Anda di halaman 1dari 21

MODUL PEMBELAJARAN

PERTEMUAN 15
PERKEMBANGAN DI MASA MIDDLE DAN LATE CHILDHOOD

MATA KULIAH
PERKEMBANGAN 1

TIM DOSEN PSIKOLOGI

3 SKS
SEMESTER II

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023
MODUL 15
PERKEMBANGAN DI MASA MIDDLE DAN LATE CHILDHOOD
CP-MK :
1. Membedakan tahap perkembangan manusia sejak masa prenatal hingga masa anak-
anak (c2).
2. Mampu menguraikan permasalahan perkembangan berdasarkan konsep dan tahap
perkembangan (c4).

Sub-CPMK :
Mahasiswa mampu membedakan perkembangan masa infancy hingga masa anak mencakup
aspek-aspek psikologisnya

METODE :
1. Pemberian materi.
2. Discovery learning melalui kegiatan eksplorasi yang dipandu dengan pertanyaan
pemicu dari dosen.
3. Tugas collaborative learning analisis perkembangan masa infancy-anak berdasarkan
aspek-aspek perkembangan

PENGALAMAN BELAJAR :
1. Melalui metode belajar yang interaktif dan saintifik, mahasiswa dapat membedakan
perkembangan dari masa infancy hingga late childhood.
2. Mahasiswa dengan bimbingan dosen menyimpulkan seluruh materi dan contoh
kasus yang didiskusikan secara representatif.

KRITERIA CAPAIAN :
1. Ketepatan dalam membedakan perkembangan dari masa infancy hingga late
childhood.
2. Ketepatan dalam menjawab soal kuis
PERKEMBANGAN DI MASA MIDDLE DAN LATE CHILDHOOD

PERKEMBANGAN DI BERBAGAI ASPEK


Perkembangan Fisik dan Motorik
Tinggi dan Berat Badan

● Masa ini adalah masa tenang sebelum pertumbuhan remaja yang pesat

● Masa ini ialah periode peningkatan tinggi badan dan berat badan yang disebabkan

oleh peningkatan ukuran sistem kerangka dan otot, serta ukuran beberapa organ
tubuh

● Perubahan proporsional ialah salah satu perubahan fisik yang paling menonjol

Otak

● Volume total otak stabil pada anak usia sekolah, tetapi perubahan signifikan
dalam berbagai struktur dan wilayah otak terus terjadi.

● Ketebalan korteks serebral (cortical thickness) pada masa kanak-kanak tengah


dan akhir Penebalan kortikal selama periode waktu dua tahun diamati di area
lobus temporal dan frontal yang berfungsi dalam bahasa, yang mungkin
mencerminkan peningkatan kemampuan bahasa seperti membaca

Perkembangan Motorik

● Selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, keterampilan motorik anak-anak

menjadi jauh lebih halus dan lebih terkoordinasi daripada di masa kanak-kanak awal

● Keterampilan motorik kasar yang melibatkan aktivitas otot besar, anak laki-laki

biasanya mengungguli anak perempuan.

● Peningkatan sistem saraf pusat tercermin dalam peningkatan keterampilan motorik

halus selama masa kanak-kanak tengah dan akhir.

Milestone Perkembangan Fisik dan Motorik

Periode Milestone
6-8 tahun Pertumbuhan lambat tinggi dan bobot badan terus terjadi hingga
pertumbuhan remaja terjadi dengan pesat.
Gigi tetap secara bertahap menggantikan gigi utama.
Keterbacaan tulisan meningkat, mempersiapkan anak untuk menguasai
tulisan kursif.
Gambar lebih rapi dan rinci dan mencakup beberapa isyarat
kedalaman.
Permainan dengan aturan dan permainan kasar menjadi lazim.
Hierarki dominasi menjadi lebih stabil, terutama di kalangan anak laki-
laki.
9-11 tahun Pesatnya pertumbuhan remaja bermula dua tahun lebih awal di
kalangan anak perempuan dibanding anak laki-laki.
Mampu menjalankan keterampilan motorik kasar berupa berlari,
melompat, melempar, menangkap, menendang, memukul, dan
menggiring bola lebih cepat dan dengan koordinasi yang lebih baik.

Terus membaiknya waktu reaksi berperan bagi semakin baiknya kinerja


motorik.
Representasi kedalaman dalam gambar semakin berkembang.

Perkembangan Kognitif
Tahap Operasional Konkret Piaget
Piaget mengusulkan bahwa tahap operasional konkrit berlangsung sekitar usia 7-11 tahun.
Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi-operasi konkrit, dan mereka dapat bernalar
secara logis selama penalaran tersebut dapat diterapkan pada contoh-contoh yang spesifik
atau konkrit

● Salah satu keterampilan penting adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan atau

membagi hal-hal menjadi set yang berbeda atau himpunan bagian dan untuk
mempertimbangkan keterkaitan mereka.

● Anak yang telah mencapai tahap operasional konkrit juga mampu seriasi yang

merupakan kemampuan untuk mengurutkan rangsangan sepanjang dimensi


kuantitatif (seperti panjang).
● Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transitivitas, yang

merupakan kemampuan untuk menggabungkan hubungan secara logis untuk


memahami kesimpulan tertentu.
Memori

● Memori jangka pendek meningkat pesat selama masa kanak-kanak tetapi setelah

usia 7 tahun tidak menunjukkan peningkatan yang banyak

● Memori jangka panjang, jenis memori yang relatif permanen dan tidak terbatas,

meningkat seiring bertambahnya usia selama masa kanak-kanak pertengahan dan


akhir.

● Working memory digambarkan lebih aktif dan kuat dalam memodifikasi informasi

daripada memori jangka pendek.

● Memori autobiografi melibatkan memori peristiwa penting dan pengalaman dalam

hidup seseorang.

● Strategi aktivitas pembelajaran utama melibatkan strategi, yang terdiri dari aktivitas

mental yang disengaja untuk meningkatkan pemrosesan

● Fuzzy trace theory berkontribusi pada peningkatan memori dan penalaran anak-

anak yang lebih tua karena fuzzy trace theory lebih bertahan lama dan lebih kecil
kemungkinannya untuk dilupakan daripada jejak kata demi kata.

Thinking
a. Executive Function
Adele Diamond dan Kathleen Lee (2011) menyebutkan dimensi penting EF dalam
perkembangan kognitif dan kesuksesan di sekolah:

● Pengendalian diri/ penghambatan. Anak-anak perlu mengembangkan

pengendalian diri yang akan memungkinkan mereka untuk berkonsentrasi dan


bertahan pada tugas-tugas belajar, untuk menghambat kecenderungan mereka
untuk mengulangi tanggapan yang salah, dan untuk menahan dorongan untuk
melakukan sesuatu yang nantinya akan mereka sesali nanti.
● Memori kerja. Anak-anak membutuhkan memori kerja yang efektif untuk bekerja

secara mental dengan banyak informasi yang akan mereka temui saat mereka
melewati sekolah dan seterusnya.

● Fleksibilitas. Anak-anak harus fleksibel dalam berpikir untuk mempertimbangkan

berbagai strategi dan perspektif


Cara meningkatkan fungsi eksekutif yaitu dengan aerobik, scaffolding of SR,
mindfulness training, menggunakan beberapa tipe kurikulum sekolah
b. Critical thinking
Critical thinking merupakan berpikir reflektif dan produktif, serta mengevaluasi bukti.
Dalam critical thinking, kita perlu menerapkan mindfulness. Mindfulness adalah
Waspada, hadir secara mental, dan fleksibel secara kognitif saat menjalani aktivitas
dan tugas sehari-hari. Mindful bisa menciptakan ide baru, terbuka dengan informasi
baru, dan eksplor berbagai strategi dan perspektif. Selain mindfulness training,
kegiatan seperti yoga, meditasi, dan chi baru-baru ini telah disarankan sebagai
kandidat untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan sosioemosional anak-anak.
c. Creative thinking
Merupakan kemampuan untuk berpikir dengan cara yang baru dan tidak biasa dan
untuk menghasilkan solusi unik untuk masalah. Menurut Guilford, terdapat dua
macam thinking, yaitu convergent & divergent thinking

● Convergent thinking: Berpikir yang menghasilkan satu jawaban yang benar dan

merupakan karakteristik dari jenis berpikir yang diuji dengan tes kecerdasan
standar.

● Divergent thinking: Berpikir yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan

yang sama dan merupakan ciri kreativitas.


Metakognisi
Metakognisi adalah kognisi tentang kognisi, knowing about knowing, termasuk berpikir atau
mengetahui kapan dan dimana menggunakan strategi tertentu untuk belajar atau problem
solving. Terdapat dua dimensi:

● Planning: memutuskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk fokus pada tugas
● Self-Regulating: mengubah strategi bekerja pada kemajuan tugas

Anak kecil memang memiliki beberapa pengetahuan umum tentang memori (Lukowski
& Bauer, 2014). Pada usia 5 atau 6 tahun, anak-anak biasanya tahu bahwa hal-hal yang
sudah dikenal lebih mudah dipelajari daripada yang tidak dikenal, bahwa daftar pendek
lebih mudah dihafal daripada yang panjang, bahwa pengenalan lebih mudah daripada
diingat, dan bahwa melupakan lebih mungkin terjadi seiring waktu (Lyon & Flavell, 1993).
Namun, dengan cara lain metamemori anak-anak terbatas. Mereka tidak mengerti bahwa
item terkait lebih mudah diingat daripada yang tidak terkait dan bahwa mengingat inti dari
sebuah cerita lebih mudah daripada mengingat informasi verbatim (Kreutzer, Leonard, &
Flavell, 1975). Pada kelas lima, siswa memahami bahwa mengingat inti lebih mudah
daripada mengingat kata demi kata.
Anak kecil juga hanya memiliki pengetahuan yang terbatas tentang ingatan mereka
sendiri. Mereka memiliki pendapat yang meningkat tentang kemampuan ingatan mereka.
Misalnya, dalam sebuah penelitian, mayoritas anak kecil memperkirakan bahwa mereka
akan mampu mengingat semua 10 item dalam daftar 10 item. Ketika diuji untuk ini, tidak
ada anak kecil yang berhasil mencapai prestasi ini (Flavell, Friedrichs, & Hoyt, 1970). Saat
mereka melewati tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak memberikan evaluasi yang lebih
realistis terhadap kemampuan memori mereka (Schneider, 2011).
Strategi telah menjadi fokus dari sejumlah investigasi mikrogenetik. metode
mikrogenetik melibatkan memperoleh informasi rinci tentang mekanisme pemrosesan yang
terjadi dari waktu ke waktu (Siegler, 2017). Dengan menggunakan pendekatan
mikrogenetik, para peneliti telah menunjukkan bahwa proses pengembangan strategi yang
efektif terjadi secara bertahap, tidak tiba-tiba.
Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan untuk beradaptasi dan
belajar dari pengalaman. Ketertarikan pada kecerdasan sering kali terfokus pada perbedaan
individu dan penilaian. Perbedaan individu adalah cara yang stabil dan konsisten di mana
orang berbeda satu sama lain (Sackett & others, 2017).
Terdapat beberapa jenis tes intelegensi, misalnya:
a. Tes binet: mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Tes ini
disebut Skala 1905. Terdiri dari 30 pertanyaan tentang topik mulai dari kemampuan
menyentuh telinga hingga kemampuan menggambar desain dari memori dan
mendefinisikan konsep abstrak. Pada tahun 2004, tes yang sekarang disebut Stanford
Binet 5 direvisi untuk menganalisis respons individu dalam lima bidang konten: fluid
reasoning, knowledge, quantitative reasoning, visual-spatial reasoning, and working
memory.
b. The Wechsler Scales: terdapat tiga macam tes Wechsler, yang dibedakan berdasarkan
usianya. WAIS diberikan untuk orang dewasa. WISC atau Wechsler Intelligence Scales
for Children merupakan tes kecerdasan untuk anak usia 6 sampai 16 tahun. WPPSI
atau Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence merupakan tes kecerdasan
untuk anak usia 2 tahun 6 bulan sampai 7 tahun 3 bulan. Skala Wechsler tidak hanya
memberikan skor IQ keseluruhan, namun juga beberapa indeks komposit (sebagai
contoh, Verbal Comprehension Index. Working Memory Index, dan Processing Speed
Index) yang memungkinkan pemeriksa dapat segera melihat pola kekuatan dan
kelemahan inteligensi siswa di berbagai area.
Tipe Kecerdasan
Menurut Stenberg, kecerdasan memiliki tiga bentuk, yaitu:

● Analytical intelligence, yang merujuk pada kemampuan menganalisis, menilai,

mengevaluasi, membandingkan, dan membedakan; inteligenst kreatif: dan (3)


inteligensi praktis Inteligensi ini.

● Creative intelligence, yang terdiri dari kemampuan berkreasi, merancang,

menemukan, memulai sesuatu, dan membayangkan

● Practical intelligence, yang mencakup kemampuan untuk menggunakan,

mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan menerapkan gagasan-gagasan ke


dalam praktik
Menurut Gardner, terdapat delapan tipe kecerdasan, yaitu:

● Verbal: Kemampuan untuk berpikir menggunakan kata-kata dan bahasa untuk

mengekspresikan makna. Pekerjaan. Pengarang, jurnalis, pembicara

● Matematis: Kemampuan untuk melakukan operasi matematika. Pekerjaan: Ilmuwan,

insinyur, akuntan
● Spasial: Kemampuan untuk berpikir tiga-dimensi Pekerjaan: Arsitek, artis, pelayar

● Kinestetik-Tubuh: Kemampuan untuk memanipulasi objek-objek dan menjadi

terampil secara fisik. Pekerjaan: Ahli bedah, ahli bangunan, penari, atlet

● Musik: Sensitivitas pada ketinggian nada, melodi, ritme, dan nada. Pekerjaan:

Komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif.

● Interpersonal: Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan

orang lain. Pekerjaan: guru, profesional kesehatan mental.

