Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER I FILSAFAT ILMU

TANGGUNG JAWAB DAN ETIKA SEORANG ILMUWAN

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Lasiyo, MA., MM

Oleh:
Fajar Satrio
22/496202/PKG/01610

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI


SPESIALIS PROGRAM STUDI KONSERVASI
GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu.

Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus

kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan seseorang tentang

masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang

bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan

seseorang dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau

proses mengetahui pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung

sepanjang hayat (Malamassam, 2009).

Rasa ingin tahu manusia terbukti ketika terjadi suatu peristiwa baru di

sekitarnya. Manusia selalu ingin mengetahui sebab dan akibat (kausalitas)

tentang terjadinya peristiwa tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan berdampak

positif bagi berkembangnya suatu ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam usahanya untuk

memahami lingkungannya (memenuhi rasa ingin tahunya) manusia

menggunakan berbagai cara. Beberapa diantara cara tersebut adalah

pengalaman, penalaran, dan penelitian.Oleh karena itu, penelitian di era ini

bukanlah hal yang asing lagi. Telah banyak penelitian yang telah dilakukan oleh

para ilmuwan. Para ilmuwan tidak langsung puas begitu saja setelah

mendapatkan suatu ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitiannya melainkan


terus berusaha mengembangkan penelitiannya tersebut dan menggali ilmu

pengetahuan yang belum diketahuinya.

Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil

pengamatan namun merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberi

tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-ahli lain dalam

bidang yang sama, dengan demikian ilmu pengetahuan dapat diterima secara

universal. Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam

atau kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi

merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori,

prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan teori,

prinsip, atau dalil baru melalui penelitian selanjutnya.

Pengetahuan yang benar dapat menunjang upaya-upaya perbaikan

kualitas hidup manusia melalui pendayagunaan sumberdaya yang ada secara

benar dan bertanggung jawab. Kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang

diterima oleh seseorang atau oleh sekelompok orang akan tergantung pada

sumbernya, cara atau prosedur memperolehnya, dan penafsiran tehadap

pengetahuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya

(Malamassam, 2009).

Makna dan manfaat sesuatu ilmu pengetahuan akan sangat tergantung

pada orang yang memahaminya (ilmuwan), kemampuan orang yang

bersangkutan untuk mendayagunakan ilmu pengetahuan itu, serta kemampuan

dan kemauannya untuk mengembangkan ilmu tersebut melalui penelitian yang

berkelanjutan (Malamassam, 2009).


Sebagai manusia yang memiliki ilmu sudah sepantasnya kita

memanfaatkan ilmu yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Dalam makalah ini

akan dibahas mengenai hubungan ilmu pengetahuan dengan tanggung jawab

seorang ilmuwan.

1.2. Rumusan Masalah

Pada makalah ini, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai

berikut:

1. Menjelaskan arti tanggung jawab keilmuan.

2. Menunjukkan sifat keterbatasan tanggung jawab keilmuan.

3. Mendeskripsikan bentuk-bentuk tanggung jawab keilmuan.

4. Menjelaskan arti etika keilmuan.

5. Menunjukkan hubungan tanggung jawab keilmuan dengan etika keilmuan.

6. Tantangan ilmuwan dimasa depan

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengerti arti tanggung jawab keilmuan.

2. Mampu menunjukkan sifat keterbatasan tanggung jawab keilmuan.

3. Mampu mendeskripsikan bentuk-bentuk tanggung jawab keilmuan.

4. Mengerti arti etika keilmuan.

5. Mampu menunjukkan hubungan tanggung jawab keilmuan dengan etika

keilmuan

6. Memahami tantangan ilmuwan dimasa depan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Arti Tanggung Jawab Keilmuan

Aholiab Watloly (2001: 207-221) telah meletakkan berbagai prinsip dasar

dalam hal memahami tanggungjawab pengetahuan dan keilmuan. Istilah tanggung

jawab, secara etimologis menunjuk pada dua sikap dasar ilmu dan ilmuwan, yaitu;

tanggung dan jawab. Ilmu dan ilmuan, termasuk lembaga keilmuan, dalam hal ini,

wajib menanggung dan wajib menjawab setiap hal yang diakibatkan oleh ilmu itu

sendiri maupun permasalahan-permasalahan yang tidak disebabkan olehnya. Ilmu,

ilmuwan, dan lembaga keilmuan bukan hanya berdiri di depan tugas keilmuannya

untuk mendorong kemajuan ilmu, dalam percaturan keilmuan secara luas, tetapi

juga harus berdiri di belakang setiap akibat apa pun yang dibuat oleh ilmu, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Ilmu dalam ilmuwan, termasuk lembaga

keilmuan, tidak dapat mencuci tangan dan melarikan diri dari tanggung jawab

keilmuannya.

