Anda di halaman 1dari 11

TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225

Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan

Syamsul Huda,
STIT Muhammadiyah Bojonegoro
Email : mbsjannati@gmail.com

Dahani Kusumawati
Universitas Bondowoso
Email : dahanikusumawati@yahoo.com

Submission Abstract
Track:
The identity of Muhammadiyah as a modern movement cannot be separated
Received: from the conceptualization produced in the field of education. The colonial era
which is identical with the dichotomy of education and science, began to be
22 Agustus 2019
reduced by the Muhammadiyah movement that carries scientific integration, a
Final Revision: balance between science and religion and also as the concern expression of KH.
Ahmad Dahlan towards education. The historicity of Muhammadiyah as an
30 Agustus 2019
educational movement can be referred to the formulations of the purpose of the
Available online: Muhammadiyah's presence started from 1921 until 1971 which describe
education as the basis for its movements and actions. Muhammadiyah wants to
25 September 2019
provide a new perspective namely education is holistic integrative, not in a partial
Corresponding dichotomous area, which can contribute to the development and progress of the
nation.
Author:
Name & E-mail Address Keywords: Muhammadiyah, education
Syamsul Huda
Abstrak
mbsjannati@gmail.com
Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan modern, tidak bisa dilepaskan atas
Dahani Kusumawati
konseptualiasasi yang dihasilkan dalam bidang pendidikan. Era kolonial yang
dahanikusumawati@yahoo.com identik dengan dikotomi pendidikan dan keilmuan, mulai tereduksi oleh gerakan
Muhammadiyah yang mengusung integrasi keilmuan, penyeimbangan antara ilmu
pengetahuan dan agama serta sekaligus sebagai ungkapan keprihatinan KH.
Ahmad Dahlan terhadap bidang pendidikan. Historisitas Muhammadiyah sebagai
gerakan pendidikan dapat dirujuk pada rumusan-rumusan tujuan hadirnya
Muhammadiyah mulai tahun 1921 hingga 1971 yang menggambarkan pendidikan
sebagai dasar gerak dan langkahnya. Muhammadiyah ingin memberikan
perspektif baru bahwa pendidikan bersifat integratif holistik, bukan pada area
dikotomis parsial, yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan
dan kemajuan bangsa.

Keywords: Muhammadiyah, pendidikan.

PENDAHULUAN. dan mengartikan kemudian sang santri


Saat kolonial Belanda menjajah bumi menirukannya. Bandongan atau Wetonan adalah
nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas sang kyai membaca, mengartikan dan
dalam wujud “pondok pesantren”, dimana Islam menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu
diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem namun sang santri hanya mendengarkan
yang digunakan seperti sistem sorogan, penjelasan dari sang kyai. (Amien, 2015).
bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem Potret kemajemukan organisasi sosial
pendidikan dimana secara perorangan menghadap kemasyrakatan di Indonesia, dapat dilihat dari
kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan banyaknya organisasi yang ada mulai dari

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 163


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

Persatuan Islam (Persis), Nahdatul Wathan (MW), menunjukkan kiprah sedemikian besar, keluasan
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU) dan dimensi kajian terhadap gerakan ini
lainnya. Merujuk pada realitas empirik, dua nama memungkinkan tersusunnya suatu bidang kajian
yang disebut diakhir merupakan organisasi sosial yang disebut dengan Muhammadiyah Studies
kemasyarakatan yang mempunyai track record (Jinan, 2015). Bentuk konkrit usaha dalam bidang
dalam pengembangan pendidikan di Indonsia pendidikan, KH. Ahmad Dahlan dapat dikatakan
(Mafidin, 2012). Perjalanan Muhammadiyah sebagai suatu “model” dari bangkitnya sebuah
dalam bidang pendidikan telah melintasi beberapa generasi yang merupakan titik pusat dari suatu
era dengan berbagai suka dukanya. Sejak masa pergerakan yang bangkit untuk menjawab
penjajahan Belanda, masa pendudukan jepang, tantangan-tantangan yang dihadapi Islam, yaitu
masa Orde Lama, masa Orde Baru dan masa berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan
reformasi. Sejarah membuktikan bahwa dan kejumudan paham agama Islam (Ni’mah,
pendidikan Muhammadiyah tetap tegak dan 2014).
kokoh berdiri dalam memainkan peran demi
mencerdaskan bangsa. Disisi lain, tak sedikit PEMBAHASAN
organisasi baru yang bermunculan jauh Interaksi Miliu dan Pemikiran
dibelakang Muhammadiyah yang tak berjatuhan Gerakan pendidikan yang disematkan pada
dan tidak sanggup melawan beragam halangan Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dari
dan rintangan yang datang menghadang di kepribadian sosok KH. Ahmad Dahlan sebagai
sepanjang kehidupan.(Ali, 2016) pendirinya. KH. Ahmad Dahlan terlahir pada
Penegasan sebagai civil society, Muhammadiyah tahun 1868 di Kauman, Yogyakarta dengan nama
dalam visinya menekankan pada fungsi Muhammad Darwis. Beliau lahir dari pasangan
melaksanakan sebagian peran-peran Negara Kyai Haji Abu Bakar seorang khatib masjid besar
(Abdul, Binfas, & Ismail, 2014). Konkretnya, Kauman Siti Aminah binti Kyai Haji Ibrahim,
dalam peran dan keikutsertaannya demi penghulu besar Yogyakarta.(Hemlan Elhany,
memajukan bangsa, Muhammadiyah tidak hanya 2013) Sejak kecil, kecintaan dan kehausan
concern pada gerakan pendidikan semata. terhadap ilmu pengetahuan telah menyatu dalam
Namun, berbagai masalah bangsa yang kompleks kepribadiannya. Beliau tumbuh dan berkembang
juga menjadi sasaran dan lahan perjuangan. dalam miliu keilmuan di tengah-tengah
Gerbong Muhammadiyah tidak hanya hadir masyarakat yang terjajah, tertindas dan
dalam upaya pengembangan lembaga pendidikan terbungkus oleh keterbelakangan. Semenjak kecil,
semata, Namun juga andil dalam memperbaiki Muhammad Darwis diasuh dan di didik sebagai
permasalahan kesehatan dengan mendirikan layaknya putera Kyai. Dibawah bimbingan sang
berbagai usaha pelayanan kesehatan. Kiprah di ayah, pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar
bidang sosial, Muhammadiyah mendirikan membaca, menulis, mengaji al-Quran, dan kitab-
berbagai panti asuhan. Demikian pula di sektor kitab agama. Menjelang dewasa, beliaupun mulai
ekonomi dan politik, Muhammadiyah mendalami ilmu-ilmu agama dari beberapa ulama

164 Syamsul Huda dan Dahani Kusumawati, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan … hal. 163 - 173
TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

besar waktu itu. Perkembangan kemampuan sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru
Muhammad Darwis diusia yang masih muda membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan
dapat dilihat dari penguasaan d atas berbagai malah menjadi konservatif (Suara
disiplin ilmu khususnya ilmu keislaman. Muhammadiyah, 2017).
Karateristik ketidakpuasan yang menjadi
sifat anak muda, juga dialami oleh KH. Ahmad Keprihatinan Terhadap Pendidikan Bangsa
Dahlan ketika muda. Intelektualitas yang tajam Berawal dari keprihatinan terhadap
dan tinggi yang dimilikinya memberikan keterpurukan Umat Islam sebagai pribumi akibat
dorongan untuk semakin menguasai, mendalami situasi dan kondisi global. Politik kolonial
dan mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Pengaruh Belanda yang telah lama menjajah semakin
nyata atas kondisi tersebut, KH. Ahamda Dahlan menenggelamkan bangsa ini yang diliputi
muda, disaat umur 15 tahun, memutuskan untuk perasaan kerdil dan tak berdaya. Umat Islam
pergi melaksanakan ibadah haji dan menetap di mengalami kemandegan dan tidak terdapat sinar
Mekkah. Kesempatan itu dimanfaatkannya kebesaran dan kecemerlangan dalam diri mereka
berguru kepada para ulama untuk belajar pada waktu. Kehidupan masyarakat yang serba
beberapa keilmuan serta menguasai berbagai kitab susah, ekonomi tidak maju, pendidikan
(Arofah & Jamu’in, 2015). Peristiwa ini terjadi dua terbelakang dan kehidupan sosial budaya tidak
kali dalam kehidupan beliau. Pada masa-masa membesarkan hati (Ni’mah, 2014), mendorong
inilah, beliau mulai berinteraksi dengan para munculnya gagasan KH. Ahmad Dahlan untuk
pemikir dan pembaharu Islam diluar negeri. membangun balai pendidikan, sebagai langkah
Kontruksi pemikiran pembaharuan KH. Ahmad awal yang diformulasikan untuk menghadapi
Dahlan tidak bisa dilepaskan atas pengaruh problematika obyektif yang sedang dihadapi.
tokoh-tokoh sentral gerakan pembaharuan dalam Pendidikan menjadi barang mahal dan
Islam era itu. Pemikiran KH, Ahmad Dahlan langka yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan
banyak dipengaruhi oleh ulama-ulama yang bangsawan. Disaat yang bersamaan, kesenjangan
menjadi gurunya seperti Syeikh Ahmad Khatib sosial ekonomi sedemikian menganga dan
dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, menciptakan perbedaan strata yang sangat tidak
Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih seimbang. Semua ketidakberdayaan ini pada
dari Maskumambang. juga setelah membaca akhirnya menjadi justification bagi lahirnya
pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti anggapan bahwa pendidikan bukan merupakan
Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, kebutuhan hidup. Bagaimana tidak, jika
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan kebutuhan dasar pokok yang berupa sandang,
Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya pangan dan papan saja sulit terpenuhi, bagaimana
serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia mungkin seseorang bisa berfikir tentang
dan bacaan atas karya-karya para pembaru pendidikan.
pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide- Berbeda dengan umumnya tokoh nasional di
ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi zamannya yang lebih perhatian pada ranah politik