● Intrapersonal: Kemampuan untuk memahami dirinya sendiri. Pekerjaan: teolog,

psikolog.

● Naturalistik: Kemampuan untuk mengobservasi pola- pola di alam dan memahami

alam dan sistem buatan manusia. Pekerjaan Petani, ahli botani, ahli ekologi, dan ahli
pertamanan.
Milestone Perkembangan Kognitif

Periode Milestone
6-8 tahun Pemikiran menjadi lebih logis, seperti yang ditunjukkan oleh
kemampuan untuk lulus uji kekekalan ala Piaget, inklusi kelas, dan
masalah penserian.
Penalaran spasial meningkat, memberikan arahan jelas dan sangat rapi
serta membuat peta-peta kognitif yang koheren.
Atensi menjadi semakin selektif, mampu beradaptasi, dan terencana.
Menggunakan strategi memori berupa latihan dan kemudian
organisasi.
Memandang pikiran sebagai sebuah aktif dan konstruktif yang
mentransformasi informasi.
Kesadaran akan strategi memori dan dampak faktor-faktor psikologis
(seperti memfokuskan atensi) terhadap kinerja tugas semakin tinggi.
Menghargai keyakinan keliru urutan kedua.
Menggunakan pengetahuan informal tentang konsep angka dan hitung
untuk menguasai kemampuan matematika yang lebih rumit.
9-11 tahun Terus secara bertahap menguasai tugas-tugas ala Piaget.
Penalaran spasial semakin baik; mampu dengan baik menggambar dan
membaca peta, serta memahami gagasan tentang skala.
Atensi dan perencanaan selektif semakin baik.
Menggunakan secara lebih efektif strategi memori berupa latihan dan
organisasi.
Menerapkan beberapa strategi memori secara simultan, mulai
menggunakan elaborasi.
Basis pengetahuan jangka-panjang berkembang lebih besar dan
menjadi lebih terorganisasi.
Teori tentang pikiran menjadi lebih terperinci dan baik.
Regulasi-diri kognitif semakin baik.

Perkembangan Bahasa
Vocabulary, Grammar, And Metalinguistic Awareness

● Selama tahun-tahun sekolah dasar, peningkatan anak-anak dalam penalaran logis

dan keterampilan analitis membantu mereka memahami konstruksi seperti


penggunaan yang tepat dari komparatif (lebih pendek, lebih dalam) dan subjungtif
("Jika Anda presiden ...").

● Terjadi perubahan dalam cara pengorganisasian kosakata mental anak-anak. Proses

mengkategorikan menjadi lebih mudah karena anak-anak meningkatkan kosa kata


mereka (Clark, 2012, 2017).

● Kosakata anak-anak meningkat dari rata-rata sekitar 14.000 kata pada usia 6 tahun

menjadi rata-rata sekitar 40.000 kata pada usia 11 tahun.

● Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak menjadi semakin mampu memahami

dan menggunakan tata bahasa yang kompleks, seperti kalimat berikut: Anak laki-laki
yang mencium ibunya memakai topi.
● Mereka menjadi mampu menghubungkan kalimat satu sama lain untuk

menghasilkan deskripsi, definisi, dan narasi yang masuk akal.

● Kemajuan kosa kata dan tata bahasa selama tahun-tahun sekolah dasar ini disertai

dengan perkembangan kesadaran metalinguistik

● Kesadaran metalinguistik memungkinkan anak-anak "untuk berpikir tentang bahasa

mereka, memahami apa kata-kata itu, dan bahkan mendefinisikannya" (Berko


Gleason, 2009, hlm. 4). Ini meningkat pesat selama tahun-tahun sekolah dasar (Pan
& Uccelli, 2009).

● Mendefinisikan kata menjadi bagian reguler dari wacana kelas, dan anak-anak

meningkatkan pengetahuan mereka tentang sintaks saat mereka belajar dan


berbicara tentang komponen kalimat seperti mata pelajaran dan kata kerja (Crain,
2012). Membaca juga memberikan kesadaran metalinguistik ketika anak-anak
mencoba memahami teks tertulis

● Anak-anak juga membuat kemajuan dalam memahami bagaimana menggunakan

bahasa dengan cara yang sesuai secara budaya—sebuah proses yang disebut
pragmatik.
Second Language Learning

● Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak kurang sensitif terhadap umpan

balik, cenderung tidak menggunakan strategi eksplisit, dan lebih mungkin untuk
belajar bahasa kedua dari sejumlah besar masukan (Thomas & Johnson, 2008).

● Periode sensitif kemungkinan bervariasi di seluruh sistem bahasa yang berbeda

(Thomas & Johnson, 2008).

● Jadi, remaja dan orang dewasa, kosakata baru lebih mudah dipelajari daripada bunyi

baru atau tata bahasa baru (Neville, 2006).

