Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ASIDITAS-ALKALINITAS
OLEH :

NAMA NO. BP

: RAGIL NUR PERMADI : 1010941010

HARI/TGL PRAKTIKUM : SABTU/1OKTOBER 2011 KELOMPOK REKAN KERJA : 1 (SATU) : 1. IHSANDRI JON MISWARA 2. JEFRI KURNIAWAN 3. MUTIA WILANDARI 4. AMAMIL KHAIRA (1010942013) (1010942015) (1010942020) (1010942028)

ASISTEN: LORA SEPTRIANI ANTON WAHYUDI

LABORATORIUM AIR JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan alkalinitas adalah menentukan alkalinitas suatu zat cair dengan menggunakan larutan NaOH dan H2SO4, serta indikator pH meter. 1.2 Metoda Percobaan Metoda yang digunakan adalah titrasi asam basa dengan menggunakan indikator pH. 1.3 Prinsip Percobaan Asiditas atau alkalinitas dalam air dinetralkan dengan basa NaOH atau asm sulfat (H2SO4) mengguanakan indikator pH. Asiditas H+ + OH- H2O CO2 + OH- HCO3HCO3- + H+ H2O + CO2 Alkalinitas OH- + H+ H2O CO32- + H+ HCO3HCO3- + H+ H2O + CO2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling Pada percobaan Asiditas dan Alkalinitas, kami mengambil sampel di sungai yang berada di dekat Basko Grand Mall. Sampel di ambil di kiri-kanan sungai. Pengambilan sampel di lakukan pada hari Jumat, 30 September 2011 pada pukul 16.00 WIB. Di sekitar sungai itu terdapat banyak sampan dan juga banyak terdapat orang yang sedang memancing ikan. Saat pengambilan sampel, airnya keruh dan tidak sedang pasang naik. Di sekitar tepi sungai banyak terlihat sampah-sampah plastik yang mengapung. Di sekitar sungai terdapat banyak rumah penduduk, namun tidak terlihat tanda-tanda bahwa penduduk itu menggunakan air sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti untuk mandi ataupun sebagai air minum. 2.2 Teori Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukkan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyangga dari ion karbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan CaCO3 > 100 ppm disebut sebagai alkalin lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm (Anonymous A, 2011). Alkalinitas berperan penting dalam proses pengolahan air, yaitu dengan menggunakan filter alum (Al(SO4)3).18H2O sebagai koagulan. Ion alumunium terhidrasi adalah asam dan jika ditambahkan ke dalam air maka akan bereaksi dengan basa untuk membentuk alumunium hidroksida dengan sifat gelatin pipa (Alaert, 1987): Al(H2O6)+3 + 3OH- Al (OH)3 + 6H2O

Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ (kesadahan) maka air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya, bila kadar alkalinitas rendah, dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa (Alaert, 1987). Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyangga dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH (Anonymous A, 2011). Alkalinitas berperan dalam hal-hal sebagai berikut (Aquarina Limbong, 2008): 1. Sistem penyangga; 2. Koagulasi bahan kimia; 3. Pelunakan air; 4. Pengendalian korosi; 5. Limbah industri. Beberapa buangan industri mengandung ion - ion logam basa dan biasanya beberapa merupakan asam kuat. Pada air buangan, khususnya dari industri, kadar alkalinitas yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionate, amoniak, dan sulfite. Alkalinitas juga sebagai parameter pengontrol untuk anaerobik disgesers dan instalasi lumpur aktif (Alaerts, 1987). Alkalinitas optimal adalah pada 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya (Anonymous B, 2011).

Alkalinitas

berperan

dalam

menentukan

kemampuan

air

untuk

mendukung

pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan (Anonymous A, 2011): 1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas; 2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air. Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah sebagai berikut (Anonymous A, 2011): 1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi; 2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi. Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-. Air asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany Syafila, 1994): CO2 + OH- HCO3H2S + OH- HS + H2O Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas penyangga pH. Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sebagai berikut (Anonymous B, 2011): CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3- <==> CO3-- + 2H+