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 165


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

dan ekonomi, KH. Ahmad Dahlan mengabdikan paling menonjol dan mengakar justru bidang
diri sepenuhnya dalam bidang pendidikan pendidikan. Bidang pendidikan di
walaupun tidak menutup kemungkinan bidang- muhammadiyah dibuktikan dengan banyaknya
bidang lain juga mendapat perhatiannya (Ni’mah, sekolah yang didirikan hampir setiap penjuru
2014). Berbekal ilmu agama yang ia kuasai dan tanah air hingga di tingkat internasional (Susilo,
ide-ide para pembaharu dari Timur Tengah, 2016). Capaian ini jelas secara kuantitas sangat
Beliau bergerak untuk memperbaharui membanggakan (Nuryana, 2017), bahkan,
pemahaman keislaman dan pendidikan gerakan pendidikan telah menjelma sebagai ruh
masyarakat. Melihat fenomena rendahnya minat dan nafas bagi Muhammadiyah. Hal ini tidak
belajar, dan minimnya balai pendidikan. maka berlebihan, sebab secara historis terbukti bahwa
beliau mendermakan diri untuk melakukan upaya KH. Ahmad Dahlan telah terlebih dahulu
pembinaan dan pengajaran terhadap masyarakat mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
secara langsung. Islamiyah pada tanggal 1 Desember 1911 M.
Kehadiran KH. Ahmad Dahlan dan Artinya, Kyai Ahmad Dahlan mempunyai
Muhammadiyahnya tepat pada waktunya. Sebab, gagasan untuk membentuk lembaga pendidikan
keduanya datang di tengah masyarakat Islam yang yang kemudian menumbuhkan organisasi
sedang mengalami kemunduran dan kebekuan Muhammadiyah sebagai media gerakan
dalam berfikir. Terutama tentang kepercayaan dakwah.(Abdul et al., 2014)
masyarakat yang masih kuat berpegang kepada Secara historis dapat dikatakan bahwa
perkara-perkara tahayul, bid’ah, dan khurafat. sebenarrnya Muhammadiyah berasal dari “rahim
(Abdul et al., 2014) Karenanya, sejak awal pendidikan” dan terlair sebagai “gerakan
berbagai upaya dalam membangun kesadaran pendidikan”. Bermula dari sebuah balai
akan pentingnya pendidikan Islam modern mulai pendidikan yang sederhana, Muhammadiyah
dirintis, pembaharuan paham dalam keislaman diwacanakan dan dirumuskan hingga
mulai disentuh, konsep kemajuan mulai disemai dideklarasikan sebagai sebuah ormas Islam. Maka,
dalam alam pemikiran, peran perempuan yang dalam perjalanannya Muhammadiyah tidak akan
masih termarginalkanpun mulai diperhatikan. bisa keluar dari garis nasab yang melekat padanya
sebagai “gerakan pendidikan”. Ketika
Pendidikan Sebagai Embrio Muhammadiyah
Muhammadiyah terbentuk pada tahun 1912,
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia
Pemikiran visioner-antisipatoris KH. Ahmad
tidak bisa lepas dari peran serta KH. Ahmad
Dahlan seakan menemukan bumi berpijaknya.
Dahlan melalui Muhammadiyahnya. Hal ini
Organisasi ini memiliki grafik pertumbuhan yang
disebabkan karena Muhammadiyah telah
signifikan. Sebagai gerakan islam, dakwah dan
berkiprah khususnya di bidang pendidikan sejak
tajdid, Muhammadiyah memiliki ruang gerak yang
lahirnya (Mawardi, 2017). Meskipun
tak terbatas pada bidang pendidikan saja. Apalagi
Muhammadiyah tidak terlahir sebagai gerakan
sejak tahun 1917 Muhammadiyah melahirkan
pendidikan, namun manifestasi gerakannya yang
beberapa majelis yang membuatnya mempunyai

