1469 2061 1 PB
1469 2061 1 PB
Abstrak
Tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. TB merupakan penyakit infeksi yang menduduki
peringkat kedua kematian (1,5 juta kasus) terbanyak di dunia setelah infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV). TB
dapat menyebabkan bermacam-macam kelainan laboratorium seperti anemia, peningkatan sedimentasi eritrosit,
penurunan jumlah serum albumin, hiponatremia, gangguan fungsi hepar, leukositosis dan hipokalsemia. Malnutrisi dan
anemia merupakan komplikasi tersering pada penderita TB. Anemia pada penderita TB sebagai akibat dari penekanan
eritropoesis selain oleh karena defisiensi zat gizi dan sindrom malabsorbsi itu sendiri. TB dapat menyebabkan malnutrisi
oleh karena perubahan metabolik, kaheksia dan perubahan konsentrasi leptin dalam darah. Kedua kondisi tersebut juga
menjadi faktor resiko untuk kegagalan terapi, rekurensi dan kematian. Pengukuran Indeks massa tubuh (IMT) dan kadar
hemoglobin dapat digunakan untuk memprediksi keparahan dan resiko kematian penderita TB.
Korespondensi: Sheba Denisica Nasution, Jalan Dr. Sutomo No. 26,HP 08976046446, Email shebadenisica@gmail.com
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab adalah komplikasi tersering dari penderita TB
utama kematian dan kesakitan di dunia dan faktor resiko untuk kematian.5 Banyak
terutama di negara-negara berkembang.1 penelitian menyatakan tingginya prevalensi
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2013 anemia pada penderita TB (16-94%).1,4
diperkirakan terdapat sembilan juta orang Terdapat berbagai macam patogenesis yang
dilaporkan sebagai kasus TB baru di dunia.2 menjelaskan hubungan TB dengan anemia.
Tuberkulosis menduduki peringkat kedua Akan tetapi, banyak penelitian memperlihatkan
kematian (1,5 juta kasus) yang disebabkan oleh penyebab anemia pada TB yaitu dikarenakan
penyakit infeksi di dunia setelah infeksi human penekanan eritropoiesis oleh mediator
immunodeficiency virus (HIV). Indonesia inflamasi yaitu IL-6 ,IFN-γ , IL-1β ,TNF-α.4
menduduki peringkat ke-5 dengan angka Kejadian anemia dapat diperberat oleh
insiden kejadian TB terbesar di dunia setelah defisiensi zat gizi dan sindrom malabsorbsi.4
India, Cina, Nigeria, Pakistan. Prevalensi Defisiensi besi adalah penyebab anemia pada
penyakit tuberkulosis berdasarkan diagnosis di penderita TB.4 Anemia tanpa defisiensi besi
Indonesia pada tahun 2013 yaitu 0,4% dari berhubungan juga dengan peningkatan resiko
jumlah penduduk.3 TB rekurens.6 Anemia pada penderita
Tuberkulosis dapat menyebabkan tuberkulosis juga dapat terjadi akibat status
bermacam-macam kelainan laboratorium nutrisi yang buruk pada penderita tuberkulosis
seperti anemia, peningkatan sedimentasi dibandingkan dengan individu sehat.7
eritrosit, penurunan jumlah serum albumin, Parameter status nutrisi yang sering digunakan
hiponatremia, gangguan fungsi hepar, adalah kadar albumin dan indeks massa
leukositosis, dan hipokalsemia.4 Anemia tubuh.8,9,10
Tuberkulosis dapat menyebabkan atau selama beberapa menit sampai beberapa jam
memperparah malnutrisi dengan cara karena partikelnya berukuran 1–5 μm. Resiko
mengurangi nafsu makan dan meningkatkan infeksi bergantung pada beberapa faktor,
katabolisme.11 Keadaan ini berhubungan seperti seberapa infeksiusnya sumber infeksi,
dengan keparahan penyakit TB dan prediktor kontak terhadap sumber infeksi, jumlah basil
kematian pada penderita TB. Penderita yang terdapat pada droplet, dan yang paling
dengan kenaikan berat badan yang rendah penting adalah imunitas penjamu. Jalur utama
selama terapi TB beresiko untuk gagal terapi infeksi melalui paru-paru.13
dan relaps dari penyakit TB.5 Kedua kondisi Droplet yang terhirup dapat menghindari
inilah yang menjadi fokus pembahasan penulis sistem pertahanan di bronkus karena diameter
dalam tulisan ini. droplet yang kecil, yang kemudian droplet akan
masuk ke alveolus terminalis.13 Pada individu
Isi yang tidak dapat menghancurkan seluruh
Tuberkulosis merupakan penyakit kuman, makrofag alveolus akan memfagosit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium kuman TB yang sebagian besar dihancurkan.
tuberculosis.2 Mycobacterium tuberculosis Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang
merupakan bakteri berbentuk batang lurus tidak dapat dihancurkan akan terus
atau sedikit melengkung, tidak berspora, tidak berkembang biak di dalam makrofag dan
berkapsul dan berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
dan panjang 1 – 4 μm. Penyusun utama dinding Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di
sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer
kompleks, trehalosa dimikolat yang disebut ghon.15
“cord factor” dan mycobacterial sulfolipids Dari fokus primer ghon, kuman TB
yang berperan dalam virulensi. Unsur lain yang menyebar melalui saluran limfe menuju
terdapat pada diniding sel bakteri tersebut kelenjar limfe regional. Penyebaran ini
adalah polisakarida seperti arabinogalaktan menyebabkan terjadinya limfangitis dan
dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang limfadenitis. Jika fokus primer terletak di lobus
kompleks tersebut menyebabkan bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan
M.tuberculosis bersifat tahan asam yaitu terlibat adalah kelenjar limfe parahilus
apabila sekali diwarnai dapat tahan terhadap (perihiler), sedangkan jika fokus primer yang
upaya penghilangan zat warna tersebut dengan terletak di apeks paru, yang akan terlibat
larutan asam alkohol.12 adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara
Menurut WHO pada tahun 2013 fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis
terdapat sembilan juta orang dilaporkan dinamakan kompleks primer.15
sebagai kasus TB baru. Angka kematian yang Waktu yang diperlukan sejak masuknya
terjadi akibat TB yaitu 1.5 juta dan 0.4 juta kuman TB hingga terbentuknya kompleks
diantaranya disertai dengan infeksi sekunder primer secara lengkap disebut sebagai masa
HIV.2 Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada inkubasi. Masa inkubasi TB bervariasi selama 2-
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8
hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada minggu. Setelah imunitas selular terbentuk,
perempuan. Menurut kelompok umur, kasus fokus primer di jaringan paru biasanya akan
baru yang ditemukan paling banyak pada mengalami resolusi secara sempurna,
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
21,40% diikuti kelompok umur 35-44 tahun terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi.
sebesar 19,41% dan pada kelompok umur 45- Kelenjar limfe regional juga akan mengalami
54 tahun sebesar 19,39%. Kasus baru BTA+ fibrosis dan enkapsulasi, tetapi biasanya
pada kelompok umur 0-14 tahun merupakan penyembuhannya biasanya tidak sempurna
proporsi yang paling rendah.3 fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat
Tuberkulosis merupakan penyakit sistem tetap hidup dan menetap selama bertahun-
respirasi dan menular.13 Bakteri akan keluar tahun dalam kelajar ini, tetapi tidak
dari sistem respirasi dan menginfeksi individu menimbulkan gejala sakit TB.15
yang lain melalui percikan (droplet) sputum Gejala klasik klinis tuberkulosis paru
yang dibatukkan atau dibersinkan.14 Droplet yaitu batuk kronik (>3 minggu), produksi
yang dikeluarkan, dapat melayang di udara sputum, nafsu makan menurun, kehilangan
berat badan, demam, keringat malam, dan dengan adanya peningkatan ambilan dan
hemoptisis.16 Batuk merupakan gejala yang retensi zat besi dalam sel RES. Zat besi
paling sering ditemukan dan terjadi karena merupakan faktor pertumbuhan terpenting
adanya iritasi bronkus. Sifat batuk dimulai dari untuk Mycobacterium tuberculosis. Retensi
batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah besi pada sistem retikuloendotelial merupakan
adanya peradangan batuk menjadi disertai salah satu mekanisme pertahanan tubuh.
dengan sputum (produktif). Keadaan yang Terganggunya hemostatis zat besi
lanjut berupa batuk darah atau hemoptisis.17 menyebabkan terjadinya pengalihan zat besi
Hemoptisis terjadi karena erosi pembuluh dari sirkulasi ke tempat penyimpanan sistem
darah di dinding kavitas, brokietaksis retikuloendotelial dan diikuti terbatasnya
tuberkulosa, ruptur pembuluh darah yang persediaan zat besi untuk sel eritroid
berdilatasi di kavitas atau infeksi bakteri atau progenitor. Hal ini menyebabkan terbatasnya
fungal (Aspergillus mycetoma) di kavitas.18,19 proses pembentukan eritrosit.7
Keadaan komorbid seperti anemia dapat Adapun patogenesis anemia akibat
meningkatkan mortalitas pasien tuberkulosis.22 inflamasi dapat dilihat pada Gambar 1. Pada
Anemia merupakan komplikasi tersering dari gambar bagian A menunjukkan adanya invasi
tuberkulosis paru dan prevalensinya berkisar mikroorganisme, sel maligna atau reaksi
16-94% di beberapa penelitian.1,4 Anemia autoimun menyebabkan aktivasi sel T (CD3+)
merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel dan monosit. Sel-sel ini meinduksi mekanisme
darah merah atau kapasitas pembawa oksigen efektor imun dengan cara memproduksi
lebih rendah daripada kebutuhan fisiologis sitokin-sitokin seperti interferon-γ dari sel T
tubuh. Anemia dapat juga diartikan kadar dan TNF-α, Interleukin-1, Interleukin-6 dan
hemoglobin kurang dari 130 g/l pada laki-laki, Interleukin-10 (dari monosit atau makrofag).7
kurang dari 120 g/l pada wanita tidak hamil Sitokin-sitokin proinflamasi ini menyebabkan
dan kurang dari 110 g/l pada wanita hamil. penghambatan proliferasi dan diferensiasi dari
Anemia merupakan indikator dari nutrisi yang sel eritroid progenitor dan memicu penekanan
buruk dan kesehatan yang buruk.23 eritropoetin di ginjal.26
Anemia biasanya berhubungan dengan
supresi sumsum tulang, defisiensi nutrisi,
sindrom malabsorbsi dan kegagalan
pemanfaatan zat besi.24 Sindrom malabsorbsi
dan defisiensi nutrisi dapat memperparah
anemia.4 Pada tuberkulosis dapat terjadi
anemia defisiensi besi (anemia mikrositik
hipokromik) dan anemia akibat inflamasi
(anemia normositik normokromik). Anemia
dengan gambaran normositik normokromik
merupakan jenis anemia yang paling banyak
ditemukan pada tuberkulosis.1,4,24
Anemia pada TB yang diakibatkan
supresi eritropoesis oleh mediator inflamasi
merupakan patogenesis tersering dari anemia
pada TB.4 Kondisi ini terjadi karena adanya Gambar 1. Skema Patogenesis Anemia akibat
disregulasi sistem imun terkait dengan respon Inflamasi7
sistemik terhadap kondisi penyakit yang
diderita.13,25 Peningkatan sitokin proinflamasi Bagian B menunjukkan interleukin-6 dan
seperti TNF-α, IL-6, IL-1β serta Interferon-γ lipopolisakarida menstimulasi ekspresi dari
berpengaruh terhadap penurunan eritroid hepsidin protein fase akut yang akan
progenitor.7,13,25 Penurunan eritroid progenitor menurunkan absorbsi zat besi di diuodenum.8
ini menghambat diferensiasi dan proliferasi Hepsidin akan meningkat selama inflamasi dan
eritrosit secara langsung.7 infeksi. Hal ini menyebabkan disregulasi zat
Anemia yang disebabkan oleh infeksi besi disertai hipoferrimia dan anemia akibat
kronik seperti TB mempunyai karakteristik inflamasi. Hipoferremia dapat merupakan
yaitu terganggunya homeostasis zat besi
pertahanan host untuk membatasi zat besi akibat inflamasi akut maupun kronik, keadaan
untuk mikroorganisme.27 indeks massa tubuh cenderung menurun.32
Bagian C menunjukkan interferon-γ dan Malnutrisi sering ditemukan pada
lipopolisakarida atau keduanya akan penderita TB paru. Penelitian di India
meningkatkan ekspresi dari divalent metal menunjukkan bahwa penderita TB tujuh kali
transporter-1 (DMT-1) pada makrofag dan beresiko untuk mempunyai IMT <18,5 kg/m2
menstimulasi pengambilan zat besi. Sitokin dan lingkar lengan tengah <24 cm.10 Aktivasi
interleukin-10 meningkatkan ekspresi reseptor respon imun selama infeksi akan meningkatkan
transferrin dan meningkatkan pemasukan komsumsi energi.33 Malnutrisi pada TB juga
transferin ke dalam monosit. Interferon–γ dan diperkirakan akibat penurunan jumlah protein
lipopolisakarida menurunkan ekpresi visceral, indeks antroprometri dan status
ferroportin yang menghambat pengeluaran zat mikronutrisi.10
besi dari makrofag dan juga dipengaruhi Hubungan malnutrisi dengan
hepsidin. Pada waktu yang sama, TNF-α, IL-1, tuberkulosis terdapat dua hubungan yaitu efek
IL-6, dan IL-10 mempengaruhi ekspresi ferritin tuberkulosis terhadap status nutrisi dan efek
serta menstimulasi penyimpanan dan retensi malnutrisi terhadap manifestasi klinis dari
zat besi di dalam makrofag. Mekanisme inilah tuberkulosis sebagai akibat dari kelemahan
yang menyebabkan penurunan konsentrasi zat sistem imun.34 Malnutrisi juga merupakan
besi di sirkulasi dan keterbatasan ketersediaan faktor resiko utama dari onset aktif
zat besi untuk eritroid.7 tuberkulosis dan juga malnutrisi dapat
Bagian D menunjukkan bahwa TNF-α, memperburuk prognosis dari penyakit TB.33
interleukin-1 dan interferon-γ menghambat Malnutrisi berpengaruh terhadap cell-mediated
produksi eritropoetin di ginjal.7 Bagian E immunity (CMI) dan CMI merupakan sistem
menunjukkan TNF-α, interferon-γ dan pertahanan tubuh utama untuk melawan TB.35
interleukin-1 menghambat diferensiasi dan TB merupakan wasting or consumption
proliferasi sel eritroid progenitor secara disease yang membuat adanya perubahan
langsung. Selain itu, terbatasnya ketersediaan metabolik pada penderita tuberkulosis.36
jumlah zat besi dan penurunan aktivitas Perubahan metabolik yang terjadi adalah
biologis dari eritropoetin menyebabkan anabolic block.30 Anabolic block merupakan
penghambatan eritropoesis dan terjadi keadaan dimana asam amino tidak dapat
anemia.7 dibangun menjadi protein yang lebih
Pada penderita anemia, keadaan kompleks.30,36 Malnutrisi protein dapat
malnutrisi dapat menjadikan seseorang menyebabkan anemia normositik
memiliki massa tubuh yang tidak normal dan normokromik dengan penurunan retikulosit
memperburuk prognosis penderita.28 Pada dan eritropoesis di sumsum tulang dan limpa.37
penderita anemia terdapat kelainan regulasi Selain itu, perubahan metabolik yang dapat
serta nutrisi dalam tubuh. Kelainan nutrisi ini terjadi yaitu penurunan nafsu makan,
berupa kekurangan albumin, folat, dan malabsorbsi nutrisi dan malabsorbsi
38
mikronutrisi seperti selenium, zinc, vitamin B12, mikronutrisi.
