Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN BUDAYA PENDIDIKAN DAN PEREKONOMIAN

ANTARA MASYARAKAT SULAWESI DAN PAPUA


Siti Zahratul Hasanah

Pembahasan

A. Latar Belakang Perbandingan budaya pendidikan antara masyarakat sulawesi dan


papua

Sistem sosial dipapua umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan
menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat
penduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam
laut, hutan dan pegunungan.

Sedangkan Sistem sosial disulawesi Sistem kekerabatan masyarakat Bugis Bone memiliki
struktur bati na wija sebagai pranata sosial yang menjadi wadah pembentukan knalitas
masyarakat untuk mendukung sistem sosial dan sistem budaya masyarakat yang harmonis.
Masyarakat Bugis Bone sejak dahulu telah menjadikan bati na wija sebagai sarana yang
membentuk sistem pemerintahan efektif dan efisien. Membantu pemimpin dan pemuka
masyarakat yang berkualitas dan mampu menjadi pioner dalam membangun sistem kerajaan
yang besar yaitu kerajaan Bone, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Luwu Namun, saat ini peran wija
na bati mulai tergeser berangsur-angsur ke pembentukan kualitas individual, masyarakat dan
pemimpin pada pendidikan dan harta benda menjadi tolak ukur Bergesernya peran wija na bati
tersebut sebagai akibat lemahnya ketahanan budaya orang Bugis-Bone untuk menjadikannya
sebagai sarana pembentukan kualitas individual, kemimpinan dan kualitas masyarakat Peranan
sistem kekerabatan yang menyimpan nilai-nilai kekerabatan yang dianut pada masa lalu tidak
lagi menjadi sarana yang efektif membentuk struktur sosial masyarakat Bugis-Bone yang
harmonis. Meskipun demikian, mash ada sebagian kecil kelompok masyarakat Bugis-Bone yang
masih konsisten menggunakan nilai-nilai kekerabatan sebagai sarana pembentukan kualitas
individual pemimpin dan masyarakat teruma pada daerah-daerah yang masih terdapat orang-
orang yang menjunjung tinggi tradisi budaya masyarakat Bugis-Bone yang diyakini sebagai
tradisi yang sudah dianut oleh para pendahulunya.
B. Kebudayaan dan manfaat yang masih dilakukan masyarakat sulawesi dan papua
dari dulu hingga sekarang

a. budaya papua

1) Tradisi Bakar Batu Salah satu tradisi budaya tertua di Papua ini, dapat dikatakan sebagai
simbol rasa syukur dan persaudaraan, akan tetapi di daerah tertentu Bakar batu biasanya juga
dilakukan dalam prosesi upacara kematian. Tradisi Bakar Batu merupakan sebuah cara yang
digunakan masyarakat Papua, untuk memasak beberapa jenis bahan makanan (Ubi, Singkong,
daging Babi dan sayur-sayuran) di atas batu yang telah dipanaskan. Caranya pun tak
sembarangan, ada beberapa tahapan untuk melakukan Bakar Batu, diantaranya adalah
menyiapkan lubang untuk tempat menyusun kayu bakar dan batu, beserta bahan makanan yang
akan dimasak. Setelah lubang tergali, batu-batu yang telah dikumpulkan disusun berdasarkan
ukuran. Batu yang besar di letakkan pada bagian paling bawah, dan di bagian atas akan disusun
kayu bakar. Selanjutnya lapisan kayu bakar tersebut akan dilapisi kembali dengan batu yang
ukurannya lebih kecil, setelah itu proses pembakaran dilakukan untuk memanaskan batu. Setelah
batu menjadi panas, barulah bahan makanan yang telah disiapkan disusun sedemikian rupa diatas
batu tersebut. Lalu setelah semua bahan makanan tersebut matang, maka dilakukan kegiatan
makan bersama. Tradisi Bakar Batu ini, memiliki beberapa sebutan (nama) yang berbeda untuk
masing-masing daerah, namun biasanya dikenal dengan sebutan Barapen.

2) Tradisi Potong Jari Suku Dani Banyak cara menunjukkan rasa berduka cita bila ditinggalkan
anggota keluarga yang meninggal dunia. Namun, untuk suku Dani yang mendiami wilayah
Lembah Baliem, di Papua rasa sedih dan duka cita diwujudkan dengan memotong jari, bila
terdapat anggota keluarga seperti suami/istri, ayah, ibu, anak dan adik. Tradisi yang wajib
dilakukan ini, menurut mereka adalah sebagai simbol dari kesedihan yang teramat dalam
seseorang yang kehilangan anggota keluarganya, selain itu potong jari diartikan pula untuk
mencegah kembali malapetaka yang menyebabkan kematian dalam keluarga tersebut. Tradisi
potong jari ini dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam
seperti pisau, kapak, atau parang. Cara lain yang digunakan adalah dengan menggigit ruas
jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas
jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.

b. budaya sulawesi

Kebudayaan Sulawesi yang sampai kini dimiliki oleh masyarakat berbagai ethnik di Sulawesi,
telah teruji efektivitasnya dalam menjawab dan memecahkan tuntutan dan perkembangan
kehidupan nyata dalam masyarakat dilakukan melalui berbagai lembaga sosialisali. Pola perilaku
dalam daur hidup masyarakat mendukung proses pendidikan dan sosialisasi yang memperkokoh
kesinambungan budaya daerah Sulawesi. Berbagai ritual dalam budaya berbagai ethnik di
Sulawesi, mulai dari masa hamil, kelahiran anak, peralihan kedewasaan, perkawinan, sakit,
kematian dan kegiatan berkenaan dengan berbagai acara kematian menjadi ajang
penyelenggaraan pendidikan dan sosialisasi bagi warga masyarakat di Kepulauan Sulawesi.
Berbagai kegiatan hidup lain, seperti usaha tani dan nelayan, organisasi sosial (politik dan
kepemerintahan), interelasi sosial, penyelesaian konflik, penggalangan kerjasama, kegiatan
rekreasi, seni dan sebagainya semuanya berfungsi sebagai wahana menyelenggaraka.
C. Persamaan dan perbedaan Budaya pendidikan masyarakat sulawesi
dengan papua
Sistem pendidikan yang berlangsung di Sulawesi Selatan mengalami perubahan dalam sekala
konseptual, yakni dari tradisional menjadi modern. Perubahan sistem pendidikan ini tentunya
mempengaruhi pola pengajaran, orientasi serta cara pandang dalam melihat kepentingan terkait
dengan pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan tradisional di Sulawesi Selatan pada prinsipnya
terjadi berdasar pada tingkat kebutuhanlokal dalam kaitannya tentang pentingnya pengetahuan
tentang Agama Islam. Pada tahap ini tidak terdapat sebuah aturan atau sekaligus upaya
pelembagaan sebuah sistem pendidikan secara formal. Secara umum, pengelolaan dilakukan
secara informal. Kolonialisme memberikan sumbangsih bagi proses pelembagaan sistem
pendidikan yang ada di Sulawesi Selatan.

Tingkat kebutuhan terhadap luaran peserta didik menjadikan kebutuhan penting terhadap
disiplin ilmu tertentu, yang kemudian dipersiapkan untuk menjadi pekerja professional pada
bidangnya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan pihak Kolonial. Pada konteks ini,
pendidikan tidak menjadi sesuatu yang umum, melainkan secara spesifik dikelola oleh otoritas
tinggi yakni negara. Ketika otoritas diberlakukan terhadap sistem pengelolaan pendidikan telah
berubah, tentunya sangat berkaitan dengan kepentingan yang menyertainya. Semangat
pengembangan sistem pendidikan yang terukur, tentunya sebagai bagian dari proses penjaringan
kualitas personal dalam mengetahui atau memahami ilmu tertentu yang dibutuhkan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda. Pada proses berikutnya, sistem pendidikan mulai dijalankan
sangat ketat dengan berbagai tata aturan yang melingkupinya.

Tata aturan ini tidak lain adalah untuk membedakan secara berjenjang bagi identitas
kebangsaan seseorang, apakah ia bumiputera, Timur Asing, atau Eropa tulen. Ketika proses ini
berjalan, maka semangat yang berkembang dalam masyarakat dalam memaknai pendidikan juga
telah mengalami pergeseran. Pendidikan tidak hanya sekedar menjadi bagian penting bagi
seseorang untuk mengetahui tentang disiplin ilmu tertentu dan dapat bekerja sesuai bidangnya
secara profesional, akan tetapi pemahaman masyarakat Bumiputera khususnya, telah bergeser
pada persoalan yang lebih prinsip, yakni pengetahun atau ilmu pengetahuan menjadi cahaya
terang bagi pribadi dan masyarakat Sulawesi Selatan untuk memahami dirinya sebagai pribadi
sekaligus sebagai entitas kebangsaan yang tidak terpisahkan dengan rakyat bumiputera lainnya.
Dalam konteks ini, pendidikan menjadi pintu pembuka bagi terbentuknya sebuah pemahaman
yang sangat besar tentang bagaimana mendudukkan sebuah pemahaman tentang sebuah konsep
dasar kecintaan terhadap tanah tumpah dara. Konsep dasar tentang kecintaan terhadap tumpah
darah ini semakin berkembang dan berakumulasi terhadap pemahaman yang lebih besar yakni
pemahaman tentang identitas diri sebagai sebuah bangsa, dalam istilah yang sederhana disebut
sebagai nasionalisme.

Sedangkan sistem pendidikan dipapua merupakan sebuah tantangan utama dalam


mewujudkan ketahanan nasional di Provinsi Papua, kondisi pendidikan penduduk asli Papua
masih jauh tertingal dibanding penduduk asal luar daerah Papua. Terbatasnya lembaga-lembaga
pendidikan di tanah Papua dan kurangnya tenaga pengajar di Papua menjadi permasalahan
tersendiri, hal ini diperparah apabila ikut diperhitungkan angka kemangkiran guru, Hal itu
diperkuat berdasarkan survei yang dilakukan oleh UNICEF pada 2021 di Papua dan Papua Barat.
Di mana tingkat kemangkiran guru dan frekuensi kedatangan pengawas ke sekolah, tingkat
kemangkiran guru di sekolah-sekolah yang tidak pernah didatangi oleh pengawas mencapai 52%,
sedangkan sekolah yang didatangi pegawas bedasarkan survei kemangkiran guru hanya
mencapai 18%. Uraian ini memberikan implikasi yang tidak sederhana bagi pemenuhan hak-hak
warga negara, khususnya penduduk usia sekolah di tanah Papua. Pemerintah harus mencari
solusi dalam mengupayakan agar sekitar 250.000 orang anak penduduk usia sekolah bersekolah.
Inilah cita-cita UU Otsus papua yang telah disahkan hampir 20 tahun lalu, dana otsus Papua
mengatur bahwa dana Otsus dapat digunakan untuk pembangunan pendidikan orang asli Papua
yang belum memperoleh Pendidikan yang bermutu secara berkesinambungan.
D. Budaya pendidikan mana yang lebih superior?

Menurut saya budaya yang lebih superior atau maju adalah sulawesi, karena Sistem
pendidikan yang berlangsung di Sulawesi Selatan mengalami perubahan dalam sekala
konseptual, yakni dari tradisional menjadi modern. Sistem pendidikan tradisional di Sulawesi
Selatan pada prinsipnya terjadi berdasar pada tingkat kebutuhanlokal dalam kaitannya tentang
pentingnya pengetahuan tentang Agama Islam. Pada tahap ini tidak terdapat sebuah aturan atau
sekaligus upaya pelembagaan sebuah sistem pendidikan secara formal.

