Anda di halaman 1dari 10

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.

Sus-Hki/2015)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL IKEA


(ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 264 K/Pdt.SUS-
HKI/2015)

Reza Rizki Pangestu, Devica Rully Masrur


Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul
Jl. Arjuna Utara, No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
rizkireza23@gmail.com

Abstract
The globalization era, many free trade activities are carried out starting from the trade of goods and services
that cross national borders. In the trade activities carried out, the brand becomes a symbol or reference for
producers and consumers in conducting the sale and purchase of goods or services. The brand has a function
as a differentiator from one product to another. The use of the brand at this time is the most preferred thing
because with the brand can see the quality of a particular product or service. In this writing, the resolution of
problems such as impersonation or plagiarism of brands using the normative juridical review method using
Law Number 15 of 2001 concerning Trademarks and Law Number 20 of 2016 concerning Trademarks and
Geographical Indications in force in Indonesia. The Trademark and Geographical Indications Law protects
trademarks according to the first to file system, namely the rights to trademarks obtained from the
registration of the first mark. Protection applied. Brand protection contained in articles 20 and 21 of Law
Number 20 Year 2016 concerning Trademarks and Geographical Indications has not yet been fully realized.
In this case the Government should collaborate with the Directorate General of Intellectual Property Rights
to conduct a program of elaboration on the procedures for registration and protection of trademarks to the
public so that imitation, plagiarism, or brand marking may not occur again.

Keywords: Brand, Famous Brand, Intellectual Property Rights

Abstrak
Dalam era globalisasi banyak perdagangan bebas yang dilakukan mulai dari perdagangan barang dan jasa
yang melewati batas-batas negara. Dalam kegiatan perdagangan yang dilakukan maka merek menjadi sebuah
simbol atau acuan bagi produsen dan konsumen dalam melakukan kegiatan jual beli barang atau jasa. Merek
memiliki fungsi sebagai pembeda dari satu produk dengan produk lainnya. Pemakaian merek pada saat ini
merupakan hal yang paling diutamakan karena dengan adanya merek dapat melihat kualitas dari suatu barang
atau jasa tertentu. Dalam penulisan ini, penyelesaian permasalahan seperti peniruan atau penjiplakan merek
dengan menggunakan metode tinjauan yuridis normatif dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis yang berlaku di Indonesia. Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis melindungi merek
sesuai dengan sistem first to file, yaitu hak atas merek yang didapatkan dari pendaftaran merek pertama.
Perlindungan yang diterapkan. Perlindungan merek yang terdapat dalam pasal 20 dan 21 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis belum sepenuhnya terwujud. Dalam hal ini
seharusnya Pemerintah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk
mengadakan program penyeluhan tentang tata cara pendaftaran dan perlindungan merek kepada masyarakat
agar tidak terjadi lagi peniruan, penjiplakan, atau pemboncengan merek.

Kata Kunci : Merek, Merek Terkenal, Hak Kekayaan Intelektual

Pendahuluan Kekayaan Intelektual diperlukan untuk mendorong


Pengembangan industri kreatif memerlukan munculnya sebanyak mungkin karya cipta dan
suasana keterbukaan kebebasan berekspresi, dan invensi/temuan baru guna mepercepat kemajuan
penghargaan yang tinggi terhadap hasil-hasil karya masyarakat dan peradaban umat manusia.
intelektual yang berasal dari individu-individu Berdasarkan alasan ini maka wajar jika isu Hak
kreatif yang ada di masyarkat. Semua persyaratan Kekayaan Intelektual kini menjadi perhatian
tersebut tidak akan berjalan baik jika tidak banyak Negara di dunia.
didukung oleh adanya sistem perlindungan hukum Istilah Hak Kekayaan Intelektual telah
terhadap Hak Kekayaan Intelektual selanjutnya mengalami perubahan sejalan dengan
disebut HKI. Perlindungan Hukum terhadap Hak dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 228


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tercapainya kesepakatan dalam perjanjian


M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan persetujuan internasional yang khusus memberikan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara perlindungan hukum terhadap merek terkenal.
dalam surat Nomor 24/M/PAN/1/2000 istilah “Hak Ketentuan hukum yang dimaksud tertulis dalam
Kekayaan Intelektual’ (tanpa “Atas”) dapat Pasal 6 ayat (1) Konvensi Paris dengan rumusan
disingkat “HKI” telah resmi dipakai. pasal sebagai berikut :
Dasar dari kemampuan intelektualitas manusia “the countries of the Union undertake, ex
yang dapat mengandalkan kegiatan perdagangan officio if their legislation so permits, or at the
ekonomi biasanya disebut sebagai hak kekayaan request of an interested party, to refuse or to cancel
intelektual. Secara garis besar hak kekayaan the registration, and to prohibit the use, of a
intelektual terbagi menjadi dua garis besar yakni trademark which constitutes a reproduction, an
Hak Cipta (copyrights) dan hak kekayaan industri imitation, or a translation, liable to create
(industrial property rights). Hak Kekayaan Industri confusion, of a mark considered by the competent
mencakup paten (patent), desain industri (industrial authority of the country of registration or use to be
desing), merek (trademark), penanggulangan well-known in that country as being already the
praktek persaingan curang (repression of unfair mark of a person entitled to the benefits of this
competition), desain tata letak sirkuit terpadu Convention and used for identical or similiar goods.
(layout design of integrated circuit), rahasia dagang These provosions shall also apply when the
(trade secret) (Muhammad Firmansyah, 2008). essential part of the mark constitutes a
Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang, reproduction of any such well-known mark or an
merek merupakan suatu basis dalam perdagangan imitation liable to create confusion therewith.
modern. Dikatakan basis karena merek dapat Maksud dari Pasal 6 ayat (1) Konvensi Paris
menjadi dasar perkembangan perdagangan modern tersebut yaitu, negara harus menolak bilamana
yang dapat digunakan sebagai nama baik, lambang, terdapat pendaftaran suatu merek dagang yang
standar mutu, sarana menembus segala jenis pasar, dimana merek dagang yang di daftarkan tersebut
dan diperdagangkan dengan jaminan guna merupakan merek dagang terkenal, sehingga dapat
menghasilkan keuntungan besar. Terdapatnya mencegah adanya replika, reproduksi, atau
merek dapat lebih memudahkan konsumen terjemahan dan kekeliruan antara merek asli
membedakan produk yang akan dibeli oleh terkenal tersebut dengan merek tiruan. Jadi
konsumen dengan produk lain sehubungan dengan Konvensi Paris melarang negara yang meratifikasi
baik kualitas, kepuasan, dan kebanggaan, maupun Paris Convention dan TRIPS (karena TRIPS
atribut lain yang melekat pada merek. mengadopsi Konfensi Paris) untuk mengesahkan
Pada saat produsen telah berhasil merek yang di daftarkan oleh pihak lain yang
memproduksi barang atau jasa dengan merek yang dimana merek tersebut merupakan merek terkenal
dikenal dan dibeli oleh konsumen, karena reputasi, yang sudah di ketahui kualitasnya oleh masyarakat
kualitas, dan image serta telah dipasarkan secara ditingkat internasional.
luas baik nasional maupun internasional, sering kali Dengan telah diratifikasinya Konvensi Paris
produsen juga mendaftarkan merek yang sudah oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan
terkenal tersebut untuk jenis dan kelas barang atau Presiden Nomor 15 Tahun 1997, maka pelanggaran
jasa lain. Perluasan ruang lingkup perlindungan terhadap merek dengan merek terkenal sebagai
hukum terhadap merek terkenal dalam Persetujuan target untuk barang identik atau mirip (identical or
TRIPS terdapat dalam Pasal 16 ayat (2) dan (3) similar goods) memperoleh perlindungan hukum
Persetujuan TRIPS. Indonesia yang telah berupa penolakan atau pembatalan pendaftaran
meratifikasi Agreement Establishing the WTO merek, dan pelarangan penggunaan merek.
terikat pula pada seluruh ketentuan dalam Undang-Undang Merek sebagai ketentuan nasional
persetujuan TRIPS. Dengan demikian, berkaitan yang mengatur bidang merek telah memberikan
dengan perluasan perlindungan hukum terhadap perlindungan hukum terhadap merek terkenal
merek terkenal, Indonesia harus melaksanakan berupa penolakan atau pembatalan pendaftaran
kewajiban internasionalnya untuk melindungi merek, dan pelarangan penggunaan merek, yang
merek terkenal setidak–tidaknya sebagaimana diatur pada Pasal 6 ayat (1) yang rumusannya ialah
standar perlindungan hukum yang diberikan Pasal “Permohonan pendaftaran merek baru yang
16 ayat (2) dan (3) Perjanjian TRIPS(Anne memiliki persamaan pada pokok atau
Gunawati, 2015). keseluruhannya harus ditolak.”
Dampak buruk dari pelanggaran terhadap Salah satu merek terkenal yang sudah tidak
pelanggaran merek terkenal mengkhawatirkan asing lagi yang dikenal di tingkat dunia adalah
masyarakat internasional sehingga negara–negara IKEA. IKEA merupakan suatu merek dagang
berinisiatif untuk berkumpul dan berunding demi peralatan rumah tangga dari mulai lemari, kursi,

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 229


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

gantungan baju dan sebagainya. Dalam waktu lalu Permasalahan


merek IKEA ini di sengketakan antara PT. Ratania Permasalahan yang akan dibahas di dalam
Khatulistiwa dengan Inter Ikea System B.V., yang penelitian ini adalah mengenai bagaimana
berasal dari Swedia. Sengketa ini berawal dari Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di
gugatan yang di ajukan oleh pihak PT Ratania Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
Khatulistiwa yang merupakan perusahaan asal Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
Surabaya yang membuat pengajuan pembatalan dan Hukum Internasional ? Selain itu, penelitian ini
merek dagang IKEA milik inter ikea Swedia B.V juga akan membahas mengenai bagaimana
asal Swedia untuk kelas barang 20 dan 21. Didalam Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Merek
gugatan PT. Ratania Khatulistiwa menyebutkan Terkenal IKEA PT. Inter Ikea System B . V .
bahwasan nya merek dagang IKEA tidak Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor
digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak 264 K/Pdt.Sus-HKI/2015 ?
tanggal pendaftarannya di Indonesia. Diketahui
bahwa IKEA Swedia mendaftarkan merek dagang Metode penelitian
“IKEA” untuk kelas barang 20 pada tangga 27 Metode penelitian yang digunakan penulis
Oktober 2010 dengan Nomor pendaftaran adalah penelitian hukum/yuridis normatif dengan
IDM000277901 dan untuk kelas barang jenis 21 menggunakan pendekatan Undang-Undang dan
pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan Nomor pendekatan kasus.
Pendaftaran Republik IDM000092006.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 74 ayat 1 Hasil dan Pembahasan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2016 tentang
Merek mengatur bahwa “penghapusan merek
Hak kekayaan intelektual
Hak Kekayaan Intelektual (disingkat dengan
terdaftar dapat pula diajukan oleh pihak ketiga yang
HKI) merupakan terjemahan resmi dari Intellectual
berkepentingan dalam bentuk gugatan ke
Property Right (IPR). Berdasarkan subtansinya,
Pengadilan Niaga dengan alasan merek tersebut
HKI berhubungan erat dengan benda yang tidak
tidak digunakan 3 tahun berturut-turut dalam
berwujud serta melindungi karya intelektual yang
perdagangan barang dan/jasa sejak tanggal
lahir dari cipta, rasa, dan karsa manusia. Hasil kerja
pendaftaran atau pemakaian terakhir”
otak yang kemudian dirumuskan sebagai
Berdasarkan dasar tersebut, Pengadilan Niaga
intelektualitas. Orang yang optimal memerankan
memutuskan untuk mengabulkan gugatan PT.
kerja otaknya disebut sebagai orang yang terpelajar,
Ratania Khatulistiwa untuk menghapus merek
mampu meggunakan rasio, dan mampu berpikir
dagang “IKEA” milik Inter Ikea System , B.V dari
secara rasional dengan menggunakan logika
daftar umum Merek dan mengabulkan permohonan
(metode berpikir, cabang filsafat), karena itu hasil
pendaftaran merek dagang IKEA milik PT. Ratania
pemikirannya disebut rasional atau logis (Cecep
Khatulistiwa. PT. Ratania Khatulistiwa berdiri
Tedi Siswanto, 2015)
pada tahun 1999 dan bergerak dibidang industry
Menurut Suyud Margono, secara substansif
furniture dari kayu dan rotan. Bahkan meskipun PT.
pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Ratania Khatulistiwa telah melakukan pemasaran
dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang
sampai keluar negeri PT. Ratania Khatulistiwa
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
belum memiliki merek dagang sendiri, dan
manusia. Penggambaran ini pada dasarnya
permohonan pendaftaran merek IKEA yang
memberikan penjelasan bahwa Hak Kekayaan
dilakukan oleh PT. Ratania Khatulistiwa baru
Intelektual (HKI) menjadikan karya-karya yang
dilakukan pada tahun 2013.
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
Berdasarkan putusan Pengadilan Niaga yang
manusia sebagai inti dan obyek pengaturannya.
berdasarkan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang
Istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menurut
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek yang dalil
Suyud Margono terdiri dari 3 (tiga) kata kunci,
dari Pasal tersebut bertentangan dengan TRIPS
antara lain hak, kekayaan dan intelektual.
Article 16 ayat (2) dan (3) yang sudah diratifikasi
Kekayaan merupakan kekayaan atas segala hasil
oleh Indonesia melalui Undang- Undang Nomor 7
produksi kecerdasan daya pikir teknologi,
Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement
pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis,
Establishing The World Trade Organization
karikatur dan lain-lain (Suyud Margono, 2015).
(Pengesahan Organisasi Perdagangan Dunia) yang
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan
diundangkan pada tanggal 2 November tahun 1994
sebuah konsep yang berasal dan berkembang di
dimana TRIPS menganut dari beberapa
negara Barat. Oleh karena itu, manfaat sistem ini
konvensi yang salah satunya yaitu Paris Hak Kekayaan Intelektual lebih sering di
Convention (Ryan Prastha Mahadika,2018). dengungkan oleh negara-negara maju selaku

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 230


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

produsen atau penghasil Hak Kekayaan Intelektual. dapat memberikan definisi atau kriteria Merek
Hak Kekayaan disini menyangkut pengertian Terkenal dengan jelas. Sehingga kriteria tersebut
“pemilikan” (ownership) yang menyangkut sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing
lembaga social dan hukum, keduanya selalu terkait negara anggota
dengan “pemilik” (owner) dan sesuatu benda yang Pasal 1 Keputusan Menteri Republik
dimiliki (something owned) (Agnes Vira Ardian) Indonesia No.M.03-HC.02.01 Tahun 1991
Menurut Hayyanul Haq, sesungguhnya teori berbunyi.
yang menjadi dasar pengembangan Intellectual “Yang dimaksud Merek Terkenal dalam
Property Rights berasal dari teori John Locke yang keputusan ini adalah Merek Dagang yang secara
inti ajarnnya sebagai berikut : umum lebih dikenal atau dipakai pada barang yang
1. Tuhan telah menciptakan seluruh alam semesta diperdagangkan oleh seseorang atau badan baik
ini untuk manusia wilayah Indonesia maupun luar negeri” (M
2. Tuhan menciptakan manusia dengan segala Djumhani dan R Djubaedillah, 1993).
potensi yang melekat dalam dirinya untuk bias Dalam Hukum Merek terdapat ajaran atau
survive (mempertahankan diri) doktrin persamaan yang timbul berkaitan dengan
3. Setiap manusia berhak untuk melakukan fungsi Merek, yaitu untuk membedakan antara
intevensi atas alam guna mempertahankan barang atau jasa yang satu dengan lainnya. Ada dua
survivetasnya ajaran persamaan dalam Merek, yaitu :
4. Setiap manusia berhak atas hasil-hasil yang a) Doktrin persamaan keseluruhan, dan
diperoleh dari setiap interaksi antar personal- b) Doktrin persamaan identik
personal yang ada Pemeriksa Merek melihat daya pembeda suatu
5. Hak personal itu tidak bias diberikan atau Merek dari dua segi, yaitu :
dicabut oleh siapapun a) Daya pembeda yang kuat, dan
6. Setiap orang harus menghormati hak itu sebagai b) Daya pembeda yang lemah
hak personal (Ryan Prastha Mahadika, 2018). Adanya daya pembeda yang kuat pada suatu
Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual Merek yang mengakibatkan perlindungan yang
dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Hak Cipta dan kuat. Sebaliknya lemahnya daya pembeda membuat
Hak Milik Perindustrian. Dan Hak Milik perlindungan Merek tersebut menjadi lemah.
Perindustrian tediri dari : Hak Paten, Merek, Desain Perlindungan Merek adalah perlindungan dalam
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, hbungannya dengan kemampuan daya pembeda
Rahasia Dagang, Perlindungan Variates Tanaman. yang dimiliki oleh Merek tersebut yang terkait
dengan penilaian ada tidaknya persamaan pada
Merek Terkenal pokoknya dengan Merek pihak lain (Dwi A
Dalam pengertian Merek Terkenal tidak ada Kurniasih, 2009).
arti yang signifikan dikarenakan tidak ada arti yang
signifikan dalam mewujudkan tingkatan Pendaftaran dan perlindungan merek
keterkenalan suatu Merek (terkenal, lebih terkenal, Merek terdaftar mendapat perlindungan
sangat terkenal) sangat sulit ditentukan. Hal ini hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
dapat dilihat dari Konvensi Internasional dan sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu
peraturan Perundang-Undangan Nasional dibidang tersebut dapat diperpanjang untuk jangka waktu
Merek yang pada dasarnya hanya mengenal Merek yang sama. Permohonan perpanjangan yang
Biasa. Sulitnya membedekan tingkat keterkenalan dimaksud adalah diajukan secara elektronik atau
suatu Merek sama hal nya dengan sulit nonelektronik dalam Bahasa Indonesia oleh pemilik
mendefinisikan apa yang dimaksud Merek Terkenal. Merek atau kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam)
Bahkan selama perundingan utara Uruguay bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
dibidang TRIPS berlangsung hingga ditanda perlindungan bagi Merek terdaftar tersebut dengan
tanganinya persetujuan pembentukan World Trade dikenai biaya.
Organization (WTO), tidak ada satupun negara Permohonan perpanjangan masih dapat
yang mampu membuat dan mengusulkan definisi diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
Merek Terkenal. Oleh sebab itu jika ada pihak yang bulan setelah berakhirnya jangka waktu
selalu mendesakkan pengertian yang dimilikinya perlindungan Merek terdaftar tersebut dengan
atau diakuinya terhadap pihak lain, hal itu hanyalah dikenai biaya dan denda sebasar biaya
semata mata adanya kepentingan untuk pemilik perpanjangan. Tujuan pengaturan batas waktu
Merek yang bersangkutan. perlindungan Merek terdaftar selama 10 (sepuluh)
Pada article 6 Paris Convention merupakan tahun dan dapat diperpanjang adalah untuk
dasar perlindungan pengaturan Merek Terkenal. memastikan Merek yang di daftarkan benar-benar
Namun dalam article 6 Paris Convention tidak

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 231


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

digunakan pada barang/jasa yang masih di produksi baik yang bermaksud untuk membonceng
atau masih diperdagangkan. reputasinya. Merek sebagai sarana pemasaran dan
Sebaliknya Undang-Undang Nomor 20 Tahun periklanan memberikan suatu tingkat informasi
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis tidak tertentu kepada konsumen mengenai barang
akan memberikan perlindungan hukum terhadap dan/atau jasa yang dihasilkan sebuah perusahaan.
merek-merek yang sifatnya hanya mendaftar saja Dengan perkembangan periklanan, baik
tanpa pernah digunakan dalam kegiatan produksi nasional maupun internasional dewasa ini dan
atau perdagangan. Di Indonesia ada 2 (dua) sistem dalam rangka pendistribusian barang dan/atau jasa
dalam pendaftaran Merek, yaitu : membuat Merek semakin tinggi nilainya. Merek
1) Sistem Deklaratif yang didukung dengan media periklanan membuat
Adalah bahwa pendaftaran bukanlah pengusaha memiliki kemampuan untuk
menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan menstimulasi permintaan konsumen sekaligus
dugaan atau sangkaan hukum atau Presemption mempertahankan loaylitas konsumen atas produk
Iuris yaitu bahwa pihak yang Merek nya barang dan/atau jasa yang dihasilkannya. Inilah
terdaftar adalah pihak yang berhak atas Merek yang menjadikan Merek sebagai suatu keunggulan
tersebut dan sebagai pemakai pertama dari kompetitif dan keunggulan kepemilikan untung
Merek yang didaftarkan. Dalam sistem ini bersaing di pasar global (Rahmi Jened, 1998).
kelemahannya adalah kurang adanya kepastian Menurut Zen Umar purba, ada 2 macam
hukum, daftar Merek-merek yang ada tidak bisa alasan mengapa Hak Kekayaan Intelektual harus
di inventarisasi. dilindungi oleh hukum, alasan tersebut yaitu :
2) Sistem Konstitutif 1) Alasan yang bersifat non ekonomis, menyatakan
Menurut sistem ini bahwa yang berhak atas suatu bahwa perlindungan hukum akan memacu merek
Merek adalah pihak yang telah mendaftarkan yang menghasilkan karya-karya intelektual
Mereknya. Jadi pendaftaran itu menciptakan terbut untuk terus melakukan kreativitas
suatu hak atas Merek tersebut, pihak yang intelektual. Hal ini akan meningkatkan self
mendaftarkan dialah satu-satunya yang berhak actualization pada diri manusia. Bagi masyarakat
atas suatu Merek dan pihak ketiga harus hal ini akan berguna untuk meningkatkan
menghormati haknya si pendaftar sebagai hak perkembangan hidup mereka,
mutlak. 2) Alasan yang bersifat ekonomis, adalah untuk
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun melindungi mereka yang melahirkan karya
2001 tentang Merek sudah menggunakan sistem intelektual berarti mereka mendapatkan
Konstitutif, beda hal nya dengan Undang-Undang keuntungan materiil dan karya-karyanya. Dilain
Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek, dimana pihak melindungi mereka dari adanya peniruan,
Undang-Undang tersebut masih menganut sistem pembajakan, penjiplakan maupun pebuatan
Deklaratif. Dengan digunakannya sistem curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain
Konstitutif dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun atas karya-karya yang berhak.
2001 tentang Merek, maka setiap orang atau badan Sedangkan menurut Philipus M. Hadjon, bahwa
hukum bisa secara sah memiliki merek, dan akan sarana perlindungan hukum ada 2, yaitu :
dilindungi bila Mereknya tidak di daftarkan (Rian 1) Perlindungan Hukum Preventif
Nugraha Rahman, 2018). Yaitu suatu perlindungan hukum yang
perlindungannya mengarah ke suatu tindakan
Perlindungan Hukum Terhadap Merek yang bersifat pencegahan. Perlindungan ini
Terkenal di Indonesia Berdasarkan dilakukan dengan mengawasi merek yang telah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 terdaftar, pemakaian suatu merek, perlindungan
terhadap hak atas merek. Dengan tujuan
Tentang Merek dan Indikasi Geografis dan mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan ini
Menurut Hukum Internasional biasa bertindak sebelum adanya tindak pidana
Merek sebagai dasar Hak Atas Kekayaan merek atau pelanggaran merek dan merek
Intelektual pada dasarnya ialah tanda untuk terkenal.
mengidentifikasi asal barang atau jasa (an
indication origin) dari suatu perusahaan dengan
barang atau jasa perusahaan lain. Merek merupakan 2.) Perlindungan Hukum Represif
ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Yaitu suatu perlindungan hukum yang bertujuan
Melalui Merek, pengusaha dapat memberikan untuk menyelesaikan suatu sengketa terhadap
jaminan akan kualitas barang atau jasa yang merek termasuk merek terkenal atau hak atas
dihasilkan dan mencegah tindakan persaingan yang merek. Yang di lakukan penanganan oleh
tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad tidak pengadilan umum dan pengadilan administrasi di

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 232


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

Indonesia. Dalam hal ini peran lembaga Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
peradilan dan aparat penegak sipil (PPNS), dan Merek dan Indikasi Geografis menyatakan bahwa
kejaksaan sangat diperlukan. permohonan Indikasi Geografis tidak dapat
Dalam hal terkait Perlindungan hukum didaftarkan jika:
terhadap merek, di Indonesia telah menerapkan 1) Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan
perlindungan hukum terhadap merek dengan cara perundang- undangan, moralitas, agama,
memberlakukan suatu undang-undang yaitu kesusilaan, dan ketertiban umum.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang 2) Menyesatkan atau memperdaya masyarakat
Merek dan Indikasi Geografis. Dalam salah satu mengenai reputasi, kualitas, karateristik, asal
Pasal Undang-Undang tersebut, menjelaskan sumber, proses pembuatan barang, dan/atau
perlindungan hukum terhadap merek yaitu Pasal 35. kegunaanya, dan
Dalam Pasal tersebut memberikan perlindungan 3) Merupakan nama yang telah digunakan sebagai
terhadap suatu merek terdaftar untuk jangka waktu variates tanaman yang digunakan sebagai
10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan serta variates tanaman sejenis, kecuali ada
dapat diajukan permohonan oleh pemilik untuk penambahan padanan kata yang menunjukkan
jangka waktu yang sama. Pasal 35 Undang- faktor Indikasi Geografis yang sejenis.
Umdang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Ditambahkan dalam Pasal 56 ayat (2) Undang-
Indikasi Geografis menyebutkan “Merek terdaftar Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka Indikasi Geografis bahwa permohonan Indikasi
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan Geografis dapat ditolak jika :
dan jangka waktu perlindungan dapat di 1) Dokumen deskripsi indikasi geografis tidak
perpanjang”. dapat dibuktikan kebenarannya, dan
Sesuai dengan asas first to File maka 2) Memiliki persamaan pada keseluruhannya
perlindungan hukum terhadap suatu merek di dengan indikasi geografis yang sudah terdaftar
Indonesia bisa di katakan dimulai saat pertama kali (Devica Rully Masrur, 2018).
merek tersebut di daftarkan secara resmi. Oleh Konvensi Internasional memfasilitasi
karena itu, menurut adanya penerapan asas first to perlindungan indikasi geografis melalui sistem
file telah menciptakan : pendaftaran Internasional. Untuk mempermudah
1) Kepastian hukum untuk mengkondisikan siapa proses pendaftaran, WIPO (World Intellectual
sebenarnya pemilik merek yang paling utama Property Organization) telah menyediakan sistem
untuk dilindungi, database “Lisabon Express” yang dapat digunakan
2) Kepastian hukum pembuktian, karena hanya untuk mencari produk dengan sebutan asal indikasi
didasarkan pada fakta pendaftaran melalui geografis yang sudah terdaftar di Perjanjian
sertifikat merek. Pendaftaran atau sertifikat Lisabon, produk yang akan didaftarkan, jenis
merek menjadi satu-satunya alat bukti utama, produk, pemegang hak indikasi geografis,
3) Mewujudkan dugaan hukum siapa pemilik penolakan dan lain-lain. Ada beberapa manfaat
merek yang paling berhak dengan pasti, tidak yang didapatkan dari sistem pendaftaran
menimbulkan kontroversi antara pendaftar Internasional, yaitu:
pertama dan pemakai pertama (Ricky 1) Negara-negara lain akan mengetahui secara tepat
Rachman Kholika, 2018). terhadap barang yang telah dilindungi,
Indonesia menganut sistem pendaftaran Merek 2) Negara-negara yang bergabung diminta untuk
dengan sistem konstitutif. Sistem ini mengharuskan menghormati dan melindungi terhadap produk
adanya pendaftaran Merek agar suatu Merek bisa tersebut,
mendapatkan perlindungan, sistem ini dikenal juga 3) Perlindungan produk tersebut masih dilindungi
dengan sistem first to file. Sistem ini menegaskan selama di negara asalnya masih dilindugi tanpa
bahwa orang yang pertama kali mendaftarkan adanya pembaruan pendaftaran
Merek, maka dialah yang berhak atas hak Merek 4) Bagi produsen, barang yang sudah dilindungi dan
tersebut. Walaupun Indonesia menganut terdaftar di sistem Lisabon dapat meningkatkan
pendaftaran Merek berdasarkan sistem konstitutif, kualitas dan harga barang tersebut di negara lain,
perlindungan Merek terkenal yang belum terdaftar 5) Bagi konsumen, barang yang sudah dilindungi
di Indonesia tetap akan mendapatkan perlindungan, dan terdaftar dapat memberikan jaminan keaslian
karena Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Paris dan kualitas, sehingga tidak membingungkan
dan Perjanjian TRIPS (The World Trade asal barang tersebut (Devica Rully Masrur, 2018)
Organization’s TRIPS Agreement) (Rakhmita Ada 3 (tiga) bentuk pelanggaran merek terkenal
Desmayanti, Vol. 6) yang diatur dalam WIPO, yaitu :
Tidak semua Merek dan Indikasi Geografis 1) Trademark Piracy (Pembajakan) adalah :
dapat didaftarkan. Dalam Pasal 56 ayat (1)

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 233


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

“Trademark piracy means the registration or use Niaga untuk menghapus nama “IKEA” milik PT.
of a generally well-known foreign trademark that Imter Ikea System B.V. salah satu perusahaan
is not registered in the country or is invalid as a properti yang sudah mendaftarkan mereknya sejak
result of non-use.” tahun 2006. PT. Ratania Khatulistiwa mengajukan
Terjemahannya adalah : gugatan penghapusan merek “IKEA” milik PT.
“Pembajakan merek dagang berarti pendaftaran Inter Ikea System B.V. karena sudah 6 (enam)
atau penggunaan merek dagang asing umumnya tahun mendaftarkan mereknya tetapi tidak ada
terkenal yang tidak terdaftar di negara itu atau kegiatan produksi atau penjualan barang/jasa
tidak valid sebagai akibat dari tidak digunakan.” dengan merek dagang tersebut di Indonesia.
2) Counterfeiling (Pemalsuan) adalah : Mengetahui hal ini PT. Ratania Khatulistiwa
“Counterfeiting is first of all the imitation of a langsung mengajukan ke Pengadilan Niaga agar
product. The counterfeit is not only identical in merek tersebut bisa dihapus kemudia PT. Ratania
the generic sense of the term. It also gives the Khatulistiwa akan mendaftarkan merek dagang
impression of being a genuine product (for “IKEA” miliknya dan supaya bisa menjual barang
instance a Louis Vuitton), originating from the yang di produksinya dengan merek dagang “IKEA”.
genuine manufacturer or trader.” Gugatan tersebut di kabulkan sehingga PT. Ratania
Terjemahannya adalah : Khatulistiwa bisa mendaftarkan merek dagang
“Pemalsuan adalah imitasi produk. Produk palsu “IKEA” miliknya. Namun pihak Tergugat PT. Inter
yang tidak hanya mirip dalam ucapan. Tapi juga Ikea System B.V. tidak menerima sehingga
memberikan kesan sebagai produk asli (misalnya mengajukan permohonan pada tingkat kasasi di
tas Louis Vuitton), berasal dari pabrikan atau Mahkamah Agung, namun Mahkamah Agung
pedagang asli.” memutuskan tetap menghapus merek “IKEA” milik
Berdasarkan pengertian counterfeiting PT. Inter Ikea System B.V. sehingga kasus tersebut
(pemalsuan), maka hal penting untuk terjadinya dimenangkan oleh PT. Ratania Khatulistiwa.
counterfeiting (pemalsuan) adalah adanya kesan Jika dilihat dari kriteria merek terkenal
bahwa produk palsu merupakan produk asli, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tidak cukup hanya dengan adanya kemiripan tentang Merek dan Indikasi Geografis dan
ucapan. menurut World Intellectual Property Organization
3) Imitation Label and Packaging (Imitasi Label (WIPO), merek IKEA termasuk dalam merek
dan Kemasan) adalah : terkenal karena banyak masyarakat telah
”As in the case of counterfeiting, the label or mengetahui produk- produk IKEA melalui iklan-
packaging of the competing product is imitated, iklan yang ditayangkan ditelevisi, atau disiarkan
but in this case the imitation does not give the melalui radio, disebarkan melalui brosur dan
impression of being the genuine one. If one ditempel pada baliho papan iklan dipinggir jalan
compares the genuine product and the imitation raya. Merek IKEA bukan hanya ada di Indonesia
side by side, although consumers seldom proceed saja tetapi ada beberapa di negara lain yang telah
in this way, one can distinguish them and the membuka gerai IKEA. Di Indonesia gerai IKEA
imitation does not usually hide behind the sudah menjadi tempat tujuan utama para keluarga
manufacturer of the genuine product; he trades untuk mencari peralatan rumah yang dibutuhkan
under his own name.” sesuai dengan keinginan mereka. Dengan adanya
Terjemahannya adalah : gerai IKEA dinegara lain sudah jelas jika Inesvtor
“Dalam persoalan pemalsuan, label atau IKEA telah membuka beberapa gerai nya di
kemasan produk kompetitor diimitasikan, tapi berbagai negara. Di Indonesia IKEA dimiliki oleh
dalam persoalan imitasi tidak memberikan kesan salah satu perusahaan properti asal Surabaya yaitu
sebagai produk asli. Jika konsumen PT. Ratania Khatulistiwa yang telah memenangkan
membandingkan produk asli dan produk imitasi gugatan atas penghapusan merek IKEA miliki Inter
secara berdampingan,meskipun konsumen jarang Ikea System B.V yang berasal dari Swedia.
melakukan hal demikian, konsumen tersebut Perlindungan Merek terhadap suatu merek
dapat membedakan keduanya dan pelaku imitasi biasa dan merek terkenal di Indonesia masih
biasanya tidak berlindung dibalik pabrikan menjadi sorotan karena Undang-Undang Merek
produk asli, dia berdagang atas namanya sendiri” Indonesia tidak mengacu pada aturan-aturan
(Nugraha Abdul Kadir, 2019) Internasional yang ada dalam Konvensi Paris
Di Indonesia kasus merek terkenal yang baru (Paris Convention) dan TRIPS Agreement. Dalam
beberapa tahun lalu terjadi dan diketahui oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
banyak orang ialah “IKEA”. Pada Tahun 2013 PT. Merek sudah sangat jelas bahwa suatu merek dapat
Ratania Khatulistiwa selaku perusahaan property dhapuskan apabila merek yang digunakan tidak
asal Surabaya mengajukan gugatan ke Pengadilan sesuai dengan yang didaftarkan. Namun dalam

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 234


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

kasus ini, merek yang dihapuskan ialah merek yang Jenderal Kekayaan Intelektual dan Direktorat
sudah 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak ada dalam Jenderal Merek dan Indikasi Geografis.
kegiatan perdagangan di Indonesia. Ketentuan Pada saat Direktorat Jenderal Merek dan
tersebut diatur dalam Pasal 61 Undang-Undang Indikasi Geografis menerima permohonan
Nomor 15 Tahun 2001 : pendaftaran merek yang memiliki persamaan pada
1) Penghapusan pendaftaran merek dari daftar pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
umum merek dapat dilakukan atas prakarsa terkenal, berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-
Direktorat Jenderal atau berdasarkan Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
permohonan pemilik merek yang bersangkutan Indikasi Geografis (dahulu Pasal 6 ayat (1)
2) Penghapusan merek atas prakarsa Direktorat Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Jenderal dapat dilakukan jika : Merek), maka permohonan tersebut harus ditolak.
a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) Dalam memutus perkara tersebut hakim
tahun berturut-turut dalam perdagangan cenderung menerima begitu saja alat bukti dari
barang dan/atau jasa sejak tanggal penggugat. Tidak disebutkan alasan mengapa
pendaftaran atau pemakaian terakhir, hakim mempercayai hasil survei pasar tersebut.
kecuali apabila ada alasan yang dapat Dalam kasus ini survei pasar dilakukan oleh
diterima oleh Direktorat Jenderal lembaga survei berdasarkan pesanan penggugat,
b. Merek digunakan untuk jenis barang sehingga objektivitas dan keakuratannya diragukan.
dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis Dalam putusan hakim tidak menyebutkan alasan
barang atau jasa yang dimohonkan mengapa tidak menggunakan alat bukti yang
pendaftaran, termasuk pemakaian merek diajukan tergugat. Alat bukti yang diajukan oleh
yang didaftar tergugat merupakan bukti pemesanan barang yang
Dalam penjelasan Pasal 61 ayat (2) huruf (a) menggunakan merek “IKEA”. Seharusnya hakim
dijelaskan maksud dari pemakaian terakhir yaitu : dapat lebih objektif dengan memutuskan untuk
“Yang dimaksud dengan pemakaian terakhir adalah memerintahkan survei yang bersifat independen.
penggunaan merek tersebut pada produksi barang Terhadap putusan hakim yang menyatakan merek
atau jasa yang diperdagangkan. Saat pemakaian “IKEA” hapus karena tidak digunakan dan
terakhir tersebut dihitung dari tanggal terakhir meminta kepada turut tergugat untuk mencoret
pemakaian sekalipun setelah itu barang yang “IKEA” dari pendaftaran berakibat tidak ada lagi
bersangkutan masih beredar di masyarakat” (Selvy yang memiliki hak eksklusif terhadap merek IKEA.
Handoyo, Jurnal Hukum Adigama). Siapa saja dapat mengajukan permohonan atas
merek yang sudah tercoret. Hakim juga
Analisa Hukum Bagi Pemegang Merek menyatakan bahwa permohonan merek yang
Terkenal Inter Ikea System B.V diajukan oleh PT. Ratania Khatulistiwa sah,
Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung sehingga Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Nomor 264 K/PDT.Sus-HKI/2015 wajib untuk menerima permohonan tersebut untuk
Terhadap merek yang sudah tidak digunakan diproses sesuai prosedur yang berlaku. Prosedur
(non-use) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dapat pendaftaran merek harus melalui tahap tahap
dimintakan penghapusan merek ke Pengadilan pemeriksaan administratif dan substantif. Kalau
Niaga. Penghapusan tersebut dapat dilakukan oleh dikabulkan baru lah pemohon menjadi pemegang
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, pemilik merek dan memiliki hak eksklusif. Jika PT. Ratania
merek itu sendiri atau pihak ketiga, sesuai dengan Khatulistiwa gagal mendapatkan hak merek, Inter
Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 63 Undang- Undang IKEA System B.V. dapat mendaftarakan kembali
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (sekarang merek “IKEA” ke Direktorat Jenderal Merek dan
Pasal 72 ayat (1) dan Pasal 74 ayat (1) Undang- Indikasi Geografis dengan mengajukan
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan permohonan pendaftaran merek.
Lokasi Geografis). Apabila Pengadilan Niaga Secara normatif, jika suatu merek dihapuskan
memutus menghapus suatu merek, maka berakhir dan pemilik merek yang dihapuskan mereknya
pula perlindungan atas hak eksklusif yang terdapat masih mengharapkan hak eksklusif atas merek
dalam merek tersebut, siapapun dapat tersebut, maka pemilik merek lama harus
mendaftarkan kembali merek yang telah dihapus, mengajukan permohonan pendaftaran merek,
termasuk pemilik asal. Pendaftar tetap harus melalui prosedur pendaftaran merek, yakni
melakukan permohonan pendaftaran ke Direktorat pemeriksaan administratif, substantif dan keputusan
Jenderal Merek dan Indikasi Geografis dan apakah diterima atau tidak. Bila ada pihak lain yang
melewati proses pemeriksaan, karena yang berhak telah mengajukan permohonan merek yang sama
menentukan apakah suatu merek dapat didaftarkan terlebih dahulu, maka pemilik merek lama berhak
dan memperoleh hak eksklusif adalah Direktorat untuk menagjukan keberatan, bila keberatan

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 235


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

diabaikan dan negara mengabulkan permohonan terkait dengan pelanggaran merek terkenal dalam
merekbagi pemohon baru, maka pemilik merek persaingan usaha yang tidak sehat yang telah
lama masih memiliki upaya hukum untuk diputus oleh Pengadilan, dalam membuat
mengajuan pembatalan mereka. keputusannya Mahkamah Agung berpegang teguh
Dalam hal kasus sengketa merek IKEA milik terhadap Undang-Undang Merek dan
Inter IKEA System B.V. sudah dihapus, putusan Yurisprudensi Mahkamah Agung sebelumnya yang
hakim tidak menghilangkan sifat terkenal dari merupakan satu kesatuan hukum yang dapat
merek IKEA. Oleh karena itu Inter IKEA System dijadikan pedoman dalam menyelesaikan perkara
B.V. dapat mengajukan keberatan dengan pelanggaran merek. Sama halnya dengan konvensi
membuktikan bahwa penggunaan merek “IKEA” internasional, jika dalam Undang-Undang maupun
atas dasar itikad tidak baik serta memperlihatkan Yurisprudensi Indonesia terdapat hal yang belum
bahwa “IKEA” merupakan merek terkenal. jelas diatur maka dapat merujuk pada konvensi
Pemeriksa merek harus memperhatikan sanggahan internasional yang berkaitan dalam pengambilan
tersebut. Dapat terjadi, pemeriksa merek keputusan.
berpendapat bahwa “IKEA” adalah merek terkenal Saran untuk Pemerintah melalui Direktorat
sehingga berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang- Jenderal Hak Kekayaan Intelektual perlu
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan mengadakan pengenalan atau sosialisasi mengenai
Indikasi Geografis (Pasal 6 ayat (1) huruf (b) bentuk-bentuk pelanggaran merek serta akibat
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang hukumnya kepada seluruh kalangan masyarakat
Merek) merek “IKEA” tidak bisa digunakan oleh baik konsumen atau produsen. Sosialisasi mengenai
pihak lain dalam hal ini PT. Ratania Khatulistiwa. pengecekan ketersediaan merek baik secara online
Namun sebaliknya bisa terjadi pemeriksa merek atau manual harus dilakukan agar masyarakat dapat
berpendapat bahwa merek “IKEA” yang digunakan berperan aktif dalam mengecek apakah merek
oleh Inter IKEA System B.V. tidak termasuk merek tersebut sudah terdaftar atau belum. Pihak
terkenal (meski kemungkinan kecil, karena merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
“IKEA” sudah dipasarkan secara global dan seharusnya lebih selektif dalam pendaftaran merek
hambatan yang tentu dialami oleh PT. Ratania agar tidak terjadi pelanggaran merek yang
Khatulistiwa saat mengekspor merek “IKEA” mengakibatkan kerugian bagi pemilik merek yang
untuk produk peralatan rumah tangga kepada mitra telah terdaftar sebelumnya ataupun pemilik merek
bisnis diluar negeri). dari merek yang sudah terdaftar.
Jika suatu merek dihapuskan dan pemilik
Penutup merek yang dihapuskan mereknya masih
Perlindungan hukum atas merek yang menjadi mengharapakan hak ekslusif atas merek tersebut,
tujuan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 maka pemilik merek lama harus mengajukan
tentang Merek dan Undang-Undang Nomor 20 permohonan pendaftaran merek dan melalui
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis prosedur pendaftaran merek, yakni pemeriksaan
belum sepenuhnya tercapai. Hal ini dapat administratif, subtantif dan keputusan apakah
merugikan pengusaha untuk mendapat kepastian diterima atau tidak. Bila ada pihak lain yang
dalam memperoleh perlindungan hukum merek di mengajukan permohonan merek yang sama terlebih
Indonesia. dahulum maka yang pemilik merek lama berhak
Putusan Pengadilan Niaga Nomor mengajukan keberatan. Bila keberatan diabaikan
99/PDT.SUS/MEREK/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. Jo dan negara mengabulkan permohonan merek-
Putusan Mahkamah Agung No.264 K/Pdt.Sus- merek, maka pemilik merek lama masih memiliki
HKI/2015 mengenai merek terkenal IKEA tidak upaya hukum untuk mengajukan pembatalan.
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 tentang Terhadap putusan Pengadilan Niaga dapat
Merek maupun Undang-Undang Nomor 20 Tahun dilakukan upaya hukum kasasi dan peninjauan
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, hakim kembali. Masyarakat perlu mengetahui betapa
dalam memutuskan putusan tersebut tidak sesuai pentingnya pendaftaran merek agar merek tersebut
dengan Undang-Undang Merek yang berlaku di mendapat perlindungan hukum dari negara.
Indonesia karena hakim tidak mempertimbangkan
pemahaman mengenai merek terkenal. Maka dapat
dikatakan hakim telah salah dalam pertimbangan Daftar Pustaka
dan memutus perkara tersebut, karena dalam Pasal Anne Gunawati, 2015, “Perlindungan Merek
16 TRIPs yangmenyatakan bahwa semua negara Terkenal Barang Dan Jasa Tidk Sejenis
peserta atau anggota Konvensi Paris (Paris Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat”,
Convention) wajib memberikan perlindungan Bandung : PT. Aditya Citra Bakti
terhadap merek terkenal. Putusan-putusan yang

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 236


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal IKEA (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/Pdt.Sus-Hki/2015)

Arianto, H. (2010). Hukum Responsif dan Rakhmita Desmayanti, “Tinjauan Umum


Penegakan Hukum di Indonesia. Lex Perlindungan Merek Terkenal Sebagai
Jurnalica, 7(2), 18013. Pembeda Menurut Perspektif Hukum Di
Indonesia”, Jurnal Cahaya Keadilan, 6
Cecep Tedi Siswanto, 2015, “Pelaksanaan Hukum (1) :8.
Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Desain
Industri Pada Kerajinan Bambu Di Wilayah Rian Nugraha Rahman, 2018, “Kedudukan
Kabupaten Sleman”, Jurnal Cakrawala Direktorak Jenderal Hak Kekayaan Sebagai
Hukum, 11 (1) : 41-42. Turut Tergugat Yang Mengabulkan
Permohonan Merek Yang Telah Terdaftar
Devica Rully Masrur, 2018, “Perlindungan Hukum Sebelumnya Untuk Barang Sejenis”,
Indikasi Geografis Yang Telah Di (Jakarta : Universitas Esa Unggul), Skripsi.
Daftarkan Sebagai Merek Berdasarkan
Instrumen Hukum Nasional Dan Hukum Ricky Rahman Kholika, 2019, “Perlindungan
Internasional”, Lex Jurnalica, 15 (2) : 200- Hukum Terhadap Merek Tommy Bahama
204. Di Indonesia”, (Jakarta ; Univrsitas Esa
Unggul), Skripsi.
Devica Rully Masrur, 2018, “Upaya Perlindungan
Sumber Daya Genetik Berdasarkan Ryan Prastha Mahadika, 2018, “Perlindungan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Batik Sebagai Warisan Budaya Tak Benda
tentang Paten”, Jurnal Hukum Menurut UNESCO Dan Batik Sebagai Hak
Jurisprudence, 8 (2) : 58. Cipta Di Indonesia (Studi
Perbandingan)”,(Jakarta : Universitas Esa
Masrur, D. R. (2007). Implikasi Putusan Unggul), Skripsi.
Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian UU
No. 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Selvy Handoyo, 2018, “Penerapan Merek
Yudisial Terhadap Pengawasan Perilaku Terdaftar Tidak Di Gunakan Analisis Kasus
Hakim. Jurnal Hukum Kebijakan Publik Inter Ikea System B.V Dan PT. Ratania
RES REPUBLICA, 1(1). Khatulistiwa”, Jurnal Hukum Adigama : 16-
22
Dwi Kurniasih, 2009, “Perlindungan Hukum
Pemiliki Merek Terdaftar Dari Perbuatan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Passing Off (Pemboncengan Reputasi) Merek.
Bagian II”, Jurnal Media Hak Kekayaan
Intelektual, 6 (1) : 10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis
Hutapea, N. S. D., & Kadir, N. A. (2015).
Implementasi Perlindungan Hukum Hak-
Hak Anak Pelaku Kejahatan Dalam Proses
Penyidikan Perkara Tindak Pidana Anak
(Studi Di Polres Metro Jakarta Utara). Lex
Jurnalica, 12(2), 145519.

Muhammad Djumhana & R. Djubaedillah, 2003,


“Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori, Dan
Prakteknya”, Bandung : PT. Aditya Citra
Bakti

Nugraha Abdul Kadir, 2019, “Perlindungan Hukum


Merek Asing Terkenal Terhadap
Pelanggaran Merek Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merek”, Lex Jurnalica, 6 (1) : 54.

Rahmi Jened, 1998, “Persetujuan TRIPS Terhadap


Perlindungan Merek Di Indonesia”,
Jakarta : Yuridika.

JCA of LAW Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 237

Anda mungkin juga menyukai