Anda di halaman 1dari 40

MODUL PELATIHAN

KOMPENSASI, PERLINDUNGAN DAN JAMINAN


APARATUR SIPIL NEGARA

PUSAT PENGEMBANGAN KEPEGAWAIAN


APARATUR SIPIL NEGARA
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
2021

Rr Johana Nunik Widianti, S.Sos, MA


DAFTAR ISI

Halaman

Cover Modul .................................................................................... i


Daftar Isi .......................................................................................... ii
Latar Belakang................................................................................. iii
Sasaran ........................................................................................... iv
Manfaat............................................................................................ v
Tujuan Pembelajaran ....................................................................... vi
Metode............................................................................................. vii
Waktu ..............................................................................................viii
Tujuan Pembelajaran ....................................................................... ix
Penggajian dan Kesejahteraan ........................................................ 1
Sistem Penggajian ........................................................................... 1
Konsep Kesejahteraan Pegawai ...................................................... 7
Asuransi Kesehatan / jaminan kesehatan ........................................ 7
Tabungan perumahan PNS ............................................................. 14
Cuti .................................................................................................. 27
Perawatan, Tunjangan Cacat dan Uang Duka PNS ......................... 24
Evaluasi ........................................................................................... 32
Penutup ........................................................................................... 32
Daftar Pustaka ................................................................................. 32

ii
Latar Belakang

Dalam dua dekade ini pengelolaan pegawai dalam organisasi


telah bergeser dari pendekatan administrasi kepegawaian menjadi
manajemen sumber daya manusia. Secara ringkas Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah proses pengadaan sumber daya paling
penting bagi suatu organisasi, yaitu sumber daya manusia, yang
mencakup pengadaan sumber daya manusia yang diperlukan
organisasi untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
kapasitasnya, memanfaatkan kapasitas dumber daya manusia yang
dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi, mempertahankan sumber
daya terbaik dengan menerapkan sistem kompensasi yang sesuai
dengan tanggungjawab dan kinerjanya dalam organisasi, serta
menjamin loyalitas kepada organisasi melalui penyediaan jaminan
kesejahteraan yang memadai baik pada saat aktif maupun setelah
pensiun.
Dalam sistem pemerintahan yang relatif stabil dan pengelolaan
sistem ekonomi nasional yang masih tertutup dan belum banyak
persaingan, sistem administrasi kepegawaian seperti yang ditetapkan
oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 juncto Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 relatif masih cukup memadai. Namun pada
sistem pemerintahan Negara yang semakin demokratis, semakin
desentralistis, dan ekonomi yang semakin terbuka, personalia yang
dikelola dengan pendekatan administrasi pegawai terasa tidak lagi
mampu mendukung sistem politik, sistem sosial, dan sistem ekonomi
yang telah mengalami perubahan fundamental sejak gelombang
Reformasi melanda Indonesia pada Tahun 1998. Secara teoritis
pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource
Management) yang dipraktekkan secara luas pada organisasi bisnis
di Indonesia dan di negara maju digunakan sebagai landasan teoritis
Manajemen Sumber Daya Aparatur Sipil Negara yang hendak
ditetapkan dengan RUU Aparatur Sipil Negara.

iii
Sasaran

Seorang Analis Kepegawaian atau Analis Sumber Daya


Manusia Aparatur memiliki fungsi melakukan kegiatan manajemen
PNS dan pengembangan sistem manajemen PNS dan diberi tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengelolaan sistem
SDM Aparatur melalui kegiatan perumusan, analisis, evaluasi,
pengembangan, asistensi, konsultasi dan penyusunan saran
kebijakan dalam konteks kebutuhan serta kepentingan terbaik
organisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan praktik
SDM profesional mutakhir. Salah satu unsur manajemen Aparatur
Sipil Negara adalah penggajian, tunjangan, kesejahteraan, dan
penghargaan. Gaji, tunjangan, dan kesejahteraan yang adil dan layak
sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya sekaligus
merupakan hak pegawai ASN.

iv
Manfaat

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN memuat


beberapa butir perubahan pada status dan kedudukan ASN yang
terdiri PNS dan PPPK. Setiap ASN memiliki hak dan kewajiban. Hak
adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut
atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut
PNS berhak memperoleh: Sedangkan PPPK berhak
1. gaji, tunjangan, dan memperoleh:
fasilitas; 1. gaji dan tunjangan;
2. cuti; 2. cuti;
3. jaminan pensiun dan 3. perlindungan; dan
jaminan hari tua; 4. pengembangan
4. perlindungan; dan kompetensi
5. pengembangan
kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal
70 UU ASN disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92
UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1. jaminan kesehatan;
2. jaminan kecelakaan kerja;
3. jaminan kematian; dan
4. bantuan hukum.
oleh karena itu dalam modul ini akan dibahas setiap aspek dan
beberapa hal yang menyangkut kompensasi kepada ASN secara
lebih komprehensif.

v
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar ini peserta
Pelatihan diharapkan dapat memahami

Perlindungan, Jaminan dan Kompensasi PNS

Tujuan Khusus

Peserta Pelatihan diharapkan dapat :

• Menjelaskan sistem penggajian PNS


• Menjelaskan penggajian berbasis bobot jabatan
• Menjelaskan sistem penetapan dan pemberian tunjangan
PNS
• Menjelaskan sistem kesejahteraan PNS

vi
1. Penggajian dan Kesejahteraan
1.1 Sistem Penggajian
Gaji bagi seorang Pegawai Negeri Sipil adalah merupakan hak atas
kerja keras selama 1 (satu) bulan yang harus diterima untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk itu gaji bagi PNS sangat dibutuhkan
dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Untuk itu
Pemerintah berusaha sebaik mungkin memperbaiki penghasilan Pegawai
Negeri.
Disamping gaji seorang Pegawai Negeri Sipil masih mendapatkan
tunjangan, dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya tidak mutlak.
Tergantung dari baik buruknya kinerja pada Instansi seorang Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja. Untuk itu Pegawai Negeri Sipil
dituntut untuk dapat bekerja secara Kompeten dan dapat
mengabdikan diri sebaik mungkin pada Negara dan Bangsa
dimanapun seorang Pegawai Negeri Sipil ditempatkan. Dan dewasa
ini kedudukan Pegawai Negeri Sipil sangat menjadi incaran banyak
orang terutama mereka yang belum mendapatkan tempat bekerja
(menganggur/bekerja serabutan) untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak.
Mengapa demikian, karena gaji Pegawai Negeri Sipil dipandang
sangat memberikan harapan demi masa depan yang menjanjikan.
Bahkan ada orang yang rela mengeluarkan banyak uang demi untuk
mendapatkan pekerjaan ini, walaupun sering terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan, sampai dengan terjadinya penipuan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab.

1
Besar kecilnya gaji seorang Pegawai Negeri Sipil ditentukan oleh
pangkat dan masa kerja yang dimiliki oleh yang bersangkutan.
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang
Pegawai Negeri Sipil dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian. Menurut Undang-undang Nomor
5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Yang dimaksud dengan
“Gaji” adalah kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan
beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Dan gaji dibayarkan secara bertahap, dalam arti bahwa proses
perubahan sistem penggajian yang semula berbasis pangkat golongan
dan masa kerja menuju ke sistem berbasis pada harga jabatan,
sehingga memerlukan kesiapan menyusun peta jabatan dan analisis
harga jabatannya secara menyeluruh sehingga dibutuhkan waktu yang
cukup.
Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara, (Pasal 79) disebutkan bahwa;
a. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
Pegawai Negeri Sipil serta menjamin kesejahteraan Pegawai
Negeri Sipil.
b. Gaji yang dimaksud dibayarkan sesuai dengan beban kerja,
tanggungjawab dan resiko pekerjaan
c. Dan gaji sebagaimana yang dimaksud pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap.

2
d. Gaji bagi Pegawai Negeri Sipil yang berada di pusat pembayaran
gajinya akan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Pemerintah Daerah
pembayaran gajinya akan dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo, Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2014, Tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil. Yang telah direvisi 16 kali, (Pasal 1) berbunyi; yang
dimaksud dengan pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan
tingkat seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangkaian susunan
kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, jo Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2014, diberikan gaji pokok berdasarkan
golongan ruang yang ditetapkan untuk pangkat. Adapun penggajian
Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut:
a) Seorang Calon Pegawai Negeri Sipil diberikan gaji pokok
sebesar 80% (Delapan Puluh Persen) dari gaji pokok yang ditetapkan.
b) Kepada seorang Calon Pegawai Negeri Sipil, apabila telah
mempunyai pengalaman kerja yang dapat diperhitungkan untuk
menetapkan gaji pokok, diberikan gaji pokok yang segaris dengan
pengalaman kerjanya yang telah ditetapkan sebagai masa kerjanya.
c) Pemberian gaji pokok setinggi-tingginya ditetapkan
berdasarkan gaji pokok maksimum dalam golongan ruang yang

3
bersangkutan setelah dikurangi dengan 2 (dua) kali kenaikan berkala
yang terakhir dalam golongan ruang tersebut.
Sistem penggajian Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, di bagi menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu:
1) Sistem Skala Tunggal
Adapun yang dimaksud dengan Penggajian Sistem
Skala Tunggal adalah: Sistem penggajian yang
memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang
berpangkat samadengan tidak atau kurang
memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan
beratnya tanggungjawab yang dipikul dalam
melaksanakan pekerjaan itu.
2) Sistem Skala Ganda
Penggajian Sistem Skala Ganda adalah sistem
penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan saja
didasarkan pada pangkat tetapi juga didasarkan pada sifat
pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai dan
beratnya tanggungjawab yang dipikul dalam
melaksanakan pekerjaan itu.
Kedua sistem penggajian diatas masing-masing mempunyai
keuntungan dan kerugian, Keuntungan dari sistem penggajian
skala tunggal adalah kesederhanaannya, yaitu hanya diperlukan
satu peraturan yang mengatur skala gaji. Sedang Kerugiannya

