Anda di halaman 1dari 11

The Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.

2338-1787
DOI: 10.21776/ub.igtj.2020.009.01.01 ISSN. 2355-4010

Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu sebagai


Material Ramah Lingkungan
Luluk Maslucha1, Yulia Eka Putrie2, Aisyah Nur Handryant3, Sukmayati Rahmah4
1,2,3,4Jurusan
Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana 50 Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia
1 luluk_maslucha@arch.uin-malang.ac.id, 2 ekaputrie.yulia@arch.uin-malang.ac.id

Abstrak
Urgensi edukasi mengenai bambu di dalam pendidikan arsitektur berkaitan erat dengan berbagai permasalahan dan fenomena
kontemporer di bidang permukiman dan lingkungan. Sebagai material alternatif yang ramah lingkungan, bambu memiliki
berbagai potensi yang secara umum masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum. Mahasiswa dan lulusan pendidikan
arsitektur memiliki peran penting dalam upaya eksplorasi potensi tersebut, sekaligus sosialisasinya kepada masyarakat secara
luas. Namun demikian, perubahan positif dan solusi bagi permasalahan-permasalahan di atas tidak akan tercapai tanpa upaya
serius pendidikan arsitektur untuk menanamkan pengetahuan, kemampuan, dan kepekaan mengenai potensi bambu kepada
para mahasiswa. Penelitian ini merupakan salah satu upaya evaluasi terhadap edukasi bambu di pendidikan arsitektur, khususnya
di Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Evaluasi terhadap tingkat pengetahuan, kemampuan, dan kepekaan
mahasiswa terkait berbagai potensi bambu dilakukan dengan tujuan merumuskan berbagai strategi dan metode pembelajaran
yang lebih tepat di masa depan.

Kata kunci: Bambu, kemampuan, kepekaan, pengetahuan, pendidikan arsitektur

Abstract
The urgency of education about bamboo in architectural education is closely related to various problems and contemporary
phenomena in the field of settlement and the environment. As an environmentally friendly alternative material, bamboo has
various potentials that are generally still underestimated by common people and society. Architecture education students and
graduates have an important role in the exploration of this potential, as well as its dissemination to the public at large. However,
positive changes and solutions to the problems above will not be achieved without serious efforts in architectural education to
instill knowledge, abilities, and awareness about the potential of bamboo to their students. This research is an evaluation of
bamboo education to architecture undergraduate students, especially in the Department of Architecture, UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. An evaluation of the level of knowledge, abilities, and awareness of students regarding various bamboo
potentials is carried out with the aim of formulating various strategies and learning methods that are more appropriate in the
future.

Keywords: Bamboo, architecture education, awareness, ability, knowledge

PENDAHULUAN
Sebagai salah satu negara tropis dengan populasi ini berkontribusi pada peningkatan temperatur udara
yang besar, Indonesia menghadapi berbagai di sekelilingnya, dan pada skala yang lebih besar
permasalahan permukiman dan kependudukan dapat memicu munculnya fenomena UHI (Urban Heat
sekaligus permasalahan lingkungan seperti Island) [1].
deforestasi di berbagai wilayah. Material kayu yang di Karena itu, satu dekade terakhir berbagai material
masa lalu amat populer bagi hunian dan permukiman, alternatif untuk mengatasi berbagai permasalahan
kini dipandang sebagai material yang eksklusif karena tersebut mulai banyak dilirik dan dikembangkan.
ketersediaannya yang terbatas dan harganya yang Sayangnya, tidak semua material alternatif tersebut
relatif mahal. Beton bertulang dengan semen sebagai memenuhi kriteria ramah lingkungan. Material
salah satu material utama yang saat ini masih cukup bambu adalah salah satu material alternatif yang
populer dipergunakan menyimpan berbagai memenuhi kriteria sebagai sustainable materials [2]
permasalahan lingkungan seperti jejak karbon karena sifatnya yang terbarukan (renewable),
(carbon footprint) yang sangat besar. Sebagai pertumbuhan alaminya yang relatif cepat, mudah
material yang memiliki kepadatan tinggi (high-density ditemukan dan dibudidayakan di berbagai wilayah,
material), beton secara umum juga memiliki kapasitas diproduksi dengan jumlah energi yang relatif rendah,
panas yang besar. Material dengan kepadatan tinggi memiliki dampak lingkungan yang minim, dapat diurai

14
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

oleh alam, serta memiliki jejak karbon yang relatif menyediakan dasar keilmuan yang penting selama
rendah. Indonesia sendiri merupakan salah satu proses perkuliahan. Lebih lanjut, penumbuhan
negara yang memiliki potensi persebaran dan motivasi untuk melakukan eksplorasi dan inovasi
pertumbuhan bambu yang cukup tinggi. material bambu di dalam berbagai objek arsitektur
yang dirancang juga menjadi salah satu prasyarat di
Namun demikian, pemanfaatan material bambu dalam keseluruhan proses sosialisasi dan pengubahan
sebagai bangunan di masyarakat umum saat ini persepsi mengenai material bambu di masyarakat.
belum menunjukkan fenomena yang Mahasiswa dan lulusan pendidikan arsitektur dapat
menggembirakan. Secara umum, masyarakat awam menjadi agen sosial pengembangan material bambu
masih beranggapan bahwa material bambu di masa depan.
merupakan material yang tidak praktis, tidak modern,
dan tidak kokoh. Larasati, et al. (2014) menyebutkan Mengacu pada standar kriteria pendidikan arsitektur
bahwa masyarakat secara umum mengasosiasikan menurut The International Union of Architects,
bambu dengan penyangga konstruksi, bangunan terdapat 35 kriteria lulusan dalam pendidikan
semi-permanen, dan perabot rumah tangga [3]. Di arsitektur dalam kapabilitas perancangan (design),
beberapa daerah, sebagian masyarakat bahkan pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill),
beranggapan bahwa rumah yang terbuat dari bata yang dideskripsikan dengan tiga aspek pencapaian,
dan beton menunjukkan status ekonomi menengah yaitu kesadaran atau kepekaan (awareness),
ke atas, sedangkan rumah tinggal dari bambu pengertian (understanding), dan kemampuan (ability)
dianggap menunjukkan status ekonomi menengah ke [5]. Terkait dengan isu permukiman dan lingkungan,
bawah. mahasiswa arsitektur diharapkan memiliki
pemahaman, kemampuan, serta kepekaan yang baik
Di lain pihak, upaya pengembangan dan eksplorasi dan mumpuni dalam eksplorasi bambu melalui
material bambu di kalangan praktisi arsitektur justru berbagai strategi pembelajaran arsitektur. Lebih jauh,
memperlihatkan fenomena yang patut disyukuri. hasil berbagai inovasi arsitektur terkait bambu dapat
Berbagai karya arsitektur yang dibangun di beberapa disosialisasi pula kepada tiga stakeholders
wilayah di Indonesia, seperti Green School di Bali, pendidikan, yaitu kepada siswa melalui pendidikan
Dancing Mountain House di Salatiga, dan Gereja arsitektur, kepada arsitek, dosen, dan peneliti melalui
Katolik Klodran di Bantul memperlihatkan adanya penelitian arsitektur, dan kepada masyarakat melalui
kemauan yang besar untuk mengembangkan bambu kegiatan pengabdian kepada masyarakat [6]. Dengan
sebagai material alami yang tidak hanya ramah demikian, di masa depan perubahan positif yang
lingkungan, namun juga kokoh, tahan gempa, terjadi diharapkan dapat menjadi salah satu solusi
sekaligus unik dan estetis. Menurut Nurdiah (2016), permasalahan permukiman dan lingkungan di negeri
setelah isu pemanasan global dan sustainabilitas ini.
lingkungan mengemuka, eksistensi bambu sebagai
material bangunan kembali didiskusikan secara luas. Dari pemetaan terhadap sebaran topik dan minat
Arsitek di masa kini cenderung memilih untuk peneliti dalam studi tentang bambu selama satu
mengeksplorasi bambu karena kayu berkualitas tinggi dekade terakhir di Indonesia, diperoleh gambaran
relatif sulit ditemukan [4]. Upaya sosialisasi berbagai bahwa studi atau penelitian tentang material bambu
potensi bambu melalui karya-karya arsitektur dalam arsitektur, terutama dalam konteks Indonesia,
tersebut diharapkan dapat menginspirasi sekaligus telah dikembangkan dalam beragam topik dan
mengubah persepsi atau pandangan masyarakat metode. Setidaknya terdapat sembilan topik utama
umum terhadap bambu menjadi lebih positif. Pada dalam publikasi akademik tentang bambu di bidang
gilirannya, pemanfaatan bambu sebagai material studi arsitektur, yaitu (1) structural exploration, (2)
lokal dengan berbagai keunggulannya dapat pula aesthetic material, (3) ecological-renewable material,
diakui dan dirasakan oleh masyarakat luas. (4) affordable material, (5) transitional-flexible
material, (6) thermal comfort, (7) energy efficient
Lebih lanjut, pendidikan arsitektur yang mendidik material and embodied energy, (8) sociocultural
para calon arsitek memiliki peran yang tidak kalah context, dan (9) architecture education [7]. Eksplorasi
signifikan dalam upaya sosialisasi dan edukasi struktural dan karakteristik estetika bahan bambu
material bambu di masyarakat. Pembelajaran yang adalah dua topik dominan yang dipelajari oleh banyak
tepat untuk membagikan pemahaman dan peneliti. Sebaliknya, pengembangan bambu dalam
pengetahuan dengan para mahasiswa terkait bambu pendidikan arsitektur adalah topik yang paling sedikit

