Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL ONLINE 1

ADBI4436 OPERASIONAL BANK

Nama : Yolanda Dwi Putri Anggraeny

NIM : 044997032

Program Studi : Ilmu Administras Bisnis

1. Risiko aset keuangan dengan instrumen utang melibatkan sejumlah faktor


yang dapat mempengaruhi nilai atau hasil investasi. Berikut adalah tiga
macam risiko yang terkait dengan instrumen utang:
1. Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko bahwa penerbit instrumen utang tidak dapat
atau tidak mau memenuhi kewajibannya membayar bunga atau
mengembalikan pokok utang. Ini terkait dengan kemampuan kredit atau
kesehatan keuangan penerbit. Jika penerbit mengalami kesulitan
keuangan, pemegang instrumen utang dapat mengalami kerugian atau
gagal mendapatkan pembayaran yang dijanjikan.
2. Risiko Tingkat Bunga
Risiko tingkat bunga muncul karena perubahan tingkat suku bunga di
pasar. Instrumen utang, seperti obligasi, memiliki nilai yang berubah
tergantung pada perubahan suku bunga. Jika suku bunga naik, nilai
instrumen utang yang ada dapat turun karena investor cenderung
mencari instrumen yang memberikan hasil yang lebih tinggi.
Sebaliknya, jika suku bunga turun, nilai instrumen utang dapat naik.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terkait dengan kemampuan untuk menjual atau
membeli instrumen utang dengan cepat tanpa signifikan memengaruhi
harganya. Instrumen utang dengan likuiditas rendah dapat sulit dijual di
pasar tertentu, terutama jika ada ketidakpastian ekonomi atau pasar.
Risiko ini dapat meningkatkan biaya transaksi atau membuat sulit untuk
mengubah portofolio investasi secara efisien.
2. Mekanisme transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia melibatkan
serangkaian langkah yang dimulai dengan penyesuaian suku bunga acuan
atau BI Rate. Ketika BI Rate diubah, hal ini mempengaruhi suku bunga di
sektor perbankan. Perubahan ini kemudian merambat ke suku bunga
pinjaman dan tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank komersial. Suku
bunga yang lebih tinggi dapat menurunkan minat untuk meminjam dan
menghabiskan, sementara suku bunga yang lebih rendah dapat merangsang
aktivitas pinjaman dan investasi.
Proses ini, pada gilirannya, dapat mempengaruhi pengeluaran
konsumen dan tingkat investasi perusahaan. Selain itu, kebijakan suku
bunga juga memiliki dampak terhadap nilai tukar mata uang nasional,
mempengaruhi harga aset seperti saham dan properti, serta berperan dalam
pengendalian tingkat inflasi. Sebagai bagian dari upaya untuk mencapai
tujuan-tujuan ekonomi, seperti stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, Bank Indonesia terus memantau dan menyesuaikan
kebijakan moneter dengan memperhatikan dampak transmisi di berbagai
sektor ekonomi.

3. Berdasarkan kepemilikannya, bank dapat dibagi menjadi beberapa jenis.


Berikut adalah beberapa jenis bank berdasarkan kepemilikannya beserta
contohnya:
1. Bank Umum (Commercial Bank):
Kepemilikan: Swasta atau publik.
Bank umum dimiliki dan dioperasikan oleh individu atau entitas swasta.
Mereka menawarkan berbagai layanan keuangan kepada masyarakat
umum, termasuk simpanan, pinjaman, dan layanan perbankan lainnya.
Contoh: Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA).
2. Bank Pembangunan (Development Bank):**
Kepemilikan: Pemerintah atau badan pembangunan.
Bank pembangunan dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah atau
badan pembangunan. Fokus utamanya adalah mendukung proyek-
proyek pembangunan ekonomi nasional.
Contoh: Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB),
Bank Pembangunan Indonesia (Bank BRI).
3. Bank Sentral (Central Bank):
Kepemilikan: Pemerintah.
Bank sentral adalah lembaga keuangan yang dimiliki dan dioperasikan
oleh pemerintah. Fungsinya mencakup pengaturan dan pengawasan
sistem perbankan, pengendalian uang beredar, dan menjaga stabilitas
ekonomi.
Contoh: Bank Indonesia (BI), Federal Reserve di Amerika Serikat.
4. Bank Koperasi (Cooperative Bank):**
Kepemilikan: Anggota koperasi.
Bank koperasi dimiliki dan dioperasikan oleh anggota koperasi. Tujuan
utamanya adalah memberikan layanan keuangan kepada anggota
koperasi dan mempromosikan prinsip-prinsip koperasi.
Contoh: Cooperative Bank di Inggris.
5. Bank Investasi (Investment Bank):
Kepemilikan: Swasta.
Bank investasi fokus pada layanan perbankan investasi, termasuk
pengelolaan dana, penasehatan merger dan akuisisi, serta penerbitan
efek.
Contoh: Goldman Sachs, Morgan Stanley di Amerika Serikat.
6. Bank Syariah (Islamic Bank):
Kepemilikan: Swasta atau publik dengan prinsip syariah.
Bank syariah beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam,
yang melarang riba dan aktivitas bisnis yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip tersebut.
Contoh: Bank Muamalat di Indonesia, Qatar Islamic Bank di Qatar.

Setiap jenis bank memiliki peran dan fungsi yang berbeda, mencerminkan
keragaman dalam sistem keuangan dan memberikan pilihan kepada masyarakat
sesuai dengan kebutuhan mereka.

Anda mungkin juga menyukai