● Cara anak-anak dan orang dewasa belajar bahasa kedua agak berbeda.

● Anak-anak yang fasih dalam dua bahasa tampil lebih baik daripada rekan satu bahasa

mereka dalam tes kontrol perhatian, pembentukan konsep, penalaran analitis,


penghambatan, fleksibilitas kognitif, kompleksitas kognitif, dan pemantauan kognitif
Milestone Perkembangan Bahasa
Periode Milestone
6-8 tahun Kosakata meningkat pesat selama masa kanak-kanak pertengahan,
hingga akhirnya lebih dari 40.000 kata.
Definisi kata sifatnya konkret, mengacu pada fungsi dan tampilan.
Narasi menjadi lebih baik dalam hal organisasi, detail, dan ekspresi.
Transisi dari keaksaraan awal sadar menuju pembacaan konvensional.
Kesadaran bahasa semakin tinggi.
Strategi percakapan menjadi lebih baik.
9-11 tahun Memikirkan dan menggunakan kata-kata dengan lebih tepat; definisi
kata menekankan sinonim dan hubungan kategoris.
Menangkap makna ganda kata-kata, seperti tecermin dalam
pemahaman tentang metafora dan humor.
Terus menguasai konstruksi tata bahasa yang rumit.
Terus memperbaiki strategi percakapan.
Narasi semakin panjang, lebih koheren, dan memasukkan komentar
yang lebih evaluatif.

Perkembangan Emosi dan Sosial


Diri (Self)

● Menurut teori Erikson, masa kanak-kanak pertengahan dan akhir memasuki tahapan

Industry vs Inferiority.

● Anak-anak mulai ingin tahu tentang proses terjadinya hal di sekitarnya. Mereka juga

memulai inisiatif untuk mencoba, membuat, dan melakukan hal baru.

● Pentingnya sekolah untuk memicu rasa ingin tahu pada anak.

Perkembangan Emosi

● Pada masa ini, emotional understanding anak meningkat

● Anak juga bisa mengekspresikan lebih dari satu emosi


● Anak menjadi lebih mahir memahami emosi di sekitarnya

● Anak memahami sebab dari emosi, kenapa sedih? Kenapa marah? Kenapa senang?

● Anak dapat mengontrol/menahan emosi negatif.

● Empati anak juga menjadi lebih meningkat.

Perkembangan Moral
Berdasarkan perkembangan moral Kohlberg, anak berada pada Level 1 yaitu
preconventional reasoning. Pada tahap ini, anak:

● Menilai benar atau salah berdasarkan adanya reward dan punishment.

● Eksplorasi nilai moral dengan mengajukan pertanyaan moral, benar atau salah suatu

hal atau perilaku.

● Dipengaruhi oleh teman sebaya dan proses kognitif perspective taking.

Social Conventional Reasoning

● Pengaruh sosial dalam perilaku individu, anak belajar tentang moral berdasarkan apa

yang ia amati dan observasi dari lingkungannya

● Contoh: izin ke toilet saat pelajaran berlangsung dan mengangkat tangan ketika ingin

bertanya.
Developmental Changes in Parent-Child Relationships

● Ketika anak memasuki masa middle late childhood, orang tua seringkali

menghabiskan waktu lebih sedikit dengan mereka. Orang tua akan kembali sibuk
dengan pekerjaannya, jarang bermain bersama anak seperti yang dilakukan ketika
anak masih kecil.

● Orang tua berperan penting dalam mendukung dan merangsang kemampuan anak,

karena pada periode ini anak mulai masuk ke dunia sekolah dimana anak sangat
membutuhkan peran orangtua untuk mencapai kemampuan dan prestasi akademik.
Ternyata penilaian orangtua pada pendidikan itu akan menentukan apakah anak itu
akan berprilaku baik di sekolah atau tidak.
● Pada periode ini orangtua juga berperan untuk menentukan kegiatan kegiatan anak

seperti les musik, pelajaran atau kegiatan lainnya.

● Pada periode middle late childhood anak mulai paham akan tanggung jawabnya.

karena mereka sudah mulai sekolah, mereka mulai dikenalkan dengan yang
namanya tugas atau yang menjadi tanggung jawab mereka

● Pada masa ini orangtua melakukan pengawasan dan mulai memberikan kontrol pada

anak dimana anak mulai diizinkan untuk mengatur dirinya sendiri. Tugas
perkembangan utama ketika anak menuju fase otonomi adalah Anak mulai belajar
berhubungan dengan orang dewasa di luar keluarganya
Attachment in Families

● Dalam fase ini dimana anak sedang meluaskan dunianya, mulai memiliki teman baru,

mulai kenal dengan orang dewasa diluar keluarganya, membuat anak menghabiskan
waktu lebih sedikit bersama keluarganya.

● Ketika anak tidak punya keterikatan pada keluarga atau belongs to the family, maka

akan menimbulkan dampak pada psikologisnya.

● Menurut Kathryn, Keterikatan yang rendah dalam keluarga diasosiasikan dengan

meningkatnya tingkat gejala internalisasi, kecemasan, dan depresi pada anak anak.
anak juga akan mengalami kesulitan untuk meregulasi dan mengidentifikasi
emosinya.

● Hal ini dikarenakan ketika anak tidak lekat dengan keluarganya dia akan merasa tidak

dibutuhkan, sendiri, dan tidak ada yang melindunginya, tidak ada yang membantu
dia mengkonfirmasi perasaan yang dia punya.
Relasi dengan Teman Sebaya

● Di masa ini, hubungan dengan temen sebaya menjadi sangat penting. Mereka

bermain dengan temannya, saling berbagi, belajar dan mulai mengenal dan
menyelesaikan konflik sederhana, menjaga persahabatan dll.

● Hal tersebut bisa memberikan impact yang positif bagi anak anak dan lebih positif

lagi untuk kehidupan mereka di fase selanjutnya.


● Sebuah penelitian menunjukkan bahwa di fase ini Ketika anak anak belajar

berkompetisi dengan teman sebayanya, menjalin persahabatan dan keterampilan


sosial, maka ketika mereka dewasa nanti mereka akan punya hubungan yang lebih
baik dengan teman kerjanya, dan sebaliknya jika anak anak pada fase ini status
pertemanannya rendah dengan teman sebayanya maka akan memiliki masalah
dengan teman kerja dan kesehatan mental kelak ketika mereka dewasa.
Peer Status

● Dalam pertemanan sebaya ini, ada perubahan perkembangan yang terjadi pada

anak. Di masa ini ada hubungan timbal balik anak dengan teman sebaya yang
berperan dan itu penting untuk perkembangan mereka, mereka akan belajar
membalas apa yang telah diberikan orang lain, contohnya “kalau dia baik sama aku,
aku juga akan baik sama dia, kalau dia ngasih aku kado pas ultah, aku juga akan
ngasih kado ke dia”.

● Seiring berjalannya waktu dan usia dimana pada usia 12 tahun pertemanan ini

melebar dari yang tadinya pertemanannya cuma sama perempuan sekarang jadi
sama laki laki.

● Pada usia ini juga anak anak mulai bisa memilih dengan orang seperti apa dia akan

bermain dan bisa mengkategorikan mana anak yang disukai dengan yang tdk disukai.
Penelitiian olah developmentalis mengungkapkan ada 5 status teman sebaya.
o Anak populer, dikategorikan sebagai sahabat dan disukai oleh teman2nya,
mungkin karena banyak skill yang dia kuasai dan bikin temennya jadi amaze
sama dia
o Anak yang biasa aja, rata rata, ada yang suka sama dia ada juga yang engga
o Anak terlantar, jarang dianggap sebagai sahabat, tapi ga sampe ga disukai
sama temennya
o Anak tertolak, ga dianggap sebagai sahabat dan cenderung ga disukai sama
temen sebayanya. Biasanya dia punya kesulitan dalam beradaptasi jadinya
dianggap aneh dan dijauhi sama temennya, suka galak sama temennya dan
punya perilaku yang suka melanggar aturan
o Anak kontroversi, anak yang banyak yang nganggep dia sahabat tapi banyak
juga yang ga suka sama dia.
Persahabatan
Persahabatan adalah aspek penting anak anak, seperti persahabatan di usia dewasa yang
sama sama didasari oleh kesamaan, bisa dalam hal apapun hobi, selera musik, film dll.
Willard meneliti hubungan teman sebaya selama 3 dekade dan menyimpulkan bahwa
teman menyediakan sumber daya kognitif emosional dari masa anak anak sampai tua,
seperti menumbuhkan harga diri dan rasa kesejahteraan. Ada 6 fungsi yang diberikan oleh
teman persahabatan.
1. Persahabatan memberikan anak anak pasangan untuk bermain, orang yang bisa
menghabiskan waktu bersama, melakukan kegiatan yang disukai
2. Sebagai stimulasi, dengan punya teman anak akan terstimulasi dengan informasi
informasi yang diberikan temannya, kegembiraan, dan juga hiburan
3. Dukungan fisik, teman bisa ngasih kita bantuan dan support fisik, contoh jika anak
sedih teman bisa memberikan pelukan, usapan yang dapat menenangkanny
4. Dukungan ego,dukungan emosional persahabatan yang baik dimana teman bisa
ngash dukungan ketika anak lagi sedih atau kecewa, atau ngash dorongan semangat
dan umpan balik yang membantu anak mempertahankan kesan diri sebagai
kompeten dan berharga
5. Perbandingan sosial, persahabatan bisa ngash informasi ttg dimana posisi anak
berhadapan dengan orang lain apakah anak baik baik saja kalo ada di posisi sosial
sprt itu
6. Kasih sayang dan kedekatan, teman memberikan anak hubungan yang hangat, dekat,
saling percaya dengan prg lain.yang ditandai dengan keterbukaan diri dab berbagi
pemikiran, kalo yang ke 6 ini menurut penelitian tidak muncul pada persahabatan di
masa awal.

Milestone Perkembangan Emosi dan Sosial


Periode Milestone
6-8 tahun Konsep-diri mulai mencakup watak pribadi dan pembandingan sosial.
Penghargaan diri menjadi berbeda, terorganisasi secara hierarkis de
turun pode tingkat yang lebih realistis.
Emosi sadar-diri berupa perasaan bangga dan bersalah diatur oleh
tanggung jawab pribadi
Paham bahwa orang mungkin memiliki perspektif berbeda karena
akses mereka pada informasi berbeda
Mengenali bahwa individu dapat mengalami lebih dari satu emosi
dalam satu waktu dan bahwa ekspresi orang bisa jadi tidak
mencerminkan perasaan sejati mereka.
Empati semakin meningkat.
Mendamaikan isyarat-syarat muka dan situasional yang saling
bertentangan dalam memahami perasaan orang lain.
Menjadi lebih mandiri dan jujur.
Membangun suatu pemahaman fleksibel tentang aturan moral,
mempertimbangkan niat prososial dan antisosial.
Agresi fisik semakin berkurang; agresi verbal dan relasional terus
berlanjut
Menyelesaikan konflik dengan lebih efektif
9-11 tahun Penghargaan-diri cenderung meningkat.
Membedakan antara kemampuan, usaha, dan faktor eksternal dalam
atribusi bagi keberhasilan dan kegagalan.
Semakin paham tentang cara-cara pengungkapan emosi negatif yang
bisa diterima oleh masyarakat.
Tanggapan penuh empati meluas pada kondisi kehidupan umum.
Beralih secara adaptif antara strategi berpusat masalah dan strategi
berpusat emosi dalam mengelola emosi.
Bisa "menggantikan peran orang lain" dan melihat diri dari sudut
pandang orang lain tersebut, selanjutnya, dia dapat melihat hubungan
antara diri dan orang lain dari perspektif pihak ketiga yang netral.
Mengklarifikasi dan menghubungkan aturan moral dan konvensi sosial
Keyakinan tentang inasalah pilihan pribadi semakin kuat, dan
pemahaman tentang hak-hak individu semakin luas
Persahabatan menjadi lebih selektif dan didasarkan pada sikap saling
percaya.
Kelompok teman sebaya mengemuka
Sadar akan lebih banyak stereotip gender, termasuk watak pribadi dan
pencapaian, tapi memiliki pemahaman fleksibel tentang apa yang bisa
diperbuat laki-laki dan perempuan.
Identitas gender meluas dan meliputi evaluasi-diri terhadap tipikalitas,
kepuasan, dan tekanan untuk menyesuaikan diri.
Persaingan antara saudara kandung cenderung meningkat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MASA MIDDLE AND LATE