Sedangkan Budaya pendidikan dipapua masih rentan, karena sistem pendidikan dipapua
merupakan sebuah tantangan utama dalam mewujudkan ketahanan nasional di Provinsi Papua,
kondisi pendidikan penduduk asli Papua masih jauh tertingal dibanding penduduk asal luar
daerah Papua. Terbatasnya lembaga-lembaga pendidikan di tanah Papua dan kurangnya tenaga
pengajar di Papua menjadi permasalahan tersendiri, hal ini diperparah apabila ikut
diperhitungkan angka kemangkiran guru, Hal itu diperkuat berdasarkan survei yang dilakukan
oleh UNICEF pada 2021 di Papua dan Papua Barat.
A. Perbandingan budaya perekonomian antara masyarakat sulawesi dengan papua

Sistem budaya perokonomian disulawesi adalah Seperti di perkampungan nelayan Danau


Tempe Kab.Wajo, pekerjaan sebagai nelayan Danau diikat oleh aturan Adat Istiadat didalamnya.
Sipakatau' dimaknai sebagai nilai menghormati keberadaan ketua adat beserta aturan adat, siri'
sebagai pengendali untuk melanggar aturan adat dan Pesse' sebagai penggerak rasa kemanusiaan.
Kearifan lokal tersebut membentuk sebuah budaya ekonomi didalam kegiatan ekonomi
masyarakat nelayan, dari budaya ekonomi yang terbentuk diasumsikan terdapat nilai caring
economy yang juga tercipta. Implikasi dari budaya ekonomi yang terlihat dalam sudut pandang
caring economy diasumsikan pula terdapat implikasi sustainable masyarakat nelayan Danau
Tempe. conomy bagi Ekonomi yang terbentuk merupakan pola pembiasaan dan keteladanan dari
orang tua para nelayan hingga mewariskan budaya adat istiadat dan profesi sebagai nelayan.
Kegiatan atau sikap dan rasa yang dimiliki oleh nelayan dalam beraktivitas ekonomi memiliki
nilai caring economy mencerminkan penghormatan terhadap ketua adat dan aturan adat, seperti
aturan adat sebenarnya diperuntukan untuk tidak serakah dalam mengambil ikan didanau,
sehingga ada waktu dan tatacara yang harus dipatuhi, secara tidaklangsung kepedulian terhadap
sumber daya ekonomi berupa ekosistem ikan.

Siri' sebagai pengendali taat aturan adat istiadat dan pesse' sebagai bentuk untuk
memberdayakan sesama nelayan setara dan sejahtera itu merupakan bentuk kepedulian sumber
daya ekonomi berupa keberlangsungan hidup nelayan dari sisi penghasilan. Hingga implikasi
pada sustainable economy keberlanjutan sumber daya ekonomi tidak hanya Ekosistem ikan
Danau tempe tetapi kesejahteraan nelayan yang berdampak pada perubahan pola fikir untuk terus
maju mensejahterakan diri dengan profesi sebagi nelayan.

Sedangkan Sistem budaya perokonomian dipapua adalah Sistem ekonomi utama masih
bersifat ekstraktif yaitu memanfaatkan langsung sumber daya alam setempat terutama di sektor
pertanian. Sebagian besar mata pencarian penduduk di sektor pertanian sebagai petani tradisional
, dan masih terdapat juga masyarakat peramu

a) Pertanian
• Komoditi pertanian ( dalam arti luas ) yang menonjol yaitu kentang, kedelai, kacang
hijau, kacang tanah, kubis, wortel, petsai/sawi dan bawang daun
• Komoditi tanaman pangan meliputi kentang, jagung, keladi, ubi kayu, ubi jalar dan
padi ladang, dengan luas panen 10.653, 52 Ha, dengan total produksi sebesar 72.655,88
ton/tahun
• Komoditi tanaman kacang-kacangan meliputi kacang merah, kacang tanah dan kedelai
dengan luas panen 137,17 ha dengan total produksi sebesar 120,46 ton.
• Komoditi sayur-sayuran meliputi bayam,cabe,buncis, wortel , daun bawang, bawang
merah, bawang putih, ketimjun, kubis, terong, sawi, tomat, kacang panjang, kangkung
dan labu siam dengan luas panen 503,78 ha total produksi sebesar 120,46 ton
• Komoditi buah-buahan meliputi jeruk manis, nenas, pisang, nangka, jambu biji,
alpokat dan pepaya dengan luas panen 54,58 ha, dengan total produksi sebesar 504,85
ton.

b) Perkebunan
• Jenis komoditi perkebunan yang dapat dikembangkan adalah kopi/biokopi,
apel,jeruk,nenasdan pisang.
• Jenis tanaman perkebunan yang menonjol terdiri dari kopi dengan luas lahan 134,15
ha, produksi sebanyak 28,48 ton.
• Jumlah rumah tangga yang mengusahakan komoditi kopi sebanyak 536 KK

c) Peternakan
• Jenis Komoditi peternakan yang menonjol adalah babi,kelinci dan ayam buras
• Jumlah ternak Babi sebanyak 43.298 ekor, kambing 60 ekor, kelinci 1008 ekor, ayam
buras sebanyak 11.657 ekor dan itik sebanyak 368 ekor.
• Jumlah produksi telur ayam buras sebanyak 3.988 kg dan 1.518 kg telur itik/entok.

d) Perikanan
• Jenis perikanan darat yang menonjol adalah ikan mas, ikan nila ( terutama ikan nila
merah ).
• Luas areal budidaya perikanan air tawar adalah 106,83 ha dengan jumlah kelompok
pengelola sebanyak 162 kelompok dan anggota sebanyak 2.164 orang

e) Kehutanan
• Luas hutan 1.532.991ha atau sekitar 94% dari total luas wilayah kabupaten
• Hutannya antara lain, hutan tropis dengan beberapa jenis kayu yang seperti
arancria,librocedus, gerville, metrocideres, tristanis, dab daridium.
• Beberapa jenis tumbuhan khas papua yang menonjol adalah papua cendrum SP dan
pordocarpus papuarnus.
• Jenis tumbuhan lainnya medang, agathis,nyato,lau,merbau,kazae,
adule,nase,sinore,ampou,aimamflau,kenari,nausindor,melur,bintangur dan binung
B. Budaya yang dilakukan masyarakat sulawesi dan papua dari dulu hingga sekarang
manfaat dan persamaan dan perbedaannya

budaya ekonomi sulawesi yang terbentuk merupakan pola pembiasaan dan keteladanan
dari orang tua para nelayan hingga mewariskan budaya adat istiadat dan profesi sebagai
nelayan. Kegiatan atau sikap dan rasa yang dimiliki oleh nelayan dalam beraktivitas
ekonomi memiliki nilai caring economy didalamnya. Kearifan Lokal Sipakatau’
mencerminkan penghormatan terhadap ketua adat dan aturan adat, seperti aturan adat
sebenarnya diperuntukan untuk tidak serakah dalam mengambil ikan didanau, sehingga ada
waktu dan tatacara yang harus dipatuhi, secara tidaklangsung kepedulian terhadap sumber
daya ekonomi berupa ekosistem ikan.

Siri’ sebagai pengendali taat aturan adat istiadat dan pesse’ sebagai bentuk untuk
memberdayakan sesama nelayan setara dan sejahtera itu merupakan bentuk kepedulian
sumber daya ekonomi berupa keberlangsungan hidup nelayan dari sisi penghasilan. Hingga
implikasi pada sustainable economy keberlanjutan sumber daya ekonomi tidak hanya
Ekosistem ikan Danau tempe tetapi kesejahteraan nelayan yang berdampak pada perubahan
pola fikir untuk terus maju mensejahterakan diri dengan profesi sebagi nelayan,

Sedangkan Secara keseluruhan, perekonomian Papua selama tahun 2021 tumbuh sebesar
15,11% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun 2020 sebesar 2,39% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan IV 2021 utamanya didorong oleh peningkatan
kinerja lapangan usaha (LU) nontambang, dari 2,86%(yoy) menjadi 7,02% (yoy)
C. Lebih superior budaya perekonomian mana antara sulawesi dengan papua

Kalau dari sistem budaya perekonomian yang lebih superior adalah papua karena
perekonomian Papua selama tahun 2021 tumbuh sebesar 15,11% (yoy), lebih tinggi
dibanding tahun 2020 sebesar 2,39% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi Papua pada
triwulan IV 2021 utamanya didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha (LU)
nontambang, dari 2,86%(yoy) menjadi 7,02% (yoy)

Anda mungkin juga menyukai