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat 1. 2 buah beakerglass 200 ml; 2. 1 buah buret 50 ml dan statip; 3. 1 buah gelas ukur 100 ml; 4. Corong; 5. 1 buah beakerglass 250 ml; 6. pH meter; 7. Mag-mixer. 3.2 Bahan 1. Larutan standar NaOH 0,1 N; 2. Larutan standar H2SO4 0,1 N. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Kalibrasi pH meter a. Larutan buffer pH 4, pH 7, dan pH 9 dimasukkan ke dalam 3 buah beakerglass; b. pH meter dimasukkan kedalamnya dan diatur alat sesuai dengan pH larutan. 3.3.2 Alkalinitas a. 100 ml sampel air yang telah dimasukkan ke dalam beakerglass 250 ml; b. pH meter di masukkan ke dalamnya, dan dititrasi dengan larutan H2SO4 sampai pH 4,5; c. Dicatat volume H2SO4 yang terpakai dalam proses titrasi. 3.3.3 Asiditas a. 100 ml sampel air dimasukkan ke dalam beakerglass 250 ml; b. pH meter di masukkan ke dalamnya, dan dititrasi dengan larutan NaOH sampai pH 8,3; c. Dicatat volume NaOH yang terpakai dalam proses titrasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Standarisasi Larutan: Larutan H2SO4 0,02 N Standarisasi Alat: 1. pH 4,00 2. pH 7,00 3. pH 10,01 Alkalinitas No 1. 2. Sampel (ml) 100 ml sampel air 100 ml aquadest Volume H2SO4 (ml) 1,9 0,2

4.2 Perhitungan Normalitas H2SO4 = 0,1 N Alkalinitas

mg CaCO3/L

mg CaCO3/L

4.3 Pembahasan Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan asam tanpa menurunkan pH larutan. Untuk itu jika alkalinitas suatu sampel air tinggi maka air tersebut bersifat basa. pH sampel yang telah kami ukur adalah sebesar 7,40. Jadi dapat disimpulkan bahwa pH sampel bersifat basa, sehingga kami tidak menghitung asiditas yang terkandung dalam sampel air tersebut. Standar baku mutu yang ditetapkan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, untuk alkalinitas adalah 500 mg/l. Dari percobaan, diketahui bahwa nilai alkalinitas sampel air adalah 95 mg/L. Nilai ini jauh di bawah standar baku yang ditetapkan, artinya alkalinitas pada sampel air yang kami ambil tergolong rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh aktivitas penduduk sekitar dan kondisi fisik sungai yang kurang bersih. Jadi bisa dikatakan bahwa air ini tidak layak sebagai bahan baku air minum. Selain itu, kami juga mengukur alkalinitas dari 100 ml aquadest yang dititrasi dengan larutan asam sulfat. Larutan asam sulfat yang kami gunakan sebagai titran dalam pengukuran alkalinitas dari sampel air dan aquadest terlebih dahulu diencerkan sebanyak lima kali. Alkalinitas yang diperoleh dari aquadest adalah 0,2 mg CaCO3/L. Artinya alkalinitas aquadest juga tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan Permenkes no. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pada percobaan ini, terjadi kesalahan pada saat percobaan berlangsung. pH aquadest yang kami titrasi dengan H2SO4 berlebih atau tidak sesuai dengan standar yang di pakai. Seharusnya pH yang di pakai adalah 4,5 namun saat praktikum titrasi melewati titik ekivalennya sehingga pHnya menjadi 4,2. Kadar alkalinitas pada sampel jika dibandingkan dengan standar baku mutu yang ditetapkan dalam PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air tidak sebanding. Karena kadar yang di dapatkan tidak sesuai dengan standar baku mutu yang ada. Salah satu dampak yang terjadi jika kandungan alkalinitas suatu air tinggi adalah terjadinya perkaratan pada pipa. Sedangkan apabila kandungan alkalinitas suatu air rendah maka akan terjadi kerak pada penampang pipa. Sehingga aliran air menjadi kecil karena kerak tersebut telah memperkecil penampang pipa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan Dari praktikum ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Alkalinitas sampel air yang diperoleh adalah 25 mg CaCO3/L. Artinya alkalinitas sampel tidak memenuhi standar baku mutu air minum yang ditetapkan permenkes no. 492/Per/SK/IV/2010. Karena standar baku mutu air minum yang ditetapkan dalam permenkes no. 492 tahun 2010 untuk alkalinitas adalah 500 mg/l; 2. Alkalinitas sampel juga tidak sampai pH sampel yang telah diukur bersifat basa. 5.2 Saran Setelah melakukan praktikum ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Memahami objek praktikumnya pada waktu itu; 2. Teliti dalam melakukan praktikum; 3. Mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan praktikum sebelum praktikum dimulai; 4. Berhati hatilah dalam menggunakan alat alat praktikum; 5. Harus melakukan titrasi dengan teliti dan cermat, jangan sampai terlewat dari pH yang telah ditentukan, yaitu 4,5.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri Santika, MSc. 1987.Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional Anonymous A, 2011.Alkalinitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas. Tanggal akses 30 September 2011 Anonymous B, 2011. Pengaruh alkalinitas dan pH air. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas. Tanggal akses 30 September 2011

Anda mungkin juga menyukai