang tanpa bantuan dari pendidik.
Teori belajar Pavlov menganggap bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis
dan aktif, sementara penentuan kepribadian sama sekali tidak dihiraukan. Teori ini
menonjolkan peranan latihan atau kebiasaan-kebiasaan (stimulus) yang dilakukan
secara terus-menerus untuk mengubah perilaku. Padahal, tindakan manusia tidak
semata- mata tergantung oleh pengaruh luar. Manusia memiliki akal yang mampu
memilih dan menentukan perbuatan dan reaksinya. Teori conditioning memang tepat
kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia, teori ini hanya
dapat kita terima dalam hal-hal tertentu. Umpamanya dalam belajar skills (keahlian)
khusus dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil. Meski begitu, teori belajar
Pavlov sangat bagus diaplikasikan pada pembelajaran dengan ciri-ciri tersebut.

ix
B. Teori Belajar Edwin Ray Guthrie
1. Biografi Edwin Ray Guthrie
Edwin Ray Guthrie lahir pada 9 Januari 1886 di Lincoln, Nebraska
dan meninggal pada tahun 1959. Ibunya adalah seorang guru sekolah dan
ayahnya seorang manajer toko. Edwin Ray Guthrie adalah seorang psikolog
behavioral yang menyampaikan suatu teori pembelajaran yaitu hukum
kontiguitas yang berbunyi: suatu kombinasi antara rangsangan dan gerakan
yang dilakukan akan cenderung dilakukan kembali saat kondisi yang sama
muncul. Meskipun ia menulis tentang filsafat dan di berbagai bidang
psikologi, Guthrie terkenal karena karyanya dalam mengembangkan satu teori
pembelajaran sederhana.
Guthrie lulus dari University of Nebraska pada tahun 1907 dengan
gelar BA (Bachelor of Arts) pada bidang matematika, Phi Beta Kappa Key,
filsafat, dan psikologi. Setelah lulus, Guthrie mengajar matematika di Lincoln
High School dan di saat yang sama Guthrie melanjutkan untuk mendapatkan
gelar MA (Master of Arts) di Universitas yang sama dan lulus pada tahun
1910. Di tahun yang sama, Guthrie juga mendapatkan gelar PhD di University
of Pennsylvania dan kembali mengajar matematika di sekolah menengah pada
tahun 1912. Ketika tahun 1914, Guthrie menjadi dosen filosofi di University
of Washington. Tahun 1919, Guthrie menjadi anggota dari departemen
psikologi di University of Washington serta menjadi dekan pascasarjana di
University of Washington pada tahun 1943.
2. Teori dan Perkembangan
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie yang utama adalah
hukum kontiguitas, yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu
gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama. Hukum kontiguitas adalah satu prinsip asosionisme, yaitu respon
atas suatu situasi cenderung diulang bila individu menghadapi suatu yang
sama. Kunci teori Guthrie terletak pada prinsip Tunggal bahwa kontiguitas

x
merupakan fondasi pembelajaran.Teori Guthrie tersebut lebih menekankan
pada hubungan antara stimulus dan respons, serta beranggapan bahwa setiap
respons yang didahului atau disertai suatu stimulus atau gabungan dari
beberapa stimulus yang akan timbul kembali apabila stimulus tersebut diulang
kembali. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suatu stimulus tertentu akan
menimbulkan respons tertentu. Suatu respons hanya terbina oleh satu kali
percobaan saja. Oleh karena itu, pengulangan atau repetisi tidak memperkuat
hubungan stimulus respon. Guthrie percaya bahwa pembelajaran terjadi
melalui asosiasi dan pengkondisian, dan satu pasangan seringkali cukup untuk
membangun koneksi, daripada pasangan stimulus-respons yang berulang,
Guthrie mengusulkan beberapa metode untuk mengubah kebiasaan yang
masingmasing telah digunakan dalam terapi perilaku. Hal ini biasanya disebut
metode threshold (ambang), metode fatigue (kelelahan), dan metode
incompatible stimuli (rangsangan yang tidak sesuai atau stimuli
menyimpang).
1. Metode Threshold (ambang) = merupakan metode mencari
petunjuk yang memicu kebiasaan buruk dan melakukan respons
lain saat petunjuk itu muncul.
2. Metode Fatigue (kelelahan) = membiarkan respons terus menerus
hingga tidak lagi menjadi fungsi dari stimulus.
3. Metode Incompatible Stimuli (stimuli menyimpang) = memberikan
penyandingan terhadap stimuli karena dianggap dapat
menimbulkan respon buruk.
3. Dampak atau Implikasi Teori Belajar
Tidak pentingnya sebuah transfer training karena ketika organisme
menerima transfer training.
1. Reinforcement (penguatan) tidak memiliki pengaruh besar pada
perilaku organisme.
2. Pelatihan menjadi hal yang penting dalam teori Guthrie karena
menurutnya organisme yang bertindak terhadap suatu respon bisa

xi
menjadi sebuah kebiasaan karena adanya pengulangan dari
perilaku sebelumnya.
3. Punishment menjadi hal biasa dalam teori ini karena Guthrie
menganggap,ketika individu mendapatkan hukuman dia mengubah
perilakunya bukan karena takut tapi karena dasar hukuman
tersebut mengubah perilaku individu.

