26 51 1 SM
26 51 1 SM
Sus-Hki/2015)
Abstract
The globalization era, many free trade activities are carried out starting from the trade of goods and services
that cross national borders. In the trade activities carried out, the brand becomes a symbol or reference for
producers and consumers in conducting the sale and purchase of goods or services. The brand has a function
as a differentiator from one product to another. The use of the brand at this time is the most preferred thing
because with the brand can see the quality of a particular product or service. In this writing, the resolution of
problems such as impersonation or plagiarism of brands using the normative juridical review method using
Law Number 15 of 2001 concerning Trademarks and Law Number 20 of 2016 concerning Trademarks and
Geographical Indications in force in Indonesia. The Trademark and Geographical Indications Law protects
trademarks according to the first to file system, namely the rights to trademarks obtained from the
registration of the first mark. Protection applied. Brand protection contained in articles 20 and 21 of Law
Number 20 Year 2016 concerning Trademarks and Geographical Indications has not yet been fully realized.
In this case the Government should collaborate with the Directorate General of Intellectual Property Rights
to conduct a program of elaboration on the procedures for registration and protection of trademarks to the
public so that imitation, plagiarism, or brand marking may not occur again.
Abstrak
Dalam era globalisasi banyak perdagangan bebas yang dilakukan mulai dari perdagangan barang dan jasa
yang melewati batas-batas negara. Dalam kegiatan perdagangan yang dilakukan maka merek menjadi sebuah
simbol atau acuan bagi produsen dan konsumen dalam melakukan kegiatan jual beli barang atau jasa. Merek
memiliki fungsi sebagai pembeda dari satu produk dengan produk lainnya. Pemakaian merek pada saat ini
merupakan hal yang paling diutamakan karena dengan adanya merek dapat melihat kualitas dari suatu barang
atau jasa tertentu. Dalam penulisan ini, penyelesaian permasalahan seperti peniruan atau penjiplakan merek
dengan menggunakan metode tinjauan yuridis normatif dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis yang berlaku di Indonesia. Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis melindungi merek
sesuai dengan sistem first to file, yaitu hak atas merek yang didapatkan dari pendaftaran merek pertama.
Perlindungan yang diterapkan. Perlindungan merek yang terdapat dalam pasal 20 dan 21 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis belum sepenuhnya terwujud. Dalam hal ini
seharusnya Pemerintah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk
mengadakan program penyeluhan tentang tata cara pendaftaran dan perlindungan merek kepada masyarakat
agar tidak terjadi lagi peniruan, penjiplakan, atau pemboncengan merek.
produsen atau penghasil Hak Kekayaan Intelektual. dapat memberikan definisi atau kriteria Merek
Hak Kekayaan disini menyangkut pengertian Terkenal dengan jelas. Sehingga kriteria tersebut
“pemilikan” (ownership) yang menyangkut sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing
lembaga social dan hukum, keduanya selalu terkait negara anggota
dengan “pemilik” (owner) dan sesuatu benda yang Pasal 1 Keputusan Menteri Republik
dimiliki (something owned) (Agnes Vira Ardian) Indonesia No.M.03-HC.02.01 Tahun 1991
Menurut Hayyanul Haq, sesungguhnya teori berbunyi.
yang menjadi dasar pengembangan Intellectual “Yang dimaksud Merek Terkenal dalam
Property Rights berasal dari teori John Locke yang keputusan ini adalah Merek Dagang yang secara
inti ajarnnya sebagai berikut : umum lebih dikenal atau dipakai pada barang yang
1. Tuhan telah menciptakan seluruh alam semesta diperdagangkan oleh seseorang atau badan baik
ini untuk manusia wilayah Indonesia maupun luar negeri” (M
2. Tuhan menciptakan manusia dengan segala Djumhani dan R Djubaedillah, 1993).
potensi yang melekat dalam dirinya untuk bias Dalam Hukum Merek terdapat ajaran atau
survive (mempertahankan diri) doktrin persamaan yang timbul berkaitan dengan
3. Setiap manusia berhak untuk melakukan fungsi Merek, yaitu untuk membedakan antara
intevensi atas alam guna mempertahankan barang atau jasa yang satu dengan lainnya. Ada dua
survivetasnya ajaran persamaan dalam Merek, yaitu :
4. Setiap manusia berhak atas hasil-hasil yang a) Doktrin persamaan keseluruhan, dan
diperoleh dari setiap interaksi antar personal- b) Doktrin persamaan identik
personal yang ada Pemeriksa Merek melihat daya pembeda suatu
5. Hak personal itu tidak bias diberikan atau Merek dari dua segi, yaitu :
dicabut oleh siapapun a) Daya pembeda yang kuat, dan
6. Setiap orang harus menghormati hak itu sebagai b) Daya pembeda yang lemah
hak personal (Ryan Prastha Mahadika, 2018). Adanya daya pembeda yang kuat pada suatu
Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual Merek yang mengakibatkan perlindungan yang
dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Hak Cipta dan kuat. Sebaliknya lemahnya daya pembeda membuat
Hak Milik Perindustrian. Dan Hak Milik perlindungan Merek tersebut menjadi lemah.
Perindustrian tediri dari : Hak Paten, Merek, Desain Perlindungan Merek adalah perlindungan dalam
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, hbungannya dengan kemampuan daya pembeda
Rahasia Dagang, Perlindungan Variates Tanaman. yang dimiliki oleh Merek tersebut yang terkait
dengan penilaian ada tidaknya persamaan pada
Merek Terkenal pokoknya dengan Merek pihak lain (Dwi A
Dalam pengertian Merek Terkenal tidak ada Kurniasih, 2009).
arti yang signifikan dikarenakan tidak ada arti yang
signifikan dalam mewujudkan tingkatan Pendaftaran dan perlindungan merek
keterkenalan suatu Merek (terkenal, lebih terkenal, Merek terdaftar mendapat perlindungan
sangat terkenal) sangat sulit ditentukan. Hal ini hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
dapat dilihat dari Konvensi Internasional dan sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu
peraturan Perundang-Undangan Nasional dibidang tersebut dapat diperpanjang untuk jangka waktu
Merek yang pada dasarnya hanya mengenal Merek yang sama. Permohonan perpanjangan yang
Biasa. Sulitnya membedekan tingkat keterkenalan dimaksud adalah diajukan secara elektronik atau
suatu Merek sama hal nya dengan sulit nonelektronik dalam Bahasa Indonesia oleh pemilik
mendefinisikan apa yang dimaksud Merek Terkenal. Merek atau kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam)
Bahkan selama perundingan utara Uruguay bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
dibidang TRIPS berlangsung hingga ditanda perlindungan bagi Merek terdaftar tersebut dengan
tanganinya persetujuan pembentukan World Trade dikenai biaya.
Organization (WTO), tidak ada satupun negara Permohonan perpanjangan masih dapat
yang mampu membuat dan mengusulkan definisi diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
Merek Terkenal. Oleh sebab itu jika ada pihak yang bulan setelah berakhirnya jangka waktu
selalu mendesakkan pengertian yang dimilikinya perlindungan Merek terdaftar tersebut dengan
atau diakuinya terhadap pihak lain, hal itu hanyalah dikenai biaya dan denda sebasar biaya
semata mata adanya kepentingan untuk pemilik perpanjangan. Tujuan pengaturan batas waktu
Merek yang bersangkutan. perlindungan Merek terdaftar selama 10 (sepuluh)
Pada article 6 Paris Convention merupakan tahun dan dapat diperpanjang adalah untuk
dasar perlindungan pengaturan Merek Terkenal. memastikan Merek yang di daftarkan benar-benar
Namun dalam article 6 Paris Convention tidak
digunakan pada barang/jasa yang masih di produksi baik yang bermaksud untuk membonceng
atau masih diperdagangkan. reputasinya. Merek sebagai sarana pemasaran dan
Sebaliknya Undang-Undang Nomor 20 Tahun periklanan memberikan suatu tingkat informasi
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis tidak tertentu kepada konsumen mengenai barang
akan memberikan perlindungan hukum terhadap dan/atau jasa yang dihasilkan sebuah perusahaan.
merek-merek yang sifatnya hanya mendaftar saja Dengan perkembangan periklanan, baik
tanpa pernah digunakan dalam kegiatan produksi nasional maupun internasional dewasa ini dan
atau perdagangan. Di Indonesia ada 2 (dua) sistem dalam rangka pendistribusian barang dan/atau jasa
dalam pendaftaran Merek, yaitu : membuat Merek semakin tinggi nilainya. Merek
1) Sistem Deklaratif yang didukung dengan media periklanan membuat
Adalah bahwa pendaftaran bukanlah pengusaha memiliki kemampuan untuk
menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan menstimulasi permintaan konsumen sekaligus
dugaan atau sangkaan hukum atau Presemption mempertahankan loaylitas konsumen atas produk
Iuris yaitu bahwa pihak yang Merek nya barang dan/atau jasa yang dihasilkannya. Inilah
terdaftar adalah pihak yang berhak atas Merek yang menjadikan Merek sebagai suatu keunggulan
tersebut dan sebagai pemakai pertama dari kompetitif dan keunggulan kepemilikan untung
Merek yang didaftarkan. Dalam sistem ini bersaing di pasar global (Rahmi Jened, 1998).
kelemahannya adalah kurang adanya kepastian Menurut Zen Umar purba, ada 2 macam
hukum, daftar Merek-merek yang ada tidak bisa alasan mengapa Hak Kekayaan Intelektual harus
di inventarisasi. dilindungi oleh hukum, alasan tersebut yaitu :
2) Sistem Konstitutif 1) Alasan yang bersifat non ekonomis, menyatakan
Menurut sistem ini bahwa yang berhak atas suatu bahwa perlindungan hukum akan memacu merek
Merek adalah pihak yang telah mendaftarkan yang menghasilkan karya-karya intelektual
Mereknya. Jadi pendaftaran itu menciptakan terbut untuk terus melakukan kreativitas
suatu hak atas Merek tersebut, pihak yang intelektual. Hal ini akan meningkatkan self
mendaftarkan dialah satu-satunya yang berhak actualization pada diri manusia. Bagi masyarakat
atas suatu Merek dan pihak ketiga harus hal ini akan berguna untuk meningkatkan
menghormati haknya si pendaftar sebagai hak perkembangan hidup mereka,
mutlak. 2) Alasan yang bersifat ekonomis, adalah untuk
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun melindungi mereka yang melahirkan karya
2001 tentang Merek sudah menggunakan sistem intelektual berarti mereka mendapatkan
Konstitutif, beda hal nya dengan Undang-Undang keuntungan materiil dan karya-karyanya. Dilain
Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek, dimana pihak melindungi mereka dari adanya peniruan,
Undang-Undang tersebut masih menganut sistem pembajakan, penjiplakan maupun pebuatan
Deklaratif. Dengan digunakannya sistem curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain
Konstitutif dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun atas karya-karya yang berhak.
2001 tentang Merek, maka setiap orang atau badan Sedangkan menurut Philipus M. Hadjon, bahwa
hukum bisa secara sah memiliki merek, dan akan sarana perlindungan hukum ada 2, yaitu :
dilindungi bila Mereknya tidak di daftarkan (Rian 1) Perlindungan Hukum Preventif
Nugraha Rahman, 2018). Yaitu suatu perlindungan hukum yang
perlindungannya mengarah ke suatu tindakan
Perlindungan Hukum Terhadap Merek yang bersifat pencegahan. Perlindungan ini
Terkenal di Indonesia Berdasarkan dilakukan dengan mengawasi merek yang telah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 terdaftar, pemakaian suatu merek, perlindungan
terhadap hak atas merek. Dengan tujuan
Tentang Merek dan Indikasi Geografis dan mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan ini
Menurut Hukum Internasional biasa bertindak sebelum adanya tindak pidana
Merek sebagai dasar Hak Atas Kekayaan merek atau pelanggaran merek dan merek
Intelektual pada dasarnya ialah tanda untuk terkenal.
mengidentifikasi asal barang atau jasa (an
indication origin) dari suatu perusahaan dengan
barang atau jasa perusahaan lain. Merek merupakan 2.) Perlindungan Hukum Represif
ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Yaitu suatu perlindungan hukum yang bertujuan
Melalui Merek, pengusaha dapat memberikan untuk menyelesaikan suatu sengketa terhadap
jaminan akan kualitas barang atau jasa yang merek termasuk merek terkenal atau hak atas
dihasilkan dan mencegah tindakan persaingan yang merek. Yang di lakukan penanganan oleh
tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad tidak pengadilan umum dan pengadilan administrasi di
Indonesia. Dalam hal ini peran lembaga Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
peradilan dan aparat penegak sipil (PPNS), dan Merek dan Indikasi Geografis menyatakan bahwa
kejaksaan sangat diperlukan. permohonan Indikasi Geografis tidak dapat
Dalam hal terkait Perlindungan hukum didaftarkan jika:
terhadap merek, di Indonesia telah menerapkan 1) Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan
perlindungan hukum terhadap merek dengan cara perundang- undangan, moralitas, agama,
memberlakukan suatu undang-undang yaitu kesusilaan, dan ketertiban umum.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang 2) Menyesatkan atau memperdaya masyarakat
Merek dan Indikasi Geografis. Dalam salah satu mengenai reputasi, kualitas, karateristik, asal
Pasal Undang-Undang tersebut, menjelaskan sumber, proses pembuatan barang, dan/atau
perlindungan hukum terhadap merek yaitu Pasal 35. kegunaanya, dan
Dalam Pasal tersebut memberikan perlindungan 3) Merupakan nama yang telah digunakan sebagai
terhadap suatu merek terdaftar untuk jangka waktu variates tanaman yang digunakan sebagai
10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan serta variates tanaman sejenis, kecuali ada
dapat diajukan permohonan oleh pemilik untuk penambahan padanan kata yang menunjukkan
jangka waktu yang sama. Pasal 35 Undang- faktor Indikasi Geografis yang sejenis.
Umdang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Ditambahkan dalam Pasal 56 ayat (2) Undang-
Indikasi Geografis menyebutkan “Merek terdaftar Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka Indikasi Geografis bahwa permohonan Indikasi
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan Geografis dapat ditolak jika :
dan jangka waktu perlindungan dapat di 1) Dokumen deskripsi indikasi geografis tidak
perpanjang”. dapat dibuktikan kebenarannya, dan
Sesuai dengan asas first to File maka 2) Memiliki persamaan pada keseluruhannya
perlindungan hukum terhadap suatu merek di dengan indikasi geografis yang sudah terdaftar
Indonesia bisa di katakan dimulai saat pertama kali (Devica Rully Masrur, 2018).
merek tersebut di daftarkan secara resmi. Oleh Konvensi Internasional memfasilitasi
karena itu, menurut adanya penerapan asas first to perlindungan indikasi geografis melalui sistem
file telah menciptakan : pendaftaran Internasional. Untuk mempermudah
1) Kepastian hukum untuk mengkondisikan siapa proses pendaftaran, WIPO (World Intellectual
sebenarnya pemilik merek yang paling utama Property Organization) telah menyediakan sistem
untuk dilindungi, database “Lisabon Express” yang dapat digunakan
2) Kepastian hukum pembuktian, karena hanya untuk mencari produk dengan sebutan asal indikasi
didasarkan pada fakta pendaftaran melalui geografis yang sudah terdaftar di Perjanjian
sertifikat merek. Pendaftaran atau sertifikat Lisabon, produk yang akan didaftarkan, jenis
merek menjadi satu-satunya alat bukti utama, produk, pemegang hak indikasi geografis,
3) Mewujudkan dugaan hukum siapa pemilik penolakan dan lain-lain. Ada beberapa manfaat
merek yang paling berhak dengan pasti, tidak yang didapatkan dari sistem pendaftaran
menimbulkan kontroversi antara pendaftar Internasional, yaitu:
pertama dan pemakai pertama (Ricky 1) Negara-negara lain akan mengetahui secara tepat
Rachman Kholika, 2018). terhadap barang yang telah dilindungi,
Indonesia menganut sistem pendaftaran Merek 2) Negara-negara yang bergabung diminta untuk
dengan sistem konstitutif. Sistem ini mengharuskan menghormati dan melindungi terhadap produk
adanya pendaftaran Merek agar suatu Merek bisa tersebut,
mendapatkan perlindungan, sistem ini dikenal juga 3) Perlindungan produk tersebut masih dilindungi
dengan sistem first to file. Sistem ini menegaskan selama di negara asalnya masih dilindugi tanpa
bahwa orang yang pertama kali mendaftarkan adanya pembaruan pendaftaran
Merek, maka dialah yang berhak atas hak Merek 4) Bagi produsen, barang yang sudah dilindungi dan
tersebut. Walaupun Indonesia menganut terdaftar di sistem Lisabon dapat meningkatkan
pendaftaran Merek berdasarkan sistem konstitutif, kualitas dan harga barang tersebut di negara lain,
perlindungan Merek terkenal yang belum terdaftar 5) Bagi konsumen, barang yang sudah dilindungi
di Indonesia tetap akan mendapatkan perlindungan, dan terdaftar dapat memberikan jaminan keaslian
karena Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Paris dan kualitas, sehingga tidak membingungkan
dan Perjanjian TRIPS (The World Trade asal barang tersebut (Devica Rully Masrur, 2018)
Organization’s TRIPS Agreement) (Rakhmita Ada 3 (tiga) bentuk pelanggaran merek terkenal
Desmayanti, Vol. 6) yang diatur dalam WIPO, yaitu :
Tidak semua Merek dan Indikasi Geografis 1) Trademark Piracy (Pembajakan) adalah :
dapat didaftarkan. Dalam Pasal 56 ayat (1)
“Trademark piracy means the registration or use Niaga untuk menghapus nama “IKEA” milik PT.
of a generally well-known foreign trademark that Imter Ikea System B.V. salah satu perusahaan
is not registered in the country or is invalid as a properti yang sudah mendaftarkan mereknya sejak
result of non-use.” tahun 2006. PT. Ratania Khatulistiwa mengajukan
Terjemahannya adalah : gugatan penghapusan merek “IKEA” milik PT.
“Pembajakan merek dagang berarti pendaftaran Inter Ikea System B.V. karena sudah 6 (enam)
atau penggunaan merek dagang asing umumnya tahun mendaftarkan mereknya tetapi tidak ada
terkenal yang tidak terdaftar di negara itu atau kegiatan produksi atau penjualan barang/jasa
tidak valid sebagai akibat dari tidak digunakan.” dengan merek dagang tersebut di Indonesia.
2) Counterfeiling (Pemalsuan) adalah : Mengetahui hal ini PT. Ratania Khatulistiwa
“Counterfeiting is first of all the imitation of a langsung mengajukan ke Pengadilan Niaga agar
product. The counterfeit is not only identical in merek tersebut bisa dihapus kemudia PT. Ratania
the generic sense of the term. It also gives the Khatulistiwa akan mendaftarkan merek dagang
impression of being a genuine product (for “IKEA” miliknya dan supaya bisa menjual barang
instance a Louis Vuitton), originating from the yang di produksinya dengan merek dagang “IKEA”.
genuine manufacturer or trader.” Gugatan tersebut di kabulkan sehingga PT. Ratania
Terjemahannya adalah : Khatulistiwa bisa mendaftarkan merek dagang
“Pemalsuan adalah imitasi produk. Produk palsu “IKEA” miliknya. Namun pihak Tergugat PT. Inter
yang tidak hanya mirip dalam ucapan. Tapi juga Ikea System B.V. tidak menerima sehingga
memberikan kesan sebagai produk asli (misalnya mengajukan permohonan pada tingkat kasasi di
tas Louis Vuitton), berasal dari pabrikan atau Mahkamah Agung, namun Mahkamah Agung
pedagang asli.” memutuskan tetap menghapus merek “IKEA” milik
Berdasarkan pengertian counterfeiting PT. Inter Ikea System B.V. sehingga kasus tersebut
(pemalsuan), maka hal penting untuk terjadinya dimenangkan oleh PT. Ratania Khatulistiwa.
counterfeiting (pemalsuan) adalah adanya kesan Jika dilihat dari kriteria merek terkenal
bahwa produk palsu merupakan produk asli, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tidak cukup hanya dengan adanya kemiripan tentang Merek dan Indikasi Geografis dan
ucapan. menurut World Intellectual Property Organization
3) Imitation Label and Packaging (Imitasi Label (WIPO), merek IKEA termasuk dalam merek
dan Kemasan) adalah : terkenal karena banyak masyarakat telah
”As in the case of counterfeiting, the label or mengetahui produk- produk IKEA melalui iklan-
packaging of the competing product is imitated, iklan yang ditayangkan ditelevisi, atau disiarkan
but in this case the imitation does not give the melalui radio, disebarkan melalui brosur dan
impression of being the genuine one. If one ditempel pada baliho papan iklan dipinggir jalan
compares the genuine product and the imitation raya. Merek IKEA bukan hanya ada di Indonesia
side by side, although consumers seldom proceed saja tetapi ada beberapa di negara lain yang telah
in this way, one can distinguish them and the membuka gerai IKEA. Di Indonesia gerai IKEA
imitation does not usually hide behind the sudah menjadi tempat tujuan utama para keluarga
manufacturer of the genuine product; he trades untuk mencari peralatan rumah yang dibutuhkan
under his own name.” sesuai dengan keinginan mereka. Dengan adanya
Terjemahannya adalah : gerai IKEA dinegara lain sudah jelas jika Inesvtor
“Dalam persoalan pemalsuan, label atau IKEA telah membuka beberapa gerai nya di
kemasan produk kompetitor diimitasikan, tapi berbagai negara. Di Indonesia IKEA dimiliki oleh
dalam persoalan imitasi tidak memberikan kesan salah satu perusahaan properti asal Surabaya yaitu
sebagai produk asli. Jika konsumen PT. Ratania Khatulistiwa yang telah memenangkan
membandingkan produk asli dan produk imitasi gugatan atas penghapusan merek IKEA miliki Inter
secara berdampingan,meskipun konsumen jarang Ikea System B.V yang berasal dari Swedia.
melakukan hal demikian, konsumen tersebut Perlindungan Merek terhadap suatu merek
dapat membedakan keduanya dan pelaku imitasi biasa dan merek terkenal di Indonesia masih
biasanya tidak berlindung dibalik pabrikan menjadi sorotan karena Undang-Undang Merek
produk asli, dia berdagang atas namanya sendiri” Indonesia tidak mengacu pada aturan-aturan
(Nugraha Abdul Kadir, 2019) Internasional yang ada dalam Konvensi Paris
Di Indonesia kasus merek terkenal yang baru (Paris Convention) dan TRIPS Agreement. Dalam
beberapa tahun lalu terjadi dan diketahui oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
banyak orang ialah “IKEA”. Pada Tahun 2013 PT. Merek sudah sangat jelas bahwa suatu merek dapat
Ratania Khatulistiwa selaku perusahaan property dhapuskan apabila merek yang digunakan tidak
asal Surabaya mengajukan gugatan ke Pengadilan sesuai dengan yang didaftarkan. Namun dalam
kasus ini, merek yang dihapuskan ialah merek yang Jenderal Kekayaan Intelektual dan Direktorat
sudah 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak ada dalam Jenderal Merek dan Indikasi Geografis.
kegiatan perdagangan di Indonesia. Ketentuan Pada saat Direktorat Jenderal Merek dan
tersebut diatur dalam Pasal 61 Undang-Undang Indikasi Geografis menerima permohonan
Nomor 15 Tahun 2001 : pendaftaran merek yang memiliki persamaan pada
1) Penghapusan pendaftaran merek dari daftar pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
umum merek dapat dilakukan atas prakarsa terkenal, berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-
Direktorat Jenderal atau berdasarkan Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
permohonan pemilik merek yang bersangkutan Indikasi Geografis (dahulu Pasal 6 ayat (1)
2) Penghapusan merek atas prakarsa Direktorat Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Jenderal dapat dilakukan jika : Merek), maka permohonan tersebut harus ditolak.
a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) Dalam memutus perkara tersebut hakim
tahun berturut-turut dalam perdagangan cenderung menerima begitu saja alat bukti dari
barang dan/atau jasa sejak tanggal penggugat. Tidak disebutkan alasan mengapa
pendaftaran atau pemakaian terakhir, hakim mempercayai hasil survei pasar tersebut.
kecuali apabila ada alasan yang dapat Dalam kasus ini survei pasar dilakukan oleh
diterima oleh Direktorat Jenderal lembaga survei berdasarkan pesanan penggugat,
b. Merek digunakan untuk jenis barang sehingga objektivitas dan keakuratannya diragukan.
dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis Dalam putusan hakim tidak menyebutkan alasan
barang atau jasa yang dimohonkan mengapa tidak menggunakan alat bukti yang
pendaftaran, termasuk pemakaian merek diajukan tergugat. Alat bukti yang diajukan oleh
yang didaftar tergugat merupakan bukti pemesanan barang yang
Dalam penjelasan Pasal 61 ayat (2) huruf (a) menggunakan merek “IKEA”. Seharusnya hakim
dijelaskan maksud dari pemakaian terakhir yaitu : dapat lebih objektif dengan memutuskan untuk
“Yang dimaksud dengan pemakaian terakhir adalah memerintahkan survei yang bersifat independen.
penggunaan merek tersebut pada produksi barang Terhadap putusan hakim yang menyatakan merek
atau jasa yang diperdagangkan. Saat pemakaian “IKEA” hapus karena tidak digunakan dan
terakhir tersebut dihitung dari tanggal terakhir meminta kepada turut tergugat untuk mencoret
pemakaian sekalipun setelah itu barang yang “IKEA” dari pendaftaran berakibat tidak ada lagi
bersangkutan masih beredar di masyarakat” (Selvy yang memiliki hak eksklusif terhadap merek IKEA.
Handoyo, Jurnal Hukum Adigama). Siapa saja dapat mengajukan permohonan atas
merek yang sudah tercoret. Hakim juga
Analisa Hukum Bagi Pemegang Merek menyatakan bahwa permohonan merek yang
Terkenal Inter Ikea System B.V diajukan oleh PT. Ratania Khatulistiwa sah,
Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung sehingga Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Nomor 264 K/PDT.Sus-HKI/2015 wajib untuk menerima permohonan tersebut untuk
Terhadap merek yang sudah tidak digunakan diproses sesuai prosedur yang berlaku. Prosedur
(non-use) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dapat pendaftaran merek harus melalui tahap tahap
dimintakan penghapusan merek ke Pengadilan pemeriksaan administratif dan substantif. Kalau
Niaga. Penghapusan tersebut dapat dilakukan oleh dikabulkan baru lah pemohon menjadi pemegang
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, pemilik merek dan memiliki hak eksklusif. Jika PT. Ratania
merek itu sendiri atau pihak ketiga, sesuai dengan Khatulistiwa gagal mendapatkan hak merek, Inter
Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 63 Undang- Undang IKEA System B.V. dapat mendaftarakan kembali
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (sekarang merek “IKEA” ke Direktorat Jenderal Merek dan
Pasal 72 ayat (1) dan Pasal 74 ayat (1) Undang- Indikasi Geografis dengan mengajukan
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan permohonan pendaftaran merek.
Lokasi Geografis). Apabila Pengadilan Niaga Secara normatif, jika suatu merek dihapuskan
memutus menghapus suatu merek, maka berakhir dan pemilik merek yang dihapuskan mereknya
pula perlindungan atas hak eksklusif yang terdapat masih mengharapkan hak eksklusif atas merek
dalam merek tersebut, siapapun dapat tersebut, maka pemilik merek lama harus
mendaftarkan kembali merek yang telah dihapus, mengajukan permohonan pendaftaran merek,
termasuk pemilik asal. Pendaftar tetap harus melalui prosedur pendaftaran merek, yakni
melakukan permohonan pendaftaran ke Direktorat pemeriksaan administratif, substantif dan keputusan
Jenderal Merek dan Indikasi Geografis dan apakah diterima atau tidak. Bila ada pihak lain yang
melewati proses pemeriksaan, karena yang berhak telah mengajukan permohonan merek yang sama
menentukan apakah suatu merek dapat didaftarkan terlebih dahulu, maka pemilik merek lama berhak
dan memperoleh hak eksklusif adalah Direktorat untuk menagjukan keberatan, bila keberatan
diabaikan dan negara mengabulkan permohonan terkait dengan pelanggaran merek terkenal dalam
merekbagi pemohon baru, maka pemilik merek persaingan usaha yang tidak sehat yang telah
lama masih memiliki upaya hukum untuk diputus oleh Pengadilan, dalam membuat
mengajuan pembatalan mereka. keputusannya Mahkamah Agung berpegang teguh
Dalam hal kasus sengketa merek IKEA milik terhadap Undang-Undang Merek dan
Inter IKEA System B.V. sudah dihapus, putusan Yurisprudensi Mahkamah Agung sebelumnya yang
hakim tidak menghilangkan sifat terkenal dari merupakan satu kesatuan hukum yang dapat
merek IKEA. Oleh karena itu Inter IKEA System dijadikan pedoman dalam menyelesaikan perkara
B.V. dapat mengajukan keberatan dengan pelanggaran merek. Sama halnya dengan konvensi
membuktikan bahwa penggunaan merek “IKEA” internasional, jika dalam Undang-Undang maupun
atas dasar itikad tidak baik serta memperlihatkan Yurisprudensi Indonesia terdapat hal yang belum
bahwa “IKEA” merupakan merek terkenal. jelas diatur maka dapat merujuk pada konvensi
Pemeriksa merek harus memperhatikan sanggahan internasional yang berkaitan dalam pengambilan
tersebut. Dapat terjadi, pemeriksa merek keputusan.
berpendapat bahwa “IKEA” adalah merek terkenal Saran untuk Pemerintah melalui Direktorat
sehingga berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang- Jenderal Hak Kekayaan Intelektual perlu
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan mengadakan pengenalan atau sosialisasi mengenai
Indikasi Geografis (Pasal 6 ayat (1) huruf (b) bentuk-bentuk pelanggaran merek serta akibat
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang hukumnya kepada seluruh kalangan masyarakat
Merek) merek “IKEA” tidak bisa digunakan oleh baik konsumen atau produsen. Sosialisasi mengenai
pihak lain dalam hal ini PT. Ratania Khatulistiwa. pengecekan ketersediaan merek baik secara online
Namun sebaliknya bisa terjadi pemeriksa merek atau manual harus dilakukan agar masyarakat dapat
berpendapat bahwa merek “IKEA” yang digunakan berperan aktif dalam mengecek apakah merek
oleh Inter IKEA System B.V. tidak termasuk merek tersebut sudah terdaftar atau belum. Pihak
terkenal (meski kemungkinan kecil, karena merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
“IKEA” sudah dipasarkan secara global dan seharusnya lebih selektif dalam pendaftaran merek
hambatan yang tentu dialami oleh PT. Ratania agar tidak terjadi pelanggaran merek yang
Khatulistiwa saat mengekspor merek “IKEA” mengakibatkan kerugian bagi pemilik merek yang
untuk produk peralatan rumah tangga kepada mitra telah terdaftar sebelumnya ataupun pemilik merek
bisnis diluar negeri). dari merek yang sudah terdaftar.
Jika suatu merek dihapuskan dan pemilik
Penutup merek yang dihapuskan mereknya masih
Perlindungan hukum atas merek yang menjadi mengharapakan hak ekslusif atas merek tersebut,
tujuan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 maka pemilik merek lama harus mengajukan
tentang Merek dan Undang-Undang Nomor 20 permohonan pendaftaran merek dan melalui
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis prosedur pendaftaran merek, yakni pemeriksaan
belum sepenuhnya tercapai. Hal ini dapat administratif, subtantif dan keputusan apakah
merugikan pengusaha untuk mendapat kepastian diterima atau tidak. Bila ada pihak lain yang
dalam memperoleh perlindungan hukum merek di mengajukan permohonan merek yang sama terlebih
Indonesia. dahulum maka yang pemilik merek lama berhak
Putusan Pengadilan Niaga Nomor mengajukan keberatan. Bila keberatan diabaikan
99/PDT.SUS/MEREK/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. Jo dan negara mengabulkan permohonan merek-
Putusan Mahkamah Agung No.264 K/Pdt.Sus- merek, maka pemilik merek lama masih memiliki
HKI/2015 mengenai merek terkenal IKEA tidak upaya hukum untuk mengajukan pembatalan.
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 tentang Terhadap putusan Pengadilan Niaga dapat
Merek maupun Undang-Undang Nomor 20 Tahun dilakukan upaya hukum kasasi dan peninjauan
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, hakim kembali. Masyarakat perlu mengetahui betapa
dalam memutuskan putusan tersebut tidak sesuai pentingnya pendaftaran merek agar merek tersebut
dengan Undang-Undang Merek yang berlaku di mendapat perlindungan hukum dari negara.
Indonesia karena hakim tidak mempertimbangkan
pemahaman mengenai merek terkenal. Maka dapat
dikatakan hakim telah salah dalam pertimbangan Daftar Pustaka
dan memutus perkara tersebut, karena dalam Pasal Anne Gunawati, 2015, “Perlindungan Merek
16 TRIPs yangmenyatakan bahwa semua negara Terkenal Barang Dan Jasa Tidk Sejenis
peserta atau anggota Konvensi Paris (Paris Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat”,
Convention) wajib memberikan perlindungan Bandung : PT. Aditya Citra Bakti
terhadap merek terkenal. Putusan-putusan yang