Tanggung jawab bukan hanya berbicara tentang epistemologi semata

namun juga tentang aksiologi. Ilmuan harus netral tidak berpihak kepada ilmu

manapun jadi harus seimbang. Tanggung jawab ilmuan tidak hanya itu saja tetapi

juga dituntut untuk profesional dalam segi moral dan segi apapun. Profesional

disini mengacu kepada banyak aspek diantaranya adalah kepercayaan, kejujuran,

kebenaran, dll. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut seorang ilmuan tidak

boleh menggunakan bantuan dari siapapun karena hal itu dalah tanggung
jawabnya. Tanggung jawab itu dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan

yang dihadapi dan memperoleh solusi yang tepat.

2.2. Sifat Keterbatasan Tanggung Jawab Keilmuan

Salah satu ciri pokok dari tanggung jawab keilmuan itu adalah sifat

keterbatasan. Tanggung jawab keilmuan memiliki sifat keterbatasan, dalam arti

bahwa, tanggung jawab itu sendiri tidak diasalkan atau diadakan sendiri oleh ilmu

dan ilmuwan sebagai manusia, tetapi merupakan pemberian kodrat. Sebagaimana

manusia tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, tetapi menerimanya sebagai

pemberian kodrat maka demikian pula halnya ia tidak dapat menciptakan

tanggung jawab. Manusia hanya menerima dirinya dan tanggung jawabnya, serta

menjalaninya sebagai sebuah panggilan kodrati dan tunduk padanya.

2.3. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Keilmuan

a. Tanggung jawab sosial

Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja

karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara

langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia

mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan

secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan

sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Jika dinyatakan bahwa ilmu

bertanggung jawab atas perubahan sosial, maka hal itu berarti ilmu telah

mengakibatkan perubahan sosial dan juga ilmu bertanggung jawab atas


sesuatu yang bakal terjadi. Jadi tanggung jawab tersebut bersangkut paut

dengan masa lampau dan juga masa depan.

b. Tanggung jawab profesional

Atau dimaksudkan dengan tanggung jawab segi profesional adalah

dalam kaitan epistemologi, mencakup asas kebenaran, kejujuran, tanpa

kepentingan langsung, menyandarkan kepada kekuatan argumentasi, rasional,

objektif, kritis, terbuka, pragmatis, dan netral dari nilai-nilai yang bersifat

dogmatis dalam menafsirkan hakikat realitas. Dia tidak bisa dipengaruhi oleh

kekuatan apapun - politik, kharisma tertentu, kelompok, golongan untuk

berbuat tanpa didasari oleh kedua tanggung jawab tersebut.Sehubungan

dengan politik yang menentukan keputusan berkenaan dengan penerapan

ilmu dan teknologi dan karena keputusan politik itu mengikat semuaorang

dari suatu wilayah politik, maka ilmuwan harus betulbetul mampu bersikap

sebagai ilmuwan sejati (Suriasumantri, 1987).

c. Tanggung jawab moral

Hubungan membentuk tanggung jawab sosial.yakni pada dasarnya ilmu

pengetahuan digunakan untuk kemaslahatan manusia. Ilmu digunakan

sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan

memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian

lingkungan alam. ( Suriasumantri, 1987 )

2.4. Etika keilmuan

Keilmuan merupakan sesuatu dorongan kejiwaan yang nyata-nyata

mempengaruhi Etika dan menentukan bagaimana ilmuwan mendekati dan


melakukan kegiatan keilmuannya (memproses kebenaran dan menerapkan

kebenaran keilmuan) secara kritis dan bertanggung jawab. Etika keilmuan, dalam

hal ini, sangat berhubungan dengan semangat dan sikap bathin (kehendak bathin)

para ilmuwan yang bersifat tetap dalam dirinya untuk bersikap; adil, benar, jujur,

bertanggung jawab, setia, dan tahan uji dalam mengembangkan ilmu, baik untuk

kepentingan keilmuan secara luas maupun untuk penerapannya dalam

membangun kehidupan. Jadi, etika keilmuan mengandaikan adanya kehendak

bathin yang kuat sebagai sebuah tuntutan moral yang harus direalisasikan dalam

rangka tugas keilmuan.

2.5. Hubungan Tanggung Jawab Keilmuan Dengan Etika Keilmuan

Di bidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi

memberikan informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan

bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima

pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar, dan kalau

perlu berani mengakui kesalahan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan

kekuatan yang akan memberinya keberanian. Demikian juga dalam masyarakat

yang sedang membangun maka dia harus bersikap sebagai seorang pendidik

dengan memberikan suri teladan (Suriasumantri, 1987).

Jadi bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik

secara intelektual maupun secara moral , maka salah satu penyangga masyarakat

modern akan berdiri dengan kukuh. Berdirinya pilar penyangga keilmuan itu

merupakan tanggung jawab sosial seorang ilmuwan. Tanggung jawab juga


menyangkut penerapan nilai-nilai etis setepat-tepatnya bagi ilmu di dalam

kegiatan praktis dan upaya penemuan sikap etis yang tepat, sesuai dengan ajaran

tentang manusia dalam perkembangan ilmu.

Jika dinyatakan bahwa ilmu bertanggung jawab atas perubahan sosial,

maka hal itu berarti ilmu telah mengakibatkan perubahan social dan juga ilmu

bertanggung jawab atas sesuatu yang bakal terjadi. Jadi tanggung jawab tersebut

bersangkut paut dengan masa lampau dan juga masa depan. Yang perlu

diperhatikan ialah bahwa apa yang telah terjadi sebenarnya tidak mutlak harus

terjadi dan apa yang bakal terjadi tidak perlu terjadi; hal itu semata-mata

bergantung kepada keputusan manusia sendiri (Ihsan, 2010).

2.6. Tantangan Ilmuwan dimasa Depan

Ciri utama dalam era globalisasi adalah perubahan terjadi semakin

cepat, semakin kompetitif, semakin tajam, semakain beragam atau pluralis,

dengan kata lain semakin kompleks namun semakin kreatif dan semakin

bermutu. Dalam kondisi demikian maka ada beberapa paradigma baru dalam

keilmuan menurut Mastuhu yakni:

a. Ilmu pengetahuan dalam era globalisasi akan terus berkembang

semakin cepat dan beragam. Berbagai disiplin ilmu akan terus

bermunculan tanpa dapat dicegah maupun dilarang.

b. Tidak ada monopoli penyelenggaraan atau pengasuhan ilmu, artinya

siapapun mempunyai peluang yang sama dalam mengasuh dan

mengembangkan ilmu. Hal itu sangat tergantung pada kemampuan


dan ketepatan menangkap momentumnya.

c. Fungsi ilmu adalah : a. memahami makna fenomena, baik fenomena alam

maupun fenomena sosial, baik God Made maupun Man Made. b.

Menjelaskan fenomena. c. Maeramalkan kejadian –kejadian yang bakal

terjadi bila muncul perubahan. d. Menyatakan berbai peluang dan

kemungkinan –kemungkinan yang dapat terjadi.

d. Dalam melaksanakan keempat fungsi tersebut, ilmu cenderung

menyederhanakan dan membatasi masalah, mensistematisir dan

membuat ukuran dan mengkwalitatifkanmutu dalam rangka

memberi penjelasan dan mengukur kemajuan-kemajuan yang telah

dicapai; sejak disini ilmu memiliki kekurangan yang tidak

dapatdihindariyaitu mereduksi makna dan menghadapi berbagai

perbedaan, bahkan kontradiksi antara suatu pendapat dengan

pendapat yang lain. Inilah juga yang menyebabkan mengapa ilmu

hanya mampu menemukan kebenaran relatif atau kebenaran

sementara yang syarat dengan waktu, tempat dan manfaat atau

kegunaan.

e. Namun ilmu memiliki sifat dan semangat yang “pantang mundur” yaitu

selalu mendekonstruksi pendapat dan temuan-temuannya, atau memeriksa

ulang untuk mendapatkan derajat kebenaran yang lebih pasti.

f. Mempelajari ilmu tidak pernah selesai karena semakin banyak yang

diketahui maka akan semakin banyak lagi hal mesterius yang tidak

pernah berhenti.
Perkembangan ilmu yang begitu spektakuler disatu sisi dan nilai-nilai

Etikayangmerupakan cabang aksiologifilsafat ilmu membicarakan masalah-

masalah, betul dan salah dalam arti susila dan tidak susila. Dalam hal menuangkan

ide kreatifnya ilmuwan memerlukan etika, etika inilah yang akan menjawab

pertanyaan apakah yang menyebabkan perbuatan yang baik itu baik ?

Bagaimanakah cara kita melakukan pilihan yang baik diantara yang baik ?
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tanggung jawab seorang ilmuwan bukan saja untuk diri sendiri tetapi

yang lebih penting yaitu berguna bagi masyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan

tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut

bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat. Dengan memahami etika dan moral seorang ilmuwan dapat

mengetahui Batasan diri dan dapat memanfaatkan ilmu yang dimiliki dengan

sebaik-baiknya. Sebab tanpa adanya bimbingan moral terhadap ilmu

dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak semakin menyejahterakan

manusia, tetapi justru merusak dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Buseri,Kamrani. 2014 ILMU, ILMUWAN, DAN ETIKA ILMIAH.jurnal AL-


BANJARI. Banjarmasin : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari
Vol. 13, No.2,
Dani,Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:
Indeks.
Hamid, Sudihati. 2011. Modul Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online,
http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitian-
ilmiah.html).
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu, Jakarta : Rineka Cipta
Jujun S, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Malamassam, Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi
Penelitian. Makassar: Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Hasanuddin.
Mastuhu. H. , Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Era Globalisasi.
Reflektika Vol. II/ Maret. 2003, hlm. 7-8

Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suharto, Buana Girisuta, & Arry Miryanti. 2003. Perekayasaan Metodologi
Penelitian.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Van Meslen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta:
Gramedia.
Watloly, Aholiab, 2001, Tanggung Jawab Pengetahuan, Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai