Anda di halaman 1dari 9

Judul : Political connections, investment opportunity sets, tax avoidance: does

corporate social responsibility disclosure in Indonesia have a role?


Penulis : Amrie Firmansyah, Amardianto Arham, Resi Ariyasa Qadri, Puji Wibowo,
Ferry Irawan, Nur Aisyah Kustiani, Suparna Wijaya, Arifah Fibri Andriani,
Zef Arfiansyah, Lestari Kurniawati, Azas Mabrur, Agung Dinarjito, Rahayu
Kusumawati, Moh. Luthfi Mahrus
Tanggal : August 2022
Terbit
Subjek : Laporan keuangan, laporan tahunan, laporan keberlanjutan, dan data relevan
Penelitian lainnya yang diperoleh dari www.idx.co.id dan situs resminya dari sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Objek : Tax avoidance
Penelitian
Variabel : Penelitian ini menggunakan tax avoidance sebagai variabel dependent, dan
Penelitian political connections and investment opportunity sets sebagai variabel
independent.
Masalah : Data mengenai kerugian akibat penghindaran pajak, tingginya tingkat
yang penghindaran pajak, rendahnya tax rasio, realisasi penerimaan pajak yang
diangkat tidak mencapai target, dan tingginya pemanfaatan program amnesti pajak di
Indonesia menunjukkan bahwa penghindaran pajak di Indonesia adalah masih
menjadi permasalahan yang perlu diselidiki.
Tujuan : Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh koneksi politik dan set
Penelitian peluang investasi terhadap penghindaran pajak. Kemudian penggunaan
tanggung jawab sosial perusahaan dalam penelitian ini sebagai variabel
moderasi bertujuan untuk menguji penerapan keberlanjutan oleh perusahaan
yang menjadi isu global yang menjadi perhatian banyak pihak saat ini.
Teori yang : Definisi operasional dan proksi yang digunakan untuk masing-masing variabel
digunakan adalah sebagai berikut. Penghindaran pajak merupakan serangkaian kegiatan
untuk mengurangi pajak (Hanlon dan Heitzman, 2010; Huang et al., 2017).
Pengertian penghindaran pajak juga sering dikaitkan dengan pemanfaatan
kelemahan ketentuan perpajakan oleh wajib pajak (Brian dan Martani, 2016;
Dyreng et al., 2008).

Menurut Frank dkk. (2009), dengan menggunakan proksi DTAX dalam


mengukur tingkat penghindaran pajak dapat lebih mendeteksi adanya upaya
pengurangan laba kena pajak yang bertujuan untuk melakukan penghindaran
pajak. Dalam perkembangannya, selain mengacu pada model Frank et al.
(2009), proksi DTAX juga telah disesuaikan dengan konteks Indonesia oleh
Rachmawati dan Martani (2017) dan telah digunakan oleh Aryotama dan
Firmansyah (2019), Saksessia dan Firmansyah (2020) seperti pada Persamaan:
PERMDIFFit = α0 + α1INTANGit + α2ΔNOLit + α3LAGPERMit + εit

Regresi cross-sectional dipilih karena dapat menangkap perbedaan


penghindaran pajak dari tahun ke tahun akibat perubahan kondisi industri dan
kebijakan perekonomian pada tahun yang bersangkutan (Saksissia dan
Firmansyah, 2020).
Kajian ini mengacu pada koneksi politik dalam Adhikari dkk. (2006), Faccio
(2010), Iswari dkk. (2019), serta Sudibyo dan Jianfu (2016) yang menyatakan
suatu perusahaan mempunyai hubungan politik jika pemegang saham yang
memiliki paling sedikit 10% dari seluruh jumlah saham atau salah satu
direktur/komisaris perusahaan tersebut adalah:
1) anggota atau mantan anggota parlemen,
2) menteri/anggota kabinet atau mantan menteri/anggota kabinet,
3) anggota atau mantan anggota partai politik, atau
4) pejabat atau mantan pejabat pemerintah pusat/daerah, termasuk TNI.

Peluang investasi adalah aset atau sumber daya berwujud perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk terus tumbuh dengan berinvestasi pada
berbagai pilihan investasi yang menguntungkan perusahaan (Kallapur dan
Trombley, 2001; Myers, 1977).
Populasi : Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 30 Juni 2020. Penelitian ini memilih
Sampel sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai
berikut:

Dari tabel diatas diketahui bahwa perusahaan manufaktur yang jumlah laba
sebelum pajaknya negatif atau mengalami kerugian dikeluarkan dari penelitian
ini karena dapat menyebabkan kesalahan perhitungan beban pajak sehingga
terjadi distorsi pengukuran variabel penghindaran pajak (Hanlon dan
Heitzman, 2010). Pendapatan sebelum pajak negatif tidak dapat
mengidentifikasi perbedaan pajak antara pendapatan akuntansi dan pendapatan
fiskal karena perhitungan pendapatan fiskal menggunakan rumus dimana
beban pajak dibagi tarif pajak sehingga jika pendapatan sebelum pajak negatif
maka menunjukkan adanya tidak ada pembayaran pajak atau nilai beban
pajaknya nol, yang menyebabkan pendapatan fiskal juga nol. Dengan
demikian, perbedaan pajak tidak dapat dijelaskan.
Metode : Variabel terikat penelitian ini adalah penghindaran pajak, sedangkan variabel
Penelitian bebasnya adalah koneksi politik dan peluang investasi. Penelitian ini
menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
variabel moderasi dan ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas sebagai
variabel kontrol.
Untuk mengatasi berbagai keterbatasan dalam pengukuran penghindaran
pajak, proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbedaan permanen
abnormal yang berasal dari kebijaksanaan manajer (DTAX) yang telah
disesuaikan dengan konteks Indonesia oleh Rachmawati dan Martani (2017) :
PERMDIFFit = α0 + α1INTANGit + α2ΔNOLit + α3LAGPERMit + εit

Nilai DTAX pada penelitian ini diperoleh dari hasil regresi secara cross-
sectional.

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan politik dalam suatu perusahaan,


penelitian ini meneliti pemegang saham perusahaan yang memiliki minimal
10% dari total saham dan mengkaji profil dewan direksi dan komisaris melalui
laporan tahunan perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga menelusuri lebih
jauh dengan menggali informasi melalui internet. Penelitian ini menggunakan
proksi koneksi politik, mengacu pada Lin dkk. (2018), untuk menunjukkan
ada atau tidaknya koneksi politik dan untuk menggambarkan kekuatan koneksi
politik yang dimiliki perusahaan seperti disajikan pada Persamaan berikut :
POLCONit = LN (1 + Politically Connected Board Member)

Kumpulan peluang investasi diukur menggunakan proksi gabungan untuk


meminimalkan kesalahan penghitungan default yang terdapat dalam satu
proksi. Proksi ini dianggap menghasilkan pengukuran yang lebih baik
dibandingkan proksi tunggal (Smith dan Watts, 1992). Gabungan proksi
berbasis ukuran terdiri dari lima proksi tunggal yang telah banyak digunakan
pada penelitian sebelumnya (Firmansyah dan Bayuaji, 2019; Gaver dan Gaver,
1993; Kallapur dan Trombley, 2001; McGuire et al., 2014), seperti pada
Persamaan-persamaan berikut :
1) Market to book value of equity (MVEBVE)
Number of Outstanding Shares X Closing Price
MVEBVE =
Total Equity
2) Market to book value of assets (MVABVA)
Total Asset−Total Equity +(Ou tstanding Share X Closing Price)
MVABVA =
Total Asset
3) Earning to price ratio (EPR)
Earning per Shares
EPR =
Closing Price
4) The ratio of capital expenditure to book value of assets (CAPBVA)
( Book Value of ¿ Assets t−Book Value of ¿ Assets t−1)
CAPBVA =
Total Assets
5) The ratio of capital expenditure to the market value of assets
(CAPMVA)
CAPMVA =
(Book Value of ¿ Assets t−Book Value of ¿ Assets t−1)
Total Asset−Total Equity +(Ou tstanding Share X Closing Price)
Dalam penelitian ini, lima proksi tunggal set peluang investasi direduksi
melalui analisis faktor untuk memperoleh skor faktor gabungan yang mewakili
variabel set peluang investasi. Variabel yang digunakan adalah variabel yang
mempunyai korelasi signifikan. Pertama, variabel proksi tunggal yang
digunakan pada investment opportunity set memiliki nilai Kaiser Meyer Olkin
(KMO) di atas 0,5 dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 (Firmansyah dan
Bayuaji, 2019). Kedua, korelasi antar variabel investment opportunity set diuji
dengan mengukur sampling adequacy (MSA). Suatu variabel harus
dikeluarkan dari proses analisis faktor jika memiliki nilai MSA kurang dari
0,5. Selanjutnya variabel dengan nilai MSA diatas 0,5 diuji kembali dengan
analisis faktor (Hair et al., 2014). Ketiga, jumlah faktor bentuk ditentukan
berdasarkan nilai eigen. Jika terdapat faktor yang nilai eigennya lebih dari atau
sama dengan 1 maka faktor tersebut dapat digunakan karena dianggap telah
mewakili seluruh variabel (Hair et al., 2014). Nilai eigen terakhir dengan nilai
lebih besar atau sama dengan 1 dipilih sebagai titik penghentian ekstraksi.
Terakhir, jumlah faktor yang digunakan didasarkan pada jumlah kumulatif
variasi yang dicapai. Misalkan total variasi kumulatif telah melampaui 75%.
Faktor yang terbentuk dianggap cukup untuk menjelaskan variabel-variabel
set peluang investasi, yang berarti ekstraksi faktor dapat dihentikan.
Selanjutnya proses analisis faktor dilanjutkan dengan penentuan anggota
faktor dengan memanfaatkan pemuatan faktor. Suatu variabel dapat
dikategorikan ke dalam faktor tertentu apabila mempunyai nilai factor loading
yang tinggi pada salah satu faktornya. Langkah terakhir dalam proses analisis
faktor adalah pembentukan skor faktor. Apabila terbentuk lebih dari satu
faktor, maka seluruh faktor yang terbentuk dijumlahkan sehingga menjadi
indeks satu faktor saja (Firmansyah dan Bayuaji, 2019). Skor faktor yang
diperoleh melalui analisis faktor-faktor tersebut kemudian menjadi nilai proksi
dari set peluang investasi.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menyampaikan informasi
terkait aktivitas perusahaan yang mempunyai dampak ekonomi, lingkungan,
dan sosial untuk memenuhi tuntutan pemangku kepentingan yang
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan (Adams dan McNicholas,
2007; Deegan, 2014). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diukur
menggunakan indeks Global Reporting Initiatives (GRI) G4 karena
merupakan praktik terbaik internasional mengenai pelaporan keberlanjutan
kepada publik, yang berisi kontribusi positif atau negatif suatu organisasi
terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penelitian ini menggunakan skala yang tercantum pada Tabel 2 dalam


