Anda di halaman 1dari 16

catatan kuliah perawat

Kumpulan asuhan keperawatan, prosedur keperawatan dan pengetahuan kesehatan umum.

Senin, 21 Maret 2016

Askep Ketuban Pecah Dini (KPD)

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan
yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu
dengan atau tanpa kontraksi.(mitayani,2011.buku keperawatan maternitas,hal:74)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu
satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998).

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan
sebelum persalinan di mulai (William,2001).

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin
atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari
3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

2. Etiologi

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah:

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau

infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada

servik uteri (akibat persalinan,curetage).

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)

misalnya trauma, hidramnion gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor

predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,

pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya

disertai infeksi.

4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas

panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

5. Faktor lain

a. Faktor golongan darah


b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan

bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.

c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.

d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.

e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).

3. Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan
atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan
pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga
dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor
nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan
ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah
dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat
memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang
terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag
, nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen
yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah
dini.

4. Manifestasi Klinis
• Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan

sedikit-sedikit atau sekaligus banyak

• Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

• Janin mudah diraba

• Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

• Inspeksi : Tampak air ketuban mengalir, atau selaput ketuban tidak ada air dan

ketuban sudah kering.

• Bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

(Buku asuhan patologi kebidanan, sujiyatini, 2009, hal:14)

5. Penatalaksanaan

A. Pencegahan

1. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bakterial

2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi

atau berhenti.

3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil

4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada

faktor predisposisi.

B. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat

prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.

1. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat

a. Letak kepala selain verteks

b. Polihdramnion
2. Herpes aktif

3. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya

C. Bila ketuban telah pecah

1. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya

pecahnya ketuban

2. Bila robekan ketuban tampak kasar :

a. Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan

cairan dari vagina.

b. Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk

mengkaji ferning dibawah mikroskop.

c. Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji

diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak

ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.

3. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan

pemeriksaan spekulum steril.

a. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).

b. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.

c. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada

slide untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.

4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.

D. Penatalaksanaan konservatif

a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.

b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina , kecuali
spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.

c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.

1. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan / atau

mencapai 380 C , berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.

2. Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak kekuningan

menunjukan adanya infeksi.

3. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun

E. Penatalaksaan agresif

a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat

diberikan setelah konsultasi dengan dokter

b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons

c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai

pemberian pitocin

d. Berikan cairan per IV , pantau janin

e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.

f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi, kaji nilai

bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu

persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan

maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai

g. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari berikutnya

sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi

6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,bau dan PH nya.Cairan yang keluar dari
vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
psikis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri pada kasus KPD
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada
umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan
patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)

7. Komplikasi

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua
ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi
pada KPD.

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

a. Infeksi intrauterine

b. Tali pusat menumbung

c. Prematuritas

d. Distosia

(buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)

B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas ibu

b. Riwayat penyakit

a) Riwayat kesehatan sekarang ;ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia

kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi

b) Riwayat kesehatan dahulu

1. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion

2. Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual

3. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus

4. Selaput amnion yang lemah/tipis

5. Posisi fetus tidak normal

6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek

7. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit

kelamin abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

d. Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang

semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,

penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan

masalah dalam perawatan dirinya


b. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk

menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada

aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan

keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa

nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari

uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

e. Pola istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang

bayi dan nyeri epis setelah persalinan

f. Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

g. Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

h. Pola sensori dan kognitif


Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat

involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat

bayinya

i. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan

dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

j. Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang

tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam

hal ibadahnya karena harus bedre total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh

keluarganya.

Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma

gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang

yang salah
c. Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan

selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera

kunuing

d. Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar

dari telinga.

e. Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan

cuping hidung

f. Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila

mamae. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus

uteri 3 jari dibawa pusat.

g. Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium

yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

h. Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
i. Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan

preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

j. Muskulis skeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi

k. Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan

meningkat, suhu tubuh turun.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur infasif,pemeriksaan vagina

berulang dan rupture membrane amniotic

b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.

c. Defisit / kurang pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam di

harapkan pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi . dengan criteria hasil :

- Tanda-tanda infeksi tidak tidak ada.

- Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.


- DJJ normal

- Leukosit pasien kembali normal

- Suhu 36-37

Intervensi:

1. Kaji tanda-tanda infeksi

2. Pantau keadaan umum pasien

3. Bina hubungan saling percaya melalui komunikasi therapeutic.

4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien

5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antiseptik sesuai terapi.

Rasional:

1. Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi yang muncul

2. Untuk melihat perkembangan kesehatan pasien.

3. Untuk memudahkan perawat melakukan tindakan.

4. Agar istirahat pasien terpenuhi

5. Untuk proses penyembuhan pasien

2 Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan otot rahim. Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3×24 jam di harapkan nyeri berkurang / nyeri hilang . dengan criteria hasil :

- Tanda-tanda vital dalam batas normal.

TD :120/80 mm Hg

N : 60-120 X/ menit.

- Pasien tampak tenang/rileks.

- Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang.

Intervensi:

1. Kali tanda-tanda Vital pasien.


2. Kaji skala nyeri (1-10)

3. Ajarkan pasien teknik relaksasi

4. Atur posisi pasien

5. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.

Rasional:

1. Mengetahui perubahan pada tubuh

2. Untuk mengetahui derajat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan.

3. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

4. Untuk memberikan rasa nyaman.

5. Untuk mengurangi tingkat stress pasien dan pasien dapat beristirahat.

3 Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3×24 jam di

harapkan pasien memahami pengetahuan tentang penyakitnya . dengan criteria hasil :

- Pasien terlihat tidak bingung lagi.

Intervensi:

1. Kaji apa pasien tahu tentang tanda-tanda dan gejala normal selama kehamilan.

2. Ajarkan tentang apa yang harus dilakukan jika tanda KPD muncul kembali

3. Libatkan keluarga agar memantau kondisi pasien .

Rasional:

1. Mengetahui pengetahuan dasar pasien

2. Mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi yang bisa membahayakan ibu-janin

3. Untuk membantu merencanakan tindakan berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Mitayani ,2009,Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika

Errol norwiz,2011,anatomi dan fisiologi ,

Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC.

Sujiyati ,2008,asuhan patologi kebidanan,jakarta ; Numed

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

tia tama di 20.03

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

tia tama

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

http://catatankuliahperawat.blogspot.co.id/2016/03/askep-ketuban-pecah-dini-kpd_21.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai