CERPEN Bukan Patah Hati
CERPEN Bukan Patah Hati
Pada saat itu, aku beserta anggota Dewan Penggalang mendapat tugas dari kakak pembina untuk
mengikuti ujian SKU, ujian SKU tidak lah mudah, karena harus mempelajari setiap point di
dalam buku SKU. Kakak pembina memberi waktu 2 minggu untuk mempelajari materi yang
akan diuji. Aku beserta anggota dewan lainnya mempelajari materi dengan sungguh-sungguh
untuk mendapat hasil yang maksimal. Walaupun ada anggota lain yang tidak niat dan malas
mengikuti ujian tersebut
Tugas dari kakak pembina memanglah sedikit menguras waktuku pada saat itu. Jam belajarku
menjadi berkurang, yang setiap malam aku selalu belajar untuk pelajaran besok. Sekarang aku
juga belajar untuk ujian SKU. Bersyukurlah aku karena Pada zamanku sangatlah mudah untuk
mempelajari sesuatu semua serba ada di youtube dan google. Oleh karena itu aku tidak mengeluh
untuk ujian SKU
Malam sebelum hari ujian tiba, aku sedang nongkrong bersama temanku Lajo. Kami nongkrong
di tempat favorit kami, angkringan sekartaji
“Jo, gimana udah siap belum besok?” ucapku sambil meminum kopi
“Insyaallah, dibuat siap aja” jawabnya dengan bercanda
“Mending ngehafalkan lagi habis ini” kataku
“Dimana?” ucap lajo
“Di HP aja kan bisa lihat di google” ujarku sambil membuka HP
“Oke tunggu tehku habis” sambung lajo sambil menyeruput tehnya
Aku pun menghafal materi duluan sambil menunggu lajo menghabiskan tehnya. Lajo
memanglah anak yang sangat santai dan menikmati hidup. Tidak seperti aku yang sangat ambis
dan gercep. Jam sudah menunjukkan pukul 20.14 saat itu.
“Woi jo, lama banget ngabisin tehnya” bentakku ke lajo. Kemudian dia berhenti bermain dan
langsung menghabiskan tehnya
“Iya iya, kuhabisin” ucapnya sambil menghabiskan tehnya
“Kelamaan, aku udah selesai ngehafalinnya, aku pulang dulu udah malam” jawabku kesal
“Yaudah pulang aja” ujarnya sambil sambil main hp lagi
“Hafalin materinya, jangan main terus jo” kataku
“Ya, udah sana pulang aja” jawab lajo
Akupun pulang ke rumah. Setelah sampai aku cuci kaki dan tangan serta beres-beres akan tidur.
Esok harinya, aku berangkat sekolah seperti biasa. Saat sampai di sekolah ada Andre dan Fahri
yang merupakan anggota dewanku juga
Bel masuk kelas pun berbunyi, saatnya pelajaran dimulai. Aku kurang fokus saat mengikuti
pelajaran karena aku sedikit gugup untuk ujian SKU nanti. Jam pulang sekolah telah tiba. Ketika
sampai di rumah, aku ganti baju, cuci kaki dan tangan, kemudian makan siang. Saat waktu
dhuhur tiba, aku bergegas mandi dan menuju masjid. Seusai shalat jumat, aku pulang dan ganti
memakai seragam pramuka.
Aku membuka HP dulu sebelum berangkat ke sekolah
Saat itu mamaku sedang membantu tetangga dalam acara pindah rumah. Aku mengeluarkan
motorku dan bingung antara mau pamit atau langsung berangkat karena sudah sedikit telat. Aku
memutuskan untuk langsung berangkat dan tidak pamit kepada mama. Tidak jauh dari rumah
setelah aku berangkat ada kayu yang menyangkut di ban sepeda motorku, akupun berhenti dan
mengambilnya.
Disaat aku berhenti aku masih kepikiran aku balik untuk berpamit dulu atau lanjut ke sekolah.
Aku masih tetap memilih untuk lanjut brangkat. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada bisikan di
benakku
Entah dari mana dan dari siapa aku mendapat bisikan itu. Aku sangat bingung dan takut dalam
perjalanan itu sehingga tidak fokus mengendalikan motor. Aku menaikkan kecepatanku hingga
100 km/jam dan beberapa detik setelahnya saat aku melewati tikungan tanjakan sepeda motorku
mengalami tank slapper. Aku benar-benar panik sangat susah mengendalikan stang motorku
sampai akhirnya motorku terlempar dan aku terjatuh sampai berciuman dengan aspal sejauh 7
meter. Aku tidak pingsan saat itu setelah jatuh. Aku bangun dan tidak merasakan sakit
sedikitpun. Aku lihat motorku sudah hancur. Ada orang keluar dari rumah tepat dimana aku
jatuh.
Banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang menyerubungi aku. Sepeda motorku pun sudah
diamankan oleh penduduk setempat. Orang yang menolongku segera mengambil HPku dan
menelepon papaku
“Halo om, ini anaknya bapak kecelakaan di tikungan masjid sabilul” ucap orang itu
“Waduh, iya mas saya kesana” jawab papaku
Orang itu menutup teleponnya.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada seseorang membawa pick up menghampiriku. Orang tersebut
tanpa basa basi langsung membawaku ke puskesmas. Ntah mengapa dan karena apa pada saat
sampai aku ditolak oleh pihak puskesmas. Padahal kondisiku sudah cukup parah. Kemudian aku
lanjut dibawa ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit aku dibawa ke UGD, dan
segera ditangani oleh pihak rumah sakit.
Di situ aku hanya beristigfar karena menahan rasa sakit yang luar biasa. Menit demi menit
kulewati dengan sengsara. Dan pada akhirnya kedua orangtuaku datang. Mereka hanya bisa
melihat dengan perasaan sedih. Aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit dan akhirnya
akupun menangis terus menerus. Setelah selesai ditangani dan di foto rontgen, Pihak rumah sakit
menganjurkan untuk langsung melakukan operasi. Karena dilihat dari kondisi tanganku yang
benar-benar parah, tanpa pikir panjang papaku segera mengurus semuanya. Mulai dari
pembayaran, kamar inap, dan lain lain.
Papaku kembali ke ugd bersama suster yang sudah siap memindahkanku ke kamar inap. Ketika
sampai di kamar inap aku harus berpuasa terlebih dahulu sebelum operasi. 2 jam telah berlalu,
jam dinding menunjukkan pukul 15.49. Ada suster datang ke kamarku dan langsung membawa
aku ke ruang operasi. Aku hanya pasrah dan tidak takut operasi, aku berserah diri kepada yang
maha kuasa agar semuanya dimudahkan.
Setiba di ruang operasi, aku disambut oleh dokter-dokter yang siap mengoperasiku. Disitu semua
pakaianku dilepas semua. Setelah tanpa busana aku dibius total dan akhirnya aku tidak sadarkan
diri
Aku terbangun jam 7 malam. Entah aku berada dimana, karena nyawaku belum terkumpul
sempurna. Aku hanya mendengar suara tid-tid dari alat di sampingku. Aku berusaha membuka
mata dan mengumpulkan nyawa. Aku lihat tanganku yang masih utuh tapi dengan keadaan
digips dan diperban. Aku bersyukur karena aku sudah tidak merasakan sakit saat itu.
Tiba-tiba ada suster yang menghampiriku dan mengajakku berbincang bincang agar aku segera
sadarkan diri
Aku tidak berkata sedikit pun, hanya mengangguk saja. Suster itu membawa aku ke ruang
radiologi. Setelah aku keluar dari ruang pemulihan, aku melihat ada orangtuaku yang ternyata
menungguku dari tadi. Setelah sampai, aku masih antre terlebih dahulu. Tidak lama kemudian
aku masuk kedalam radiologi. Ada pihak radiologi yang akan memfoto tanganku.
Tak kusadari begitu cepat foto rontgennya. Aku pun segera dibawa ke kamar inap yang telah
dipesan papaku.
Setelah datang kembali ke kamar inap, aku benar-benar lapar dan haus. Aku ingin segera makan
banyak dan minum, karena memang aku suka makan banyak. Walaupun porsi makanku banyak,
badanku terlihat kurus
“Dek nanti boleh makan sama minum setelah kentut dulu ya” ucap suster itu
“Udah sus, udah 7 kali dari tadi” sambungku
“Oalah ya udah silahkan makan sama minum ya, permisi”
“Iya sus mari” lanjut mamaku
Aku pun minum terlebih dahulu untuk membasahi tenggorokanku yang sangat kering. Rasanya
lega sekali setelah minum, kemudian aku ingin makan, tetapi ortuku tidak membawa makanan
“Dek bentar ya kalau mau makan, mbakmu masih perjalanan ke sini” kata mamaku
“Loh mbak pulang ma?” Tanyaku
“Iya tadi habis dikabarin papamu mbakmu langsung pulang dari gresik” jawab mamaku, yang
ternyata papaku juga telah menyuruh mbakku untuk membawa baju, bantal, selimut, snack,
makanan, minuman, dan lain lain. Jarak Gresik dan rumah sakit yang aku tempati ini tidaklah
dekat, butuh 2-3 jam perjalanan untuk sampai ke rumah sakit gatoel.
Setelah lama menunggu akhirnya mbakku datang. Dia membawa tas ransel besar. Mbakku
datang dengan pacarnya.
“Kok bisa jatuh?, kebut-kebutan ya” tanya mbakku
“Engga kok mbak, cuma tank slapper aja pas di tanjakan” jawabku bohong agar tidak dimarahi
“Tapi pasti buru-buru kan?”
“Hehe iya maaf mbak”
“Udah gapapa” lanjut mbakku sambil mengeluarkan semua barang dari tas ransel yang besar itu.
Tampak banyak makanan yang membuat perutku semakin keroncongan
Mbakku tidak lama disitu, ia kembali lagi ke Gresik karena ia harus kerja besok. Mbakku pulang
sekitar jam 9 malam.
Aku sudah mengantuk saat itu, tidak lama kemudian mataku sudah tertutup lagi
Di pertengahan tidurku, aku merasakan seperti ada yang membakar tubuhku, aku terbangun jam
dinding menunjukkan pukul 01.00 pagi. Tubuhku sangat panas tapi aku merasakan dingin yang
luar biasa di kulitku. Padahal ac kamar sudah dimatikan. Badanku mengigil. Orangtuaku tampak
gelisah dan panik. Banyak usaha yang dilakukan mulai dari minum air yang banyak,
mengompres badanku, dan lain lain. Akhirnya papaku memanggil suster. Saat suster datang ia
menyuntikkan sebuah obat ke infusku
“Bu ini anaknya kurang minum pasca operasi tadi jadi badannya panas sama dingin bu” kata
suster itu
“Ini saya sudah kasih obat pereda panasnya ya bu silahkan ditunggu reda.”
“Iya sus terima kasih” sambung mamaku
“Dek ayo minum lagi” kata mamaku sambil mengambilkan minum
Tak lama langsung aku habiskan 2 botol aqua. Cukup meredakan panas di tubuhku.
Aku sangat susah tidur kembali saat itu, penyebabnya adalah panas dari tubuhku dan ada pasien
lain di sampingku yang mendengkur sangat keras. Sampai akhirnya ketika panasku sedikit reda
aku dapat tidur kembali
Jam 4 pagi aku terbangun kembali karena kebelet kencing. Papaku mengambilkan pispot yang
ada di kamar mandi dan aku segera mengeluarkan semuanya.
Ketika membuka HP ada chat dari lajo dan teman-temanku yang lain
Lanjut aku menjawab chat dari temanku yang lain, setelah selesai, aku membuka youtube untuk
mendapat hiburan
“Dek tidur lagi ya, main hpnya udah dulu” kata mamaku
“Emm iya deh ma” jawabku sambil memberikan hpku ke mamaku
“Ma mau minum dulu” aku tidak ingin badanku panas lagi sehingga aku meminta minum ke
mamaku.
Jam 11 siang aku terbangun dari tidurku, ada saudara dari mamaku menjengukku. Mereka
membawakan makanan, jajan, dan minuman. Saudaraku turut berduka atas kejadian
kecelakaanku. Mereka berbincang-bincang dengan mamaku, sementara aku sibuk merenungkan
kesalahanku
“Andai aku memacu motorku dengan pelan, pasti aku tidak seperti ini”
“Salahku juga, tidak pamit ke mama kalau mau berangkat” ucapku sambil mengeluh di dalam
hati
Memikirkan hal seperti itu memanglah tidak berguna, tetapi aku sangat menyesal atas itu. Usai
saudaraku pulang. Aku makan siang sambil menonton televisi
Setelahnya aku kembali beristirahat lagi dan bangun sore hari untuk membersihkan badanku.
Aku tidak mandi, melainkan diseka menggunakan air hangat.
Malam telah tiba, aku tidur seperti biasanya, aku tidur sangat nyenyak malam itu. Tetapi aku
terbangun di tengah malam karena posisi tidurku yang kurang nyaman. Gerakanku sangat
terbatas kala itu.
Setelah makan, aku kembali berlayar ke pulau kapuk. Pagi harinya aku terbangun dan ada dokter
yang mengunjungiku
“Selamat pagi mas, gimana tangannya masih sakit?” Sapa dan tanya dokter itu
“Udah nggak sakit dok, udah mendingan” jawabku
“Bu, anak ibu nanti siang sudah boleh pulang ya, selanjutnya akan rawat jalan, untuk biaya total
bisa langsung ke kasir ya bu” ucap dokter itu
“Baik dok, terimakasih banyak”
Dokter itu meninggalkan kamarku, papaku segera mengurus pembayaran dan lainnya. Mamaku
juga segera mengemasi barang-barang yang ada di kamar. Aku menunggu sambil menonton
televisi
Pukul 12.00 tepat, aku duduk di kursi roda meninggalkan kamarku, papaku menuju ke mobil
terlebih dahulu, untuk mengeluarkan dari parkiran dan menjemputku. Aku diantar oleh suster
dan mamaku. Setelah sampai aku masuk dalam mobil dan meninggalkan kenanganku di rumah
sakit yang menyakitkan.