Grace Vika Iswoyo - Laporan Kasus - SHLV
Grace Vika Iswoyo - Laporan Kasus - SHLV
DISUSUN OLEH:
Grace Vika Iswoyo
01503230240
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas tidak Efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d Pasien tampak sesak dan
Terdapat sputum berlebih di jalan napas pasien
2. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d Pasien tampak
sesak dan Pola napas pasien cepat dan tidak teratur
3. Intoleransi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
Pasien tirah baring dan ADL dibantu total
RENCANA KEPERAWATAN
Paraf &
Hari/
DP Waktu Tindakan Keperawatan & Respon Pasien Nama
Tanggal
Perawat
Selasa, 26 1,2,3 13.00- Melakukan pengkajian fisik pada pasien (Hasil
September 20.30 terdapat pada Lampiran Pengkajian) dan
2023 memonitor TTV pasien
Respon:
TD: 111/65 mmHg HR: 104x/menit, RR:
24x/menit, S: 35,5◦C, SpO2: 92%. GCS: 11
E3M5V3, Somnolen.
3
Mengkaji kemampuan aktivitas pasien
Respon:
2222 2222
kekuatan otot
2222 2222
EVALUASI KEPERAWATAN
Paraf &
Hari/
DP Evaluasi SOAP Nama
Tanggal
Mahasiswa
Selasa, 26 1 S : Pasien mengatakan sesak
September O: Pasien menggunakan HFNC 20lpm, FiO2:40%. Pasien
2023 tampak sesak, gelisah, dan sulit berbicara. Pasien kesulitan
untuk batuk serta terdapat sputum berlebih di jalan napas
pasien. Tampak pasien bernapas dengan bantuan otot
dada. Frekuensi napas pasien 24x/menit, irregular,
takikardia. Terdapat bunyi tambahan ronchi. Hasil AGD:
pO2: 87 mmHg, pCO2: 73.9 mmHg (High), dan HCO3:
40.1 mmHg (High) pH: 7.334 (Low). GCS: 11 E3M5V3,
Somnolen.
A : Masalah Bersihan Jalan Napas tidak Efektif tidak
teratasi
P : Lanjutkan intervensi Grace
Selasa, 26 2 S : Pasien mengatakan sesak
September O: Pasien tampak sesak. Frekuensi napas pasien
2023 24x/menit. Hasil AGD: pO2: 87 mmHg, pCO2: 73.9
mmHg (High), dan HCO3: 40.1 mmHg (High) pH: 7.334
(Low). SpO2 92%. Denyut jantung 104x/menit. Terdapat
bunyi tambahan ronchi. Pola napas pasien cepat dan tidak
teratur. Kesadaran pasien menurun. Pernapasan
menggunakan cuping hidung
A: Masalah Gangguan pertukaran gas tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi Grace
Selasa, 26 3 S : Tidak ada
September O: Pasien tampak lemas, ADL dibantu total, Pasien tirah
2023 baring. Hasil laboratorium darah: Hemoglobin L 11.20
g/dL.
Kekuatan otot pasien:
2222 2222
2222 2222
A: Masalah Intoleransi aktivitas tidak teratasi Grace
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 27 1 S : Pasien mengatakan sesak
September O: Pasien menggunakan HFNC 20lpm, FiO2:40%. Pasien
2023 tampak sesak, gelisah, sulit berbicara. Pasien kesulitan
untuk batuk. Terdapat sputum berlebih di jalan napas
pasien. Tampak pasien bernapas dengan bantuan otot
dada. Frekuensi napas pasien 22x/menit, irregular,
takikardia. Terdapat bunyi tambahan ronchi. Hasil AGD:
pH 7.434, PCO2 67.7 mmHg, PO2 136 mmHg dan HCO3
46.3 mmol/L.