vitamin D, dan zat besi6,29 sehingga memiliki Defisiensi mikronutrisi merupakan
indeks massa tubuh dibawah normal.30 penyebab tersering dari imuodefisiensi
Indeks massa tubuh dihitung sekunder dan tuberkulosis. Pada penderita
berdasarkan hasil pembagian berat badan tuberkulosis didapatkan defisiensi beberapa
satuan kilogram dengan tinggi badan satu mikronutrisi seperti zink, vitamin A dan
meter kuadrat.28 Indeks masa tubuh pada selenium.38 Hal ini menyebabkan terganggunya
keadaan individu yang terserang penyakit respon imun tubuh.38,39 Defisiensi zink
umumnya bervariasi. Pada penyakit metabolik menyebabkan penurunan aktivitas fagositosis
keadaan berat badan normal sampai berat dan mengurangi jumlah sel T di sirkulasi.38,40
bedan berlebih sering ditemukan. Sedangkan Zink mempunyai peranan yang penting dalam
berat badan berlebih dan obesitas dapat kontribusi makrofag terhadap pertahanan
meningkatkan risiko hipertensi, diabetes tubuh di tempat infeksi.38
melitus tipe 2, penyakit kardiovaskular dan Defisiensi vitamin A berpengaruh
sindrom metabolik.31 Sedangkan pada penyakit terhadap fungsi normal dari limfosit B dan T,
aktivitas makrofag, pertahanan mukosa dan
human immunodeficiency virus load and Protein Energy Malnutrition. Eur J Clin
high interleukin-6 concentrations are risk Nutr. 2013;67:1122–8.
factors associated with anemia in adults 38. Borelli P, Blatt S, Pereira J, Maurino BB De,
presenting with pulmonary tuberculosis in Tsujita M, Xavier G, et al. Reduction of
Zomba district , Malawi. Eur J Clin Nutr. erythroid progenitors in protein – energy
2005;59:526–32. malnutrition. Britiish J Nutr. 2007;97:307–
31. Kenangalem E, Waramori G, Pontororing 14.
GJ, Tjitra E. Tuberculosis Outcomes in 39. Gupta KB, Gupta R, Atreja A, Verma M,
Papua , Indonesia : The Relationship with Vishvkarma S. Tuberculosis and nutrition.
Different Body Mass Index Characteristics Lung India. 2009;26(1):9–16.
between Papuan and Non-Papuan Ethnic 40. United States Agency for International
Groups. PLoS One. 2013;8(9):1–9. Development. Nutrition and Tuberculosis:
32. Ramel A, Halldorsson TI, Tryggvadottir EA, A review of the literature and
Martinez JA, Kiely M, Bandarra NM, et al. consideration for TB control programs.
Relationship between BMI and body Afrika: USAID,2008.
fatness in three European countries. Eur J 41. Nagu TJ, Spiegelman D, Hertzmark E,
Clin Nutr. Nature Publishing Group; Aboud S, Makani J, Matee MI, et al.
2013;67(3):254–8. Anemia at the Initiation of Tuberculosis
33. Zheng Y, Ma A, Wang Q, Ha X, Cai J, Therapy Is Associated with Delayed
Schouten et al. Relation of Leptin, Ghrelin Sputum Conversion among Pulmonary
and Inflammatory Cytokineswith Body Tuberculosis Patients in Dar-es-Salaam ,
Mass Index in Pulmonary Tuberculosis Tanzania. 2014;9(3).
Patients with and without Type 2 Diabetes 42. Karyadi E, Schultink W, Nelwan RHH,
Mellitus. PLoS One. 2013;8:1–7. Gross R, Amin Z, Dolmans WM V, et al.
34. Schaible U, Kaufmann S. Malnutrition and Community and International Nutrition
infection: Complex mechanisms and global Poor Micronutrient Status of Active
impacts. PLoS Med. 2007;4(5):115 Pulmonary Tuberculosis Patients in
35. Oliveira MG, Delogo KN, Marinho H, Indonesia 1. Am Soc Nutr Sci. 2000:2953–
Gomes DM, Ruffino-netto A, Kritski AL, et 8.
al. Anemia in hospitalized patients with 43. Villamor E, Saathoff E, Mugusi F, Bosch RJ,
pulmonary tuberculosis. Bras Pneumol. Urassa W, Fawzi W. Wasting and body
2014;40:403–10. composition of adults with pulmonary
36. Cegielski JP, Mcmurray DN. The tuberculosis in relation to HIV-1
relationship between malnutrition and coinfection , socioeconomic status , and
tuberculosis : evidence from studies in severity of tuberculosis. Eur J Clin Nutr.
humans and experimental animals.Int J 2006; 60:163–71.
Tuberc Lung Dis. 2004;8:286–98. 44. Mehdi U, Toto RD. Anemia, diabetes, and
37. Hood MLH. A Narrative Review of Recent chronic kidney disease. Diabetes Care.
Progress in Understanding The 2009;32:1320–6.
Relationship Between Tuberculosis and