Anda di halaman 1dari 26

Informasi Spasial Pewilayahan dan Sejarah Nama

Kampung Kota Yogyakarta


Mohammad Isnaini Sadali1*, Briantama Yanuar Ridwan1, M. Galang
Ramadhan Al Tumus1, Madina Aurum1
1Prodi Pembangunan Wilayah, Departemen Geografi Pembangunan,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
*e-mail: m.isnaini.s@ugm.ac.id.

I. KONTEKS DAN MASALAH


1.1. Latar Belakang
Yogyakarta memiliki entitas dengan dasar kultural yang
kuat beserta identitas lokal yang syarat dengan nilai filosofis,
nilai religi (spiritual), nilai sejarah dan perjuangan, nilai
estetika, maupun nilai budaya yang menunjukkan
keistimewaannya (Kurniawan & Sadali, 2015). Nilai sejarah
dari sebuah tempat yang menjadi penamaan kampung di
Yogyakarta perlu dijaga dan dilestarikan, agar nilai-nilai
penting yang terkandung di dalamnya dapat tetap dimanfaatkan
untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, sejarah maupun
kebudayaan. Hal ini sejalan dengan isi Perda Provinsi D.I.
Yogyakarta No. 6 Tahun 2012 yang memperhatikan sejarah
dan kekhasan budaya lokal sebagai upaya pelestarian warisan
budaya. Beberapa nama kampung, kelurahan, dan kecamatan di
Kota Yogyakarta yang dikenal saat ini masih ada yang
mempertahankan nama daerahnya dengan nama-nama
perkampungan lama.
Regionalisasi dapat dikatakan juga sebagai proses
pewilayahan. Regionalisasi dalam bahasa bebas dapat diartikan
sebagai pengelompokan area-area yang bersifat lokal dan
-Departemen Geografi Pembangunan- 384
mempunyai kesamaan karakteristik/ciri menurut kriteria
tertentu. Menurut (Sumaatmadja, 1988), region adalah wilayah
dengan karakteristik yang khas sehingga memiliki perbedaan
atau dapat dibedakan dengan region-region di sekitarnya.
Karakter terpenting dari suatu region adalah terdapatnya
homogenitas yang khas (aspek fisik maupun aspek kultural). Di
Kota Yogyakarta, nama-nama wilayah yang saat ini digunakan
sebagai penamaan wilayah administrasi memiliki makna
sejarah terbentuknya wilayah tersebut. Informasi makna nama
wilayah di Kota Yogyakarta selanjutnya diinterpretasikan
dalam sebuah peta berupa toponimi.
Kemunculan revolusi industri 4.0 dengan teknologi
intelijen, robotik, dan yang lebih utama adalah IoT (Internet of
Things) dan IoS (Internet of Service), semuanya menggunakan
internet maupun layanan berbasis internet. Internet yang
menjadi hal yang sangat penting di Industri 4.0 ini, dapat
membawa arus globalisasi langsung ke individu di seluruh
dunia. Perkembangan teknologi informasi dan industri 4.0
perlu disikapi dengan baik. Perkembangan tersebut diharapkan
bisa membantu, mendukung, dan mempromosikan budaya
lokal dengan membuat inovasi seperti sebuah permainan atau
aplikasi yang di dalamnya terdapat pelajaran nilai-nilai budaya.
Bisa juga melalui blog, film, maupun konten-konten di media
sosial dengan unsur-unsur budaya yang dapat mengedukasi dan
memperluas informasi terutama pada calon penerus bangsa.
Teknologi dapat berperan sebagai pendukung
kebudayaan yang terus berkembang dan bersifat dinamis, salah
satunya sebagai penyimpanan arsip digital. Dibutuhkan peran
serta pemerintah dan kepedulian masyarakat dalam merekam
-Departemen Geografi Pembangunan- 385
maupun menyimpan kebudayaan daerah. Cara menyimpan dan
melindungi warisan budaya untuk generasi mendatang dapat
dilakukan dengan digitalisasi aset budaya. Selain untuk arsip
atau penyimpanan, proses digitalisasi data dan informasi
budaya maupun sejarah juga dapat dijadikan sebagai media
publikasi yang sekaligus mengedukasi masyarakat terhadap
aspek-aspek budaya/sejarah.
Keterbukaan informasi di era industrialisasi 4.0. memiliki
peran yang sangat penting, tanpa meninggalkan atau
melupakan sejarah dan budaya yang sudah terbentuk
sebelumnya. Peluang untuk mempromosikan dan membuka
informasi/pengetahuan mengenai sejarah maupun budaya
justru semakin baik dengan adanya keterbukaan informasi.
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini perlu direspon
positif dan dimanfaatkan untuk menyebarluaskan pengetahuan
nilai-nilai budaya maupun sejarah suatu tempat. Media online
(internet) memiliki peran yang sangat penting dan efektif
dalam menyebarkan informasi terkait potensi lokal maupun
kekhasan yang dimiliki suatu wilayah (Sadali, Alfana, Fajar, &
Prianggoro, 2020). Melalui kajian yang telah dilakukan,
penulis mencoba memperluas penyebaran informasi spasial
pewilayahan dan sejarah nama kampung di Kota Yogyakarta
melalui laman (web/blog). Dengan demikian pengetahuan
masyarakat terhadap sejarah dan proses pewilayahan di Kota
Yogyakarta tidak akan hilang dan dapat diakses secara luas,
mudah, dan umum.

-Departemen Geografi Pembangunan- 386


1.2. Permasalahan
Kondisi kampung di Kota Yogyakarta yang cukup
kompleks memiliki nilai-nilai sejarah dan kekhasan untuk
dikaji. Saat ini masyarakat belum banyak mengetahui kondisi
perkampungan di daerah masing-masing, baik mengenai
sejarah nama kampung maupun batas wilayah kampung.
Keterbukaan informasi di era industrialisasi 4.0 dapat
dimanfaatkan untuk membuka cakrawala/pengetahuan
masyarakat terhadap sejarah Kota Yogyakarta dengan
informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
kemudian melatarbelakangi kajian yang dilakukan untuk
menjawab: bagaimana pewilayahan kampung di Kota
Yogyakarta? Serta bagaimana meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap sejarah penamaan kampung
di Kota Yogyakarta?
1.3. Tujuan
Kajian pewilayahan Kota Yogyakarta menurut sejarah
dan makna nama kampung-kampung di dalamnya perlu
dilakukan untuk memperkaya dan menambah pengetahuan.
Tujuan dari tulisan ini adalah membuat pewilayahan kampung-
kampung di Kota Yogyakarta menurut sejarah pemaknaan
nama wilayah dan mengenalkan (menyebarluaskan) informasi
spasial pewilayahan kampung-kampung di Kota Yogyakarta
beserta sejarah penamaannya kepada masyarakat melalui
informasi digital.

-Departemen Geografi Pembangunan- 387


II. TINJAUAN ASPEK TEORI
Pendekatan yang digunakan dalam ilmu geografi menjadi
pembeda dengan bidang ilmu yang lain. Menurut Hagget
dalam (Santosa & Muta’ali, 2014) pendekatan studi geografi
meliputi keruangan (spatial), lingkungan (ecological), serta
kompleks wilayah (regional complex). Pendekatan keruangan
(spatial approach) merupakan poin yang paling membedakan
keilmuan geografi dengan keilmuan yang lain. Pendekatan
keruangan menekankan bahwa tiap ruang di permukaan bumi
memiliki ciri khas berdasarkan potensi dan permasalahannya.
Menentukan pewilayahan atau regionalisasi, digunakan kriteria
geografi hasil relasi keruangan aspek-aspek yang lebih
menonjol atau dominan di wilayah yang ditentukan
(Sumaatmadja, 1988). Pendekatan keruangan turut digunakan
dalam analisis faktor-faktor tiap ruang atau wilayah yang
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan
antar ruang inilah yang kemudian melatarbelakangi terjadinya
regionalisasi atau pewilayahan (Aksa, Utaya, & Bachri, 2019).
Regionalisasi merupakan cara untuk mengelompokkan
ruang atau wilayah berdasarkan potensi dan permasalahan
wilayah tersebut guna mempermudah proses pembangunan
(Giyarsih & Kurniawan, 2001). Kaitannya dengan
pembangunan, regionalisasi dapat mempermudah dalam
menentukan kebijakan pada suatu wilayah berdasarkan skala
prioritas tiap-tiap wilayah. Kebijakan yang tepat dapat
mengangkat potensi dan mengatasi permasalahan di wilayah
tersebut. Integrasi dan sinergi dalam pembangunan tidak hanya
pada institusional tetapi juga terkait dengan potensi dan
wilayah sekitarnya secara spasial (Budiarti & Sadali, 2013).
-Departemen Geografi Pembangunan- 388
Perwilayahan juga diartikan sebagai pengklasifikasian
area (Smith, 1989). Identifikasi area di permukaan bumi
sebagai satu kesatuan yang memiliki kesamaan dan perbedaan
untuk dipisah atau diklasifikasikan menjadi tujuan
pewilayahan. Proses pendefinisian dalam pewilayahan tidak
terlepas dari “integrasi” dan “diferensiasi” (Ariyati &
Wahyono, 2016). Integrasi mendasarkan pada prinsip
homogenitas (integritas internal) dari sebuah wilayah
berdasarkan karakteristik tertentu, sebaliknya diferensiasi
melihat perbedaan (heterogenitas) antar wilayah satu dengan
lain melalui karakteristik tertentu.
Guna mengindetifikasikan suatu potensi wilayah dengan
pendekatan geografi, diperlukan dukungan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Perkembangan SIG telah memadukan
teknologi sebagai tools dan melibatkan masyarakat sebagai
sumber data maupun menjadi pembuat peta (Sadali, Alfana,
Fajar, & Prianggoro, 2020). Analisis spasial dalam prosesnya
menggunakan lokasi geografis sebagai variabel penting dalam
mendeskripsikan, menganalisis, dan memprediksi objek yang
dikaji (Kemp, 2008 dalam (Susilo, 2012). Tidak hanya untuk
menganalisis, pada dasarnya SIG juga dimanfaatkan untuk
menyimpan, memanggil, maupun mengelola data yang
memiliki referensi geografis (Wibowo, Kanedi, & Junadi,
2015).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Metode
Tulisan ini menggunakan metode studi literatur dengan
koherensi sejarah Kota Yogyakarta serta analisis spasial
-Departemen Geografi Pembangunan- 389
dengan aplikasi GIS. Data sekunder berasal dari sumber
terpercaya, baik literatur terkait sejarah dan data spasial yang
digunakan untuk melakukan pewilayahan. Lokasi kajian berada
di Kota Yogyakarta. Analisis dilakukan dengan deskriptif
eksploratif, dengan maksud menggali dan mengeksplorasi lebih
dalam informasi-informasi dari telaah literatur. Hasil dari
identifikasi kampung-kampung di Kota Yogyakarta yang
memiliki makna budaya dan sejarah akan ditampilkan dalam
bentuk tabel, sedangkan pewilayahan kampung akan disajikan
dalam bentuk peta atau gambar.
3.2. Hasil dan Pembahasan
3.2.1. Pewilayahan Kota Yogyakarta Menurut Sejarah dan
Pemaknaan Nama Kampung
Perkampungan di Kota Yogyakarta menurut (Sumintarsih
& Adrianto, 2014) secara umum dapat dibagi menjadi tiga,
yakni perkampungan berdasarkan keahlian abdi dalem kraton,
perkampungan berdasarkan tempat tinggal prajurit kraton, serta
perkampungan berdasarkan kondisi nama dalem pangeran dan
bangsawan. Kajian ini lebih memfokuskan pada toponimi
berdasarkan keahlian abdi dalem kraton dan tempat tinggal
prajurit kraton yang semuanya bermuara dari Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Hal ini mempertimbangkan
ketersediaan data, penelusuran bukti di lapangan, serta kroscek
data spasial di lapangan pada masa pandemi COVID-19.
Hasil studi literatur dan kroscek data di lapangan
diperoleh 38 nama perkampungan berdasarkan keahlian abdi
dalem kraton dan 12 nama perkampungan berdasarkan tempat
tinggal prajurit kraton. Beberapa nama kampung yang memiliki
-Departemen Geografi Pembangunan- 390
makna sejarah digunakan sebagai nama kelurahan dan
kecamatan, seperti: Gowongan, Keparakan, Ngampilan,
Wirobrajan, Patehan, dan Bumijo. Pengelompokkan
perkampungan di Kota Yogyakarta berdasarkan keahlian abdi
dalem kraton dirinci berikut ini.
a. Kampung Nayaka Wolu
Kampung Nayaka Wolu merupakan kampung kelompok
abdi dalem yang memiliki jabatan cukup tinggi karena
spesialisasi pekerjaan yang dimiliki (Tabel 1).
Tabel 1. Makna Perkampungan Nayaka Wolu Berdasarkan Keahlian Abdi
Dalem Kraton Ngayoyakarta Hadiningrat
Nama
No Makna Kelurahan
Kampung
1 Bumijo Kampung abdi dalem yang Bumijo
bertugas dalam tata kelola
tanah sawah, juru bendung,
juru tanam, dan berkaitan
dengan tanah dan tanaman.
2 Gedhong Kampung abdi dalem yang Gedong Kiwo
Kiwo mengurusi urusan srati
(Pawang Gajah), pelatih
kuda, kenek dan kusir
kereta
3 Gedhong Kampung abdi dalem yang Sosromenduran dan
Tengen mengurusi urusan Kelurahan
keprajuritan Pringgokusuman
4 Keparakan Kampung abdi dalem yang Suryodiningratan
Kiwa mengurusi urusan
pembuatan senjata, taktik
perang, dan telik
sandi
5 Keparakan Kampung abdi dalem yang Keparakan
Tengen mengurusi
kesusastraan/pakaian
-Departemen Geografi Pembangunan- 391
Nama
No Makna Kelurahan
Kampung
6 Numbak Kampung abdi dalem yang Keparakan
Anyar bertugas menyediakan
pekerja kasar untuk kraton
7 Penumping Kelompok abdi dalem yang Gowongan
bertugas merancang dan
membangun bangunan
8 Siti Sewu Kelompok abdi dalem yang Sosrowijayan
bertugas mengurusi urusan
pertanahan dan agraria
Sumber: data diolah, 2020
b. Kampung Jabatan
Merupakan permukiman abdi dalem yang karena
keahlian dan keterampilannya diberi jabatan khusus dalam
menjalankan tugasnya (Tabel 2).
Tabel 2. Makna Perkampungan Berdasarkan Jabatan Abdi Dalem Kraton
Ngayoyakarta Hadiningrat
Nama
No Makna Kelurahan
Kampung
1 Mantrigawen Tempat tinggal abdi Panembahan
dalem kepala pegawai
2 Suranatan Kampung tempat tinggal Notoprajan
abdi dalem yang bertugas
sebagai ulama dan urusan
bidang keagamaan
3 Ngampilan Perkampungan abdi Ngampilan
dalem yang bertugas
sebagai pembawa
ampilan dalem
4 Pajeksan Perkampungan abdi Ngupasan
dalem jeksa (penyidik
masalah tindak pidana
dan perdata)
-Departemen Geografi Pembangunan- 392
Nama
No Makna Kelurahan
Kampung
5 Mertolulutan Perkampungan abdi Ngampilan
dalem yang bertugas
sebagai algojo bagi
hukuman mati
6 Kumetiran Perkampungan abdi Pringgokusuman
dalem yang bertugas di
bagian ekspedisi surat
7 Gandhekan Perkampungan tempat Sosromenduran
tinggal pesuruh atau
pelayan kraton
8 Gebayanan Perkampungan abdi Suryodiningratan
dalem carik kanayakan
9 Maosan Perkampugan abdi dalem Mantrijeron
yang mengurusi urusan
perpajakan
10 Mijen Perkampungan abdi Suryadiningratan
dalem yang bertugas di
rumah tangga keputren
11 Minggiran Perkampungan abdi Suryadiningratan
dalem yang bertugas di
keputren
Sumber: data diolah, 2020
c. Kampung Keahlian
Merupakan permukiman abdi dalem yang dibagi menurut
jenis keahlian yang dimiliki (lihat Tabel 3).

-Departemen Geografi Pembangunan- 393


Tabel 3. Makna Perkampungan Berdasarkan Keahlian Abdi Dalem Kraton
Ngayoyakarta Hadiningrat
Nama
No Makna Kelurahan
Kampung
1 Musikanan Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
musikan (pemain alat musik
gesek dan tiup)
2 Ngrambutan Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
yang bertugas di bidang
kecantikan keluarga kraton.
3 Kenekan Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
kenek kereta kraton
4 Kemitbumen Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
yang bertugas mengurusi
kebersihan halaman kraton
5 Gebulen Tempat abdi dalem yang Patehan
menyiapkan api untuk
memasak
6 Sekulanggen Tempat abdi dalem yang Panembahan
menyiapkan nasi
7 Pesindenan Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
pesinden (wiraswara)
8 Gamelan Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
yang mengurusi kuda milik
sultan
9 Namburan Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
penabuh tambur
10 Siliran Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
yang mengurusi lampu kraton
11 Patehan Tempat tinggal abdi dalem Patehan
yang mengurusi minuman
12 Bludiran Tempat tinggal abdi dalem Panembahan
ahli sulam kraton
13 Ratawijayan Tempat tinggal abdi dalem Kadipaten
sais dan ahli membuat kereta
kuda kraton
14 Dagen Tempat tinggal abdi dalem Sosromenduran
undhagi atau tukang kayu