Grace
A : Masalah Bersihan Jalan Napas tidak Efektif tidak
teratasi
P : P: Lanjutkan intervensi
Rabu, 27 2 S : Pasien mengatakan sesak
September O: Pasien tampak sesak. Frekuensi napas pasien
2023 22x/menit. Hasil AGD: pH 7.434, PCO2 67.7 mmHg, PO2
136 mmHg dan HCO3 46.3 mmol/L. SpO2 92%. Denyut
jantung 101x/menit. Terdapat bunyi tambahan ronchi dan
pola napas pasien cepat dan tidak teratur. Kesadaran
pasien masih menurun. Pernapasan menggunakan cuping
hidung
Grace
A: Masalah Gangguan pertukaran gas tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 27 3 S : Tidak ada
September O: Pasien tampak lemas, ADL dibantu total, Pasien tirah
2023 baring. Hasil laboratorium darah: Hemoglobin L 10.90
g/dL.
Kekuatan otot pasien:
2222 2222
2222 2222
PEMBAHASAN KASUS
Pasien Ny. Y, 71 tahun, mengidap penyakit Sepsis, sepsis merupakan kondisi yang sangat
berbahaya karena dapat mengancam jiwa. Sepsis timbul akibat adanya inflamasi yang disebabkan
infeksi. Selain itu, sepsis membahayakan organ-organ dalam tubuh yang mana menyebabkan
kegagalan organ vital seperti paru-paru dan ginjal. Sepsis dapat menyerang siapa saja, namun yang
beresiko tinggi ialah orang dengan gangguan system kekebalan tubuh, orang yang sedang
menjalani terapi autoimun, penderita diabetes, meningitis kronis, pneumonia, serta orang yang
pernah menjalani prosedur invasive (KEMENKES RI, 2022).
Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang organ pernapasan dimana terjadinya
peradangan akut jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. Infeksi yang terjadi pada
paru akhirnya menyebabkan peradangan pada alveoli sehingga alveoli dipenuhi oleh cairan atau
nanah sehingga membuat penderitanya sulit bernapas. Kelompok yang mudah terkena pneumonia
ialah bayi dan anak dibawah usia 2 tahun, lansia diatas 65 tahun, perokok aktif, orang dengan
system kekebalan tubuh yang rendah, dan orang dengan penyakit kronis (Kemenkes RI, 2022).
Maka dari itu, pasien Ny. Y, 71 tahun, memiliki keluhan seperti sesak napas dan sulit keluarnya
dahak.
Pasien Ny. Y, 71 tahun, juga mengidap Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF), penyakit ini
penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan yang permanen pada paru. Luka yang terdapat
pada paru ini menyebabkan paru-paru terhambat mengembang maka yang dirasakan oleh pasien
ialah kesulitan bernapas, yang akhirnya paru tidak berfungsi secara normal. Penyebab munculnya
penyakit ini dapat disebabkan oleh lingkungan kerja yang terdapat partikel kimia berbahaya seperti
debu logam, kemudian penyakit pneumonia juga dapat menjadi penyebab munculnya penyakit ini
(KEMENKES RI, 2022).
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 26 September 2023 di ruang ICU Siloam
Hospital Lippo Village. Pengkajian dilakukan pada pasien Ny. Y, 71 tahun dengan Sepsis,
Pneumonia dan Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF). Pasien dating ke ICU dengan
indikasi penurunan kesadaran sejak tanggal 24 September 2023, serta mengeluh batuk,
sesak dan dari hasil pengecekan saturasi oksigen didapat SpO2 81%. Pasien dengan
penurunan kesadaran sehingga data subjektif tidak dapat dikaji. Pasien diberi oksigenasi
berupa HFNC 20lpm, FiO2 40%. Kemudian dilakukan pengecekan TTV pasien: TD
111/65 mmHg, Nadi 104x/menit, RR 24x/mnt, S: 36◦C , SpO2 92%. Dari hasil observasi
pasien tampak sesak, pasien bernafas dengan bantuan otot dada, pernapasan menggunakan
cuping hidung, pasien tampak gelisah, dan pasien tampak kesulitan mengeluarkan
dahaknya, pasien juga batuk tidak efektif. Pasien terpasang NGT. Hasil AGD : pO2: 87
mmHg, pCO2: 73.9 mmHg (High), dan HCO3: 40.1 mmHg (High) pH: 7.334 (Low). GCS:
11 E3M5V3, Somnolen. Pasienn tirah baring dan aktivitas/ADL dibantu total.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, maka penulis mengangkat tiga diagnose
prioritas yaitu:
1) Bersihan Jalan Napas tidak Efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d Pasien tampak sesak dan
Terdapat sputum berlebih di jalan napas pasien
2) Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d Pasien tampak
sesak dan Pola napas pasien cepat dan tidak teratur
3) Intoleransi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
Pasien tirah baring dan ADL dibantu total
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien mengacu pada perencanaan yang
terdapat dalam teori yang diharapkan selama dua hari perawatan dapat mengatasi masalah
yang terdapat pada Ny. Y, 71 tahun. Pada setiap masalah keperawatan tujuan dan kriteria
hasil berbeda-beda. Tujuan dan kriteria hasil yang ada pada teori tidak semua di buat dalam
asuhan keperawatan pada pasien karna harus mengacu dan menyesuaikan dengan kondisi
pasien.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien untuk diagnosa Bersihan
Jalan Napas tidak Efektif, yaitu: Memonitor TTV pasien, monitor hasil AGD dan X-ray
thoraks, monitor frekuensi, kedalaman dan usaha napas pasien, mengidentifikai
kemampuan batuk efektif, memberikan posisi semi fowler atau fowler, memberikan terapi
oksigenasi sesuai kebutuhan pasien, melakukan suction, mengajarkan pasien cara batuk
efektif, serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronchodilator pada pasien.
Selanjutnya, implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien untuk diagnosa
Gangguan pertukaran gas, yaitu: monitor hemodinamik pasien, monitor pola napas pasien,
monitor kemampuan batuk efektif pasien, monitor adanya produksi sputum, monitor
perubahan pH, PaCO2 dan HCO3, memberikan terapi oksigen, melakukan suction,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronchodilator pada pasien.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien untuk diagnose intoleransi
aktivitas, yaitu: mengbservasi TTV pasien, memonitor pola dan jam tidur pasien, mengkaji,
kemampuan aktivitas pasien, memberikan posisi yang nyaman, memberikan nutrisi lewat
NGT,dan memberikan terapi sesuai IMR.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang didapat pada pasien Ny. Y, 71 tahun, selama dua hari pelaksanaan
asuhan keperawatan memiliki hasil yang sama dengan tiga masalah tidak teratasi yaitu
Bersihan Jalan Napas tidak Efektif b.d Sekresi yang tertahan, Gangguan pertukaran gas b.d
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan Intoleransi aktivitas b.d Ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Masalah Bersihan Jalan Napas tidak Efektif, tidak teratasi karena masih terdapat
produksi sputum yang mebuat pasien masih mengeluh sesak.Masalah Gangguan
pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi tidak teratasi karena PCO2 67.7
mmHg (High), PO2 136 mmHg (High), dan SpO2 92% (Low). Masalah Intoleransi
aktivitas tidak teratasi karena pasien masih terpasang HFNC 20lpm, FiO2 40%.
Pasien Ny. Y, 71 tahun, dengan sepsis, pneumonia dan IPF yang telah diberikan
tatalaksana keperawatan seperti pemberian terapi obat serta pemberian oksigenasi masih
memerlukan kelanjutan intervensi agar kondisi pasien mengalami perbaikan.
REFERENSI:
Anggraini, D., Hasni, D., & Amelia, R. (2022). Pathogenesis of Sepsis. Scientific Journal, 332-
339.
Ariadi, K. J. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penurunan Kesadaran + ARDS
+ SUSP ISK + CKD + Syok Sepsis . Retrieved from http://repository.stikeshangtuah-
sby.ac.id/: http://repository.stikeshangtuah-
sby.ac.id/454/1/2030058_KADEK%20JAYA%20B.A_KIA%20ARDS.pdf
Grondman, I., & dkk. (2020). Biomarkers of inflammation and the etiology of. Portland Press,
1-14.
Kasim, R. A., & Arif, S. K. (2022). Tata Laksana Pasien Kritis pada Sumber Daya Terbatas.
Jurnal Anestesiologi Indonesia, 202-215.
KEMENKES RI. (2022, July 21). Fibrosis Paru. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/742/fibrosis-paru
Kemenkes RI. (2022, November 30). Ketahui Apa Itu Pneumonia? Retrieved from
https://yankes.kemkes.go.id: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1879/ketahui-apa-
itu-pneumonia
2020. : Wiley-Blackwell.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC Edisi Refisi Jilid 1 2015. Jakarta: