Modul Pertemuan 15
Modul Pertemuan 15
PERTEMUAN 15
PERKEMBANGAN DI MASA MIDDLE DAN LATE CHILDHOOD
MATA KULIAH
PERKEMBANGAN 1
3 SKS
SEMESTER II
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023
MODUL 15
PERKEMBANGAN DI MASA MIDDLE DAN LATE CHILDHOOD
CP-MK :
1. Membedakan tahap perkembangan manusia sejak masa prenatal hingga masa anak-
anak (c2).
2. Mampu menguraikan permasalahan perkembangan berdasarkan konsep dan tahap
perkembangan (c4).
Sub-CPMK :
Mahasiswa mampu membedakan perkembangan masa infancy hingga masa anak mencakup
aspek-aspek psikologisnya
METODE :
1. Pemberian materi.
2. Discovery learning melalui kegiatan eksplorasi yang dipandu dengan pertanyaan
pemicu dari dosen.
3. Tugas collaborative learning analisis perkembangan masa infancy-anak berdasarkan
aspek-aspek perkembangan
PENGALAMAN BELAJAR :
1. Melalui metode belajar yang interaktif dan saintifik, mahasiswa dapat membedakan
perkembangan dari masa infancy hingga late childhood.
2. Mahasiswa dengan bimbingan dosen menyimpulkan seluruh materi dan contoh
kasus yang didiskusikan secara representatif.
KRITERIA CAPAIAN :
1. Ketepatan dalam membedakan perkembangan dari masa infancy hingga late
childhood.
2. Ketepatan dalam menjawab soal kuis
PERKEMBANGAN DI MASA MIDDLE DAN LATE CHILDHOOD
● Masa ini adalah masa tenang sebelum pertumbuhan remaja yang pesat
● Masa ini ialah periode peningkatan tinggi badan dan berat badan yang disebabkan
oleh peningkatan ukuran sistem kerangka dan otot, serta ukuran beberapa organ
tubuh
● Perubahan proporsional ialah salah satu perubahan fisik yang paling menonjol
Otak
● Volume total otak stabil pada anak usia sekolah, tetapi perubahan signifikan
dalam berbagai struktur dan wilayah otak terus terjadi.
Perkembangan Motorik
menjadi jauh lebih halus dan lebih terkoordinasi daripada di masa kanak-kanak awal
● Keterampilan motorik kasar yang melibatkan aktivitas otot besar, anak laki-laki
Periode Milestone
6-8 tahun Pertumbuhan lambat tinggi dan bobot badan terus terjadi hingga
pertumbuhan remaja terjadi dengan pesat.
Gigi tetap secara bertahap menggantikan gigi utama.
Keterbacaan tulisan meningkat, mempersiapkan anak untuk menguasai
tulisan kursif.
Gambar lebih rapi dan rinci dan mencakup beberapa isyarat
kedalaman.
Permainan dengan aturan dan permainan kasar menjadi lazim.
Hierarki dominasi menjadi lebih stabil, terutama di kalangan anak laki-
laki.
9-11 tahun Pesatnya pertumbuhan remaja bermula dua tahun lebih awal di
kalangan anak perempuan dibanding anak laki-laki.
Mampu menjalankan keterampilan motorik kasar berupa berlari,
melompat, melempar, menangkap, menendang, memukul, dan
menggiring bola lebih cepat dan dengan koordinasi yang lebih baik.
Perkembangan Kognitif
Tahap Operasional Konkret Piaget
Piaget mengusulkan bahwa tahap operasional konkrit berlangsung sekitar usia 7-11 tahun.
Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi-operasi konkrit, dan mereka dapat bernalar
secara logis selama penalaran tersebut dapat diterapkan pada contoh-contoh yang spesifik
atau konkrit
membagi hal-hal menjadi set yang berbeda atau himpunan bagian dan untuk
mempertimbangkan keterkaitan mereka.
● Anak yang telah mencapai tahap operasional konkrit juga mampu seriasi yang
● Memori jangka pendek meningkat pesat selama masa kanak-kanak tetapi setelah
● Memori jangka panjang, jenis memori yang relatif permanen dan tidak terbatas,
● Working memory digambarkan lebih aktif dan kuat dalam memodifikasi informasi
hidup seseorang.
● Strategi aktivitas pembelajaran utama melibatkan strategi, yang terdiri dari aktivitas
● Fuzzy trace theory berkontribusi pada peningkatan memori dan penalaran anak-
anak yang lebih tua karena fuzzy trace theory lebih bertahan lama dan lebih kecil
kemungkinannya untuk dilupakan daripada jejak kata demi kata.
Thinking
a. Executive Function
Adele Diamond dan Kathleen Lee (2011) menyebutkan dimensi penting EF dalam
perkembangan kognitif dan kesuksesan di sekolah:
secara mental dengan banyak informasi yang akan mereka temui saat mereka
melewati sekolah dan seterusnya.
● Convergent thinking: Berpikir yang menghasilkan satu jawaban yang benar dan
merupakan karakteristik dari jenis berpikir yang diuji dengan tes kecerdasan
standar.
● Planning: memutuskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk fokus pada tugas
● Self-Regulating: mengubah strategi bekerja pada kemajuan tugas
Anak kecil memang memiliki beberapa pengetahuan umum tentang memori (Lukowski
& Bauer, 2014). Pada usia 5 atau 6 tahun, anak-anak biasanya tahu bahwa hal-hal yang
sudah dikenal lebih mudah dipelajari daripada yang tidak dikenal, bahwa daftar pendek
lebih mudah dihafal daripada yang panjang, bahwa pengenalan lebih mudah daripada
diingat, dan bahwa melupakan lebih mungkin terjadi seiring waktu (Lyon & Flavell, 1993).
Namun, dengan cara lain metamemori anak-anak terbatas. Mereka tidak mengerti bahwa
item terkait lebih mudah diingat daripada yang tidak terkait dan bahwa mengingat inti dari
sebuah cerita lebih mudah daripada mengingat informasi verbatim (Kreutzer, Leonard, &
Flavell, 1975). Pada kelas lima, siswa memahami bahwa mengingat inti lebih mudah
daripada mengingat kata demi kata.
Anak kecil juga hanya memiliki pengetahuan yang terbatas tentang ingatan mereka
sendiri. Mereka memiliki pendapat yang meningkat tentang kemampuan ingatan mereka.
Misalnya, dalam sebuah penelitian, mayoritas anak kecil memperkirakan bahwa mereka
akan mampu mengingat semua 10 item dalam daftar 10 item. Ketika diuji untuk ini, tidak
ada anak kecil yang berhasil mencapai prestasi ini (Flavell, Friedrichs, & Hoyt, 1970). Saat
mereka melewati tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak memberikan evaluasi yang lebih
realistis terhadap kemampuan memori mereka (Schneider, 2011).
Strategi telah menjadi fokus dari sejumlah investigasi mikrogenetik. metode
mikrogenetik melibatkan memperoleh informasi rinci tentang mekanisme pemrosesan yang
terjadi dari waktu ke waktu (Siegler, 2017). Dengan menggunakan pendekatan
mikrogenetik, para peneliti telah menunjukkan bahwa proses pengembangan strategi yang
efektif terjadi secara bertahap, tidak tiba-tiba.
Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan untuk beradaptasi dan
belajar dari pengalaman. Ketertarikan pada kecerdasan sering kali terfokus pada perbedaan
individu dan penilaian. Perbedaan individu adalah cara yang stabil dan konsisten di mana
orang berbeda satu sama lain (Sackett & others, 2017).
Terdapat beberapa jenis tes intelegensi, misalnya:
a. Tes binet: mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Tes ini
disebut Skala 1905. Terdiri dari 30 pertanyaan tentang topik mulai dari kemampuan
menyentuh telinga hingga kemampuan menggambar desain dari memori dan
mendefinisikan konsep abstrak. Pada tahun 2004, tes yang sekarang disebut Stanford
Binet 5 direvisi untuk menganalisis respons individu dalam lima bidang konten: fluid
reasoning, knowledge, quantitative reasoning, visual-spatial reasoning, and working
memory.
b. The Wechsler Scales: terdapat tiga macam tes Wechsler, yang dibedakan berdasarkan
usianya. WAIS diberikan untuk orang dewasa. WISC atau Wechsler Intelligence Scales
for Children merupakan tes kecerdasan untuk anak usia 6 sampai 16 tahun. WPPSI
atau Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence merupakan tes kecerdasan
untuk anak usia 2 tahun 6 bulan sampai 7 tahun 3 bulan. Skala Wechsler tidak hanya
memberikan skor IQ keseluruhan, namun juga beberapa indeks komposit (sebagai
contoh, Verbal Comprehension Index. Working Memory Index, dan Processing Speed
Index) yang memungkinkan pemeriksa dapat segera melihat pola kekuatan dan
kelemahan inteligensi siswa di berbagai area.
Tipe Kecerdasan
Menurut Stenberg, kecerdasan memiliki tiga bentuk, yaitu:
insinyur, akuntan
● Spasial: Kemampuan untuk berpikir tiga-dimensi Pekerjaan: Arsitek, artis, pelayar
terampil secara fisik. Pekerjaan: Ahli bedah, ahli bangunan, penari, atlet
● Musik: Sensitivitas pada ketinggian nada, melodi, ritme, dan nada. Pekerjaan:
psikolog.
alam dan sistem buatan manusia. Pekerjaan Petani, ahli botani, ahli ekologi, dan ahli
pertamanan.
Milestone Perkembangan Kognitif
Periode Milestone
6-8 tahun Pemikiran menjadi lebih logis, seperti yang ditunjukkan oleh
kemampuan untuk lulus uji kekekalan ala Piaget, inklusi kelas, dan
masalah penserian.
Penalaran spasial meningkat, memberikan arahan jelas dan sangat rapi
serta membuat peta-peta kognitif yang koheren.
Atensi menjadi semakin selektif, mampu beradaptasi, dan terencana.
Menggunakan strategi memori berupa latihan dan kemudian
organisasi.
Memandang pikiran sebagai sebuah aktif dan konstruktif yang
mentransformasi informasi.
Kesadaran akan strategi memori dan dampak faktor-faktor psikologis
(seperti memfokuskan atensi) terhadap kinerja tugas semakin tinggi.
Menghargai keyakinan keliru urutan kedua.
Menggunakan pengetahuan informal tentang konsep angka dan hitung
untuk menguasai kemampuan matematika yang lebih rumit.
9-11 tahun Terus secara bertahap menguasai tugas-tugas ala Piaget.
Penalaran spasial semakin baik; mampu dengan baik menggambar dan
membaca peta, serta memahami gagasan tentang skala.
Atensi dan perencanaan selektif semakin baik.
Menggunakan secara lebih efektif strategi memori berupa latihan dan
organisasi.
Menerapkan beberapa strategi memori secara simultan, mulai
menggunakan elaborasi.
Basis pengetahuan jangka-panjang berkembang lebih besar dan
menjadi lebih terorganisasi.
Teori tentang pikiran menjadi lebih terperinci dan baik.
Regulasi-diri kognitif semakin baik.
Perkembangan Bahasa
Vocabulary, Grammar, And Metalinguistic Awareness
● Kosakata anak-anak meningkat dari rata-rata sekitar 14.000 kata pada usia 6 tahun
dan menggunakan tata bahasa yang kompleks, seperti kalimat berikut: Anak laki-laki
yang mencium ibunya memakai topi.
● Mereka menjadi mampu menghubungkan kalimat satu sama lain untuk
● Kemajuan kosa kata dan tata bahasa selama tahun-tahun sekolah dasar ini disertai
● Mendefinisikan kata menjadi bagian reguler dari wacana kelas, dan anak-anak
bahasa dengan cara yang sesuai secara budaya—sebuah proses yang disebut
pragmatik.
Second Language Learning
balik, cenderung tidak menggunakan strategi eksplisit, dan lebih mungkin untuk
belajar bahasa kedua dari sejumlah besar masukan (Thomas & Johnson, 2008).
● Jadi, remaja dan orang dewasa, kosakata baru lebih mudah dipelajari daripada bunyi
● Cara anak-anak dan orang dewasa belajar bahasa kedua agak berbeda.
● Anak-anak yang fasih dalam dua bahasa tampil lebih baik daripada rekan satu bahasa
● Menurut teori Erikson, masa kanak-kanak pertengahan dan akhir memasuki tahapan
Industry vs Inferiority.
● Anak-anak mulai ingin tahu tentang proses terjadinya hal di sekitarnya. Mereka juga
Perkembangan Emosi
● Anak memahami sebab dari emosi, kenapa sedih? Kenapa marah? Kenapa senang?
Perkembangan Moral
Berdasarkan perkembangan moral Kohlberg, anak berada pada Level 1 yaitu
preconventional reasoning. Pada tahap ini, anak:
● Eksplorasi nilai moral dengan mengajukan pertanyaan moral, benar atau salah suatu
● Pengaruh sosial dalam perilaku individu, anak belajar tentang moral berdasarkan apa
● Contoh: izin ke toilet saat pelajaran berlangsung dan mengangkat tangan ketika ingin
bertanya.
Developmental Changes in Parent-Child Relationships
● Ketika anak memasuki masa middle late childhood, orang tua seringkali
menghabiskan waktu lebih sedikit dengan mereka. Orang tua akan kembali sibuk
dengan pekerjaannya, jarang bermain bersama anak seperti yang dilakukan ketika
anak masih kecil.
● Orang tua berperan penting dalam mendukung dan merangsang kemampuan anak,
karena pada periode ini anak mulai masuk ke dunia sekolah dimana anak sangat
membutuhkan peran orangtua untuk mencapai kemampuan dan prestasi akademik.
Ternyata penilaian orangtua pada pendidikan itu akan menentukan apakah anak itu
akan berprilaku baik di sekolah atau tidak.
● Pada periode ini orangtua juga berperan untuk menentukan kegiatan kegiatan anak
● Pada periode middle late childhood anak mulai paham akan tanggung jawabnya.
karena mereka sudah mulai sekolah, mereka mulai dikenalkan dengan yang
namanya tugas atau yang menjadi tanggung jawab mereka
● Pada masa ini orangtua melakukan pengawasan dan mulai memberikan kontrol pada
anak dimana anak mulai diizinkan untuk mengatur dirinya sendiri. Tugas
perkembangan utama ketika anak menuju fase otonomi adalah Anak mulai belajar
berhubungan dengan orang dewasa di luar keluarganya
Attachment in Families
● Dalam fase ini dimana anak sedang meluaskan dunianya, mulai memiliki teman baru,
mulai kenal dengan orang dewasa diluar keluarganya, membuat anak menghabiskan
waktu lebih sedikit bersama keluarganya.
● Ketika anak tidak punya keterikatan pada keluarga atau belongs to the family, maka
meningkatnya tingkat gejala internalisasi, kecemasan, dan depresi pada anak anak.
anak juga akan mengalami kesulitan untuk meregulasi dan mengidentifikasi
emosinya.
● Hal ini dikarenakan ketika anak tidak lekat dengan keluarganya dia akan merasa tidak
dibutuhkan, sendiri, dan tidak ada yang melindunginya, tidak ada yang membantu
dia mengkonfirmasi perasaan yang dia punya.
Relasi dengan Teman Sebaya
● Di masa ini, hubungan dengan temen sebaya menjadi sangat penting. Mereka
bermain dengan temannya, saling berbagi, belajar dan mulai mengenal dan
menyelesaikan konflik sederhana, menjaga persahabatan dll.
● Hal tersebut bisa memberikan impact yang positif bagi anak anak dan lebih positif
● Dalam pertemanan sebaya ini, ada perubahan perkembangan yang terjadi pada
anak. Di masa ini ada hubungan timbal balik anak dengan teman sebaya yang
berperan dan itu penting untuk perkembangan mereka, mereka akan belajar
membalas apa yang telah diberikan orang lain, contohnya “kalau dia baik sama aku,
aku juga akan baik sama dia, kalau dia ngasih aku kado pas ultah, aku juga akan
ngasih kado ke dia”.
● Seiring berjalannya waktu dan usia dimana pada usia 12 tahun pertemanan ini
melebar dari yang tadinya pertemanannya cuma sama perempuan sekarang jadi
sama laki laki.
● Pada usia ini juga anak anak mulai bisa memilih dengan orang seperti apa dia akan
bermain dan bisa mengkategorikan mana anak yang disukai dengan yang tdk disukai.
Penelitiian olah developmentalis mengungkapkan ada 5 status teman sebaya.
o Anak populer, dikategorikan sebagai sahabat dan disukai oleh teman2nya,
mungkin karena banyak skill yang dia kuasai dan bikin temennya jadi amaze
sama dia
o Anak yang biasa aja, rata rata, ada yang suka sama dia ada juga yang engga
o Anak terlantar, jarang dianggap sebagai sahabat, tapi ga sampe ga disukai
sama temennya
o Anak tertolak, ga dianggap sebagai sahabat dan cenderung ga disukai sama
temen sebayanya. Biasanya dia punya kesulitan dalam beradaptasi jadinya
dianggap aneh dan dijauhi sama temennya, suka galak sama temennya dan
punya perilaku yang suka melanggar aturan
o Anak kontroversi, anak yang banyak yang nganggep dia sahabat tapi banyak
juga yang ga suka sama dia.
Persahabatan
Persahabatan adalah aspek penting anak anak, seperti persahabatan di usia dewasa yang
sama sama didasari oleh kesamaan, bisa dalam hal apapun hobi, selera musik, film dll.
Willard meneliti hubungan teman sebaya selama 3 dekade dan menyimpulkan bahwa
teman menyediakan sumber daya kognitif emosional dari masa anak anak sampai tua,
seperti menumbuhkan harga diri dan rasa kesejahteraan. Ada 6 fungsi yang diberikan oleh
teman persahabatan.
1. Persahabatan memberikan anak anak pasangan untuk bermain, orang yang bisa
menghabiskan waktu bersama, melakukan kegiatan yang disukai
2. Sebagai stimulasi, dengan punya teman anak akan terstimulasi dengan informasi
informasi yang diberikan temannya, kegembiraan, dan juga hiburan
3. Dukungan fisik, teman bisa ngasih kita bantuan dan support fisik, contoh jika anak
sedih teman bisa memberikan pelukan, usapan yang dapat menenangkanny
4. Dukungan ego,dukungan emosional persahabatan yang baik dimana teman bisa
ngash dukungan ketika anak lagi sedih atau kecewa, atau ngash dorongan semangat
dan umpan balik yang membantu anak mempertahankan kesan diri sebagai
kompeten dan berharga
5. Perbandingan sosial, persahabatan bisa ngash informasi ttg dimana posisi anak
berhadapan dengan orang lain apakah anak baik baik saja kalo ada di posisi sosial
sprt itu
6. Kasih sayang dan kedekatan, teman memberikan anak hubungan yang hangat, dekat,
saling percaya dengan prg lain.yang ditandai dengan keterbukaan diri dab berbagi
pemikiran, kalo yang ke 6 ini menurut penelitian tidak muncul pada persahabatan di
masa awal.
Ada beberapa hal yang dapat membedakan tingkat IQ setiap orang, diantaranya:
1. Genetik:
Satu strategi untuk mempelajari peran hereditas dalam inteligensi adalah
dengan membandingkan IQ kembar identik dan fraternal. Kembar identik memiliki
komponen genetis yang sama persis, namun kembar fraternal tidak. Jika inteligensi
dapat ditentukan secara genetik, menurut beberapa peneliti, IQ kembar identik
seharusnya lebih mirip dibandingkan inteligensi kembar fraternal. Sebuah ulasan dari
beberapa penelitian menemukan bahwa perbedaan rata-rata korelasi inteligensi
antara kembar identik dan fraternal adalah sebesar 0.15, korelasi yang relatif rendah
(Grigorenko, 2000).
Saat ini, sebagian besar peneliti sepakat bahwa genetik dan lingkungan
berinteraksi memengaruhi inteligensi. Bagi sebagian besar orang, ini berarti bahwa
modifikasi dalam lingkungan dapat mengubah skor IQ mereka meskipun sumbangan
genetik akan terus memengaruhi kemampuan intelektualitas seseorang, pengaruh
lingkungan dan kesempatan yang diberikan kepada anak-anak dan dewasa juga
menentukan.