-Departemen Geografi Pembangunan- 394


Nama
No Makna Kelurahan
Kampung
15 Jlagran Tempat tinggal abdi dalem Pringgokusuman
jlagra atau tukang batu
16 Gerjen Tempat tinggal abdi dalem Ngupasan
tukang jahit (gerji)
17 Palawijan Tempat tinggal abdi dalem Kadipaten
palawija yang mempunyai
kekurangan fisik
18 Gemblakan Tempat tinggal abdi dalem Suryatmajan
ahli perak
19 Gendhingan Tempat tinggal abdi dalem Notoprajan
ahli gendhing kraton
Sumber: data diolah, 2020
Pewilayahan perkampungan di Kota Yogyakarta juga
diidentifikasi berdasarkan tempat tinggal prajurit kraton.
Pengelompokkan kampung berdasarkan tempat tinggal prajurit
kraton dapat dibagi menjadi 4 (empat) kawasan, yaitu
njeronbeteng, barat beteng, selatan beteng, dan timur beteng.
Mengacu pada Tabel 4, kawasan njeronbeteng merupakan
perkampungan abdi dalem bagi prajurit pengawal langenastra
dan langenarja. Kawasan barat beteng meliputi Perkampungan
Bugisan, Wirobrajan, Patangpuluhan, Suronggaman, dan
Ketanggungan. Kampung Bugisan, Wirobrajan, dan
Patangpuluhan merupakan perkampungan prajurit kraton,
sedangkan Suronggaman dan Ketanggungan merupakan
kampung abdi dalem kraton. Kawasan Selatan Beteng memiliki
perkampungan Mantrijeron, Jogokaryan, dan Prawirotaman
yang berupa perkampungan bagi prajurit kraton, sedangkan
Kampung Gedongkiwo merupakan kampung bagi abdi dalem.
Kawasan Timur Beteng terdiri dari Kampung Nyutran dan
Surokarsan, keduanya merupakan tempat tinggal prajurit
-Departemen Geografi Pembangunan- 395
kraton. Secara spesifik, kondisi pemetaan kampung tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4. Pewilayahan Perkampungan di Kota Yogyakarta Berdasarkan
Tempat Tinggal Prajurit Kraton
No Pewilayahan Nama Kampung
1 Njero Beteng - Langenastran
- Langearjan
2 Utara Beteng - Bugisan
- Wirobrajan
- Patangpuluhan
- Suranggaman
- Ketanggungan
3 Selatan Beteng - Mantrijeron
- Gedongkiwo
- Prawirotaman
4 Timur Beteng - Nyutran
- Surokarsan
Sumber: data diolah, 2020
Secara spasial perkampungan berdasarkan keahlian abdi
dalem kraton teraglomerasi di Kelurahan Panembahan dengan
jumlah 11 kampung. Hal ini dapat terjadi mengingat Kelurahan
Panembahan masuk ke dalam lingkup Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat (njeronbeteng) yang kemudian menyebabkan
diperlukannya berbagai keahlian abdi dalem dalam kegiatan di
Kraton. Kondisi lain dapat dilihat dari berbagai perkampungan
yang terletak di luar beteng kraton. Perkampungan pada
kawasan tersebut hampir tersebar di sebagian kelurahan sekitar
kraton. Profesi atau keahlian abdi dalem yang tersebar di
kawasan tersebut berupa kemampuan tambahan yang dapat
melayani kraton dan masyarakat di luar kraton.

-Departemen Geografi Pembangunan- 396


3.2.2. Penyebarluasan informasi melalui media digital
Media digital dapat berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk berinteraksi maupun menyebarluaskan informasi. Secara
umum terdapat beberapa tahapan dalam merancang sebuah
media online seperti blog atau website yang terintegrasi dengan
internet. Tahapan-tahapan dalam perancangan website secara
berurutan dimulai dengan tahap identifikasi, evaluasi
permasalahan, serta analisis penyebab masalah. Analisis yang
digunakan untuk mengetahui metode berjalan layak atau tidak
adalah analisis PIECES (Performance, Information, Economic,
Control, Effiency, Services).
Tahap berikutnya adalah penerapan semua hasil
menggunakan Content Management System (CMS). CMS
merupakan system aplikasi web yang memberi kemudahan
untuk pengguna dan pengelolan (isi atau konten) (Iqbal, 2009).
CMS dapat mengelola isi atau content sebuah website seperti
melakukan publikasi, edit, maupun menghapus. Pengelolaan
konten ini (berupa tulisan, gambar, ataupun file) dapat
dilakukan oleh orang yang ditunjuk/diberi hak akses
melakukannya.
Tampilan hasil desain/perancangan website pengenalan
dan penyebarluasan informasi, sejarah, serta pemaknaan
Kampung Kota Yogyakarta dapat dilihat pada Lampiran 2.
Halaman depan yang pertama kali diakses oleh pengguna berisi
tampilan peta, tombol-tombol portable pencarian, foto lokasi,
informasi kampung, dan juga toponimi kampung. Saat ini akses
laman yang memuat informasi spasial dan sejarah pemaknaan
kampung di Kota Yogyakarta dapat diakses di
https://storymaps.arcgis.com/stories/52877786a8ad48d49682fc
-Departemen Geografi Pembangunan- 397
21576f3056. Apabila tombol angka yang menunjukkan lokasi
kampung dipilih, akan tertampil informasi/keterangan
mengenai kampung yang dipilih. Selain keterangan, juga
tertampil foto dan landmark dari kampung yang dimaksud.
Foto dan landmark dari kampung yang dipilih dapat diperbesar
dan disimpan ke drive yang diinginkan.

IV. KESIMPULAN
Sejarah pemaknaan perkampungan di Kota Yogyakarta
dapat diidentifikasi berdasarkan keahlian abdi dalem kraton
dan tempat tinggal prajurit kraton, masing-masing berjumlah
38 dan 12 nama perkampungan. Regionalisasi perkampungan
di Kota Yogyakarta yang dilakukan berupa pengelompokkan
perkampungan berdasarkan keahlian abdi dalem kraton, tempat
tinggal prajurit kraton, serta kondisi nama dalem (rumah)
pangeran dan bangsawan. Keterbukaan informasi di era
industrialisasi 4.0 memiliki peran yang sangat penting dan
dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan pengetahuan nilai-
nilai budaya maupun sejarah suatu tempat. Manfaat dari media
online salah satunya adalah menyimpan informasi sejarah
kampung, lokasi, foto, dan landmark dari Kampung di Kota
Yogyakarta secara digital dan mudah diakses dari manapun.
Informasi spasial pewilayahan dan pemaknaan sejarah nama
kampung di Kota Yogyakarta yang disebarluaskan melalui
berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap sejarah maupun budaya yang
tersirat dalam kampung.

-Departemen Geografi Pembangunan- 398


V. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada
Departemen Geografi Pembangunan dan Fakultas Geografi
UGM yang telah memfasilitasi serta memberikan dukungan
dalam penyelesaian tulisan ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Aksa, F. I., Utaya, S., & Bachri, S. (2019). Geografi dalam
Perspektif Filsafat Ilmu. Majalah Geograi Indonesia,
33(1), 43-47.
Ariyati, T., & Wahyono, H. (2016). Peta Perwilayahan
Pariwisata Berdasarkan Sub Titik Pusat di Kabupaten
Semarang. Jurnal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah
Kota), 5(2), 127–139.
Baroroh, K., Munadi, S., & Hidayah, N. (2016). Pemberdayaan
Pengrajin Batik Kayu Menembus Pasar Ekspor Menuju
Ekonomi Kerakyatan. Semar, 125-143.
Budiarti, C. V., & Sadali, M. I. (2013). Spatial Distribution on
Potential “Kampung Wisata” as Urban Tourism in
Yogyakarta. Planning In The Era Of Uncertainty (p. 11).
Malang: PLANINK.
Giyarsih, S. R., & Kurniawan, A. (2001). Regionalisasi
Wilayah Kabupaten Bantul (Suatu Kajian untuk
Kepentingan Perencanaan Pengembangan Wilayah).
Jurnal PWK, 12(4), 189-199.
Iqbal. (2009). Rekayasa Content Management System (CMS)
JOOMLA Berbasis Open Source untuk Pengembangan
Sistem Informasi Berbasis Online. Jurnal Informatika,
3(1), 297-303.
-Departemen Geografi Pembangunan- 399
Kurniawan, A., & Sadali, M. I. (2015). Keistimewaan
Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sadali, M. I., Alfana, M. A., Fajar, K. I., & Prianggoro, A. A.
(2020, Januari 30). Pengembangan potensi wilayah di
Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo melalui
pemetaan potensi wisata berbasis partisipasi. Jurnal
Pendidikan Geografi, 25(1), 1-16.
Santosa, L. W., & Muta’ali, L. (2014). Bentang Alam dan
Bentang Budaya, Panduan Kuliah Kerja Lapangan
Pengenalan Bentang Lahan. Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Geografi UGM.
Smith, S. (1989). Tourism Analysis (1 ed.). London: Longman
Scientific and Technical.
Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Pendekatan dan
Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.
Sumintarsih, & Adrianto, A. (2014). Dinamika Kampung Kota
: Prawirotaman dalam Perspektif Sejarah dan Budaya.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Susilo, B. (2012). Aplikasi Pemetaan dan Analisis Spasial
untuk Kajian Potensi Ternak Ruminansia Kecil di
Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Pendidikan Geografi,
12(2), 61-70.
Wibowo, K. M., Kanedi, I., & Junadi, J. (2015). Sistem
Informasi Geografis (SIG) Menentukan Lokasi
Pertambangan Batu Bara di Provinsi Bengkulu Berbasis
Website. Jurnal Media Infotama, 11(1), 51-60.

-Departemen Geografi Pembangunan- 400


LAMPIRAN 1. Pewilayahan Kampung di Kota Yogyakarta
Berdasarkan Keahlian Abdi Dalem dan Tempat Tinggal
Prajurit Kraton

-Departemen Geografi Pembangunan- 401


LAMPIRAN 2. Tampilan Halaman Utama Informasi Spasial
dan Sejarah Pemaknaan Kampung di Kota Yogyakarta

-Departemen Geografi Pembangunan- 402


0
JUDUL
Bunga Rampai
Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Geografi UGM
2020

ISBN: 978-623-6527-16-0
Editor:
Dr. Dyah Rahmawati Hizbaron, M.T., M.Sc.
Dr. Bowo Susilo, M.T.
Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si.
Utia Suarma, M.Sc.

Layout dan Grafis:


Sani Afifah, S.Si.
Unggul Widyanarko, S.Si.
Gambar sampul: Unggul Widyanarko, S.Si.

Penerbit
Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)
Universitas Gadjah Mada
Jl. Kaliurang Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp 0274 6492340; Fax 0274 589596
Email: bpfg.geo@ugm.ac.id
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................. v
DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN ....................... 1
Alokasi Pemanfaatan Air di DAS Jirak, Gunungkidul.............. 2
Ahmad Cahyadi, Eko Haryono, Tjahyo Nugroho Adji,2M. Widyastuti,
Yudhistira Tri Nurteisa, Risma Sari Septianingrum, Febby Firizqi,
Dzakwan Taufiq Nur Muhammad ......................................................... 2

Program Duta Kependudukan: Pendampingan Penyelarasan


Program Dukcapil Kabupaten Sleman tentang Monitoring
dan Evaluasi Tertib Administrasi Kependudukan pada Level
Padukuhan .......................................................................... 24
Muhammad Arif Fahrudin Alfana, Rizky Laudiansyah, Hidayati Nur
Rohmah .............................................................................................. 24

Upaya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim oleh Masyarakat di


Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY ...................... 42
Djaka Marwasta, Luthfia Adlina, Theresia Dina Karunia R ................ 42

Penguatan Kapasitas Masyarakat di Wilayah Pesisir


Parangtritis dalam Pemanfataan Sistem Informasi Bahaya
Tsunami (SIBAT) Menuju Daerah Tangguh Bencana ....... 63
Ratih Fitria Putri, Sunu Wibirama, Taufik Budi Waskita, Utia Kafafa 63

Strategi Adaptasi Petani terhadap Teknologi Informasi untuk


Mendukung Industri 4.0 di Kawasan Pertanian.................. 97
Rika Harini, Hestina Fandani, Fikri Nurrachman Ernawan.................. 97

v
Pembinaan Ketahanan Remaja Era Industrialisasi 4.0 di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................. 130
Seri Aryati, Ulil Usnaini, Nadya Amaliah Husna ...............................130

Pendampingan Pengembangan Wisata Alam di Desa


Purwobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta........................................................................ 158
Sri Rahayu Budiani, Lucia Sandra Budiman ......................................158

Digitalisasi Data Kependudukan Berdasarkan Registrasi


Penduduk di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan,
Kabupaten Klaten ............................................................. 185
Sri Rum Giyarsih, Rucitra Anjarsariningtyas, Ikhwan Amri ...............185

Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pertanian Ramah


Lingkungan untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan di
Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Majalengka ....... 200
Sudrajat, Elvita Savitri, Siti Rohmah .................................................200

Kesenian Hadrah: Bahagia, Banyak Teman, dan Berpahala


Upaya Membangun Interaksi Sosial Keagamaan Masyarakat
.......................................................................................... 222
Umi Listyaningsih, Ratri Purnama Dewi, Monita Deka Martiwi ........222

DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI ........... 242


Pemanfaatan Informasi Geografi Digital untuk Mendukung
Pemetaan Wilayah Perdesaan di Kecamatan Punung,
Kabupaten Pacitan ............................................................ 243
Ari Cahyono, Siti Saringatin, Novi Arista G.P., Eriko Prawunda. D...243

vi
Penyusunan Album Peta Monografi Desa untuk Mendukung
Loano Menuju Desa Wisata ............................................. 271
Sudaryatno, M. Rizki Firdaus, Hestina Fandani, Luthfiya Hanim, Retno
Murti Andayaningrum .......................................................................271

Pengabdian Geografi di era Industrialisasi 4.0 “Pemetaan Batas


Wilayah Desa Bongkot, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Purworejo” ........................................................................ 288
Iswari Nur Hidayati, Maryam Qonita, Amalia Gita Ayudyanti ...........288

Pesona Kampung Jawa ‘Rasau Jaya’ di Pinggiran Sungai


Kapuas .............................................................................. 302
Sigit Heru Murti, Adhelia Brilianty, Nur Ulfah Agustin .....................302

Penyusunan Modul untuk Pelatihan Sistem Informasi


Demografi Secara Spasial................................................. 318
Noorhadi Rahardjo,Galuh Hayun Mustika Asri, Muhammad Rizki
Firdaus ..............................................................................................318

Pemetaan Tingkat Ketahanan Geografi Menggunakan


Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang Studi Kasus
di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta .......... 349
Zuharnen, Inti Raidah Hidayat ...........................................................349

Basisdata, Pemutakhiran, dan Penyajian Alamat Pegawai


Berbasis Geospasial untuk Kepentingan Institusi Kantor 369
Barandi Sapta Widartono, Haryo Bayu W, Mohamad Dimas Henru,
Bachron Muhaimim, Muhammad Thoriq Pratama, Wahyu Dedi
Setiawan, Untari, St. Dwi Ermawan Danas Putra, Wahyu Widi
Pamungkas ........................................................................................369

DEPARTEMEN GEOGRAFI PEMBANGUNAN ............... 383


vii
Informasi Spasial Pewilayahan dan Sejarah Nama Kampung
Kota Yogyakarta ............................................................... 384
Mohammad Isnaini Sadali, Briantama Yanuar Ridwan, M. Galang
Ramadhan Al Tumus, Madina Aurum ...............................................384

Pelatihan Pengelolaan Website, E-Commerce, dan Social


Media sebagai Upaya Perwujudan Smart Village Desa
Candibinangun .................................................................. 403
Rini Rachmawati, Vivy Nur Anifa, Aditya Widya Pradipta ...............403

Pengelolaan Limbah Batik Kayu Berbasis Masyarakat di Desa


Wisata Krebet, Kabupaten Bantul .................................... 423
Dyah Widiyastuti, Nuari Dwi Prasetya, Nurul Fikriyah .....................423

Education for Sustainable Development Melalui Literasi


Gender, Bencana, dan Lingkungan Secara Daring (Online)
di Sekolah Dasar ............................................................... 441
Surani Hasanati .................................................................................441

INDEKS ................................................................................ 460

viii
-Departemen Geografi Pembangunan- 462

Anda mungkin juga menyukai