ADPU4334 - Yolanda Dwi Putri - 44990732 T1
ADPU4334 - Yolanda Dwi Putri - 44990732 T1
NIM : 044997032
1. Fungsi primer dari uang dapat dibagi menjadi tiga hal utama, yaitu sebagai
alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai.
a. Alat Tukar (Medium of Exchange):**
Fungsi paling dasar dari uang adalah sebagai alat tukar yang diterima
secara luas dalam transaksi ekonomi. Dengan adanya uang, individu dan
bisnis dapat menggunakannya untuk memperoleh barang dan jasa tanpa
harus melakukan pertukaran barang secara langsung. Ini mempermudah
proses perdagangan dan meningkatkan efisiensi ekonomi.
b. Satuan Hitung (Unit of Account):
Uang menyediakan satuan hitung yang umum digunakan untuk menilai
dan membandingkan nilai relatif berbagai barang dan jasa. Dalam
sistem moneter, harga suatu barang atau jasa diukur dalam unit uang
tertentu. Hal ini memfasilitasi perbandingan harga, membuat harga
barang dan jasa lebih terstandarisasi, dan membantu dalam perencanaan
keuangan serta pencatatan ekonomi.
c. Penyimpan Nilai (Store of Value):**
Uang berfungsi sebagai penyimpan nilai yang memungkinkan individu
menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk yang mudah diakses dan
dapat dihindari dari perubahan nilai. Ini memberikan kemampuan untuk
menunda konsumsi dan menyimpan daya beli di masa depan. Meskipun
inflasi dapat mengurangi daya beli uang seiring waktu, uang tetap
menjadi salah satu bentuk penyimpan nilai yang paling umum.
Fungsi-fungsi ini membentuk dasar bagi sistem moneter dan memungkinkan
berlangsungnya aktivitas ekonomi. Tanpa uang, transaksi ekonomi akan jauh lebih
kompleks karena masyarakat harus mengandalkan sistem barter, di mana barang
dan jasa harus dipertukarkan langsung satu sama lain, yang bisa menjadi sulit dan
tidak efisien. Sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai, uang
memainkan peran kritis dalam memfasilitasi pertumbuhan dan kestabilan ekonomi.
3. Inflasi terjadi ketika tingkat umum harga barang dan jasa meningkat secara
berkelanjutan dalam suatu periode waktu. Penyebab utama inflasi dapat
bervariasi, tetapi beberapa faktor umum termasuk permintaan yang tinggi,
biaya produksi yang meningkat, serta faktor-faktor eksternal seperti
perubahan harga komoditas atau kebijakan moneter yang kurang hati-hati.
Permintaan yang berlebihan, misalnya, dapat memicu inflasi karena lebih
banyak uang beredar di masyarakat dan konsumen bersedia membayar
harga yang lebih tinggi untuk barang dan jasa.
Untuk mengatasi inflasi, berbagai kebijakan dapat diterapkan. Bank
sentral, seperti Bank Indonesia, sering menggunakan kebijakan moneter
untuk mengendalikan inflasi. Salah satu langkah yang umum diambil adalah
menaikkan suku bunga acuan (BI Rate). Peningkatan suku bunga dapat
meredam permintaan dan mendorong tabungan daripada pengeluaran,
membantu mengendalikan inflasi.
Selain itu, pemerintah juga dapat mengambil langkah-langkah untuk
mengurangi inflasi. Ini dapat mencakup kebijakan fiskal seperti
pengurangan belanja pemerintah atau peningkatan pajak untuk mengurangi
tekanan inflasi. Selain itu, reformasi struktural seperti peningkatan
produktivitas dan efisiensi dalam sektor ekonomi juga dapat membantu
mengendalikan biaya produksi yang dapat menjadi pemicu inflasi.
Pentingnya adalah untuk menemukan keseimbangan yang tepat,
karena tindakan terlalu agresif untuk mengatasi inflasi dapat merugikan
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, strategi yang terkoordinasi antara
bank sentral dan pemerintah, bersama dengan pemantauan terus-menerus
terhadap indikator ekonomi, diperlukan untuk mencapai stabilitas harga
tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.