2. Lingkungan:
Peneliti menemukan bahwa semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak-
anaknya, semakin tinggi skor IQ anak-anak. Sekolah juga mempengaruhi inteligensi
(Gustafsson, 2007). Efek terbesar ditemukan jika sekelompok besar anak-anak yang
sangat kekurangan pendidikan formal dalam jangka waktu panjang berdampak pada
penurunan inteligensi (Ceci & Gilstrap, 2000). Banyak orang tua dengan penghasilan
rendah kesulitan memberikan lingkungan yang dapat menstimulasi intelektual anak-
anaknya. Program- program yang bertujuan mendidik para orang tua agar dapat
bertindak sebagai pengasuh yang sensitif maupun guru yang lebih baik, maupun
berbagai layanan dukungan seperti program-program kualitas perawatan-anak,
dapat memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan inteligensi anak
(Coltrane dkk, 2008). Sehingga, usaha untuk membendung dampak kekurangan
lingkungan terhadap inteligensi menekankan pencegahan daripada pengobatan
3. Budaya
Misalnya, orang-orang dalam budaya Barat cenderung melihat kecerdasan dalam hal
penalaran dan keterampilan berpikir, sedangkan orang-orang dalam budaya Timur
melihat kecerdasan sebagai cara bagi anggota komunitas untuk terlibat dengan
sukses dalam peran sosial (Nisbett, 2003). Tes culture-fair adalah tes kecerdasan
yang dimaksudkan untuk bebas dari bias budaya. Dua jenis tes culture-fair telah
dirancang. Jenis pertama mencakup barang-barang yang akrab bagi anak-anak dari
semua latar belakang sosial ekonomi dan etnis, atau barang-barang yang setidaknya
akrab bagi anak-anak yang mengikuti tes. Misalnya, seorang anak mungkin ditanya
bagaimana burung dan anjing berbeda, dengan asumsi bahwa semua anak telah
terpapar burung dan anjing. Jenis kedua dari tes budaya-adil tidak memiliki
pertanyaan verbal. Bahkan dengan tes yang dirancang untuk menjadi culture-fair,
orang-orang dengan pendidikan lebih cenderung mendapat skor lebih tinggi
daripada mereka yang berpendidikan rendah.
4. Variasi Etnik
Rata-rata, anak-anak sekolah Afrika-Amerika di Amerika Serikat mendapat
skor 10 hingga 15 poin lebih rendah pada tes kecerdasan standar daripada anak-anak
sekolah kulit putih Amerika (Brody, 2000). Anak-anak dari keluarga Latin juga
mendapat skor lebih rendah daripada anak-anak kulit putih. Ini adalah skor rata-rata,
bagaimanapun, dan ada tumpang tindih yang signifikan dalam distribusi skor. Sekitar
15 hingga 25 persen anak sekolah Afrika-Amerika mendapat skor lebih tinggi dari
setengah anak sekolah kulit putih, dan banyak anak sekolah kulit putih mendapat
skor lebih rendah daripada kebanyakan anak sekolah Afrika-Amerika.
Salah satu pengaruh potensial pada kinerja tes kecerdasan adalah ancaman
stereotip, kecemasan bahwa perilaku seseorang mungkin mengkonfirmasi stereotip
negatif tentang kelompoknya (Grand, 2017; von Hippel, Kalokerinos, & Zacher, 2017;
Williams & lainnya, 2018). Misalnya, ketika orang Afrika-Amerika mengikuti tes
kecerdasan, mereka mungkin mengalami kecemasan tentang mengkonfirmasi
stereotip lama bahwa orang kulit hitam "secara intelektual lebih rendah." Studi
penelitian telah mengkonfirmasi adanya ancaman stereotip (Lyons & others, 2018;
Wegmann, 2017). Juga, siswa Afrika-Amerika melakukan lebih buruk pada tes
standar jika mereka merasa bahwa mereka sedang dievaluasi. Jika mereka berpikir
tes tidak dihitung, mereka tampil sebaik siswa kulit putih (Aronson, 2002). Namun,
beberapa kritikus berpendapat bahwa sejauh mana ancaman stereotip menjelaskan
kesenjangan pengujian telah dibesar-besarkan (Sackett, Borneman, & Connelly,
2009).
PERTANYAAN EKSPLORATIF
DAFTAR PUSTAKA
Berk, L. E. (2012). Development Through the Lifespan Edisi Kelima Dari Prenatal sampai
Masa Remaja, Transisi Menjelang Dewasa (Volume 1) (Daryatno, Trans.). Basic Books.
(Original work published 2010).
Santrock, John W. (2019). Life-span Development Seventeenth Edition. McGraw-Hill
Education.
Suhada, I. (2018). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal). PT Remaja
Rosdakarya.