Anda di halaman 1dari 6

PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Disusun Oleh :

Kelompok 11-B

Erni Ecu Meilan F623047

Fungki Hardianti F623178

Nelsa Alia F523017

Reva Indriyani W F523019

FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2023
Patofisiologi Campak

Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh


RNA virus genus Morbillivirus, family Paramyxoviridae

Virus campak memiliki 6 struktur protein utama

Protein H
Protein F(Fusion) Protein M (Matrix) di
(Hemagglutinin)
meningkatkan permukaan dalam
berperan penting dalam
penyebaran virus dari lapisan pelindung virus
perlekatan virus ke sel
sel ke sel berperan penting dalam

Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP


(Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein).
ProteinL dan P berperan dalam aktivitas polimerase
RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai
struktur protein nucleocapsid
A. Respon sel limfosit T dan sel limfosit B terhadap keenam protein virus campak
dapat terdeteksi pada infeksi akut primer. Antibodi IgM akan terbentuk dan
mencapai puncaknya 7-10 hari setelah timbulnya rash, kemudian akan menurun
dengan cepat, dan menghilang 4 minggu kemudian. Adanya IgM menunjukkan
adanya infeksi campak baik karena penyakit atau karena vaksin. Ig G akan
terbentuk segera setelah timbulnya rash, dan mencapai puncaknya setelah 4
minggu. Selanjutnya lg G menurun, tetapi akan tetap ada seumur hidup. Ig A
juga terbentuk tetapi biasanya hanya sebentar. Imunitas yang timbul setelah
terpapar virus campak secara alami biasanya dapat bertahan seumur hidup.
Sistem imunitas tubuh harus mampu menghambat masuknya ke dalam sel dan
memusnahkan sel yang terinfeksi, untuk membatasi penyebaran virus dan
mencegah infeksi ulang.
B. Respon imunitas yang berperan menghambat masuknya virion adalah respon
humoral, dengan cara netralisasi. Selain respon imun humoral, respon imun
seluler juga memegang peranan penting yaitu dengan melibatkan sel T
sitotoksik, sel NK (Natular Killer), ADCC (Antigen Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity) dan interaksi dengan MHC (Major Histocompatibility Complex)
kelas 1. Peran antibodi dalam menetralisasi virus akan efektif, terutama untuk
virus yang bebas atau virus dalam sirkulasi
C. Proses netralisasi virus dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya
menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel,
sehingga virus tidak dapat menembus membran sel dan replikasi virus dapat
dicegah. Adanya antibodi akan membatasi penyebaran virus ke sel atau jaringan
tetangganya. Antibodi dapat menghancurkan virus dengan cara aktivasi
komplemen melalui jalur klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga
mudah difagositosis dan dihancurkan. Antibodi dapat mencegah penyebaran
virus yang keluar dari sel yang telah hancur, namun seringkali tidak cukup
mampu menetralisir virus yang telah mengubah struktur antigennya (mutasi)
dan yang telah melepaskan diri (budding off) melalui membran sel sebagai
partikel yang infeksius, sehingga virus dapat menyebar ke dalam sel yang
berdekatan secara langsung.
D. Meskipun antibodi berperan penting mencegah infeksi virus campak, namun
dipengaruhi juga oleh respon imun seluler, yaitu melalui mekanisme ADCC
(Antibody Dependent Cell Mediated Cytotoxicity) dan lisis komplemen
terhadap sel yang terinfeksi virus. Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa
sel limfosit T berperan besar menghilangkan infeksi virus campak. Sel limfosit
T membantu sel limfosit B menghasilkan respon antibodi (IgM, IgG dan IgA)
dan dapat bertindak secara independen menghilangkan virus
Campak yang juga disebut measles atau rubeola adalah penyakit infeksi
virus yang sangat menular dengan tanda khas demam, malaise, coryza,
konjungtivitis, koplik spot, dan ruam makulopapular. Penyakit ini terutama
ditemukan pada anak-anak. Pada populasi yang berisiko, satu kasus campak
dapat menular menjadi 12-18 kasus sekunder. Hampir 90% pajanan virus pada
individu yang belum divaksinasi akan mengalami campak. Campak disebabkan
oleh virus yang termasuk dalam genus Morbillivirus.
Campak ditandai oleh demam tinggi, pilek, batuk, coryza, mata merah
dan berair atau konjungtivitis, serta muncul bercak putih di dalam pipi atau
Koplik spot. Setelah beberapa hari, muncul ruam makulopapular pada wajah
dan leher yang kemudian menyebar ke badan dan ekstremitas. Periode yang
paling menular adalah 5 hari sebelum dan 4 hari setelah ruam muncul
Pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan WHO untuk menegakkan
diagnosis campak adalah pemeriksaan serologi untuk mendeteksi keberadaan
IgM spesifik virus campak.
Hingga saat ini, belum ada antivirus sebagai terapi definitif untuk
penatalaksanaan campak. Tata laksana untuk campak bersifat suportif, yaitu
memastikan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat. Selain itu, semua anak
yang terdiagnosis campak harus mendapat 2 dosis vitamin A untuk mencegah
komplikasi campak pada mata. Pemberian vaksinasi campak rutin untuk anak
berusia 9 bulan merupakan strategi kunci untuk mencegah kematian akibat
campak di masyarakat.
Daftar Pustaka

1. Misin A, Antonello RM, Bella SD, Campisciano G, Zanotta N, Giacobbe


DR, et al. Measles: An overview of a re-emerging disease in children and
immunocompromised patients. Microorganisms. 2020;8:276-291 Doi:
10.3390/microorganisms8020276
2. Strebel PM, Orenstein WA. Measles. The New England Journal of
Medicine. 2019;381(4):349-357. Doi: 10.1056/NEJMcp1905181
3. WHO. Measles. December 2019. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/measles
4. Husada D, Kusdwijono, Puspitasari D, Kartina L, Basuki PS, Ismoedijanto.
An evaluation of the clinical features of measles virus infection for
diagnosis in children witjin a limited resources setting. BMC Pediatrics.
2020;20(5):1-10. Doi: 10.1186/s12887-020-1908-6-
5. Gans H, Maldonado YA. Measles: Clinical manifestations, diagnosis,
treatment, and prevention. Uptodate. May 2022.

Anda mungkin juga menyukai