4
adalah dirasakan tidak adil bagi Pegawai Negeri Sipil yang
memikul tanggungjawab yang berat.
Sedang Keuntungan dari penggajian sistem skala ganda
adalah: memberikan perangsang yang dapat menimbulkan
kegairahan bekerja bagi Pegawai Negeri Sipil yang
melaksanakan beban tugas yang besar dan memikul
tanggungjawab yang berat. Kerugiannya dapat menimbulkan
ketidak adilan pada waktu mereka pensiun.
Untuk menghilangkan kerugian yang mungkin terjadi pada
sistem skala tunggal dan sistem skala ganda, maka untuk
Pegawai Negeri Sipil sistem penggajian yang digunakan adalah
sistem skala gabungan. Perpaduan dari sistem skala tunggal
dan sistem skala ganda yaitu gaji pokok bagi Pegawai Negeri
Sipil yang berpangkat sama ditetapkan sama. Demi memberikan
kelayaan dalam penggajian Pegawai Negeri Sipil pemerintah
selalu berusaha membenahi peraturan-peraturan yang ada.
Skala penggajian dan tunjangan Pegawai Aparatur Sipil Negara
ditetapkan setelah mendapatkan pertimbangan dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
keuangan. Terakhir Gaji Pegawai Negeri Sipil diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2014. Disamping Gaji
Pegawai Negeri Sipil masih diberikan tunjangan yang diatur
dengan Keputusan Presiden.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, jo
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2014, tentang Peraturan

5
Gaji Pegawai Negeri Sipil, menyebutkan bahwa ada beberapa
tunjangan yang diberikan oleh Pegawai Negeri Sipil, antara lain
ada tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan pangan
dan tunjangan lain, Yaitu: sebagai berikut:
1. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah berkeluarga diberikan
tunjangan isteri/suami sebesar 10% dan bagi anak berlaku
sampai 3 (tiga) orang anak masing-masing sebesar2%.
2. Kepada Pegwai Negeri Sipil yang menjabat jabatan tertentu
diberikan tunjangan jabatan.
3. Kepada Pegawai Negeri Sipil diberikan Tunjangan Pangan,
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
dan keluarganya terdiri dari suami/isteri, anak maksimal 3
(tiga) orang. (tunjangan pangan diatur oleh Kementerian
Keuangan setelah mendengar Kepala Badan Kepegawaian
Negara (BKN).
4. Macam-macam jabatan serta besarnya tunjangan jabatan
diatur dengan Keputusan Presiden.
5. Tunjangan-tunjangan tersebut diatas, apabila berlaku bagi
seluruh Pegawai Negeri Sipil diatur dengan Peraturan
Pemerintah, dan apabila berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil
tertentu diatur oleh Keputusan Presiden

6
1.2 Konsep Kesejahteraan Kesejahteraan Pegawai
1. Asuransi Kesehatan / jaminan kesehatan
Bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan
meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.
Untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh,
Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional
bagi seluruh rakyat Indonesia yang diatur berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
Untuk menyelenggarakan jaminan sosial tersebut
dibutuhkan suatu institusi sebagai pengelolanya yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang yaitu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang meliputi:
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN)
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES).

7
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan yang dimaksud
dengan:
a. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk Fasilitas
Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan.
c. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
d. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang
dibayar secara teratur oleh Peserta, pemberi kerja,

8
dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan.
e. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang
selanjutnya disingkat PBI Jaminan Kesehatan adalah
fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta
program Jaminan Kesehatan.

Kepesertaan jaminan kesehatan meliputi sebagai berikut:


a. peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan
Kesehatan terdiri:
1) Orang yang tergolong fakir miskin
2) Orang tidak mampu
b. peserta bukan Penerima Bantuan Iuran PBI Jaminan
Kesehatan terdiri:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
termasuk warga negara asing yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya terdiri atas:
- Pegawai Negeri Sipil

- Anggota TNI

- Anggota Polri

- Pejabat Negara
- Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

- Pegawai swasta

9
- Pekerja yang tidak termasuk di atas yang
menerima Upah
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya termasuk warga negara asing yang
bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan
dan anggota keluarganya terdiri atas:
- Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja
mandiri
- Pekerja yang tidak termasuk di atas yang bukan
penerima Upah
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri
atas:

- Investor
- Pemberi Kerja
- Penerima Pensiun
- Veteran
- Perintis Kemerdekaan
- janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran
atau Perintis Kemerdekaan
- bukan Pekerja yang tidak termasuk di atas
yang mampu membayar iuran
Yang dimaksud anggota keluarga meliputi istri/suami yang
sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah,
dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima)
orang, dengan kriteria sebagai berikut:

10
a. tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri
b. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
Penduduk yang belum memiliki Jaminan Kesehatan pada
suatu daerah dapat didaftarkan oleh Pemerintah Daerah
tempat penduduk yang bersangkutan domisili, dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Verifikasi dan identifikasi peserta dilakukan oleh BPJS
Kesehatan setelah menerima data yang diajukan oleh
calon peserta
b. Dalam hal data) belum lengkap dan/atau tidak benar,
BPJS Kesehatan dalam waktu paling lama 10
(sepuluh) hari kerja harus memberitahukan kepada
calon peserta untuk menyampaikan data secara
lengkap dan benar

Calon peserta dalam jangka waktu paling lama 10


(sepuluh) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan harus
menyampaikan kembali data secara lengkap dan benar
kepada BPJS Kesehatan. Apabila berdasarkan hasil verifikasi
data calon peserta sudah dinyatakan lengkap dan benar,
BPJS Kesehatan menerbitkan Kartu Identitas Peserta
Jaminan Kesehatan yang memuat paling sedikit:
a. nomor kepesertaan

11
b. nama peserta
c. tanggal lahir
d. nomor induk kependudukan
e. nama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan dipilih oleh
calon peserta
f. tanggal penerbitan kartu
BPJS Kesehatan melakukan perekaman dan memelihara
data Peserta Jaminan Kesehatan dalam sistem database
(master file) BPJS Kesehatan
Hak dan kewajiban setiap peserta menjamin terselenggaranya
Jaminan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan kepada peserta.

Setiap peserta jaminan kesehatan mempunyai hak untuk:


a. mendapatkan identitas peserta
b. mendapatkan Nomor Virtual Account
c. memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan;
d. memperoleh manfaat Jaminan Kesehatan;
e. menyampaikan pengaduan kepada Fasilitas Kesehatan
dan/atau BPJS Kesehatan yang bekerja sama;
f. mendapatkan informasi pelayanan kesehatan; dan
g. mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.

Manfaat Jaminan Kesehatan mencakup pelayanan promotif,


preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan

12
kebutuhan medis yang diperlukan dan dilakukan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.

Setiap peserta jaminan kesehatan wajib:


a. membayar iuran
b. melaporkan perubahan data kepesertaan
c. melaporkan perubahan status kepesertaan
d. melaporkan kerusakan dan/atau kehilangan kartu identitas
Peserta Jaminan Kesehatan

Setiap peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan


yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas
kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan termasuk fasilitas
kesehatan penunjang yang terdiri atas:
a. laboratorium
b. instalasi farmasi Rumah Sakit
c. apotek
d. unit transfusi darah/Palang Merah Indonesia
e. optik
f. pemberi pelayanan Consumable Ambulatory Peritonial
Dialisis (CAPD)

13
g. praktek Bidan/Perawat atau yang setara

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan terdiri


atas:
a. pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan
c. pelayanan gawat darurat
d. pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis
pakai
e. pelayanan ambulance
f. pelayanan skrining kesehatan
g. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

2. Tabungan perumahan PNS


Perumahan werupakan kebutuhan pokok manusia,
sehingga sestiap manusia perlu memenuhinya, termasuk di
dalamnya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun demikian
kemampuan keuangan PNS terbatas sehingga perlu
diupayakan cara agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
sesuai kemampuan PNS. Untuk itulah usaha gotong royong
berdasar kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan
PNS melalui tabungan perumahan.

14
Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan PNS adalah
salah satu program yang dicanangkan Pemerintah dalam
upaya membantu PNS untuk mendapatka perumahan.
Tabungan Perumahan (Taperum) PNS dimaksudkan untuk
meningkat kan kesejahteraan dengan cara
a. Membantu uang muka pembelian rumah
b. Membantu sebagian biaya pembangunan rumah bagi PNS
yang sudah memiliki tanah sendiri di daerah tempat kerja
Pengelolaan dana tabungan perumahan PNS di tangani
BAPERTARUM
Pembayaran tabungan perumahan dilakukan dengan cara
pemotongan gaji PNS tiap bulan yang dimulai bulan Februari
1993 yang setor ke rekening Menteri Keuangan atas nama
Bapertarum PNS, adapun besarnya iuran adalah :
- Golongan I sebesar Rp. 3.000,-
- Golongan II sebesar Rp. 5.000,-
- Golongan III sebesar Rp. 7.000,-
- Golongan IV sebesar Rp. 10.000,-
Ketentuan untuk dapat memperoleh bantuan Taperum adalah:
a. Yang berhak atas bantuan Taperum PNS aktif golongan
ruang I, II dan III, dan golonagn IV/a dan IV/b dengan
prioritas golongan I dan II
b. Belum memiliki rumah sendiri
c. Mempunyai masa kerja minimal 5 (lima) tahun
d. Diberikan sekali semasa menjadi PNS (aktif)

15
e. Apabila suami/istri PNS, yang berhak Taperum hanya salah
satu
f. Besarnya bantuan :
- Golongan I sebesar Rp. 1.200.000,-
- Golongan II sebesar Rp. 1.500.000,-
- Golongan III sebesar Rp. 1.800.000,-
- Golongan IV/a dan IV/b sebesar Rp. 2.100.000,-
g. Tabungan dikembalikan tanpa bunga kepada PNS yang
berhenti karena permintaan sendiri/diberhentikan dan belum
pernah menerima Taperum.
h. Biaya renovasi rumah tidak termasuk dalam program
Bapertarum
i. Bentuk bantuan berupa:
1) Bantuan uang muka KPR kepada PNS
2) Bantuan sebagian biaya embangun rumah di atas tanah
yang dimilki secara syah, dan berada di lokasi pemohon
bekerja.
3. Cuti
Sesuai Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
dinyatakan bahwa setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti. Lebih
lanjut ketentuan mengenai cuti diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri
Sipil.
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang izinkan oleh
pejabat yang berwenang dalam jangka waktu tertentu.

16
Tujuan pemberian hak cuti adalah dalam rangka usaha untuk
menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan
Pegawai Negeri yang bersangkutan. Untuk itu permohonan cuti,
selain cuti di luar tanggungan Negara tidak dapat ditolak kecuali
ditunda pelaksanaannya apabila terdapat kepentingan dinas
yang mendesak.
Setiap PNS yang akan menjalani cuti harus mengajukan
permohonan secara tertulis secara hirarkhis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti. Persetujuan permohonan cuti oleh
pejabat yang berwenang memberikan cuti dilakukan secara
tertulis dan dicatat dalam kartu cuti PNS yang bersangkutan.
Adapun jenis cuti bagi PNS meliputi:
1. Cuti Tahunan
Calon PNS/PNS yang telah bekerja secara terus-
menerus selama 1 (satu) tahun berhak atas cuti tahunan.
Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja
dan dapat dipecah-pecah sekurang-kurangnya 3(tiga)
hari kerja.
Apabila cuti tahunan tidak diambil dalam tahun yang
bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya
untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk
cuti tahunan yang sedang berjalan.
Cuti tahunan yang tidak diambil dalam 2(dua) tahun
berturut-turut atau lebih dapat diambil dalam tahun

17
berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan
Cuti tahunan yang akan dijalankan ditempat yang sulit
perhubungannya, jangka waktu cuti tahunan ditambah
14(empat belas) hari termasuk hari libur. Ketentuan ini
tidak berlaku untuk cuti tahunan yang diambil kurang dari
12 (dua belas) hari kerja.
Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh
pejabat yang berwenang selama-lamanya 1(satu) tahun.
Cuti yang ditunda pelaksanaannya tersebut dapat diambil
selama-lamanya 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
Apabila dalam waktu bersamaan PNS mengambil cuti
tahun, maka yang diperkenankan hanya 5 (lima) persen
dari PNS dalam satuan kerja tersebut yang dapat
mengambil cuti tahunan, agar pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi organisasi yang bersangkutan tidak terganggu.
2. Cuti Besar
Cuti besar diberikan kepada PNS yang telah bekerja
sekurang-kurangnya selama 6 (enam) tahun berturut-
turut. Lamanya cuti besar adalah 3 (tiga) bulan termasuk
cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. Bagi PNS
yang mengambil cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan
maka sisa cuti besar yang bersangkutan haknya dihapus.

18
Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya untuk
selama-lamanya 2 (dua) tahun dan masa penangguhan
cuti besar diperhitungkan secara penuh pada saat
memperhitungkan hak atas cuti besar berikutnya.
Cuti besar dapat dipergunakan oleh PNS yang
bersangkutan untuk menjalankan kewajiban agama,
misalnya menunaikan ibadah haji.
Selama menjalani cuti besar, kepada PNS yang
bersangkutan tetap diberikan gaji secara penuh, keculi
tunjangan jabatan.
3. Cuti Sakit
Bagi PNS yang sedang menderita sakit berhak atas cuti
sakit.
PNS yang menderita sakit 1 (satu) atau 2 (dua) hari harus
memberitahukan kepada atasannya secara langsung
maupun dengan perantara orang lain baik melalui lisan
atau tertulis.
PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai
14 (empat belas) hari, harus mengajukan permohonan
cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan
dokter yang menyatakan yang bersangkutan sedang sakit
serta memerlukan istirahat.
Hak atas cuti diberikan paling lama 1 (satu) tahun. Apabila
berdasarkan surat keterangan doker dinyatakan PNS

19
yang bersangkutan belum sembuh maka hak atas cuti
sakit dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan.
Bagi PNS yang telah menjalani cuti sakit selama 1 (satu)
tahun 6 (enam) bulan dan belum sembuh dari penyakitnya
maka yang bersangkutan harus diuji kesehatannya
kembali oleh Tim Penguji Kesehatan. Apabila
berdasarkan hasil penguji kesehatan yang bersangkutan:
a. Belum sembuh dari penyakitnya tetapi ada harapan
untuk bekerja kembali sebagai PNS maka yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya dengan hak uang tunggu sesuai ketentuan
yang berlaku.
b. Belum sembuh dari penyakitnya dan tidak ada
harapan untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS,
maka yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS dengan diberikan hak-hak
kepegawaian sesuai ketentuan yang berlaku.
PNS wanita yang mengalami gugur kandungan berhak
atas cuti sakit paling lama 1½ (satu setengah) bulan.
PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya (kecelakaan dinas)
yang berakibat PNS yang bersangkutan memerlukan
perawatan, berhak atas cuti sakit sampai yang
bersangkutan sembuh dari penyakitnya.

20
Kepada PNS yang menjalani cuti sakit berhak atas gaji
penuh dan bagi yang menduduki jabatan, tunjangan
jabatan tetap diberikan selama belum ada keputusan
pemberhentian dari jabatan.
4. Cuti Bersalin
Kepada PNS wanita yang akan melakukan persalinan
pertama, kedua, dan ketiga berhak atas cuti bersalin.
Persalinan pertama tersebut diperhitungkan sejak yang
bersangkutan menjadi PNS. Untuk persalinan keempat
dan seterusnya dapat menggunakan cuti besar, apabila
PNS yang bersangkutan masih berhak atas cuti besar.
Apabila sudah sudah tidak berhak atas cuti besar, dapat
mempergunakan cuti di luar tanggungan Negara selama
3 (tiga) bulan.
Lamanya cuti bersalin adalah 3 (tiga) bulan, dengan
princian 1 (satu) bulan sebelum persalinan dan 2 (dua)
bulan sesudah persalinan.
Selain menjalani cuti bersalin, ha katas cuti tahunan tidak
hapus dan tetap berhak atas gaji (termasuk tunjangan
jabatan).
5. Cuti Karena Alasan Penting
PNS berhak atas cuti karena alasan penting untuk paling
lama 2 (dua) bulan.
Cuti karena alasan penting dapat diberikan apabila :

21
a. Ibu, bapak, istri/suami, anak, kakak, adik, mertua atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia.
b. PNS yangbersangkutan harus mengurus hak-hak dari
anggota keluarganya yang meninggal dunia.
c. Melangsungkan perkawinan yang pertama
Selama menjalankan cuti karena alas an penting,
PNS yang bersangkuan tetap berhak menerima gaji,
termasuk tunjangan.
6. Cuti di Luar Tanggungan Negara
Kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya
selama 5 (lima) tahun secara terus menerus, karena
alasan pribadi yang penting dan mendesak, dapat
diberikan cuti di luar tanggungan Negara. Misalnya PNS
wanita akan mengikuti suaminya tugas belajar di luar
negeri.
Cuti di luar tanggungan Negara diberikan untuk paling
lama 3(tiga) tahun. Jangka tersebut dapat diperpanjang
selama 1 (satu) tahun.
Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan dibebaskan dari jabatan, sehingga
jabatan yang lowong tersebut dapat segera diisi.
Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan
dengan surat keputusan pejabat pembina kepegawaian
setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKN.
Demikian pula dengan proses perpanjangannya.

22
Selama menjalankan di luar tanggungan Negara, PNS
yang bersangkutan tidak berhak atas penghasilan dari
negara dan masa selama menjalani tidak diperhitungkan
sebagai masa kerja untuk kenaikan pangkat/gaji dan
masa kerja pensiun.
PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar
tangungan negara wajib melaporkan diri secara tertulis
kepada pejabat pembina kepegawaian yang
bersangkutan secara hirakhis. Pejabat pembina
kepegawaian setelah menerima laporan berkewajiban
menempatkan dan memperkerjakan kembali apabila
masih ada lowongan formasi. Apabila tidak ada lowongan
maka pejabat pembina kepegawaian melaporkan kepada
BKN untuk ditempatkan pada instansi lain. Apabila
penempatan di instansi lain tidak dapat dilakukan, maka
yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS karena
kelebihan tenaga dengan diberikan uang tunggu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Penempatan kembali PNS yang telah selesai
menjalankan cuti di luar tanggungan negara dilakukan
dengan keputusan pejabat yang berwenang setelah
memperoleh persetujuan dari Kepala BKN.

23
Bagi PNS yang tidak melaporkan diri setelah menjalankan
cuti di uar tanggungan negara kepada pejabat pembina
kepegawaian diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
Apabila PNS wanita mengambil cuti di luar tanggungan
negara dengan alasan untuk melakukan persalinan anak
keempat dan seterusnya karena sudah tidak berhak atas
cuti bersalin maka :
a. Yang bersangkutan tetap berhak atas gaji tetapi
tunjangan jabatan tidak diberikan apabila menduduki
jabatan.
b. Tidak perlu minta persetujuan kepada Kepala BKN.
c. Formasi yang bersangkutan selama menjalankan cuti
tidak boleh diisi orang lain.
d. Jangka waktu cuti selama 3 (tiga) bulan.

4. Perawatan, Tunjangan Cacat dan Uang Duka PNS


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1981
dintyatakan bahwa PNS yang mengalami kecelakaan
karena dinas atau menderita sakit karena dinas berhak
memperoleh pengobatan, perawatan, dan atau
rehabilitasi. Ketentuan tersebut juga berlaku bagi CPNS.
Pengertian kecelakaan karena dinas adalah
kecelakaan yang terjadi :
1. Dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban; atau

24
2. Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinas, sehingga kecelakaan itu disamakan dengan
kecelakaan yang terjadi dalam dank arena
menjalankan tugas kewajibannya; atau
3. Karena perbuatan anasir yang tidak
bertanggungjawab ataupun sebagai akibat tindakan
terhadap anasir itu.
Yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu
peristiwa yang mendadak yang tidak dikehendaki yang
mengakibatkan seseorang menderita sakit atau menjadi
cacat yang memerlukan pengobatan, perawatan, dan
atau rehabilitasi, atau mengakibatkan seseorang
meninggal dunia.
Pengertian sakit karena dinas adalah sakit yang
diderita sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas.
Sedangkan pengertian cacat karena dinas adalah apabila
kecelakaan karena dinas atau sakit karena dinas
mengakibatkan PNS yang bersangkutan mempunyai
kelainan jasmani atau rohani yang sifatnya sedemikin
rupa sehingga kelainan tersebut menimbulkan gangguan
untuk melakukan pekerjaan.
Pengertian PNS yang meninggl dunia dibedakan
antara tewas dan wafat.
Seorang PNS dianggap tewas apabila:

25
1. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan
tugas kewajibannya; atau
2. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada
hubungannya dengan dinas, sehingga kematian itu
disamakan dengan meninggal dunia dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya; atau
3. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka
atau cacat rohani atau jasmani yang didapat dalam
dan karena menjalankan tugas kewajibanya; atau
4. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak
bertanggungjawab ataupun sebagai akibat tindakan
terhadap anasir itu.
Apabila PNS meninggal dunia bukan diakibatkan oleh
hal-hal sebagaimana tersebut diatas maka disebut wafat.
Untuk menyatakan bahwa suatu kecelakaan karena
dinas atau sakit karena dinas harus dibuktikan dengan
surat pernyataan dari pimpinan instansi yang
bersangkutan dan surat keterangan atau berita acara dari
pejabat yang berwajib.
Yang dimaksud dengan pejabat yang berwajib adalah
pejabat yang karena tugas dan atau jabatannya
berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain
membuat dan menandatangani surat keterangan, surat

26
pernyataan, berita acara, dan surat-surat lain yang serupa
dengan itu.
Pemberian pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi
bagi PNS yang mengalami kecelakaan dinas atau
menderita sakit karena dinas ditetapkan dengan surat
keputusan pejabat yang berwenang, berdasarkan
pertimbangan dokter pemerintah setempat kecuali untuk
pengobatan atau perawatan diluar negeri. Namun
demikian sambil menunggu surat keputusan tersebut,
PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau
menderita sakit karena dinas agar segera diobati atau
dirawat.
Pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi dilakukan
dirumah sakit terdekat, rumah sakit lain wilayah Republik
Indonesia atau di luar negeri. Bagi yang diobati, dirawat
dan atau direhabilitasi diluar negeri harus ditetapkan
dengan surat keputusan Menteri Kesehatan.
Bagi PNS yang oleh Team Penguji Kesehatan
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan
ynag disebabkan cacat karena dinas, berhak menerima
tunjangan cacat atas pensiun yang berhak menerimanya.
Dalam hal ini harus dibuktikan dengan surat pernyataan
dari pejabat yang berwenang dan surat keterangan atau
berita acara dari pejabat yang berwajib.

27
Besaran tunjangan cacat adalah sejumlah persentase
tertentu dari gaji pokok PNS yang bersangkutan
(dibulatkan ke atas menjadi ratusan rupiah) dengan
perincian adalah sebagai berikut:

NO Besaran
Tunjang Keterangan
an
1 70% Apabila kehilangan fungsi:
a. Penglihatan pada kedua belah mata;
atau
b. Pendengaran pada kedua belah
telinga; atau
c. Kedua belah kaki dari pangkal paha
atau dari lutut ke bawah
2 50% Apabila kehilangan fungsi:
a. Lengan dari sendi bahu ke bawah;
atau
b. Kedua belah kaki dari mata kaki ke
bawah
3 40% Apabila kehilangan fungsi:
a. Lengan dari atau dari siku
kebawah; atau
b. Sebelah kaki dari pangkal paha
4 30% Apabila kehilangan fungsi:
a. Penglihatan dari sebelah mata;
atau
b. Pendengaran dari sebelah telinga;
atau
c. Tangan dari atau dari atas
pergelangan ke bawah; atau
d. Sebelah kaki dari mata ke bawah

28
5 30% - Apabila menurut tingkat keadaan yang
70% atas pertimbangan Team Penguji
Kesehatan dapat dipersamakan
dengan apa yang disebut dalam
rangka1-4, untuk kehilangan fungsi
atas sebagian atau seluruh badan atau
ingatan yang tidak termasuk dalam
rangka 1-4
6 Paling Apabila terjadi beberapa cacat dan
tinggi setelah dijumlahkan seluruh
100% persentase dari tiap cacat tersebut

Tunjangan cacat diberikan dengan surat keputusan


pejabat yang berwenang setelah ada persetujuan atau
pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian
Negara.
Bagi isteri atau suami PNS yang tewas diberikan uang duka
dan biaya pemakaman. Besaran uang duka tewas adalah
sebesar 6 (enam) kali penghasilan sebulan dengan ketentuan
serendah-rendahnya Rp. 500.000-, (lima ratus ribu rupiah).
Yang dimaksud dengan penghasilan adalah:
1. Gaji Pokok.
2. Tunjangan Keluarga.
3. Tunjangan Jabatan.
4. Tunjangan perbaikan penghasilan.

29
5. Tunjangan lain yang berhak diterimanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Apabila PNS yang tewas tidak meninggalkan isteri atau suami
maka uang duka tewas diberikan kepada anaknya. Apabila
tidak meninggalkan isteri, suami ataupun anak, maka uang
duka tewas diberikan kepada orang tuanya. Apabila tidak
meninggalkan isteri, suami, anak ataupun orang tua, maka
uang duka tewas diberikan kepada ahli waris lainnya.
Biaya pemakaman yang ditanggu oleh Negara adalah:
1. Peti jenazah dan perlengkapannya.
2. Tanah pemakaman dan biaya tempat pemakaman.
3. Angkutan jenazah dari tempat meninggal dunia
ketempat kediaman dan atau tempat pemakaman
serta biaya persiapan pemakaman.
4. Angkutan dan penginapan bagi isteri/suami yang sah
dan anak yang sah dari almarhum/almarhumah,
dengan ketentuan bahwa apabila almarhum /
almarhumah tidak mempunya isteri/suami/anak yang
sah, maka yang ditanggungkan adalah biaya
angkutan dan penginapan keluarga sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang. Biaya penginapan diberikan
paling lama 10 (sepuluh) hari.

30
Bagi isteri atau suami PNS yang wafat diberikan uang duka
wafat sebesar 3 (tiga) kali penghasilan sebulan dengan
ketentuan serendah-rendahnya
Rp. 100.000-, (seratus ribu rupiah).
Apabila PNS yang wafat tidak meninggalkan isteri atau suami
maka uang duka wafat diberikan kepada anaknya. Apabila
tidak meninggalkan isteri, suami ataupun anak, maka uang
duka wafat diberikan kepada orang tuanya. Apabila tidak
meninggalkan isteri, suami, anak ataupun orang tua, maka
uang duka wafat diberikan kepada ahli waris lainnya.
Perubahan jumlah terendah untuk uang duka ditetapkan
dengan Menteri Keuangan setelah mendengar Menteri yang
bertanggungjawab dalam bidang penertiban dan
penyempurnaan Aparatur Negara

31
Evaluasi
1. Pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada PPPK
antara lain berupa:
a. Jaminan Hari Tua
b. Jaminan Tempat Tinggal
c. Jaminan Hidup Layak
d. Jaminan Penghasilan
e. Jaminan Sosial

2. PPPK berhak memperoleh antara lain:


a. Fasilitas dan Tunjangan .
b. Jaminan Pensiun dan Cuti
c. Jaminan Hari Tua dan Cuti
d. Pengembagan Kompetensi dan Perlindungan.
e. Pengembangan Jabatan dan Jaminan Hari Tua

3. Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh


pejabat yang berwenang untuk paling lama :
a. 3 (tiga) bulan, apabila kepentingan dinas mendesak
b. 6 (enam) bulan, apabila kepentingan dinas mendesak
c. 18 (delapan belas) bulan, apabila kepentingan dinas
mendesak
d. 24 (dua puluh empat) bulan, apabila kepentingan dinas
mendesak
e. 12 (dua belas) bulan, apabila kepentingan dinas
mendesak

32
IV. Penutup
Manajemen Kepegawaian merupakan kompleksitas
pengelolaan kepegawaian PNS, dimana maksud pengelolaan
kepegawaian untuk meningkatkan mutu pelayanan pada
masyarakat, mendorong produktifitas, menjamin karier dan
kesejahteraan bagi PNS. Semua jajaran PNS memiliki kewajiban
untuk mengerti dan melaksanakan berbagai peraturan yang
terdapat dalam Majemen Kepegawaian.
Peningkatan pemahaman pelaksanan peraturan
perundangan kepegawaian bagi PNS akan lebih cepat terwujud bila
Instansi / Satuan kerja /Unit pengelola kepegawaian dan Badan
Kepegawaian Negara berperan aktif memfasilitasi menyediakan
bahan-bahan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Modul Manajemen Kepegawian ini memberikan ringkasan hal
pokok dan proses evaluasi tentang manajemen kepegawaian yang
dapat dipergunakan oleh semua PNS sebagai media belajar.
Terbitan edisi pertama modul manajemen kepegawaian ini
tentu masih terdapat berbagai kekurangan. Penyusun memohon
saran untuk perbaikan.

33
Daftar Pustaka
Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem jaminan Sosial Nasional
Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 tentang Cuti PNS
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 tentang Gaji PNS
Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 1981 tentang Perawatan,
Tunjangan cacat, dan Uang Duka PNS
Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2010
tentang jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2013
tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural.
Peraturan Pemerintah Nomor 97 tahun 2000 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2005
tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 21 tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 12 tahun 20110
tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 19 tahun 2012
tentang pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan PNS.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 1 tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 7 tahun 2013
tentang Pedoman Penyusunan Standar kompetensi Manajerial.

34

Anda mungkin juga menyukai