15
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

distudi oleh para peneliti. Minimnya studi yang ini di jenjang pendidikan sarjana arsitektur. Hasil dari
dilakukan mengenai topik edukasi bambu dalam penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
pendidikan arsitektur cukup disayangkan, karena rekomendasi strategi dan metode pembelajaran
relevansi topik ini sangat besar dengan berbagai terkait bambu dan arsitektur ramah lingkungan, baik
permasalahan kontemporer di negeri ini. Sebuah di mata kuliah teori maupun di mata kuliah studio.
artikel yang ditulis oleh Maurina dan Prastyatama Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
(2016) memberikan ilustrasi tentang bagaimana evaluasi teori dan praktek pembelajaran arsitektur
ketiga aspek pendidikan tinggi, yaitu pengajaran, yang telah diselenggarakan sebelumnya.
penelitian, dan pengabdian masyarakat dapat
dikolaborasikan satu sama lain untuk meningkatkan Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan
kesadaran dan pengenalan mahasiswa arsitektur Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana
tentang keunikan karakteristik bambu, baik sebagai Malik Ibrahim Malang yang telah berada di tahun
elemen struktural maupun non-struktural [6]. Dengan ketiga di pendidikan S1 arsitektur. Jumlah sampel
demikian, penelitian ini juga menjadi salah satu upaya ditentukan dari jumlah populasi mahasiswa di tahun
menjembatani kesenjangan antara minimnya studi ketiga, keempat, dan kelima, dengan jumlah rata-rata
dalam topik tersebut dengan urgensinya bagi per angkatan sekitar 100 orang. Sesuai dengan
permasalahan permukiman dan lingkungan dewasa penjelasan Neuman (2014), pengambilan sampel
ini. untuk populasi yang berjumlah di bawah 1000 adalah
sekitar 30%, maka jumlah sampel yang diambil
METODE PENELITIAN berkisar antara 80 sampai 100 mahasiswa [8].
Penelitian ini merupakan salah satu langkah evaluatif Penelitian ini mengambil beberapa kriteria dari 37
pendidikan arsitektur terkait pembelajaran bambu kriteria lulusan arsitektur, yang terdiri dari aspek
bagi para mahasiswa arsitektur. Penelitian ini ability, understanding, dan awareness yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat understanding disesuaikan dengan konteks material bambu yang
(pemahaman), ability (kemampuan) dan awareness menjadi fokus dalam penelitian ini. Kuesioner disusun
(kepekaan) terhadap material bambu sebagai berdasarkan 18 kriteria terpilih yang dipandang paling
material yang memiliki berbagai potensi, di antaranya relevan dengan topik material bambu, dengan
sebagai material ramah lingkungan yang estetis. kombinasi pertanyaan terbuka (open-ended
Secara umum, ketiga aspek ini juga memiliki questions) dan pertanyaan tertutup (close-ended
keterkaitan dengan prinsip-prinsip pendidikan secara questions). Kombinasi kedua jenis pertanyaan ini
umum yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan diperlukan untuk menjembatani kekurangan dari
psikomotorik. Aspek kognitif meliputi beberapa masing-masing jenis pertanyaan [8].
tingkatan di mana aspek pengetahuan dan
pemahaman merupakan dua tingkatan yang paling Data yang masuk dianalisis secara kuantitatif melalui
dasar. Aspek afektif meliputi beberapa aspek, di mana proses scoring atau pemberian bobot pada jawaban-
kepekaan dan kesadaran merupakan salah satu aspek jawaban yang masuk melalui kuisioner yang disebar
sikap yang penting di dalam pendidikan. Sementara secara online di kalangan internal mahasiswa.
itu, aspek kemampuan praktikal dapat dikaitkan Pemberian bobot di dalam penelitian ini merupakan
dengan aspek kognitif maupun dengan aspek upaya kuantifikasi data kualitatif yang telah
psikomotorik karena di dalamnya terdapat dikumpulkan. Sebagai contoh, pertanyaan mengenai
penerapan (kognitif) maupun kreasi dan modifikasi aspek kemampuan (ability) yang dijawab secara
(psikomotorik). Ketiga aspek ini jamak digunakan di deskriptif oleh responden yang menceritakan
dalam setiap evaluasi pendidikan secara umum. Di pengalaman praktis mereka merancang, meneliti,
dalam penelitian ini ketiganya dimanfaatkan sebagai melakukan kolaborasi, mendokumentasikan, hingga
background knowledge dalam menyusun pertanyaan menulis artikel tentang bambu. Jawaban-jawaban
yang berhubungan dengan ketiga aspek pemahaman, deskriptif ini kemudian diberi pembobotan oleh
kemampuan, dan kepekaan di dalam kriteria peneliti, yaitu 1 untuk tidak pernah sama sekali, 2
pendidikan arsitektur secara khusus. untuk pernah dengan hanya satu objek studi, 3 untuk
pernah dengan dua objek studi, 4 untuk pernah
Dari penilaian terhadap tiga aspek keilmuan di dengan tiga objek studi, hingga 5 untuk empat atau
arsitektur ini, diharapkan dapat dihasilkan lebih objek studi terkait bambu. Demikian pula
pengetahuan mengenai kelebihan dan kekurangan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
pembelajaran bambu yang telah dilaksanakan selama dengan pemahaman dan kepekaan mahasiswa.

16
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

Penilaian kuantitatif dilakukan berdasarkan kualitas objek arsitektur berbasis material bambu, diketahui
jawaban masing-masing mahasiswa yang menjadi bahwa jumlah terbesar yaitu 58% tidak pernah
responden. Langkah selanjutnya adalah menarik mendesain objek arsitektural bambu. Sebesar 35%
kesimpulan aspek-aspek mana dari pembelajaran dari jumlah responden pernah mendesain satu objek
yang paling kuat dan paling lemah. Diharapkan arsitektur, 6% responden pernah mendesain dua
melalui hasil penelitian ini, dapat dilakukan evaluasi objek arsitektur, dan tidak ada sama sekali responden
lebih jauh terkait strategi pembelajaran terkait yang pernah mendesain tiga atau lebih objek
bambu sebagai material bangunan dengan segala arsitektur berbasis bambu.
potensi yang dimilikinya.
Lebih jauh, terkait keikutsertaan atau keterlibatan
Aspek kemampuan (ability) tertuang dalam mahasiswa dalam proyek kolaborasi bamboo
pertanyaan mengenai pengalaman praktis responden diketahui bahwa sekitar 60% dari jumlah responden
terkait eksplorasi material bambu, yaitu tugas menjawab tidak pernah terlibat dalam proyek
perancangan objek arsitektur berbasis material kolaborasi bambu. Sekitar 5% dari jumlah responden
bambu, keterlibatan di dalam penelitian dan proyek pernah terlibat dalam proyek kolaborasi, namun tidak
kolaboratif terkait bambu, pengalaman studi banding menyebutkan jenis proyek kolaborasi apa yang
ke objek-objek arsitektur bambu, penulisan artikel pernah diikuti. Sekitar 28% dari jumlah responden
tentang bambu, dan pendokumentasian objek pernah terlibat dalam satu kali proyek kolaborasi, 3%
arsitektur bamboo. Aspek pemahaman dari jumlah responden pernah terlibat proyek
(understanding) menggali pemahaman responden kolaborasi sebanyak dua kali, dan 4% dari jumlah
terkait bambu, seperti apakah bambu merupakan responden pernah melakukan atau terlibat lebih dari
material ramah lingkungan, apa saja kegunaan bambu tiga kali proyek kolaborasi bambu. Terkait
di dalam objek arsitektur, bagaimanakah aplikasi pengalaman studi banding, 54% responden
bambu sebagai elemen struktur, apakah bambu menyebutkan bahwa mereka tidak pernah
merupakan material tahan gempa, serta melakukan studi banding ke objek-objek arsitektural
bagaimanakan potensi dan tantangan terkait bambu yang mengeksplorasi material bambu. Sebanyak 3%
di masa depan. Aspek kepekaan (awareness) lebih rsponden menjawab pernah melakukan studi banding
banyak menggali kepekaan responden terkait namun tidak menyebutkan objek studi banding apa
perilaku masyarakat terhadap bambu, pandangan yang mereka datangi. 37% responden menjawab
responden mengenai tradisi pemanfaatan bambu di mereka pernah mendatangi satu objek arsitektur
Nusantara, serta pandangan tentang peran arsitek bambu, 4% pernah mendatangi dua objek arsitektur
dalam sosialisasi bambu kepada masyarakat. bamboo, dan 1% responden menjawab pernah
mendatangi tiga atau lebih objek arsitektural bambu.
ASPEK KEMAMPUAN (ABILITY) MAHASISWA
Terdapat enam pertanyaan dalam aspek kemampuan Gambar 1 berikut merupakan diagram yang
mahasiswa dalam eksplorasi bambu, empat di menggambarkan tingkat keterlibatan mahasiswa di
antaranya akan diperinci di dalam artikel ini. Dari dalam berbagai kegiatan yang melatih kemampuan
pertanyaan pertama mengenai keterlibatan mengeksplorasi bambu. Bobot penilaian satu
mahasiswa dalam penelitian terkait bambu, diketahui bermakna responden sama sekali tidak pernah
bahwa 87% dari 83 responden tidak pernah terlibat melakukan eksplorasi dalam aspek terkait, sedangkan
dalam kegiatan penelitian terkait bambu. Hanya 1% bobot dua hingga lima ditentukan berdasarkan
dari total responden yang pernah melakukan atau intensitas eksplorasi mereka di masing-masing aspek
terlibat dalam penelitian yang terkait dengan struktur kemampuan. Semakin tinggi intensitas eksplorasi
bambu, sementara 11% yang lain menjawab pernah responden, semakin tinggi nilai pembobotan mereka
namun tidak disebutkan jenis penelitian yang diikuti. dalam aspek terkait.
Selanjutnya, dalam aspek kemampuan perancangan

17
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

Keterlibatan mahasiswa dalam penelitian Perancangan objek arsitektur berbasis


bambu material bambu

2 3 45
6%
0%
1%11%1%
0%
35%
58%
1
1%
87%

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Keikutsertaan mahasiswa dalam proyek Studi banding mahasiswa ke objek


kolaborasi bambu arsitektural bambu
45
3%4% 5%1%
28% 3 1
60% 37% 54%
5% 2
3%

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Gambar 1. Diagram keterlibatan mahasiswa dalam beberapa aspek kemampuan eksplorasi material bambu
(penelitian, perancangan, proyek kolaborasi, dan studi banding)

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ability responden mempunyai kemampuan yang baik, dan 1
(kemampuan) 66% responden dalam aspek-aspek % mempunyai kemampuan yang sangat baik. Diagram
yang mendukung eksplorasi arsitektur bambu masih prosentase tingkat kemampuan terkait eksplorasi
sangat kurang, sementara itu 26% responden material bambu dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
memiliki kemampuan yang cukup memadai, 5%

Tingkat kemampuan (ability) mahasiswa dalam eksplorasi


bambu

45
3 1%
5%
26%
2 1
2% 66%

1 2 3 4 5

Gambar 2. Diagram Tingkat Kemampuan (Ability) Mahasiswa dalam Eksplorasi Bambu

18
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

ASPEK PEMAHAMAN (UNDERSTANDING) pemahaman yang sangat baik mengenai


MAHASISWA pemanfaatan bambu dalam berbagai elemen
Dari tujuh pertanyaan terkait pemahaman terhadap arsitektur. Pertanyaan yang ketiga terkait
bambu, empat di antaranya adalah sebagai berikut. pemahaman mahasiswa terhadap cara merangkai
Pertanyaan pertama adalah pemahaman mengenai bambu dalam elemen struktur. 11% responden
bambu sebagai material ramah lingkungan. Dari 83 memiliki pemahaman yang sangat kurang, 16%
responden diketahui bahwa 39% responden responden mempunyai pemahaman kurang, 49%
mempunyai pemahaman yang kurang, 37% responden menunjukkan pemahaman yang cukup
responden mempunyai pemahaman yang cukup baik, mengenai cara merangkai bambu dalam elemen
17% mempunyai pemahaman yang baik, dan 5% struktur, 16% responden memiliki pemahaman yang
mempunyai pemahaman yang sangat baik. baik, serta 8% responden mempunyai pemahaman
Pemahaman dasar terkait bambu sebagai material yang sangat baik tentang cara merangkai bambu
ramah lingkungan biasanya didapat mahasiswa dari dalam elemen struktur. Pertanyaan keempat adalah
berbagai macam mata kuliah, seperti di konstruksi tentang pemahaman mahasiswa terkait bambu
dasar, teknologi bahan dan sains bangunan. Dari sebagai material tahan gempa. Diketahui bahwa 13%
pertanyaan berikutnya terkait pemanfaatan bambu responden mempunyai pemahaman yang sangat
sebagai elemen arsitektur, diketahui bahwa 1% kurang, 33% mempunyai pemahaman yang kurang,
responden mempunyai pemahaman yang sangat 35% mempunyai pemahaman yang cukup, 13%
kurang, 13% responden mempunyai pemahaman responden mempunyai pemahaman yang baik, dan
yang kurang, 45% responden mempunyai 6% responden mempunyai pemahaman yang sangat
pemahaman yang cukup, 30% mempunyai baik terhadap bambu sebagai material tahan gempa.
pemahaman yang baik, dan 11% mempunyai