4. Contoh Implementasi Praktis Teori dalam Aplikasi Dunia


Pendidikan
Teori pembelajaran oleh Edwin Ray Guthrie pada dasarnya berprinsip belajar
utama dengan hukum kedekatan. Artinya, jumlah rangsangan yang menyertai suatu
gerakan, ketika muncul kembali, cenderung mengikuti gerakan yang sama. Hukum
keterhubungan merupakan prinsip associatism, yaitu bahwa tanggapan terhadap suatu
situasi cenderung berulang ketika individu dihadapkan pada hal yang sama. Kunci
teori Guthrie terletak pada prinsip unik bahwa kedekatan adalah fondasi
pembelajaran. Guthrie juga menggunakan hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya pembelajaran..Pembelajaran terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus ketika tidak ada respon lain yang
memungkinkan Guthrie mengemukakan bahwa proses pendidikan dimulai dengan
pernyataan tujuan, yaitu dengan pernyataan tanggapan yang akan dibuat terhadap
rangsangan. Hal ini menunjukkan lingkungan belajar yang akan memunculkan
respons yang diinginkan serta rangsangan yang akan ditempatkan di sana. Dengan
demikian, motivasi tidak dianggap terlalu penting, yang penting seseorang merespon
dengan tepat Ketika diberikan rangsangan tertentu.
Kombinasi yang tepat dari rangsangan dan tanggapan merupakan inti dari
teori belajar Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam proses belajar mengajar di
kelas.Guthrie memberikan beberapa saran kepada guru :
a.Guru harus dapat mengarahkan aktivitas siswa agar siswa adalah apa yang
mereka pelajari ketika mereka mempelajari sesuatu. Dengan kata lain,
rangsangan apa yang terdapat dalam buku atau pelajaran yang memotivasi siswa

xii
untuk belajar.
b. Jika siswa membuat catatan atau membaca buku, mereka dapat mengingat lebih
banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimulus yang dapat
digunakan sebagai stimulus untuk mengingat pelajaran.
c. Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang
secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan
kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan
(stimuli) bagi munculnya perilaku distruptif.
C. Teori Belajar Asosiasionistik Menurut William Kaye Estes
William Kaye Estes adalah seorang psikolog Amerika yang mengembangkan
teori belajar asosiasionistik yang disebut Teori Sampling Stimulus (SST). Teori ini
berpendapat bahwa belajar terjadi melalui proses asosiasi antara stimulus dan
respons. Estes percaya bahwa otak manusia memproses informasi dengan cara
mengasosiasikan trace-trace yang berbeda. Trace adalah representasi mental dari
suatu stimulus atau respons.
1. Asumsi Dasar Teori SST
Teori SST memiliki beberapa asumsi dasar, yaitu: Situasi belajar terdiri dari
banyak elemen stimulus dalam jumlah tertentu. Semua respon yang diberikan dalam
situasi eksperimental dapat digolongkan menjadi dua kategori: respon yang benar dan
respon yang salah. Semua elemen stimulus dilekatkan dengan respon yang benar atau
salah. Pembelajaran terbatas kemampuannya dalam mengalami stimulus. Percobaan
belajar berakhir ketika respons terjadi.
2. Proses Belajar Menurut Teori SST
Proses belajar menurut Teori SST dapat digambarkan sebagai berikut: Pada awal
percobaan, pembelajar mengalami sejumlah elemen stimulus. Salah satu elemen
stimulus dilekatkan dengan respon yang benar. Jika respon yang benar terjadi, maka
elemen stimulus tersebut akan diperkuat. Semakin sering elemen stimulus tersebut
diperkuat, maka semakin kuat asosiasi antara elemen stimulus tersebut dengan respon
yang benar. Asosiasi yang kuat akan menyebabkan pembelajar lebih cenderung

xiii
menghasilkan respon yang benar ketika mengalami elemen stimulus tersebut di masa
depan.
3. Implementasi Teori SST dalam Kehidupan
Teori SST dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
pendidikan, pelatihan, dan pemasaran. Dalam pendidikan, Teori SST dapat digunakan
untuk menjelaskan bagaimana siswa belajar materi baru. Menurut Teori SST, siswa
akan lebih mudah belajar materi baru jika materi tersebut disajikan dalam bentuk
yang menarik dan relevan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Dalam
pelatihan, Teori SST dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Menurut Teori SST, karyawan akan lebih cepat mempelajari keterampilan baru jika
keterampilan tersebut dilatih secara bertahap dan berulang-ulang. Dalam pemasaran,
Teori SST dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas iklan. Menurut Teori
SST, iklan akan lebih efektif jika iklan tersebut menggunakan stimulus yang relevan
dengan target pasar dan disajikan secara berulang-ulang.

xiv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
baik dari segi penulisan maupun segi materi yang kami bahas. Oleh karena
itu, mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun kepada dosen kami
Ibu Tuti Alawiyah, M.Pd dan teman-teman mahasiswa dan mahasiswi
sekalian, agar kami bisa memperbaiki dalam penyusunan makalah kami dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita
dalam memahami bahasannya.

xv
DAFTAR PUSTAKA

xvi

Anda mungkin juga menyukai