CHILDHOOD
Perbedaan Tingkat IQ

Ada beberapa hal yang dapat membedakan tingkat IQ setiap orang, diantaranya:
1. Genetik:
Satu strategi untuk mempelajari peran hereditas dalam inteligensi adalah
dengan membandingkan IQ kembar identik dan fraternal. Kembar identik memiliki
komponen genetis yang sama persis, namun kembar fraternal tidak. Jika inteligensi
dapat ditentukan secara genetik, menurut beberapa peneliti, IQ kembar identik
seharusnya lebih mirip dibandingkan inteligensi kembar fraternal. Sebuah ulasan dari
beberapa penelitian menemukan bahwa perbedaan rata-rata korelasi inteligensi
antara kembar identik dan fraternal adalah sebesar 0.15, korelasi yang relatif rendah
(Grigorenko, 2000).
Saat ini, sebagian besar peneliti sepakat bahwa genetik dan lingkungan
berinteraksi memengaruhi inteligensi. Bagi sebagian besar orang, ini berarti bahwa
modifikasi dalam lingkungan dapat mengubah skor IQ mereka meskipun sumbangan
genetik akan terus memengaruhi kemampuan intelektualitas seseorang, pengaruh
lingkungan dan kesempatan yang diberikan kepada anak-anak dan dewasa juga
menentukan.
2. Lingkungan:
Peneliti menemukan bahwa semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak-
anaknya, semakin tinggi skor IQ anak-anak. Sekolah juga mempengaruhi inteligensi
(Gustafsson, 2007). Efek terbesar ditemukan jika sekelompok besar anak-anak yang
sangat kekurangan pendidikan formal dalam jangka waktu panjang berdampak pada
penurunan inteligensi (Ceci & Gilstrap, 2000). Banyak orang tua dengan penghasilan
rendah kesulitan memberikan lingkungan yang dapat menstimulasi intelektual anak-
anaknya. Program- program yang bertujuan mendidik para orang tua agar dapat
bertindak sebagai pengasuh yang sensitif maupun guru yang lebih baik, maupun
berbagai layanan dukungan seperti program-program kualitas perawatan-anak,
dapat memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan inteligensi anak
(Coltrane dkk, 2008). Sehingga, usaha untuk membendung dampak kekurangan
lingkungan terhadap inteligensi menekankan pencegahan daripada pengobatan
3. Budaya
Misalnya, orang-orang dalam budaya Barat cenderung melihat kecerdasan dalam hal
penalaran dan keterampilan berpikir, sedangkan orang-orang dalam budaya Timur
melihat kecerdasan sebagai cara bagi anggota komunitas untuk terlibat dengan
sukses dalam peran sosial (Nisbett, 2003). Tes culture-fair adalah tes kecerdasan
yang dimaksudkan untuk bebas dari bias budaya. Dua jenis tes culture-fair telah
dirancang. Jenis pertama mencakup barang-barang yang akrab bagi anak-anak dari
semua latar belakang sosial ekonomi dan etnis, atau barang-barang yang setidaknya
akrab bagi anak-anak yang mengikuti tes. Misalnya, seorang anak mungkin ditanya
bagaimana burung dan anjing berbeda, dengan asumsi bahwa semua anak telah
terpapar burung dan anjing. Jenis kedua dari tes budaya-adil tidak memiliki
pertanyaan verbal. Bahkan dengan tes yang dirancang untuk menjadi culture-fair,
orang-orang dengan pendidikan lebih cenderung mendapat skor lebih tinggi
daripada mereka yang berpendidikan rendah.
4. Variasi Etnik
Rata-rata, anak-anak sekolah Afrika-Amerika di Amerika Serikat mendapat
skor 10 hingga 15 poin lebih rendah pada tes kecerdasan standar daripada anak-anak
sekolah kulit putih Amerika (Brody, 2000). Anak-anak dari keluarga Latin juga
mendapat skor lebih rendah daripada anak-anak kulit putih. Ini adalah skor rata-rata,
bagaimanapun, dan ada tumpang tindih yang signifikan dalam distribusi skor. Sekitar
15 hingga 25 persen anak sekolah Afrika-Amerika mendapat skor lebih tinggi dari
setengah anak sekolah kulit putih, dan banyak anak sekolah kulit putih mendapat
skor lebih rendah daripada kebanyakan anak sekolah Afrika-Amerika.
Salah satu pengaruh potensial pada kinerja tes kecerdasan adalah ancaman
stereotip, kecemasan bahwa perilaku seseorang mungkin mengkonfirmasi stereotip
negatif tentang kelompoknya (Grand, 2017; von Hippel, Kalokerinos, & Zacher, 2017;
Williams & lainnya, 2018). Misalnya, ketika orang Afrika-Amerika mengikuti tes
kecerdasan, mereka mungkin mengalami kecemasan tentang mengkonfirmasi
stereotip lama bahwa orang kulit hitam "secara intelektual lebih rendah." Studi
penelitian telah mengkonfirmasi adanya ancaman stereotip (Lyons & others, 2018;
Wegmann, 2017). Juga, siswa Afrika-Amerika melakukan lebih buruk pada tes
standar jika mereka merasa bahwa mereka sedang dievaluasi. Jika mereka berpikir
tes tidak dihitung, mereka tampil sebaik siswa kulit putih (Aronson, 2002). Namun,
beberapa kritikus berpendapat bahwa sejauh mana ancaman stereotip menjelaskan
kesenjangan pengujian telah dibesar-besarkan (Sackett, Borneman, & Connelly,
2009).
PERTANYAAN EKSPLORATIF

Bagaimana perbedaan cara berkomunikasi dan interaksi antara


anak di periode early childhood dengan middle/late childhood?
Mengapa pada masa middle childhood, peer relation dan masalah di
dalam keluarga mulai muncul? Jelaskanlah dengan contoh

DAFTAR PUSTAKA

Berk, L. E. (2012). Development Through the Lifespan Edisi Kelima Dari Prenatal sampai
Masa Remaja, Transisi Menjelang Dewasa (Volume 1) (Daryatno, Trans.). Basic Books.
(Original work published 2010).
Santrock, John W. (2019). Life-span Development Seventeenth Edition. McGraw-Hill
Education.
Suhada, I. (2018). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal). PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai