Anda di halaman 1dari 26

D E PA R T E M E N

PENYIDIKAN SEKTOR JASA KEUANGAN

Penegakan Hukum Tindak Pidana


Sektor Jasa Keuangan
Sesuai UU P2SK
NARASUMBER

Wiwit Puspasari
D i r e k t u r K e b i j a k a n d a n D u k u n g a n P e n yi d i k a n
DPJK - OJK

Bali, 19 Oktober 2023

Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan


A Dasar
1. Dasar Hukum
Hukum Kewenangan
Kewenangan Penyidikan
Penyidikan di OJK OJK
UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK adalah lembaga yang independen, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. (Pasal 1 Angka 1)
UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan
➢ Pasal 1 angka 6
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai Otoritas Jasa Keuangan
➢ Pasal 48B
Ayat (1) Otoritas Jasa Keuangan berwenang menetapkan dimulainya, tidak dilakukannya, atau dihentikannya penyidikan terhadap tindak pidana sektor jasa
keuangan.
Ayat (2) Sebelum menetapkan dimulainya penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan melakukan penyelidikan terhadap dugaan
tindak pidana sektor jasa keuangan
Ayat (3) Pada tahap penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang diduga melakukan tindak pidana sektor jasa keuangan dapat mengajukan
permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk penyelesaian pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
OTORITAS JASA KEUANGAN

➢ Pasal 49
(1) Penyidik Otoritas Jasa Keuangan terdiri atas:
a. pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu; dan
c. pegawai tertentu,
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di sektor jasa keuangan.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diangkat oleh menteri Yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang hukum.
(3) Pegawai tertentu yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan
setelah memenuhi kualifikasi oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Administrasi pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, dan pelantikan penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
(5) Penyidikan atas tindak pidana di sektor jasa keuangan hanya dapat dilakukan oleh penyidik Otoritas Jasa Keuangan.
(6) Dalam melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Polri.

2
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
A Dasar
1. Dasar Hukum
Hukum Kewenangan
Kewenangan Penyidikan
Penyidikan di OJK OJK
UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan
Pasal 49 ayat (7)

Penyidik Otoritas Jasa Keuangan berwenang dan bertanggung jawab:


a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di sektor jasa keuangan;
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di sektor jasa keuangan;
c. melakukan penelitian terhadap Setiap Orang yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang sektor jasa keuangan;
d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari Setiap Orang yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di
sektor jasa keuangan;
e. meminta kepada instansi yang berwenang untuk melakukan pencegahan terhadap warga negara Indonesia dan/atau orang asing serta penangkalan
terhadap orang asing yang disangka melakukan tindak pidana di sektor jasa keuangan;
f. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di sektor jasa keuangan;
g. meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia atau instansi lain yang terkait untuk melakukan Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, dan
OTORITAS JASA KEUANGAN

Penyitaan dalam perkara tindak pidana di sektor jasa keuangan yang sedang ditangani;
h. melakukan penggeledahan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di sektor jasa keuangan;
i. memblokir rekening pada Bank atau lembaga keuangan lain dari Setiap Orang yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di sektor jasa
keuangan;
j. meminta data, dokumen, atau alat bukti lain baik cetak maupun elektronik kepada penyelenggara jasa telekomunikasi atau penyelenggara jasa
penyimpanan data dan/atau dokumen;
k. meminta keterangan dari IJK tentang keadaan keuangan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
l. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di sektor jasa keuangan;
m. melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal berupa tindak pidana di sektor jasa keuangan;
n. meminta bantuan aparat penegak hukum lain; dan
o. menyampaikan hasil penyidikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
A Dasar
1. Dasar Hukum
Hukum Kewenangan
Kewenangan Penyidikan
Penyidikan di OJK OJK

Tambahan ruang lingkup Penyidikan yang menjadi wewenang OJK setelah terbitnya UU No. 4 Tahun 2023 tentang
Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan Pasal 6 yaitu:

a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;


b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, keuangan Derivatif, dan bursa karbon;
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun;
d. kegiatan jasa keuangan di sektor Lembaga Pembiayaan, perusahaan modal ventura, lembaga keuangan mikro, dan IJK
Lainnya;
e. kegiatan di sektor ITSK serta aset keuangan digital dan aset kripto;
OTORITAS JASA KEUANGAN

f. perilaku pelaku usaha jasa keuangan serta pelaksanaan edukasi dan Pelindungan Konsumen; dan
g. sektor keuangan secara terintegrasi serta melakukan asesmen dampak sistemik Konglomerasi Keuangan.

4
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
A Dasar Hukum Kewenangan Penyidikan OJK
UU Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan
UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sekor Keuangan

UU NOMOR 4 TAHUN 2023 TTG


UU NOMOR 8 TAHUN 2010
PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
TTG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
SEKTOR KEUANGAN

PERBANKAN / SYARIAH Pergadaian


UU NOMOR 10 TAHUN 1998 ttg PERUBAHAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN
1992 ttg PERBANKAN / UU RI NO. 21 THN 2008 Lembaga Penjaminan
ttg PERBANKAN SYARIAH
LEMBAGA
JASA PASAR MODAL Lembaga Pembiayaan
UU NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR Ekspor Indonesia
KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN

MODAL
Perusahaan Pembiayaan
IKNB Sekunder Perumahan
Inovasi Teknologi
PERASURANSIAN Sektor Keuangan
UU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG B P J S Ketenagakerjaan
PERASURANSIAN
lembaga jasa keuangan lain Bullion
DANA PENSIUN yang dinyatakan diawasi
UU NOMOR 11 TAHUN 1992 oleh OJK berdasarkan
TENTANG DANA PENSIUN peraturan perundang- Koperasi di Sektor
undangan Jasa Keuangan
LEMBAGA PEMBIAYAAN
Lembaga Keuangan Mikro
LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA

Jumlah Penyidik OJK sebanyak 11 Penyidik Polri dan 5 PPNS dari BPKP
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan 5
B Proses Penyidikan
A

P LI GELAR PERKARA
E
E PENETAPAN
L TERSANGKA
K
I
S LIDIK/
M
P PENELITIAN LKTP
P PEMBERKASAN
OTORITAS JASA KEUANGAN

O
A
Pasal 48B Ayat (3) UU P2SK
Adanya mekanisme NPA (Non Procurement
S Agreement) yaitu Pihak yang diduga melakukan

H
P-21
TPSJK dapat mengajukan permohonan

E
penyelesaian pelanggaran ke OJK

A GELAR PERKARA
N LAP HSL
LID/LIT TINGKATKAN KE TAHAP 2
PENYIDIKAN PENYERAHAN
TSK DAN BB
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan 6
C 1. Dasar Hukum
Penyelesaian Kewenangan
Pelanggaran atas Penyidikan
Peraturan di OJK
Perundang-undangan di Sektor Jasa Keuangan (1)

Perbandingan Konsep Pengesampingan Pidana (NPA) di beberapa Negara

Inggris Prancis USA Australia Singapura

NPA dikenal sebagai Deferred NPA disebut sebagai NPA merupakan NPA tidak umum Perjanjian di mana seseorang
Prosecution Agreements Convention Judiciaire kesepakatan antara agen digunakan, meskipun yang diduga melakukan
(DPA), yang merupakan d'Intérêt Public (CJIP) dan pemerintah (US SEC) mereka mungkin tersedia pelanggaran dapat menerima
kesepakatan antara jaksa diperkenalkan pada tahun dengan perusahaan atau dalam keadaan tertentu di peringatan atau caution dari
penuntut dan perusahaan yang 2016. CJIP memungkinkan individu yang menghadapi bawah Kebijakan polisi atau kejaksaan setelah
menunda proses pidana perusahaan untuk penyelidikan pidana atau Penuntutan Direktur mereka mengakui kesalahannya
sebagai imbalan atas menghindari penuntutan perdata. kesepakatan NPA, Hukum Publik Kerajaan. dan setuju untuk memperbaiki
perusahaan mengakui pidana dengan mengakui komisi/lembaga yang NPA di Australia dikenal perilaku mereka. Jika mereka
kesalahan, membayar denda kesalahan, bekerja sama berwenang akan menahan sebagai perjanjian mematuhi perjanjian, mereka
finansial, dan menerapkan dengan otoritas, dan diri untuk tidak mengajukan 'diversion' dan biasanya akan dianggap sebagai tidak
OTORITAS JASA KEUANGAN

tindakan perbaikan tertentu. membayar denda. CJIP hanya penuntutan agar digunakan untuk bersalah. Namun, jika mereka
DPA diperkenalkan di Inggris tersedia untuk kejahatan memungkinkan perusahaan pelanggaran kecil. Namun, tidak mematuhi perjanjian,
pada tahun 2014 sebagai ekonomi tertentu, seperti menunjukkan perilaku mereka tidak digunakan mereka masih dapat diadili
alternatif bagi penuntutan korupsi dan pencucian uang. baiknya. dalam kasus kejahatan pidana.
pidana untuk kejahatan kolusi putih yang mencuat
ekonomi seperti penipuan dan ke permukaan.
suap.

7
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
C 1. Dasar Hukum
Penyelesaian Kewenangan
Pelanggaran atas Penyidikan
Peraturan di OJK
Perundang-undangan di Sektor Jasa Keuangan (2)

Perbandingan Konsep Pengesampingan Pidana (NPA) di Indonesia

Restoratif Justice Una Via di Pasar Modal Asas Ultimum Remedium di Restoratif Justice di Perpajakan Konsep NPA di Pasal 48B UU
KUHP Baru Lingkungan Hidup P2SK
Pasal 132 ayat (1) 1. Pengesampingan tindak pidana PM Penjelasan umum angka 6 atas Penegakan hukum di bidang 1. Diawali dengan adanya
huruf g: dilakukan dan digantikan dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang perpajakan mengutamakan prinsip iktikad baik dari pelaku
Kewenangan sanksi administratif disgorgement. Perlindungan dan Pengelolaan restorative justice dalam rangka untuk penggantian
penuntutan 2. Pengesampingan penyidikan tipi PM Lingkungan Hidup (UU PPLH) tujuan pemasukan kepada negara. kerugian.
dinyatakan gugur dilakukan oleh OJK. menyatakan bahwa penegakan Proses tersebut dapat dilakukan 2. Permohonan penggantian
jika telah ada 3. Sanksi administratif disgorgement hukum pidana lingkungan tetap pada tahap penyidikan, penuntutan kerugian ditindaklanjuti
penyelesaian diluar dilakukan dengan pemberian memperhatikan asas ultimum dan bahkan diranah peradilan jika dengan perjanjian yang
proses peradilan perintah tertulis. remedium yang wajib pajak, tersangka dan memuat syarat khusus
sebagaimana diatur 4. Pelaku dikenakan sanksi pidana mewajibkan penerapan terdakwa melakukan pelunasan (NPA).
dalam Undang- pelanggaran perintah tertulis apabila penegakan hukum pidana sebagai maka menjadi pertimbangan untuk 3. Pelaku menandatangani
Undang. perintah tertulis tidak dilaksanakan. upaya terakhir setelah penerapan dituntut tanpa disertai perjanjian dan
OTORITAS JASA KEUANGAN

5. Pada dasarnya terdapat 2 eksposure penegakan hukum administratif penjatuhan pidana penjara (Pasal menyelesaikan ganti rugi.
tindak pidana yang berbeda (tindak dianggap tidak berhasil. 44B UU7/2021 ttg Harmonisasi 4. Penghentian penyelidikan
pidana sektoral dan tindak pidana Peraturan Perpajakan). dilakukan oleh OJK.
pelanggaran perintah tertulis).

1. Putusan MK Putusan Nomor 4/PUU-XX/2022 terkait Penghentian Penyelidikan: MK berpendapat penghentian penyelidikan oleh penyelidik meskipun tidak
secara tegas dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a KUHAP tidak bertentangan dengan UUD 1945. Terlebih setiap laporan adanya dugaan tindak pidana setelah dilakukan
penyelidikan tidak terdapat cukup bukti untuk ditindaklanjuti ke dalam tahap penyidikan.
2. Peraturan Kepolisian RI Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif: Penyelesaian Tindak Pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil melalui perdamaian dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula.
3. Peraturan Kejaksaan RI Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif: Penyelesaian perkara tindak pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan
kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.
8
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
D PASAL
1. Dasar TIPIBANK
Hukum DALAM
Kewenangan UU P2SK
Penyidikan di OJK

PASAL 46 PASAL 46
PERIZINAN

PASAL 47 S.D. PASAL 47A PASAL 47 S.D. PASAL 47A


RAHASIA BANK

PASAL 48 PASAL 48
PENGAWASAN BANK

PASAL 49 S.D. PASAL 50A KEGIATAN USAHA BANK PASAL 49 S.D. PASAL 50A

TIDAK DIATUR PASAL 50B S.D. PASAL 50C


KORPORASI

SEBELUM UU P2SK SETELAH UU P2SK


Pasal 50B (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50A dilakukan oleh korporasi atau
badan usaha yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum, atau badan lainnya, pidana dijatuhkan terhadap korporasi atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum, atau badan lainnya dan/atau anggota direksi atau yang dipersamakan, anggota dewan komisaris atau yang
dipersamakan, PSP atau yang dipersamakan, dan/atau pihak lain.
Pasal 50C (1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum, atau badan
lainnya merupakan pidana denda dengan ketentuan untuk:
a. Bank Umum paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000.000,00 (enam ratus miliar rupiah);
b. BPR paling sedikit sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah); atau
c. Korporasi atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum, atau badan lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b
paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dan Paling banyak Rp600.000.000.000,00 (enam ratus miliar rupiah). 9
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
1. Dasar Hukum Kewenangan Penyidikan
E SUBJEK HUKUM TIPIBANK DALAM UU P2SK di OJK

ANGGOTA DEWAN
KOMISARIS / YANG SETARA,
PEMEGANG SAHAM
ANGGOTA DIREKSI/ YANG
ATAU YANG SETARA
SETARA, ATAU PEGAWAI
BANK

KORPORASI
OTORITAS JASA KEUANGAN

PIHAK TERAFILIASI SETIAP ORANG

Pasal 49 (2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan atau turut serta melakukan perbuatan atau melakukan pembantuan perbuatan anggota dewan komisaris atau yang
setara, anggota direksi atau yang setara, atau pegawai Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan/atau huruf c dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah).
Pasal 49 (5) Setiap orang yang dengan sengaja:
a) meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang, dan/atau barang berharga, untuk
keuntungan pribadi atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi,
atau fasilitas kredit dari Bank, atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh Bank atas surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban
lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas Kredit pada Bank sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37E ayat (2); dan/atau
b) menyebabkan atau turut serta melakukan perbuatan atau melakukan pembantuan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a. dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah) 10
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
F Kerja
1. Dasar Sama
Hukum
OTORITAS JASA KEUANGAN OJK - Polri
Kewenangan Penyidikan di OJK

1. Bantuan pengamanan; 1. pencegahan tindak pidana di sektor jasa


keuangan;
2. Penegakan hukum;
2. penegakan hukum; dan
3. Pemanfaatan sarana dan prasarana;
3. koordinasi.
4. Pemanfaatan dan peningkatan kapasitas SDM
5. Pertukaran data dan/atau informasi; dan
SDM:
6. Kegiatan lain yang disepakati.
11 Penyidik
Bantuan
Polri
Teknis dan SPDP
ditugaskan
Taktis
sebagai
Penyidik OJK
11
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
G Kerja
1. Dasar Sama
Hukum OJK – Kejaksaan
Kewenangan Penyidikan di OJK

RUANG LINGKUP: RUANG LINGKUP:


OTORITAS JASA KEUANGAN

1. Penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana di 1. Penguatan koordinasi penanganan tindak pidana
sektor jasa keuangan; di sektor jasa keuangan pada tahap penyidikan,
2. Dukungan penegakan hukum sektor jasa keuangan; penuntutan, dan eksekusi perkara.

3. Pemulihan aset; 2. Pertukaran data dan informasi terkait penanganan


tindak pidana di sektor jasa keuangan.
4. Pemberian bantuan hukum, pertimbangan hukum,
penegakan hukum, dan tindakan hukum, pertimbangan 3. Seminar, lokakarya, dan sosialisasi penanganan
hukum, penegakan hukum, dan tindakan hukum lain di tindak pidana di sektor jasa keuangan.
bidang Perdata dan Tata Usaha Negara;
5. Pengamanan pembangunan strategis dan penelusuran aset;
SDM:
6. Pertukaran data dan/atau informasi di sektor jasa keuangan; 5 Jaksa Pendampin
ditugaskan FGD/
gan P21/ SPDP
7. Pemanfaatan dan peningkatan kapasitas SDM; sebagai Tim Konsultasi
Tahap 2
Analis
8. Kegiatan lain yang disepakati. Perkara 12
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
H Statistik Penanganan Perkara oleh DPJK
a. Jumlah perkara sejak 2014 s.d. 13 Oktober 2023 yang telah selesai (P-21) sebanyak 115 perkara, saat ini terdapat 26
perkara yang masih dalam penyelesaian.

PB PM IKNB Total
TAHAP
Perkara Perkara Perkara Perkara
Telaah 6 0 3 9
Lidik 4 4 5 13
Sidik 4 0 0 4
Berkas 0 0 0 0
P-21 90 5 20 115
OTORITAS JASA KEUANGAN

Keterangan: Dari jumlah 115, sebanyak 26 perkara masih dalam proses persidangan tingkat 1 (pertama) dan 89 perkara dengan
rincian sebagai berikut:
PB PM IKNB
1 Putusan Pengadilan In Kracht 67 5 10 82
2 Banding 0 0 0 0
3 Kasasi 3 0 4 7
Total 89
JUMLAH P-21 PER TAHUN
25 21
18 19 18 19
20 17
15
10
4
5
0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

13
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
H Statistik Penanganan Perkara oleh DPJK
b. Sebaran Kota 115 Perkara P-21 Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan

Jakarta 25
Maluku 6
Riau 2
Kalimantan Tengah 1
Sulawesi Tenggara 3
Kalimantan Timur 2
NTB 1
Sumatera Selatan 2
Kalimantan Barat 2
OTORITAS JASA KEUANGAN

Jawa Tengah 6
Banten 3
Kalimantan Selatan 1
Sulawesi Tengah 2
Sulawesi Selatan 2
Bali 17
Jawa Timur 16
Lampung 3
Yogyakarta 3
Sumatera Utara 6
Jawa Barat 12
0 5 10 15 20 25 30

Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan


14
H Statistik Penanganan Perkara oleh DPJK
c. Sebaran Pelaku 115 Perkara P-21 Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan
Pemegang Saham; 1; 1% Kepala Divisi; 3; 2%
Kepala departemen; 1; 1% BPA; 1; 1%

Kepala Cabang; 4; 3%
Direktur ; 31; 24%

Komisaris; 6; 5%
OTORITAS JASA KEUANGAN

Karyawan; 41; 32%

Direktur Utama; 40; 31%

Direktur Direktur Utama Karyawan Komisaris Kepala Cabang

Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan


Pemegang Saham Kepala Divisi Kepala departemen BPA
15
H Informasi Pelaku TP Perbankan
Sebaran 90 Perkara P-21 Tindak Pidana Perbankan

Maluku 6 Pemegang Saham;


Kepala Cabang; 4;
Riau 2 4% 1; 1%
Kalimantan Tengah 1
Komisaris; 4; 4% Direktur ; 22; 22%
Sulawesi Tenggara 3
Kalimantan Timur 2
NTB 1
Sumatera Selatan 2
Kalimantan Barat 2
Jawa Tengah 6
Banten 3
Karyawan; 32; 32%
OTORITAS JASA KEUANGAN

Kalimantan Selatan 1
Sulawesi Tengah 2
Sulawesi Selatan 2
Bali 17
Jawa Timur 16 Direktur Utama; 37;
37%
Lampung 3
Yogyakarta 3
Sumatera Utara 6
Jawa Barat 12
Direktur Direktur Utama Karyawan Komisaris Kepala Cabang Pemegang Saham
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Keterangan : BUK/BUS, BPR/S. *Dalam 1 perkara dimungkinkan terdapat lebih dari 1 pelaku/tersangka
Total 99 pelaku

Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan


16
I Pasal yang Sering Dilanggar

No PASAL YANG DILANGGAR DI WILAYAH BALI

1 Ps 49 ayat (1) huruf a UU Perbankan / Ps 63 UU Perbankan Syariah.


(1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan
kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank.
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank

2 Ps 49 ayat (2) huruf b UU Perbankan


OTORITAS JASA KEUANGAN

Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau
barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha
mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian
atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam
rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank;
b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank

3 Ps 50A UU Perbankan
Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank

Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan


17
I Informasi Pelaku Wilayah Bali
Sebaran Perkara di Wilayah Bali

Pemegang Saham; Direktur; 2; 12%


1; 6% Direktur Utama; 6; 35%

Kepala Cabang; 1;
6%

PB PM IKNB
1 Putusan Pengadilan In Kracht 13 0 0 13
2 Banding 0 0 0 0
OTORITAS JASA KEUANGAN

3 Kasasi 0 0 0 0
4 Sidang pada Pengadilan Negeri 4 0 0 4
Total 17

Karyawan; 7; 41%

Direktur Utama Karyawan Kepala Cabang Pemegang Saham Direktur

18
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
J Modus dalam Tindak Pidana Perbankan

ASPEK PASAL M.O. HUKUMAN


• Kegiatan Usaha Menyerupai Bank; 5 Th dan paling lama 15 Th dan pidana
LEGALITAS Psl. 16 Psl.46 UUP
Psl. 59 UUPS
• Bank Tanpa Ijin; denda paling sedikit Rp50 M dan
• Bank Dalam Bank. paling banyak Rp600 M

RAHASIA BANK Psl 47 UUP 2 Th dan paling lama 4 Th serta


Psl. 60 UUPS • Penegak Hukum: denda sekurang-kurangnya Rp10
• Org dalam Bank. M dan paling banyak Rp200 M
PEMBUKAAN RHS •Psl 47.A
BANK • Psl 61 UUPS
2 Th dan paling lama 10 Th dan
• Manipulasi Dokumen
OTORITAS JASA KEUANGAN

Psl.48 UUP pidana denda paling sedikit Rp5 M


TP. WAS BANK
• Manipulasi Laporan dan paling banyak Rp100 M
Psl. 62 UUPS
BANK • Manipulasi Pembukuan

PENCATATAN
Psl. 49 UUP • Manipulasi Prosedur Kredit. 5 Th dan paling lama 15 Th serta
PALSU,SUAP,PRINSIP • Kredit Fiktif Dll denda sekurang-kurangnya Rp10 M
Psl. 63 UUPS
KEHATI HATIAN dan paling banyak Rp200
• Manipulasi Laporan Kredit BMPK,
Plafondering, Window Dressing
PIHAK TERAFILIASI, Psl.50 UUP 3 Th dan paling lama 8 Th serta
KETAATAN THD Psl. 64,66 UUPS Terafiliasi, & Pegawai Bank denda sekurang-kurangnya Rp5
KETENTUAN M dan paling banyak Rp100 M

Psl.50A UUP 7 Th dan paling lama 15 tahun serta


PEMEGANG SAHAM Psl. 65 UUPS Pemegang Saham denda sekurang-kurangnya Rp10 M
dan paling banyak Rp200 M

19
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
K 1. Dasar Hukum Kewenangan Penyidikan di OJK
Pokok Pengaturan POJK No 16/2023 (POJK Penyidikan)
BAB Subatansi Pengaturan RPOJK
BAB I Memuat ketentuan mengenai:
KETENTUAN UMUM 1. Definisi terkait Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan, Penyidik Otoritas Jasa Keuangan, Penyelidikan, Penyidikan, Tindak Pidana Pencucian Uang,
Lembaga Jasa Keuangan, dan Tim Analisis.
2. Ruang lingkup Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan.
BAB II Memuat ketentuan mengenai:
KEWENANGAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA 1. Penyidik OJK yang dapat melakukan Penyidikan, termasuk administrasi pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, dan pelantikan Penyidik.
DI SEKTOR JASA KEUANGAN 2. Kewenangan dan tanggung jawab Penyidik OJK dalam melakukan Penyidikan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan dan TPPU.
3. Kewenangan melakukan Penyelidikan.

BAB III 1. OJK dapat menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari setiap pihak.
LAPORAN, PEMBERITAHUAN, ATAU PENGADUAN MENGENAI 2. OJK menyampaikan perkembangan penanganan laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dugaan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan hanya
DUGAAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN setelah OJK menetapkan dimulainya penyidikan.

BAB IV 1. Bab ini mengatur mengenai:


PENYELESAIAN PELANGGARAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- a. Kewenangan penyelesaian pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
UNDANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN b. Tata cara permohonan dan penyelesaian pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
OTORITAS JASA KEUANGAN

2. OJK melakukan penilaian terhadap permohonan dengan mempertimbangkan paling sedikit:


a. ada atau tidaknya penyelesaian atas kerugian yang timbul akibat tindak pidana;
b. nilai transaksi dan/atau nilai kerugian atas pelanggaran; dan
c. dampak terhadap sektor jasa keuangan, LJK, dan/atau kepentingan nasabah, pemodal atau investor, dan/atau masyarakat.
3. OJK berwenang melanjutkan ke tahap penyidikan dalam hal OJK tidak menyetujui permohonan penyelesaian atas pelanggaran atau pihak yang
mengajukan permohonan penyelesaian pelanggaran tidak memenuhi sebagian atau seluruh kesepakatan.
4. Persetujuan atau penolakan permohonan penyelesaian pelanggaran disampaikan oleh Penyidik Otoritas Jasa Keuangan kepada pihak yang
mengajukan permohonan.
BAB V Memuat mengenai penyampaian hasil Penyidikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan serta jangka waktu yang diperlukan Jaksa dalam
TINDAK LANJUT HASIL PENYIDIKAN menindaklanjuti dan memutuskan hasil Penyidikan tersebut.

BAB VI Penyidik Otoritas Jasa Keuangan:


PERMINTAAN KETERANGAN DARI LEMBAGA JASA KEUANGAN 1. dapat meminta keterangan dari LJK tentang keadaan keuangan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap ketentuan
DAN PEMBLOKIRAN REKENING peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
2. berwenang melakukan pemblokiran rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari setiap orang yang diduga melakukan atau terlibat dalam
Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan sebelum dan saat tahap Penyidikan.
BAB VII Mengatur mengenai tindakan Penyidik OJK yang dituangkan dalam administrasi penyidikan.
ADMINISTRASI PENYIDIKAN
BAB VIII 1. POJK Nomor 22/POJK.01/2015 tentang Penyidikan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KETENTUAN PENUTUP 2. POJK Penyidikan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
20
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
L 1. Dasar Hukum Kewenangan Penyidikan di OJK
Pokok Perubahan POJK No 16/2023 (POJK Penyidikan)
Pengaturan Saat Ini Perubahan Pengaturan
Jenis tindak Rincian jenis tindak pidana tidak disebutkan dalam a. Penyidikan tindak pidana di sektor jasa keuangan meliputi tindak pidana: Pasal 6 UU
pidana batang tubuh, namun terdapat definisi tindak pidana di 1) perbankan; P2SK hal. 74
sektor jasa keuangan adalah setiap perbuatan/peristiwa 2) pasar modal, keuangan derivatif, dan bursa karbon;
yang diancam pidana yang diatur dalam Undang-Undang 3) perasuransian, penjaminan, dan dana pensiun;
yang mengatur mengenai OJK, Perbankan, Perbankan 4) lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, lembaga keuangan mikro, dan LJK lainnya;
Syariah, Pasar Modal, Dana Pensiun, Lembaga Keuangan 5) inovasi teknologi sektor keuangan serta aset keuangan digital dan aset kripto;
Mikro, Perasuransian, Lembaga Pembiayaan Ekspor 6) perilaku pelaku usaha jasa keuangan serta pelaksanaan edukasi dan pelindungan konsumen; dan
Indonesia, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Bank 7) lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai sektor jasa keuangan.
Indonesia sepanjang berkaitan dengan campur tangan b. Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan mencakup kegiatan konvensional dan syariah.
terhadap pelaksanaan tugas OJK dalam pengaturan dan
pengawasan bank, serta Undang-Undang mengenai
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
OJK.
Penyidik Otoritas Penyidik terdiri atas: Penyidik Otoritas Jasa Keuangan terdiri atas: Pasal 49 ayat
Jasa Keuangan a. Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik a. pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; (1) UU P2SK
Indonesia yang dipekerjakan di OJK; dan/atau b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu; dan hal. 91
OTORITAS JASA KEUANGAN

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di c. pegawai tertentu,


OJK dan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik. yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, untuk melakukan Penyidikan.
Kewenangan Penyidik OJK berwenang melakukan tindakan Penyidikan sesuai Penyidik Otoritas Jasa Keuangan berwenang dan bertanggung jawab: Pasal 49 ayat (7)
Penyidik Otoritas ketentuan yang diatur dalam KUHAP dan Undang-Undang lainnya a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan; UU P2SK hal. 92
Jasa Keuangan yang memberikan kewenangan kepada Penyidik Polri serta UU b. meminta kepada instansi yang berwenang untuk melakukan pencegahan terhadap warga negara Indonesia dan/atau orang asing
OJK. serta penangkalan terhadap orang asing yang disangka melakukan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan;
c. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan;
d. meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan yang sedang ditangani;
e. melakukan penggeledahan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkar Tindak Pidana di Sektor
Jasa Keuangan;
i. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari setiap orang yang diduga melakukan atau terlibat dalam Tindak
Pidana di Sektor Jasa Keuangan;
j. meminta data, dokumen, atau alat bukti lain baik cetak maupun elektronik kepada penyelenggara jasa telekomunikasi atau
penyelenggara jasa penyimpanan data dan/atau dokumen;
k. meminta keterangan dari LJK tentang keadaan keuangan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
l. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas Penyidikan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan;
m. melakukan penyidikan TPPU dengan tindak pidana asal berupa Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan;
n. meminta bantuan aparat penegak hukum lain; dan
o. menyampaikan hasil Penyidikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
L 1. Dasar Hukum Kewenangan Penyidikan di OJK
Pokok Perubahan POJK No 16/2023 (POJK Penyidikan)
Pengaturan Saat Ini Perubahan Pengaturan
Tindak Pidana Belum diatur. a. Penyidik Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan Penyidikan TPPU. Pasal 49 ayat (7) huruf
Pencucian Uang b. Penyidik Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta informasi dan/atau hasil analisis mengenai transaksi keuangan yang m UU P2SK hal. 93 dan
(TPPU) berindikasi TPPU di sektor jasa keuangan kepada PPATK. UU TPPU

Penyelesaian Belum diatur. a. Pada tahap Penyelidikan, pihak yang diduga melakukan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan dapat mengajukan Pasal 48B UU P2SK hal.
Pelanggaran atas permohonan kepada OJK untuk penyelesaian pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan 89
Peraturan (permohonan disampaikan kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi Penyidikan).
Perundang- b. Permohonan memuat:
Undangan di Sektor 1) nilai kerugian yang ditimbulkan dan dasar perhitungannya;
Jasa Keuangan 2) jumlah korban yang dirugikan dan keterangan lain terkait korban;
(Non Prosecution 3) bentuk penyelesaian kerugian dan jangka waktu penyelesaian;
Agreement–NPA) 4) klausul jika kerugian tidak diselesaikan, OJK berwenang melanjutkan ke tahap Penyidikan; dan
5) upaya perbaikan proses bisnis dan tata kelola.
c. OJK melakukan penilaian terhadap muatan permohonan penyelesaian pelanggaran dan menghitung nilai kerugian atas
pelanggaran.
d. Dalam melakukan penilaian terhadap permohonan penyelesaian pelanggaran dan perhitungan nilai kerugian atas
pelanggaran, OJK mempertimbangkan minimal:
OTORITAS JASA KEUANGAN

1) ada atau tidaknya penyelesaian atas kerugian yang timbul akibat tindak pidana;
2) nilai transaksi dan/atau nilai kerugian atas pelanggaran; dan
3) dampak terhadap sektor jasa keuangan, LJK, dan/atau kepentingan nasabah, pemodal atau investor, dan/atau
masyarakat.
e. Dalam melakukan penilaian terhadap permohonan penyelesaian pelanggaran dan perhitungan nilai kerugian atas
pelanggaran, OJK membentuk Tim Analisis untuk membantu Penyidik OJK.
f. Untuk melakukan penilaian terhadap permohonan penyelesaian pelanggaran, Penyidik OJK dapat mengundang pihak
lain di luar OJK.
g. Penyidik OJK menyampaikan persetujuan atau penolakan permohonan penyelesaian pelanggaran kepada pihak yang
mengajukan permohonan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap oleh Penyidik
OJK.
h. Dalam hal permohonan penyelesaian pelanggaran dsetujui, pihak yang diduga melakukan Tindak Pidana di Sektor Jasa
Keuangan harus menyatakan kesepakatan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak persetujuan
permohonan penyelesaian pelanggaran.
i. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Penyidik OJK:
1) menyampaikan penolakan permohonan penyelesaian pelanggaran; dan
2) berwenang melanjutkan ke tahap Penyidikan.
j. Penyelesaian pelanggaran dilakukan sesuai dengan karakteristik masing-masing sektor jasa keuangan.

22
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
L 1. Dasar Hukum Kewenangan Penyidikan di OJK
Pokok Perubahan POJK No 16/2023 (POJK Penyidikan)
Pengaturan Saat Ini Perubahan Pengaturan
Permintaan a. Untuk kepentingan Penyidikan, a. Untuk kepentingan Penyidikan, Penyidik OJK dapat meminta keterangan dari LJK mengenai keadaan keuangan pihak Pasal 49 ayat (7) huruf
Keterangan Dari Penyidik OJK dapat meminta yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor k UU P2SK hal. 93
Lembaga Jasa keterangan dari bank tentang jasa keuangan.
Keuangan keadaan keuangan pihak yang b. LJK wajib memenuhi permintaan Penyidik OJK.
diduga melakukan atau terlibat c. LJK yang tidak memenuhi permintaan Penyidik OJK dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
dalam pelanggaran terhadap undangan.
peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.
b. Untuk kepentingan Penyidikan,
Penyidik OJK dapat meminta
keterangan kepada Kustodian
mengenai Rekening Efek pihak yang
diduga melakukan atau terlibat
dalam pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.
OTORITAS JASA KEUANGAN

Pemblokiran Belum diatur. a. Penyidik OJK berwenang memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari setiap orang yang diduga Pasal 49 ayat (7) huruf i
Rekening melakukan atau terlibat dalam Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan sebelum dan saat tahap penyidikan. UU P2SK hal. 93
b. Bank atau lembaga keuangan lain wajib melakukan pemblokiran atas rekening dari setiap orang yang diduga melakukan
atau terlibat dalam Tindak Pidana yang di Sektor Jasa Keuangan yang diminta oleh Penyidik OJK.
c. Bank atau lembaga keuangan lain yang tidak memenuhi permintaan Penyidik OJK dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

23
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
M Langkah
1. Dasar Pencegahan
Hukum Tindak
Kewenangan Pidana
Penyidikan di di Sektor Jasa Keuangan
OJK

Langkah-langkah pencegahan, antara lain:

1. Menegakan integritas dan nilai etika

2. Memperkuat komitmen terhadap kompetensi

3. Kepemimpinan yang kondusif

4. Mengoptimalkan fungsi pengawasan internal (Dewan Komisioner, Direktur Kepatuhan, Audit Internal, Line
Manager)
OTORITAS JASA KEUANGAN

5. Mereview dan mengevaluasi sistem pengendalian internal

6. Mereview dan mengevaluasi serta pengkinian ketentuan internal

7. Memastikan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

8. Pembinaan SDM yang baik termasuk rotasi dan reposisi jabatan/pelaksana secara periodik

9. Melaporkan fraud yang terjadi (POJK 39/POJK.03/2019 ttg Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum)

24
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
TERIMA
KASIH
Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
CURRICULUM VITAE
Wiwit Puspasari
1. Pendidikan Hukum Pidana
2. Sertifikat Nasional dan Internasional yaitu:
a. Certified Fraud Examiner (CFE)
b. Certified Legal Auditor (CLA)
c. Lisensi Advokat
d. Mediator dari Pusat Mediasi Nasional
e. Investigator Tindak Pidana Perbankan
f. Sertifikat Pengawas Perbankan Tingkat Master
g. Pelatihan Reserse 100 jam dari Bareskrim Polri
3. Pengalaman Bekerja
a. Staf pada Biro Hukum Bank Indonesia
b. Invetigator Senior pada Departemen Pemeriksaan Khusus dan Investigasi Perbankan Bank
Indonesia
c. Deputi Direktur pada Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan
d. Direktur pada Direktorat Kebijakan dan Dukungan Penyidikan Otoritas Jasa Keuangan
4. Penugasan dan Short Course
a. Working Group Conference – United Nations – Wina
b. Interpol Conference “Combating Terrorism and Money Laundering” – Lyon, Perancis
c. Fraud Investigation – Kuala Lumpur
d. Anti Money Laundering and KYC Principle – Hong Kong
e. Study Visit Syaria Banking Bussiness – Bahrain
f. Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan pada Bank Umum, Bank Umum Syariah, BPR,
dan BPRS
5. Tugas-Tugas Lain
a. Sebagai Ahli pada kasus Tindak Pidana Perbankan, antara lain kasus Bank Century, KSP
Pandawa, BPD, Bank Umum, Bank Umum Syariah, BPR, dan BPRS
b. Sebagai Narasumber pada Pusdiklat Kejagung RI, Pusdik Reskrim Polri, Pusdik Mahkamah
Agung, LPPI, Satgas Waspada Investasi, PTN, dan PTS
c. Sebagai Wakil Ketua I Satgas Waspada Investasi (Juni 2021 s.d Maret 2023)

Anda mungkin juga menyukai