Anda di halaman 1dari 11

‫ اَحلِّج َو الُع ْم َر ة‬: ‫اَّدل ْر ُس‬

Dars 1: Haji dan Umroh

Pembimbing :
Samsul Arifin, S.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 1:
Adellia Azra Choirolla (01 / XI IPS 2)
Divania Astri Kirana (11 / XI IPS 2)
Hanum Nur Rochmatin (16 / XI IPS 2)
Nurjihan Khasanah (29 / XI IPS 2)
Tazkiya ‘Ilmi Aulia (34 / XI IPS 2)
Zalfa Hafizh D. U. S. (36 / XI IPS 2)

KANTOR KEMENTERIAN KOTA KEDIRI


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA KEDIRI
Jalan Letjen Suprapto Nomor 58 Kota Kediri 64124
Telepon (0354) 687876 Faksimile (0354) 691771
Website www.man2kotakediri.sch.id
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Motivasi Belajar


Belajar merupakan kegiatan untuk mendapatkan ilmu agar dapat
dimanfaatkan kedepannya. Belajar dapa dilakukan oleh siapa pun, dimana pun, dan
kapan pun kita berada. Belajar tidak hanya berpacu pada pelajaran yang bersifat ilmu
sosial atau ilmu alam saja. Namun, belajar juga mencakup ilmu kebudayaan dan sastra,
semisal belajar tentang bahasa arab.
Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy
change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.”
Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan
Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu:
1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi,
2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal),
3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

2
1.2 Metode dan Cara Belajar
Metode merupakan rencana program yang bersifat menyeluruh (holistik-
komprehensif) yang berhubungan erat dengan teknik penyajian materi pelajaran secara
teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas pendekatan tertentu. Kalau
pendekatan lebih bersifat aksiomatis, metode justru bersifat prosedural.

Metode Gramatika-Terjemah

Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu “logika semesta” yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tata bahasa merupakan bagian
dari filsafat dan logik

Metode Langsung

Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa
kedua atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu. Juga didasarkan atas asumsi
yang bersumber dari hasil-hasil kajian psikologi asosiatif.

Metode Membaca

Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran bahasa tidak


bisa bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling
realistik ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing dan kemudahan dalam
pemerolehannya

Metode Audio-lingual

Metode audiolingual didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa


bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu pengajaran bahasa harus
dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat
kemudian mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis.

Metode Eklektik

Metode ini didasarkan atas asumsi bahawa (1) tidak ada metode yang ideal
karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemahan, (2) setiap
metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan
pengajaran, (3) lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan kepada
metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan, (4) tidak ada satu metode yang
cocok untuk semua tujuan, semua guru, semua siswa, dan semua program pengajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mufrodat Penting

‫َسَعى‬ ‫َطاَف‬ ‫ٌح َّج اٌج‬


‫الَك ْع َبْه‬
Sa’i Thawaf Haji
Ka’bah

‫الُجْم َر ات‬ ‫َر اَمى‬


‫ُو ُقوف‬ ‫ِلَباُس اِال ُح َر ام‬
Jumrah Melempar
Wuquf Pakaian Ihram

‫َماَءَز مَز م‬ ‫َح َلَق‬ ‫اَالْض ِح َّية‬ ‫َباَت‬


Air zamzam Mencukur Mengorbankan Mabit

4
‫غ‬
َ
‫ارِح َر ام‬
‫الِم ْيَق ات‬ ‫َحَج ر‬
‫ُفْندوق‬ Gua Hira
Miqat Batu
Hotel

‫َتْلِبَّية‬ ‫َه ْد َي‬ ‫الَّصَف اَو الَمْر وة‬ ‫َذَبَح‬


Talbiyah Hewan Qurban
Safa-Marwah Menyembelih

5
2.2 Kaidah Kebahasaan
‫الِفْعُل الَم اِض ي‬

Keterangan ‫َم ا ِض َي‬ Arti ‫َضِمْير‬

Dia (laki-laki) ‫ُهَو‬


‫َذ َهَب‬
‫َغاِئْب‬
(Orang ke 3 laki-laki) Mereka (laki-laki 2) ‫ُهَم ا‬
(ditambah‫َذ َهَبا ) ا‬

(ditambah ‫َذ َهُبْو ا ) ْو ا‬


Mereka (laki-laki) ‫ُهْم‬

(ditambah ‫َذ َهَبْت (ْت‬ Dia (perempuan) ‫ِهَي‬


‫َغاِئَبْة‬
(Orang ke 3 Mereka (perempuan 2 ) ‫ُهَم ا‬
(ditambah ‫َذ َهَبَتا) َتا‬
perempuan)

Mereka (perempuan) ‫ُهَّن‬


(ditambah ‫َذ َهْبَن ) َن‬

(ditambah ‫َذ َهْبَت ) َت‬ Kamu (laki-laki) ‫َاْنَت‬


‫ُم َخ ا َطْب‬
(Orang ke 3 laki-laki) (ditambah‫َذ َهْبُتَم ا ) ُتَم ا‬ Kalian (laki-laki 2) ‫َاْنُتَم ا‬
(ditambah ‫َذ َهْبُتْم ) ُتْم‬ Kalian (laki-laki) ‫َاْنُتْم‬
(ditambah ‫َذ َهْبِت (ِت‬ Kamu (perempuan) ‫َاْنِت‬
‫ُم َخ ا َطَبْة‬
(Orang ke 3 (ditambah ‫َذ َهْبُتَم ا) ُتَم ا‬ Kalian (perempuan 2 ) ‫َاْنُتَم ا‬
perempuan)
(ditambah ‫َذ َهْبُتَّن ) ُتَّن‬ Kalian (perempuan) ‫َاْنُتَّن‬

‫ُم َتَك ِّلْم َو ْح َد ْه‬


(ditambah ‫َذ َهْبُت ) ُت‬ Saya ‫َاَنا‬
(Orang ke 1 tunggal)

‫ُم َتَك ِّلْم َم َع ْالَغْيِر‬ (ditambah ‫َذ َهْبَنا (َنا‬


(Orang ke 1 jamak) Kamu / Kami ‫َنْح ُن‬

6
Fi’il merupakan kata kerja, sedangkan fi’il madhi merupakan kata kerja yang
menunjukkan aktivitas pada masa lalu atau lampau.

Cara mentasrif perubahan fi’il selain sahih salim:


1. Apabila mufradat pada dhamir ‫ُهَّن‬ sampai ‫ َنْح ُن‬, dikembalikan ke asal kata.

2. Apabila ajwaf wawi pada dhamir ‫ُهَّن‬ sampai ‫ َنْح ُن‬, fa’ fi’il dibaca dhammah dan ‘ayn fi’il
dibuang.

3. Apabila ajwaf ya’i pada dhamir ‫ُهَّن‬ sampai ‫ َنْح ُن‬fa’ fi’il dibaca kasrah dan ‘ayn fi’il
dibuang.

4. Apabila naqis wawi maka perubahannya sebagai berikut:


a. Pada dhamir ‫ ُهَم ا ُم َذ َك ر غاِئب‬, lam fi’il diganti waw (‫ )و‬berharakat fathah.
b. Pada dhamir ‫ُهَّن‬ sampai ‫ َنْح ُن‬lam fi’il diganti waw (‫)و‬.
c. Pada dhamir ‫ِهَيا‬ , ‫ ُهْم‬,‫ ُهَم ا‬, lam fi’il dibuang.

5. Apabila naqis ya’i wazan ‫َفَع َل‬ maka perubahannya sebagai berikut:
a. Pada dhamir ‫ ُهَم ا ُم َذ َك ر غاِئب‬, lam fi’il diganti ya (‫ )ي‬berharakat fathah.
b. Pada dhamir ‫ ُهَّن‬sampai , ‫َنْح ُن‬lam fi’il diganti dengan ya (‫)ي‬.

c. Pada dhamir ‫ِهَيا‬ , ‫ ُهْم‬,‫ ُهَم ا‬, lam fi’il dibuang.

6. Apabila naqis ya’i wazan ‫ َفِعَل‬maka pada dhamir ‫ُهْم‬ lam fi’il dan ‘ayn fi’il dibaca dhammah
‫ف‬

7. Apabila lafif cara mentasrif sama dengan naqis ya’i wazan ‫َفَع َل‬

7
Untuk contoh yang lebih jelasnya tertera pada tabel dibawah ini :

Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan makna yang terjadi pada zaman yang lewat.
Seperti ‫ َنَص َر‬, ‫ َض َر َب‬, ‫ َس َأَل‬:

1. Yang dimaksud mabni fa’il dari fi’il madhi ialah :


a. Keadaan huruf pertamanya difathahkan atau
b. Keadaan permulaan huruf hidupnya difathahkan.
Seperti lafadz : ‫ ِاْنَك َسَر‬, ‫ ِاِج َتَم َع‬, ‫ِاسَتْخ َر َج‬

Ialah semua fi’il madhi yang dimulai dengan hamzah yang dikasrahkan seperti ‫ِاْنَك َسَر‬
dan seterusnya.

8
Yang dimaksud dengan kalimat permulaan huruf hidup itu ialah kaf lafadz ‫ ; ِاْنَك َسَر‬ta’

; , ‫ ِاِج َتَم َع‬lafadz ra’ lafadz ‫ ِاْح َر ْنَج َم‬. hamzahnya tidak dianggap sebagai permulaan huruf
hidup sebab huruf hamzah itu bila terhimpit oleh dua kalimat tidak terbaca, seperti
lafadz ‫ َو اْج َتَم َع َك اْنَك َس ر‬dan sebagainya, dan huruf sesudahnya bersukun.

Semua itu adalah fi’il madhi mabni fa’il yang difathahkan huruf awalnya, sedangkan
huruf akhirnya dapat berubah, bergantung pada perbedaan dhomirnya.

2. Fi’il madhi mabni majhul


Fi’il madhi mabni majhul yaitu

a. Fi’il yang tidak disebutkan fa’ilnya, yaitu fi’il yang permulaannya didhammahkan
(dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan), seperti wazan : ‫ُفِّع َل‬ , ‫ ُفو ِع َل‬, ‫ َتَفِّع َل‬,

‫ ُتفو ِع َل‬, ‫ ُفِع َل‬, ‫ ُفْع ِلَل‬, ‫ُأْفِع َل‬


b. Atau fi’il yang huruf pertamanya hidup dari fi’il itu didhammahkan, seperti wazan:
‫ُأْف ِعَل‬
Adapun hamzah wasal mengikuti huruf hidup yang didhammahkan dan huruf sebelum

dan ‫ ُنْص َر َز ْي ٌد‬seperti: dikasrahkan, selamanya akhirnya ‫ُاْس تشْخ ر شَج الماُل‬
(Asalnya : ‫ َن َص َر َب ْك ٌر َز ْي ًد ا‬, ‫)ُاْس ُتْخ َر َج َب ْك ٌر اْل َم اَل‬

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah fiil madhi adalah kata
kerja yang menunjukkan peristiwa di masa lampau. Fiil madhi majhul adalah
fiil yang tidak disebutkan fail nya. Sedangkan yang dimaksud mabni fail dari
fiil madhi adalah keadaan ketika huruf pertamanya difathahkan.

10
3.2 Referensi
 Buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy karya
K.H Moch. Anwar.
 Buku Ilmu Sharaf Terjemahan Matan Kailani dan Nazham Almaqsud
karya K.H Moch. Anwar.
 Buku Bahasa Arab MA Kelas XI Tahun 2020.
 https://masterbahasaarab.blogspot.com/2018/09/mufrodat-aby-unit-
14-haji-dan- umroh.html
 https://www.kamusmufradat.com/02/2017/kosakata-bahasa-arab-tentang-
umroh.html

11

Anda mungkin juga menyukai