Pemahaman mahasiswa terhadap bambu Pemahaman mahasiswa terhadap pemanfaatan


sebagai material ramah lingkungan bambu sebagai elemen arsitektur

4 5 1 5 1 2
7%0% 2
17% 11%1% 13%
39% 4
30% 3
3 45%
37%

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Pemahaman mahasiswa terhadap cara Pemahaman mahasiswa terhadap bambu sebagai


merangkai bambu dalam elemen struktur material tahan gempa

8% 11% 4 5 1
16% 16% 13% 6% 13%
2
3 33%
49% 35%

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Gambar 3. Diagram Pemahaman (Understanding) terhadap Beberapa Aspek Material Bambu (ramah lingkungan,
ragam elemen arsitektur, teknik merangkai, material tahan gempa)

19
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa 41% responden memiliki tingkat pemahaman (understanding) yang cukup
mengenai berbagai aspek material bambu. Sebanyak 24% dan 9% responden memiliki pemahaman yang baik dan
sangat baik, sedangkan 21% dan 5% responden memiliki pemahaman yang kurang dan sangat kurang, seperti terlihat
pada Gambar 4 berikut.

Tingkat pemahaman (understanding) mahasiswa terkait pengetahuan


tentang bambu

5 1
9% 5% 2
4 21%
24%

3
41%

1 2 3 4 5

Gambar 4. Diagram Tingkat Pemahaman (Understanding) Mahasiswa Mengenai Berbagai Aspek Material Bambu

ASPEK KEPEKAAN (AWARENESS) MAHASISWA dalam sosialisasi bambu. Pertanyaan yang ketiga
Terdapat lima pertanyaan yang menggali tentang menggali tentang bagaimana pandangan mereka
awareness (kepekaan) mahasiswa terkait dengan tentang perilaku masyarakat dalam pemanfaatan
bamboo, tiga di antaranya adalah sebagai berikut. bambu sebagai bahan bangunan. Dari pertanyaan ini
Salah satu pertanyaan yang penting terkait dengan diketahui bahwa sebagian besar responden sudah
kepedulian mengenai tradisi pemanfaatan bambu di menyadari bahwa masyarakat masih memiliki
berbagai wilayah di Nusantara. Dari 83 responden, kesadaran yang rendah terkait pemanfaatan bambu.
12% responden menunjukkan kepekaan yang sangat Responden menyadari bahwa sebagian besar
kurang, 36% menunjukkan kepekaan yang kurang, masyarakat masih menganggap bambu sebagai
37% responden menunjukkan kepekaan yang cukup, material murah yang tidak prestisius, sehingga
11% responden menunjukkan kepekaan yang baik, pengguna material bambu biasanya dianggap sebagai
dan hanya 4% menunjukkan kepekaan dan masyarakat kurang mampu. Dalam hal ini, 45%
kepedulian yang sangat baik terhadap tradisi responden memiliki kepekaan yang cukup mengenai
penggunaan bambu di Nusantara. Pertanyaan perilaku masyarakat, 29% memiliki kepekaan yang
penting berikutnya yang terkait dengan awareness baik, 2% memiliki kepekaan yang sangat baik. Hanya
adalah tentang kepedulian terhadap peran arsitek 24% responden yang memiliki tingkat kepekaan yang
dalam mensosialisasikan bambu di masyarakat. rendah dan sangat rendah terhadap perilaku
Diketahui bahwa 11% responden memiliki kepekaan masyarakat dalam pemanfaatan bambu.
yang sangat rendah mengenai peran arsitek dalam
sosialisasi bamboo, 37% responden menunjukkan Gambar 5 berikut memperlihatkan diagram tingkat
kepekaan yang rendah, 27% responden menunjukkan kepekaan pada tiga aspek, yaitu tradisi pemanfaatan
kepekaan yang cukup, 17% responden menunjukkan bambu di Nusantara, peran arsitek dalam sosialisasi
kepekaan yang tinggi, dan 8% sisanya menunjukkan bambu, dan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan
kepekaan yang sangat tinggi terhadap peran arsitek bambu sebagai bahan bangunan.

20
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

Kepekaan mahasiswa terhadap tradisi Kepekaan mahasiswa terhadap peran arsitek


penggunaan bambu di Nusantara dalam sosialisasi bambu
5 1
11% 4% 12% 4 8% 11%
17% 2
37% 36% 3 37%
27%

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Kepekaan mahasiswa terhadap perilaku


masyarakat dalam pemanfaatan bambu

2%
4%
29% 20%

45%

1 2 3 4 5

Gambar 5. Diagram Kepekaan terhadap Tradisi Pemanfaatan Bambu di Nusantara, Peran Arsitek dalam Sosialisasi
Bambu, dan Perilaku Masyarakat dalam Pemanfaatan Bambu

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa hanya 19% kepekaan yang cukup, sedangkan 34% dan 9%
dan 4% responden yang menunjukkan kepekaan yang responden menunjukkan kepekaan yang rendah dan
tinggi dan sangat tinggi dalam berbagai aspek terkait sangat rendah mengenai berbagai aspek terkait
material bambu. 34% responden menunjukkan material bambu (Gambar 6).

21
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

Tingkat kepekaan (awareness) mahasiswa terhadap material bambu

4% 9%
19%
34%

34%

1 2 3 4 5

Gambar 6. Diagram Tingkat Awareness (kepekaan) terhadap Berbagai Aspek Material Bambu

PERBANDINGAN ABILITY, UNDERSTANDING, DAN kuantitatif untuk mengetahui kelebihan dan


AWARENESS MAHASISWA TENTANG MATERIAL kekurangan pola edukasi bambu di pendidikan
BAMBU arsitektur, khususnya di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Hasil perbandingan ketiga kriteria tersebut
Pada tahap akhir analisis, masing-masing kriteria secara keseluruhan dapat dilihat dalam Gambar 7
tersebut dibandingkan satu sama lain secara berikut.

Perbandingan Ability, Understanding, & Awareness


AWARENESS UNDERSTANDING ABILITY

5 Sangat Baik

4 Baik

3 Cukup

2 Kurang

1 Sangat Kurang

0 50 100 150 200 250 300 350

Gambar 7. Diagram Tingkat Ability, Understanding dan Awareness terhadap Material Bambu

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek pada nilai cukup, sedangkan pada aspek awareness
ability secara keseluruhan menunjukkan nilai sangat sebagian besar responden menunjukkan nilai cukup
kurang yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai dan kurang. Tahap berikutnya adalah
aspek understanding dan awareness. Sementara itu, membandingkan tingkat ability, understanding, dan
pada aspek understanding jumlah terbanyak berada awareness dari tiap responden dalam satu informasi

22
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

grafik. Gambar 8 berikut adalah gambar grafik yang


menunjukkan ketiga tingkat kriteria tersebut dari
masing-masing responden.

Tingkat Ability Understanding & Awarenes per Responden


6

ABILITY UNDERSTANDING AWARENESS

Gambar 8. Diagram Tingkat Ability, Understanding dan Awareness pada Masing-Masing Responden

Secara umum, diagram di atas menunjukkan bahwa Selain itu, penyebab lain masih rendahnya tingkat
seluruh responden menunjukkan tren yang sama, kemampuan tersebut, salah satunya adalah belum
yaitu rata-rata aspek kemampuan atau ability adanya mata kuliah teori, baik mata kuliah wajib
responden berada di bawah aspek pemahaman atau maupun pilihan, yang membahas tentang bambu
understanding dan aspek kepekaan atau awareness. secara komprehensif. Belum ada pula mata kuliah
Rata-rata jawaban tertinggi dari seluruh responden yang mewajibkan perancangan objek arsitektur
berada pada aspek pemahaman atau understanding berbasis material bambu minimal di salah satu
mereka. penugasannya secara rutin setiap semester.
Pengetahuan dan perancangan menggunakan bambu
DISKUSI DAN PEMBAHASAN dieksplorasi secara umum oleh mahasiswa pada mata
Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa kuliah studio di tingkat satu, dengan skala objek
pengetahuan yang cukup pada mahasiswa belum arsitektur relatif kecil dan dengan fungsi sederhana
diiringi dengan kemampuan dan kepekaan yang seperti desain sculpture, reading spot, selasar, halte
memadai. Mahasiswa memiliki kemampuan atau bus, dan sebagainya. Di mata kuliah studio lanjut,
ability yang sangat rendah terkait material bambu. belum terdapat penekanan terhadap eksplorasi
Salah satunya ditunjukkan dengan sangat rendahnya bambu sebagai salah satu material alternatif dalam
keterlibatan dalam penelitian bambu. Penulisan desain.
artikel baik ilmiah maupun popular di kalangan
mahasiswa yang mengeksplorasi material bambu juga Belum memadainya kemampuan dan pengetahuan
masih sangat sedikit dilakukan. Hal tersebut mengenai bambu, secara tidak langsung tampaknya
dikarenakan masih rendahnya pula jumlah penelitian dapat mengurangi kesadaran dan minat mahasiswa
kolaboratif antara dosen dan mahasiswa yang dalam eksplorasi bambu baik dalam perancangan,
berfokus pada eksplorasi bambu sebagai material penelitian, proyek kolaborasi, maupun dokumentasi
bangunan. dan studi banding. Karenanya, keikutsertaan
mahasiswa dalam proyek kolaborasi bambu juga
sangat bergantung program kerjasama yang

23
Pendidikan Arsitektur dan Edukasi tentang Bambu (Maslucha, et al.)

dilakukan jurusan. Belum banyak mahasiswa yang dijadikan bahan penelitian partisipatori yang
secara mandiri berinisiatif mencari dan bergabung mengeksplorasi keterlibatan dan interaksi antara
dalam proyek kolaborasi secara mandiri. Hal ini patut dosen, mahasiswa, dan masyarakat dalam sebuah
dievaluasi lebih lanjut, karena berdasarkan paparan proyek kolaboratif. Penelitian-penelitian lanjutan
Maurina dan Prastyatama (2016), kegiatan proyek mengenai evaluasi pendidikan arsitektur sejenis
kolaborasi membawa dampak positif yang besar bagi sangat penting dilakukan selain untuk meningkatkan
mahasiswa, yaitu (1) meningkatnya minat dan kualitas pendidikan secara umum, juga untuk
antusiasme mereka terhadap bambu, (2) mendorong akselerasi pendidikan arsitektur dengan
meningkatnya kemampuan analisis keterkaitan berbagai tantangan kontemporer seperti berbagai
bentuk, struktur, material, dan konstruksi bambu, (3) permasalahan kependudukan dan lingkungan yang
meningkatnya kemampuan kerja sama, terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
kepemimpinan, dan komunikasi, dan (4) munculnya
kebanggaan atas hasil karya mereka yang berhasil DAFTAR PUSTAKA
diwujudkan [6]. [1] Risnandar, FFA., Wonorahardjo, S. 2019. “
Thermal Performance of Plastered Bamboo-
Lebih jauh, pengalaman dokumentasi objek arsitektur Wall” in Equity, Equality, and Justice in Urban
menunjukkan pola yang sama dengan pengalaman Housing Development, KnE Social Sciences,
studi banding. Dari penelitian ini diketahui bahwa pages 284-296.
dokumentasi yang dominan dilakukan mahasiswa [2] Mendler, S., et al. 2000. The HOK Guidebook to
masih sebatas pada mengumpulkan foto-foto dan Sustainable Design. New York. John Wiley and
sketsa kasar (rough sketching), dan belum sampai Sons.
pada upaya penggambaran secara terukur (measured [3] Larasati, D., Aditra, RF., Primasetra, A. 2014.
drawing). Diketahui pula dari penelitian ini, bahwa Promoting of Bamboo Prefabricated Product
studi banding yang dilakukan hanya menghasilkan Toward Sustainable Housing in Indonesia.
karya sebatas foto dan sketsa, belum dalam bentuk Conference for Civil Engineering Research
tulisan analitis atau apresiatif mengenai pengalaman Networks. Bandung.
meruang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa [4] Esti Asih Nurdiah, EA. 2016. The Potential of
ketertarikan mahasiswa terhadap objek arsitektur Bamboo as Building Material in Organic Shaped
bambu masih belum mendalam hingga tahap Buildings. Procedia - Social and Behavioral
bersedia mengeksplorasi secara lebih detil terkait Sciences 216 pages 30 – 38.
kualitas arsitektural, struktural, detil konstruksi, detil [5] Riguet, J., General, S., Cox, L., Mejia, S., Hyett, P.,
arsitektural, hingga teknik pengawetannya. Koudryavtsev, A., et al. 2008. UIA and
architectural education reflections and
Dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan recommendations.
bahwa diperlukan penelitian lanjutan mengenai [6] Maurina, A., Prastyatama, B. 2016. Eksplorasi
strategi pembelajaran yang tepat berdasarkan Struktur Bambu melalui Integrasi Pendidikan,
evaluasi yang telah dilakukan terhadap ketiga aspek Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
pendidikan arsitektur, khususnya mengenai material Proceeding Semin. Nas. Menuju Konstr. Bambu
bambu dan berbagai potensinya. Penelitian Mod. Masa Depan Pus. Litbang Perkim
eksperimental atau penelitian tindakan kelas dapat KemenPUPR RI.
dilakukan sebagai alternatif penelitian lanjutan yang [7] Maslucha, L., Putrie, YE., Rahma, S., Handryant,
dapat mengungkap lebih jauh keterkaitan antara AN., Ramardani, V. 2020. Contribution of
aspek pengetahuan, kemampuan, dan kepekaan Bamboo Materials in Architecture Education
secara lebih terpadu. Selain itu, penelitian-penelitian towards Sustainable Community Development.
bersama antara dosen dan mahasiswa mengenai IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 456 012047.
bambu dapat pula dilakukan sambil meneliti [8] Neuman, WL. 2014. Social Research Methods:
perubahan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik Qualitative and Quantitative Approaches. 7th
mahasiswa yang terlibat sebelum dan sesudah Edition. Harlow, Essex. Pearson Education
penelitian diselenggarakan. Demikian pula dengan Limited.
kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat pula

24

Anda mungkin juga menyukai