memberikan skor untuk setiap item pengungkapan dalam laporan
tahunan/laporan keberlanjutan melalui analisis konten. Skor skala tersebut
dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan jumlah indikator pengungkapan
berdasarkan GRI G4 dalam Lee (2017) dan Firmansyah dan Estutik (2020)
seperti yang ditunjukkan pada Persamaan.
Total Score Disclosure
CSRDit =
Number of DisclosureCriteria Based on GRI G 4

Penelitian ini juga memasukkan ukuran perusahaan, leverage, dan


profitabilitas sebagai variabel kontrol karena frekuensi penggunaan dan
tingkat signifikansi pada penelitian sebelumnya terkait penghindaran pajak
(Dwiyanti dan Jati, 2019; Swingly dan Sukartha, 2015). Ukuran perusahaan
(SIZE) digunakan untuk mengendalikan pengaruh skala ekonomi. UKURAN
diukur dengan menggunakan logaritma natural (ln) dari total aset perusahaan
seperti yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2012), Swingly dan
Sukartha (2015), Wardani dan Khoiriyah (2018). Leverage (LEV) perlu
dikendalikan karena beban bunga dari utang merupakan pengurang
pendapatan kotor sehingga perlu dikendalikan agar penghematan pajak tidak
berasal dari utang yang tinggi. LEV diukur dengan menggunakan rasio total
hutang jangka panjang terhadap total aset pada tahun berjalan seperti yang
dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2014) dan Mulyani et al. (2017).
Profitabilitas (ROA) perlu dikendalikan karena kinerja perusahaan dapat
menyebabkan pajak berubah dari tahun ke tahun. Profitabilitas diukur dengan
menggunakan rasio laba sebelum pajak dibagi total aset pada tahun berjalan
seperti yang dilakukan oleh Comprix et al. (2016), Lanis dan Richardson
(2013), serta Oktavia dan Martani (2013). Hipotesis diuji dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda untuk data panel. Menurut
Gujarati dan Porter (2009), pemilihan model regresi linier berganda yang
paling tepat untuk data panel perlu dilakukan. Uji Chow merupakan pengujian
untuk membandingkan common effect model dan fixed effect model. Uji
multiplier Breusch-Pagan Lagrange merupakan pengujian untuk
membandingkan model common effect dan model random effect dalam
menentukan model yang paling tepat. Uji Hausman merupakan pengujian
untuk membandingkan model fixed effect dan model random effect dalam
menentukan model mana yang paling tepat. Penelitian ini menggunakan dua
model penelitian. Model pertama, yaitu pada Persamaan. (9), merupakan
model penelitian yang digunakan untuk menguji koneksi politik dan set
peluang investasi terhadap penghindaran pajak berdasarkan hipotesis pertama
dan kedua.

DTAXit = β0 + β1POLCONit + β2IOSit + β3SIZEit + β4LEVit + β5PROFit +


εit

Model kedua dalam Persamaan merupakan model penelitian yang digunakan


untuk menguji peran pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
memoderasi pengaruh koneksi politik dan set peluang investasi terhadap
penghindaran pajak menurut hipotesis ketiga dan keempat.
DTAXit = β0 + β1POLCONit + β2IOSit + β3CSRDit + β4(POLCONit *
CSRDitÞ) + β5(IOSitCSRDit) + β6SIZEit + β7LEVit + β8PROFit + εit
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa koneksi politik dan peluang investasi
Penelitian berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Sementara itu,
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat melemahkan pengaruh
positif koneksi politik dan peluang investasi terhadap penghindaran pajak.
Link : https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6113780
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405844022014438#sec2
Judul : Corporate tax planning, the use of SPV, board independence, and firm
value
Penulis : Iman Sofian Suriawinataa, Siti Almurni
Tanggal : 1 April 2023
Terbit
Subjek : Laporan keuangan dari seluruh perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
Penelitian Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 hingga 2017, tidak termasuk sektor real
estate dan properti, transportasi, ritel, dan jasa yang memiliki karakteristik
bisnis yang unik.
Objek : Tax avoidance
Penelitian
Variabel : Perencanaan pajak perusahaan sebagai variable bebas, dan
Penelitian untuk mengendalikan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi nilai
perusahaan, penelitian ini juga memasukkan kepemilikan saham lembaga
keuangan, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol
Masalah : Perencanaan pajak adalah kegiatan yang berisiko, maka perlu diketahui
yang peran tata-kelola perusahaan di dalam memastikan bahwa perusahaan
diangkat memilih tingkat aktivitas perencanaan pajak korporat yang optimal, sekaligus
menghindari penyalahgunaan manajemen atas arus kas yang bersumber
dari penghematan pajak.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengisi kesenjangan penelitian dengan
Penelitian memberikan bukti empiris langsung mengenai dampak nilai penggunaan SPV
dalam konteks perencanaan pajak perusahaan.
Teori : Teori Perencanaan Pajak Perusahaan dan Nilai Perusahaan
yang Berdasarkan karya Desai et al.(2007); Desai & Dharmapala (2009); Hanlon &
digunaka Heitzman (2010); Kirkpatrick & Radicic (2020) mengembangkan tiga
n kerangka teori berbeda tentang hubungan antara perencanaan pajak perusahaan
dan nilai perusahaan. Penelitian kami memiliki pandangan yang berbeda
dengan pandangan Kirkpatrick & Radicic (2020); alih-alih tiga kerangka kerja,
kami hanya mengusulkan dua kerangka kerja. Kerangka kerja pertama kami
didasarkan pada paradigma maksimalisasi kekayaan pemegang saham, yang
sejalan dengan teori tradisional yang memperkirakan hubungan positif antara
perencanaan pajak perusahaan dan nilai perusahaan. Kerangka kedua
didasarkan pada paradigma utilitas manajerial atau maksimalisasi kekayaan,
dimana manajer menerapkan perencanaan pajak perusahaan untuk menghemat
pajak dan menyisihkan dana tambahan yang dihasilkan dari penghematan pajak
untuk keuntungan pribadinya. Meskipun literatur yang ada mengenai hubungan
antara perencanaan pajak perusahaan dan nilai perusahaan mendukung
paradigma yang tampaknya berlawanan mengenai maksimalisasi kekayaan
pemegang saham dibandingkan dengan tujuan maksimalisasi utilitas
manajerial, kami berpendapat bahwa perencanaan pajak perusahaan dapat
menguntungkan pemegang saham dan manajer seperti yang tersirat di bawah
ini. Temuan Shams et al.(2022). Oleh karena itu, penelitian kami mendukung
paradigma maksimalisasi kekayaan pemegang saham dan berhipotesis sebagai
berikut:
H1: Berdasarkan paradigma maksimalisasi kekayaan pemegang saham,
perencanaan pajak perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penggunaan Special Purpose Vehicle dalam Perencanaan Pajak Perusahaan


Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang dibentuk oleh
perusahaan sponsor atau asal melalui proses rekayasa hukum dan keuangan,
yang mungkin rumit atau mudah, untuk menjalankan suatu atau beberapa
tujuan atau aktivitas bisnis. Tujuan penggunaan SPV antara lain: (i) untuk
mengurangi biaya kebangkrutan (Gorton & Souleles, 2005), (ii) untuk
memperoleh biaya pembiayaan eksternal yang lebih rendah (Feng et al., 2009;
Kim et al., 2017; Visconti, 2013), (iii) untuk memperoleh likuiditas dari aset

Anda mungkin juga menyukai