166 Syamsul Huda dan Dahani Kusumawati, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan … hal. 163 - 173
TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

wilayah kerja yang semakin luas. Tercatat ada pribumi bersikap anti terhadap ilmu umum yang
empat majelis yang muncul diawal waktu yang diyakini sebagai produk orang kafir.
saat itu dikenal dengan istilah bagian. Yaitu bagian Dualisme pendidikan yang ada
sekolahan, bagian pustaka, bagian tabligh, dan memunculkan dua kelas sosial yang berbeda.
bagian penolong kesengsaraan umum (PKU). Yang pertama menghasilkan masyarakat yang
Catatan sejarah ini sekaligus menjadi bukti bahwa elitis dan yang kedua menghasilkan masyarakat
Muhammadiyah sejak awal telah mengambil yang memegang teguh tradisi dan budaya serta
peran dalam dunia pendidikan. Hal ini ditempuh anti terhadap perubahan. Akhirnya, keberadaan
oleh karena Muhammadiyah memahami betul ilmu keislaman dan ilmu umum seakan menjadi
bahwa pendidikan dalam makna seluas-luasnya dua kutub yang berseberangan dan berlawanan
merupakan kunci kemajuan dan kegemilangan yang tidak mungkin bertemu dan bersanding
suatu bangsa (masyarakat, kaum, negara)(Ali, bersama dalam satu system pendidikan yang
2016). integral. Pemisahan ilmu dalam dunia pendidikan,
telah mengantar dunia pendidikan di Indonesia
Pendidikan Integratif Holistik Bukan
menjadi suatu pendidikan yang mandul dan
Dikotomis Parsial
menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang tidak
Penjajahan yang berjalan sedemikian lama
bertanggungjawab terhadap kehidupan
bukan hanya mengakibatkan menculnya
kemasyarakatan dan lingkungan. Demikian pula
kesenjangan dalam strata sosial ekonomi, namun
pendidikan agama yang terlalu memisah dari
juga menyemai sistem dikotomis dan dualisme
dunia ilmu-ilmu sosial dan humaniora, telah
dalam pendidikan. Pendidikan kolonial melarang
melahirkan ahli-ahli agama yang tidak peka
masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah
terhadap kehidupan sosial, dan gagap tehadap
kolonial.(Suaramuhammadiyah, 2017) Bukan
perkembangan dunia modern. (Bisryi, 2009)
sekedar menerapkan system dikotomis-dualistik,
Padahal dalam prespektif Islam, ilmu sudah
namun ekspansi sekolah Belanda diproyeksikan
terkandung secara esensial dalam al Qur’an.
sebagai pola baru penjajahan yang dalam jangka
Beragama berarti berilmu dan berilmu berarti
panjang diharapkan dapat menggeser lembaga
beragama. Karena itu, tidak ada dikotomi antara
pendidikan Islam semacam pondok pesantren
ilmu dan agama.(Suyatno, 1970)
(Ni’mah, 2014). Disatu sisi pihak penjajah
Berawal dari ketidakseimbangan antara
menyediakan balai pendidikan ala barat yang
pendidikan ilmu agama dan ilmu umum, lahirlah
modern dan sekuler yang hanya fokus pada ilmu-
gagasan untuk melakukan pembaharuan. Sebab,
ilmu umum. Sementara disisi yang lain, pribumi
dalam konsep pemikiran beliau, tidak boleh ada
bertahan dengan pola pendidikan pesantren yang
dikotomi dan dualisme antara ilmu Agama dan
tradisional dan kolot yang hanya mengajarkan
umum. Sebab, dalam dunia pendidikan
nilai-nilai keislaman. Kubu penjajah melarang
pemisahan antara ilmu dan agama ini berakibat
hadirnya ilmu keislaman dalam balai pendidikan
pada rendahnya mutu pendidikan dan
yang didirikannya, sementara umat Islam sebagai
kemunduran dunia Islam pada umumnya

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 167


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

(Abdullah, 2003). Dihadapkan pada dualisme pesantren yang telah ada.(Asran & Wan Zakaria,
sistem pendidikan ini, KH.Ahmad Dahlan gelisah 2015)
dan bekerja keras sekuat tenaga untuk Pola pendidikan yang diterapkan oleh
mengintegrasikan, atau paling tidak mendekatkan kolonial Belanda, sangat kontradiktif dengan pola
kedua sistem pendidikan itu (Ni’mah, 2014). pendidikan tradisional Islam yang ada. Namun,
Bentuk tindak lanjut, muncullah gagasan dan harus diakui bahwa sistem serta metode
upaya untuk mendirikan sekolah yang pendidikan dan pengajaran yang
mengintegrsikan antara ilmu agama dan ilmu diimplementasikan dalam lembaga pendidikan
umum. Selanjutnya, menyadari akan sulitnya mereka jauh lebih baik dan modern bila
merealisasikan gagasan tersebut, maka sebagai dibandingkan dengan sistem dan metode pada
langkah awal dibangunlah kerjasama dengan lembaga pendidikan tradisional Islam (Sabarudin,
kolonial Belanda. Yaitu dengan ikut serta 2015). Karena itu, dengan mengadopsi sebagian
mengambil peran sebagai salah satu guru di system pendidikan yang ada disekolah kolonial,
sekolah yang dikelola Belanda. Inilah babak baru lalu mengkombinasikan dengan system
dalam sejarah Muhammadiyah sebagai langkah pendidikan pesantren dan kearifan lokal, maka
awal untuk merentas gerakan pendidikan yang lahirlah balai-balai pendidikan yang
integral. menggabungkan disiplin ilmu umum dan disiplin
Selanjutnya, secara mandiri KH. Ahmad ilmu Islam. Hal ini relevan dengan tujuan
Dahlan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah pendidikan Muhammadiyah yaitu menciptakan
Islamiyah di Kauman Yogyakarta, dalam kader yang intelektual dan islami. Artinya, kader
mengelola pendidikan ini, beliau memberikan intelek yang menguasai pengetahuan secara
sentuhan sistem klasikal barat. Yaitu melengkapi umum dan kader islami yaitu menguasai ilmu
sekolah dengan berbagai fasilitas penunjang yang keislaman. Atau dengan kata lain mencetak ulama
memadai seperti; bangku, kursi dan papan intelektual dan intelektual ulama.(Supriyanto
tulis.(Arofah & Jamu’in, 2015) Kondisi ini sudah Muammar, 2011)
barang tentu menyimpang dari tradisi pendidikan Zaman telah berganti, persoalan dikotomi
pesantren yang identik dengan metode sorogan, merupakan masalah usang sudah tidak lagi
bandongan atau wetonan. Dan, hanya karena relevan dengan dinamisasi kehidupan. Pendidikan
menerapkan konsep yang tidak sesuai dengan Islam harus menuju pada integritas antara ilmu
kebanyakan inilah beliau dicela sebagai kyai kafir. agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan
Sebab, para kyai menilai beliau telah menabrak jurang pemisah diantara keduanya. Karena, dalam
tradisi pesantren dan mengikuti pola pendidikan prespektif Islam ilmu pengetahuan adalah satu
Belanda yang non Islam. Dalam konteks ini dapat yaitu yang berasal dari Allah (Tajab, 2014).
dikatakan bahwa munculnya Madrasah Diniyah Muhammadiyah sejak awal berdiri telah
semacam ini merupakan ekspresi ketidakpuasan berkomitmen untuk terus berjuang mencerdaskan
KH. Ahmad Dahlan terhadap sistem pendidikan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, Muhammadiyah

168 Syamsul Huda dan Dahani Kusumawati, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan … hal. 163 - 173
TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

memadukan antara sistem pendidikan pesantren tersimpan di kepala dalam bentuk teori dan
yang tradisional dengan sistem pendidikan rumus semata. Tapi, ilmu seharusnya berubah
sekolah yang modern, menjadi sistem pendidikan menjadi tindakan, andil, peran, pengabdian,
madrasah atau sekolah agama (Purba, 2013). sumbangsih kebaikan dan kemaslahatan untuk
Merujuk pada realitas tersebut, tidak lingkungan sekitar.
mengherankan apabila Amal Usaha Konsep pendidikan transformatif berawal
Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan dari kisah KH. Ahmad Dahlan yang mengajarkan
hingga saat ini terus berkembang pesat disemua surat al Maun kepada segenap santrinya. Metode
jenjang baik secara kuantitas maupun kualitas. pembelajaran yang dikembangkan beliau bercorak
Pendidikan Muhammadiyah telah mampu kontekstual melalui proses penyadaran (Arofah &
menjadi perintis dan pelopor pendidikan Islam Jamu’in, 2015). Surat tersebut dipelajari berulang-
yang berwawasan kebangsaan dan kemanusiaan ulang meskipun para santri telah
yang mampu menembus sekat-sekat sosial menghafalkannya. Hingga saatnya tiba, beliau
budaya. Mungkin saja, diantara sekian banyak mempertanyakan kepada mereka apakah isi dan
rahasia dibalik kehebatan pendidikan kandungan surat tersebut sudah diamalkan?
Muhammadiyah adalah adanya sikap inklusifisme, Maka, keesokan harinya, dengan membawa
ketulusan dalam pelayanan, dan tingginya dedikasi berbagai barang yang dimiliki, KH. Ahmad
para tenaga pendidik dan pengelolanya dalam Dahlan mengajak menyantuni orang-orang
memajukan lembaganya. Termasuk sifat tekun, miskin dilingkungan sekitar.
spirit kebersamaan dan kekompakannya dalam Demikianlah, K.H. Ahmad Dahlan sejak
menghidupkan Amal Usaha Muhammadiyah awal telah mengembangkan konsep pendidikan
(AUM), bukan mencari hidup di dalam yang berelevansi dengan lingkungan kehidupan.
Muhammadiyah, seperti pernah diwasiatkan oleh Konsep ini melahirkan prinsip ilmu amaliah, amal
KH. Ahmad Dahlan. ilmiah. Jadi, ilmu akan bermanfaat ketika
diamalkan untuk kepentingan masyarakat banyak
Pendidikan Tranformatif
(Ahmad, 2015). Pendidikan yang memiliki
Dinamisasi cita-cita dalam melahirkan
konsekuensi sosial inilah yang menjadi sumber
kehidupan berbangsa dan bernegera, berdampak
kesadaran Muhammadiyah untuk membangun
masalah pendidikan sangat vital dan urgen untuk
sikap peduli terhadap lingkungan sosial. Sebab,
sebuah peradaban. Jadi, pendidikan harus dinamis
sikap peduli terhadap lingkungan sosial
dan transformatif dalam rangka menuju masa
merupakan misi risalah Islam. Yaitu berupa upaya
depan kehidupan manusia yang lebih baik.(Etika
memobilisasi orang untuk melakukan tindakan
& Para, 2017) Melalui konsep pendidikan
positif konstruktif, mencegah orang dari
transformatif setiap orang dituntut untuk bisa
perbuatan negatif destruktif, menghalalkan yang
mengejawantahkan apa yang dipelajari sebagai
baik, mengharamkan yang buruk, mengatasi
wawasan dan keilmuan menjelma menjadi amalan
himpitan hidup, dan melepaskan belenggu-
dan perbuatan. Ilmu bukanlah materi yang
belenggu yang bisa menghancurkan manusia.

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 169


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

Makanya, siapapun yang tidak memiliki kepekaan pendidikan dengan mendirikan balai pendidikan
dan kepedulian terhadap masalah social diseluruh jenjang yang tersebar diseluruh penjuru
kemasyarakatan dicap sebagai pendusta agama. Indonesia dan telah mulai merambah keluar
Hakikat pendidikan adalah keseimbangan negeri. Sual kedua; gerakan kesehatan dengan
wawasan dan perbuatan, ketersambungan teori mendirikan berbagai balai kesehatan dan yang
dan kenyataan, kesesuaian konsep dan praktek. terbaru Muhammadiyah Disaster Manajemen
Pendidikan transformatif menjadikan ilmu bukan Center (MDMC). Sula ketiga; gerakan ekonomi
sebatas wacana di dunia maya. Namun, dengan membentuk lazismu dan lembaga mikro
mengubah ilmu sebagai prestasi nyata yang keuangan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM)
membumi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dan juga koperasi.
perkembangannya konsep yang demikian lebih
Fungsi dan Tujuan Pendidikan
dikenal dengan istilah teologi transformatif.
Muhammadiyah
Artinya, syariat islam bukanlah semata ajaran
Ada empat perspektif atau pandangan
ritual vertical antara manusia dengan Tuhan,
berkiatan dengan fungsi pendidikan
namun lebih daripada itu Islam hadir sebagai
Muhammadiyah. Adapun empat fungsi tersebut
problem solver bagi permasalahan masyarakat.
antara lain: pertama, sebagai sarana pendidikan dan
Konsep inilah yang juga dikenal sebagai teologi
pencerdasan; kedua, sebagai pelayanan
amal yang menjadi karakteristik Ahmad Dahlan
msayarakat; ketiga, sebagai gerkan dakwah amar
dan awal kelahiran Muhammadiyah.(Arofah &
ma’ruf nahi mungkar; dan keempat, sebagai area
Jamu’in, 2015)
kaderisasi (Nuryana, 2017). Fungsi pendidikan
Tidak banyak naskah tertulis dan dokumen
Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi
yang dapat dijadkan bahan untuk mengkaji dan
dan respon terhadap keringnya ruh keagamaan
merumuskan pemikiran dari Kyai Dahlan, hal ini
dalam pendidikan. Seluruh Amal Usaha
disebabkan karena Kyai Dahlan memang bukan
Muhammadiyah (AUM) dalam bidang pendidikan
penulis. Kyai Dahlan mempunyai prinsip lebih
harus melaksanakan pendidikan al Islam dan
“banyak bekerja dari pada berteori”.(Khadafi &
Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan.
Supriyanto, 2011). Dengan spirit Al Maun,
Kebijakan ini semakin mempertegas posisi
Muhammadiyah mewariskan gerakan
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan.
pembebasan umat dari kebodohan,
Terkait tujuan sebuah pendidikan, tentunya
keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Sebab,
hal itu akan berbanding lurus dengan konsep
Islam menegaskan bahwa misi dari setiap ritus
perubahan yang diharapkan terjadi pada peserta
Islam adalah akuntabilitas sosial, tanpa implikasi
didik baik secara personality maupun sosiality.
sosial, semua ritus Islam yang dilakukan
Tujuan utama sebuah pendidikan seharusnya
dipandang sebagai kesia-siaan belaka.(Hemlan
seirama dan senafas dengan pandangan hidup
Elhany, 2013). Berawal dari konsep pendidikan
bangsa yang bersangkutan. Karenanya, tidak
transformatif, Muhammadiyah melahirkan trisula
mengherankan manakala tiap Negara dan bangsa
pemberdayaan masyarakat. Sula pertama; gerakan

170 Syamsul Huda dan Dahani Kusumawati, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan … hal. 163 - 173
TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

memiliki tujuan pendidikan yang berbeda-beda. diarahkan untuk mencetak pribadi Muslim
Semua itu terjadi karena pendidikan diarahkan yang mapan dalam penguasaan ilmu keislaman
untuk membentuk pola kehidupan sesuai arah dan cakap dalam ilmu keduniaan serta siap
kebijakan bangsa dan negara yang bersangkutan. mendedikasikan diri tanpa lelah demi kebaikan
Berpijak dari paradigma inilah Muhammadiyah dan kemaslahatan bangsa dan Negara.
sebagai bagian dari bangsa dan Negara Kesatuan Tentang tujuan hadirnya Muhammadiyah
Republik Indonesia merumuskan tujuan sendiri pada era awal telah dirumuskan pada
pendidikan yang hendak diwujudkan. Secara tahun 1914 sebagai berikut:
historis, tujuan pendidikan Muhammadiyah “Hendak menyebarkan pengajaran agama
Islam kepada penduduk bumi putera di dalam
dirumuskan pertama kali pada tahun 1936, yaitu
residensi Jogjakarta dan hendak memajukan
13 tahun setelah pendiri Muhammadiyah agama Islam kepada anggota-anggotanya”
meninggal dunia(Ali, 2016). Rumusan ini telah mencantumkan kata
Dinamika tujuan pendidikan “memajukan” sebagai bukti akan inklusifisme
Muhammadiyah bisa dikategorikan menjadi dua dan misi modernitas dalam tubuh
fase, yaitu fase pra-perumusan dan fase Muhammadiyah. Mengingat pada zaman itu
perumusan. bangsa masih terbungkus oleh
a. Fase pra-perumusan keterbelakangan.
Tujuan pendidikan Muhammadiyah b. Fase perumusan;
belum dirumuskan secara eksplisit sebagai Fase ini tampak terjadi modifikasi pada teks
sebuah formalitas dan legalitas. Sebab, tujuan perumusan secara formal. Hal itu terlihat pada
itu secara otomatis menyatu dalam setiap diam perubahan perumusan dari masa ke masa. Berikut
dan gerak KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri secara rinci perubahan rumusan tersebut :
Muhammadiyah. Maka, semua perkataan dan 1. Permusan Jakarta 1921 berbunyi:
perbuatan beliau dalam mengelola organisasi “1. Memajukan dan menggembirakan
ini bisa disebut sebagai bentuk pedoman, pengajaran dan pelajaran agama Islam di
panduan dan haluan bagi perjalanan Hindia Nederland; 2. Memajukan dan
pendidikan Muhammadiyah itu sendiri. Maka, menggembirakan cara kehidupan
ketika KH. Ahmad Dahlan berkata: sepanjang kemauan agama Islam kepada
“dadiyo kyai sing kemajuan, lan aja kesel-kesel Lid-lidnya (segala sekutunya)”.
anggonmu nyambut gawe kanggo
2. Perumusan tahun 1936 yang
Muhammadiyah. Artinya, jadilah ulama yang
berkemajuan, dan tidak kenal lelah bekerja berbunyi: “1. Menggiring anak-anak
dan beramal untuk Muhammadiyah”.
Indonesia menjadi orang Islam yang
Maka, inilah arah dan tujuan pendidikan
berkobar semangatnya dengan
Muhammadiyah yang bertujuan untuk
khusyuknya, pekertinya halus lagi cerdas
terbentuknya pribadi ulama intelektual –
otaknya. 2. Badannya sehat, tegap
intelektual ulama yang berorientasi pada
bekerja. 3. Hidup tangannya mencari
pelayanan umat. Pendidikan Muhammadiyah
rezeki sehingga kesemuanya itu memberi

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 171


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

faedah yang besar dan berharga tinggi bagi untuk berkiprah membenahi kondisi yang sedang
dirinya dan juga bagi masyarakat hidup dihadapi dengan mengambil peran dalam sektor
bersama”. pendidikan. Bermula dari sebuah balai pendidikan
3. Perumusan tahun 1954 yang yang sederhana, beliau memperkenalkan konsep
berbunyi: “Membentuk manusia modernitas. Seiring berjalannya waktu, lahirlah
Muslim berakhlak mulia, cakap, percaya Muhammadiyah yang mengusung slogan
pada diri sendiri dan berguna pada berkemajuan. Konsentrasi beliau menggarap
masyarakat” dunia pendidikan tidak lepas dari pemikirannya
4. Perumusan tahun 1971 yang yang menilai bahwa kemajuan suatu bangsa
berbunyi: “Terwujudnya manusia berawal dari pendidikan. Maka, tidak berlebihan
Muslim berakhlak mulia, cakap, percaya mankala pemerintah memberikan apresiasi
kepada diri sendiri dan berguna bagi kepada beliau atas jasa-jasanya dan
masyarakat dan Negara”. Kemudian menjadikannya sebagai salah satu pahlawan
rumusan ini disempurnakan menjadi nasioanal.
: “Terwujudnya manusia Muslim yang
bertaqwa, berakhlak mulia, percaya DAFTAR RUJUKAN
kepada diri sendiri, cinta tanah air dan
Abdullah, Amin, dkk. (2003). Menyatukan
berguna bagi masyarakat dan Negara, Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum:
Upaya mempertemukan Epistemologi Islam.
beramal menuju terwujudnya masyarakat
Yogyakarta: SUKA Press.
utama, adil dan makmur yang diridhai
Abdul, M., Binfas, M., & Ismail, A. M. (2014).
Allah SWT”. Tapak Perbezaan Asal Usul Gerakan
Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama (Nu)
Mencermati paparan diatas dapat
Di Indonesia the Chronicled Distinction
disimpulkan bahwa Muhammadiyah sejak Between Muhammadiyah and Nahdlatul
Ulama Movements in Indonesia. Jurnal
lahirnya telah concern dalam bidang pendidikan.
Melayu Jilid.
Dan yang menarik adalah betapa gerakan
Ahmad, F. (2015). Pemikiran K.H. Ahmad
pendidikan Muhammadiyah memiliki misi dan Dahlan tentang Pendidikan dan
Implementasinya di SMP Muhammadiyah 6
visi jauh kedepan dan berorientasi pada
Yogyakarta Tahun 2014/2015. Profetika
kebangsaan. Hal ini terlihat dari keselarasan Jurnal Studi Islam.
tujuan pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan Ali, M. (2016). Membedah Tujuan Pendidikan
Muhammadiyah. Profetika, Jurnal Studi Islam.
pendidikan nasional.
Arofah, S., & Jamu’in, M. (2015). Gagasan Dasar
dan Pemikiran Pendidikan Pendidikan Islam
KESIMPULAN K.H Ahmad Dahlan. Tajdida.
Muhammadiyah hadir sebagai gerakan Asran, M. A., & Wan Zakaria, W. F. A. (2015).
Reformasi Pendidikan al-Hadi dan al-
pendidikan yang telah mewarnai perjalanan Faruqi. Islamiyyat.
pendidikan nasional. Berawal dari keprihatinan https://doi.org/10.17576/islamiyyat-2015-
3701-04
terhadap keterpurukan bangsa dalam semua
Bisryi, H. (2009). Mengakhiri Dikotomi Ilmu
aspek kehidupan, KH. Ahmad Dahlan terpanggil

172 Syamsul Huda dan Dahani Kusumawati, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan … hal. 163 - 173
TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 2 September 2019 E-ISSN : 2621-847X

Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Forum nasional. Jurnal Pendidikan Islam.


Tarbiyah. https://doi.org/10.14421/jpi.2012.11.121-
138
Etika, R., & Para, B. (2017). PENDIDIKAN
TRANSFORMATIF : Islamuna. Tajab, M. (2014). SINTESA ATAS DIKOTOMI
PENDIDIKAN ISLAM. At-Tajdid : Jurnal
Hemlan Elhany. (2013). Perspektif KH. Ahmad
Ilmu Tarbiyah.
Dahlan Tentang Pengembangan Masyarakat
Islam. PERSPEKTIF KH. AHMAD
DAHLAN TENTANG
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
ISLAM.
Khadafi, M., & Supriyanto, A. (2011). Studi
Analisis Pemikiran K . H . Ahmad Dahlan
tentang Pendidikan Islam di Indonesia.
Turats.
Mafidin. (2012). STUDI LITERATUR
TENTANG PERAN MUHAMMADIYAH
DALAM MENGEMBANGKAN
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.
Jurnal Tarbawi.
Ni’mah, Z. A. (2014). Pemikiran Pendidikan
Islam Perspektif KH AHMAD DAHLAN (
1869-1923 M ) DAN KH HASYIM AS’ARI
(1871-1947) Study Komparatif dalam
Konsep Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Didaktika Religia.
Nuryana, Z. (2017). Revitalisasi Pendidikan Al-
Islam Dan Kemuhammadiyahan Pada
Perguruan Muhammadiyah. Jurnal
Tamaddun.
Purba, I. A. (2013). Perkembangan Amal Usaha
Organisasi Muhammadiyah di Bidang
Pendidikan dan Kesehatan. Jurnal Ilmu
Pemerintahan Dan Sosial Politik UMA.
Sabarudin, M. (2015). Pola dan Kebijakan
Pendidikan Islam Masa Awal dan Sebelum
Kemerdekaan. Jurnal Tarbiya UIN SGD.
Suaramuhammadiyah. (2017). Sejarah Singkat
Muhammadiyah | Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Supriyanto Muammar, A. K. (2011). Studi
Analisis Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
tentang Pendidikan Islam di Indonesia.
Jurnal FAI : TURATS.
Susilo, M. J. (2016). Kajian kemandirian sekolah
di amal usaha muhammadiyah. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Berkemanjuan dan
Menggembirakan.
Suyatno, S. (1970). Dekonstruksi pendidikan
Islam sebagai subsistem pendidikan

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 173

Anda mungkin juga menyukai