Aris,+Journal+Manager,+2014 HARMONI No.1+Volume 13 5
Aris,+Journal+Manager,+2014 HARMONI No.1+Volume 13 5
Saidin Ernas
Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon
Heru Nugoro
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Zuly Qodir
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Diterima redaksi 14 Maret 2014, diseleksi 8 April 2014 dan direvisi 28 April 2014
Abstract Abstrak
This article argues that the social dynamics Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan
of conflict in Papua do not always consist bahwa dinamika sosial kemasyarakatan di
of conflict. The case of Fakfak, West Papua Papua ternyata tidak selalu menghadirkan
cerita tentang konflik dan disintegrasi, tetapi
demonstrates that peace and harmony also
juga tentang harmoni dan perdamaian
exists. This study utilizes the qualitative sebagaimana yang terjadi pada masyarakat
descriptive analysis method to study data Fakfak di Propinsi Papua Barat. Dengan
gathered from observations made during metode deskriptif analysis terhadap data-
fieldwork, interviews, and primary and data kualitatif yang dikumpulkan dari
secondary documents. The article argues observasi lapangan, wawancara dan studi
two main points. First, religion and culture dokumentasi, penulis berhasil memperoleh
beberapa temuan penting. Pertama, agama
have an important role in building social
dan budaya berperan penting dalam
norms of harmony that influence the social melahirkan norma-norma sosial yang
behavior of the individuals in social arenas harmonis yang mempengaruhi praktik-
such as politics and economics. Second, praktik sosial individu hingga pada arena
the institutionalization of values and norms sosial yang lebih luas seperti politik dan
are supported by both the government and ekonomi. Kedua, proses pelembagaan nilai
civil society when they share the same dan norma didukung oleh pemerintah dan
kekuatan civil society yang memiliki misi
vision for promoting peace and harmony.
yang sama untuk mempromosikan harmoni
However, this study also acknowledges dan perdamaian. Namun tulisan ini juga
that factors such as separatism and religious mengingatkan bahwa isu-isu konflik, seperti
radicalism, if not handled well, can break separatismme dan radikalisme agama,
the harmonious social integration in Fakfak. bila tidak ditangani dengan hati-hati bisa
merusak integrasi sosial di Fakfak.
Keywords: Social Integration, Religion,
Culture. Kata Kunci: Integrasi Sosial, Agama,
Budaya.
harmonis; (3) Di Fakfak, nilai-nilai kultural wilayah terdepan di Papua yang telah
tersebut sudah dapat dilembagakan dikunjungi oleh orang luar dari berbagai
dalam sistem pemerintahan, politik daerah dengan beragam kepentingan.
dan ekonomi sehingga memberikan Ada yang berkunjung untuk kepentingan
jaminan kuat pada keberlanjutan ekonomi, ekspansi politik, pengambilan
harmoni dan perdamaian. Data-data budak hingga penyebaran agama.
yang dikumpulkan dalam penelitian ini
menggunakan beberapa strategi yang Berdasarkan data BPS 2013, jumlah
digunakan dalam pendekatan kualitatif; penduduk Fakfak 71.069 jiwa. Terdapat
pengamatan (observation), wawancara lebih dari 14 suku bangsa hidup di Fakfak,
mendalam (indepth-interview) dan studi terdiri dari bangsa pribumi dan pendatang
pustaka (library research). yang berasal dari Maluku, Sulawesi, Jawa
dan Sumatera. Agama Islam merupakan
agama mayoritas di Fakfak (53,80%),
setelah itu agama Kristen (28,35%) dan
Hasil dan Pembahasan.
Katolik (17,59%) (BPS Fakfak, 2013).
Sekelumit tentang Fakfak Namun berbagai perbedaan tersebut
tidak memicu konflik atau ketegangan
Fakfak merupakan salah satu antara agama, etnis dan budaya. Justru
kabupaten tertua di Papua bersama hubungan sosial antar masyarakat terjadi
delapan kabupaten lainnya yang pertama dalam relasi yang harmonis dan damai
kali dibentuk pemerintah Indonesia dan dan jarang terjadi konflik dalam skala
terletak di bagian leher dari “kepala besar seperti yang terjadi di tempat lain
burung” Pulau Papua yang saat ini di Papua, meskipun pada tingkat tertentu
menjadi bagian dari Propinsi Papua Barat. potensi konflik selalu ada.
Di era kolonialisme Belanda, Fakfak
bersama Manokwari dikenal sebagai
dua pusat pemerintahan yang disebut
Dominasi Agama dan Budaya dalam Integrasi
Afdelling. Bahkan bila ditarik jauh ke
Sosial.
belakang, pada masa kerajaan Majapahit,
khususnya masa pemerintahan Hayam Pada dasarnya masyarakat
Wuruk, Papua telah dianggap sebagai Fakfak adalah masyarakat komunal
bagian dari wilayah negara nusa yang sangat mementingkan hubungan
Majapahit. Hal ini tercatat dalam Kitab persaudaraan dan kekerabatan. Pada
Negarakertagama yang ditulis oleh awalanya hubungan persaudaraan
Pujangga Prapanca tahun 1365, dalam itu hanya mengikat antara keluarga
Kidung 13, 14, dan 15 secara khusus kemudian berlanjut antara suku lalu
memuat nama-nama daerah yang berada menjadi persaudaraan dalam satu
di bawah kedaulatan Majapahit dan salah wilayah geografis. Faktor sejarah tentang
satu daerah di antaranya adalah Wwanin peperangan, permusuhan dan pengayuan
atau Fakfak saat ini (Onim, 2007). (kanibalisme) antar suku dan kelompok
yang menjadi dasar persaudaraan tersebut.
Posisi Fakfak yang menghadap
Penguatan hubungan persaudaraan
langsung ke Maluku, laksana sebuah pintu
diyakini sebagai jalan untuk memelihara
gerbang yang menyambut mereka yang
perdamaian dan menghadapai kekuatan
akan berkunjung ke Papua. Letaknya yang
musuh yang mungkin akan datang dari
strategis dengan pelabuhan laut terbaik,
luar.
memudahkan kapal dagang dari berbagai
negeri bisa bersandar dalam berbagai Kehadiran agama Islam sejak abad
jenis cuaca. Tidak mengherankan apabila ke-16 dan Kristen serta Katolik pada abad
sejak abad ke-15, Fakfak telah menjadi ke-19 (Onim, 2007) dan perjumpaannya
HARMONI Januari - April 2014
Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat) 27
dengan tradisi dan budaya Fakfak justru cinta kasih di antara mereka. Semua
melahirkan sejumlah nilai dan norma masalah harus diselesaikan dengan
sosial yang mengikat masyarakat Fakfak menanggalkan emosi dan menumbuhkan
dalam keseimbangan. Masyarakat tidak semangat cinta kasih yang menjadi dasar
ingin penetrasi agama memecah belah persaudaraan sejati. Sedangkan Mani
hubungan kekerabatan dan persaudaraan Nina adalah pandangan bahwa tujuan
yang telah terbentuk di antara mereka hidup seseorang di dunia ini adalah untuk
sejak lama. Maka terbentuklah tradisi menciptakan perdamaian. Sehingga bagi
agama keluarga, yang meyakini bahwa masyarakat Fakfak, hanya orang-orang
meskipun dalam satu keluarga ada yang bisa menjaga perdamaian di dunia
perbedaan agama, tetapi mereka merasa ini yang bisa memperoleh kedamaian di
harus tetap menjadi keluarga yang utuh alam sesudah mati (akhirat). Adapun Yoyo
sehingga perbedaan agama tidak menjadi adalah pandangan tentang kerukunan
soal bagi masyarakat di Fakfak. yang menjadi tanggung jawab semua
orang Fakfak (Wawancara dengan Jubair
Dari pemahaman ini muncul
Hubrow, 6 November 2013).
filosofi dan kearifan lokal yang disebut
Satu Tungku Tiga Batu, sebagai lambang Beberapa praktik sosial yang
harmoni sosial di antara masyarakat. melambangkan toleransi dan kerukunan
Secara sederhana filosofi Satu Tungku antar umat beragama dapat dilihat pada
Tiga Batu merupakan gambaran kultural seremoni penyambutan Salib Tuhan Yesus
tentang persaudaraan masyarakat yang melibatkan semua kelompok agama
Fakfak. Dalam konstruksi tradisional di Fakfak. Setiap hari besar agama seperti
masyarakat Fakfak, Satu Tungku Tiga Batu Lebaran dan Natal dirayakan dengan
menggambarkan keseimbangan, ibarat penuh kegembiraan, saling mengunjungi
satu tungku yang ditopang oleh tiga dan mengirim makanan dan hadiah.
batu saat memasak makanan oleh orang- Demikian pula pembangunan rumah-
orang di zaman dahulu. Tanpa tiga kaki rumah ibadah yang dilakukan secara
dari batu, tungku tersebut tidak akan bersama-sama dengan tradisi bakubantu/
stabil dan mengakibatkan masakan akan masohi atau gotong royong di antara umat
mudah tumpah. Tiga batu ini diibaratkan Islam dan Kristen. Tidak jarang seorang
sebagai tiga agama besar yang berada di Kristen menjadi ketua pembangunan
Fakfak yaitu agama Islam, Katolik dan masjid, dan juga sebaliknya. Mereka
Protestan (Iribaram, 2011). D a l a m menganggap agama yang mereka anut
pemikiran masyarakat adat Fakfak, bukanlah alasan untuk memisahkan
kalau tiga kaki dari batu itu stabil maka ikatan kekeluargaan dan persaudaran di
semua persoalan dapat diatasi dengan antara mereka. Maka dengan mudah kita
baik, sehingga implementasi dari filosofi dapat menemukan sebuah keluarga yang
Satu Tungku Tiga Batu dimaknai bukan terdiri dari tiga agama; Islam, Kristen
saja dalam kehidupan beragama tetapi dan Katolik sebagaimana dituturkan oleh
menjangkau semua aspek kehidupan Bapak Simon Hindom sebagai berikut:
dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar
dari Satu Tungku Tiga Batu sebagaimana “Di keluarga saya, delapan
tertuang dalam bahasa Baham-Iha adalah bersaudara, ada yang menjadi Kristen,
tentang cinta kasih (idu-idu), perdamaian ada yang Islam, dan Katolik. Ada saudara
(mani nina) dan kerukunan (yoyo). saya haji, keponakan saya bahkan ada
yang jadi pastor. Dalam tradisi kami di sini,
Idu-idu adalah pandangan bahwa sudah terbiasa berbagi agama, asalkan
semua orang Fakfak harus membangun ikhlas dan taat. Jadi, misalnya karena
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1
28 Saidin Ernas, dkk.
Gambar.1
Ket. Gambar.
1. Keterlibatan Umat Islam pada Penjemputan Salib
2. Arsitektur Masjid Tua Pattimburk yang menyerupai Gereja
3. Arsitektur Gereja Tua Danaweria yang menyerupai Masjid
4. Gambar di Mimbar Masjid yang menyerupai Salib
Satu Tungku Tiga Batu merupakan Nilai-nilai agama dan budaya menjadi
hasil akulturasi antara adat dan agama faktor dominan yang menopang harmoni
dalam masyarakat Fakfak yang melahirkan dan perdamaian masyarakat Fakfak.
nilai-nilai toleransi, kerukunan dan Nilai-nilai tersebut menjadi fundamen
kesediaan untuk menerima perbedaan. atau moral contract (Parekh, 2008), yang
Melalui tradisi ini semua sengketa dan mempengaruhi praktik sosial, sehingga
pertentangan dalam masyarakat Fakfak praktik sosial yang terjadi berada
selalu diselesaikan dengan cara-cara dalam relasi yang harmonis dan tetap
dialogis yang dikenal dengan istilah dudu menjaga keseimbangan agar tidak terjadi
tikar. Dalam tradisi dudu tikar, semua konflik. Antropolog Amerika Melville J.
masalah harus diselesaikan secara damai Herskovits dan Bronislaw Malinowski
dan keluargaan, karena berakar dari (1953) menyebut kondisi yang demikian
filosofi; Idu-idu, Mani Nina dan Yoyo yang itu sebagai Cultural-Determinism bagi
telah disebutkan di atas. Tradisi dudu masyarakat setempat, yaitu ketika
tikar adalah upaya untuk menjaga nilai- dinamika sosial masyarakat ditentukan
nilai tersebut, agar masyarakat Fakfak oleh nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki
bisa terus hidup penuh cinta, rukun dan oleh masyarakat itu sendiri.
damai dengan sesama saudaranya.
Sebenarnya hubungan antara
Fenomena masyarakat Fakfak agama dengan kebudayaan merupakan
memperlihatkan bahwa integrasi sosial sesuatu yang ambivalen. Agama dan
yang melintasi batas-batas agama dan budaya mempunyai independensi
budaya dapat terjadi dengan baik karena masing-masing, tetapi keduanya
dibingkai dalam pemahaman kultural memiliki wilayah yang bisa saling
dan relijiusitas masyarakat setempat. tumpang-tindih. Kenyataan tersebut
Gambar. 2.
PEMERINTAH
ISLAM
tulisan Ali Atwa (2008) “Islam atau Kristen Kontestasi yang demikian
Agama Orang Papua?”, merupakan menjadikan hubungan antar agama
upaya intelektual muslim Papua untuk di hampir seluruh tempat di Papua,
memperkuat klaim sejarah Islam di termasuk Fakfak menjadi tegang.
Papua. Bahkan pemerintah daerah Padahal sebagaimana telah dibahas
Kabupaten Fakfak pernah membuat dalam bagian-bagian sebelumnya bahwa
penelitian yang diseminarkan pada tahun Fakfak adalah daerah muslim terbesar
2006 tentang sejarah masuknya Islam di di Papua yang berhasil meletakkan
Papua. Kesimpulan penting dari seminar dasar-dasar toleransi yang kuat yang
tersebut bahwa Islam adalah agama berakar pada kultur dan adat-istiadat
pertama yang masuk ke Papua dan oleh masyarakat setempat. Pertanyaan yang
karenanya merupakan agama tuan tana fundamental saat ini adalah bagaimana
mempertahankan norma dan kearifan
di Papua. Kesimpulan ini bukan sesuatu
lokal di Fakfak agar tetap fungsional
yang baru, tetapi belum menjawab
di tengah berbagai tekanan dan proses
pertanyaan tentang mengapa Islam tidak
perubahan sosial yang seringkali tidak
bisa berkembang baik di Papua, seperti
bisa dicegah. Perubahan sosial terjadi
yang disinyalir sejumlah penulis Kristen
pada semua masyarakat dalam setiap
bahwa hal tersebut terjadi karena Islam proses dan waktu dengan dampak yang
kurang bisa diterima oleh masyarakat bisa positif ataupun negatif. Dalam
Papua yang memiliki kebudayaan yang beberapa kasus proses integrasi sosial
khas (Onim, 2009). melemah justru sejalan dengan semakin
Fakfak sendiri telah menjadi salah melemahnya nilai-nilai sosial yang
selama ini berfungsi sebagai crosscutting
satu mercusuar dakwah Islam di Papua,
affiliation dan crosscutting loyality dalam
sehingga banyak orang menyebut Fakfak
sebuah masyarakat. Sebagaimana kasus
sebagai “Serambi Mekkah-nya” Papua.
melemahnya tradisi pela dan gandong yang
Fakta ini tidak terbantahkan karena dari
tidak bisa mengendalikan konflik sosial
71.069 jumlah penduduk Fakfak pada bernuansa agama di Ambon. Sebagian
tahun 2012, mayoritas beragama Islam sosiolog percaya bahwa modernisasi
(53,80%), dan sebagian besar di antaranya yang melanda Indonesia (termasuk
adalah muslim pribumi yang cukup taat komunikasi dan budaya) menjadi salah
bahkan sebagian telah menjadi tokoh- satu penyebab bergesernya oriantasi
tokoh Islam yang populer di Papua. Di nilai budaya seperti pela dan gandong
sini berdiri salah satu gerakan Islam yang yang bersifat kultural relijius, melemah
paling agresif dalam dakwah Islam di menjadi bersifat simbolik semata. Hal
Papua, yaitu Al-Fatih Kaafah Nusantara ini terutama di kalangan anak-anak
(AFKN), sebuah organisasi dakwah muda yang tidak memiliki cultural sense
yang didirikan oleh Ustadz Mohamed terhadap kebudayaannya sendiri.
Zaaf Fadzlan Garamatan, seorang warga
Masyarakat Fakfak membutuhkan
asli Fakfak. AFKN memiliki misi untuk
strategi bertahan dari globalisasi dan
melanjutkan proses Islamisasi di Papua
modernisasi yang membawa serta
yang sempat terhenti oleh misi zending
pengaruh-pengaruh buruk bagi eksistensi
dan kolonialisme Belanda. Bagi beberapa
kebudayaan. Maka masyarakat lokal
kelompok Kristen di Papua, keberadaan
seperti di Fakfak tidak memiliki pilihan
ormas Islam dengan dakwahnya yang lain selain melakukan penguatan nilai-
semakin marak belakangan ini telah nilai budaya, juga perlu beradaptasi
menjadi ancaman bagi Kristen (ICG, secara keratif, sehingga bisa menerima
2008). proses perubahan tanpa harus larut dalam
perubahan itu sendiri. Masyarakat perlu yang terjadi hampir di semua tempat di
mengenali lingkungan strategisnya, dan Papua. Agama dan budaya telah menjadi
menyesuaikan diri dengan lingkungan faktor determinan yang memperkuat
tersebut. Studi ini menunjukkan bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Fakfak
masyarakat Fakfak bisa mempertahankan yang majemuk. Integrasi sosial tersebut
nilai-nilai budaya dan kearifan lokalnya dibentuk dari akulturasi antara nilai-
justru karena mereka membuka diri nilai agama dan budaya yang melahirkan
terhadap kebudayaan lain sehingga nilai-nilai toleransi dan kerukunan antar
beragam kebudayaan, ideologi dan agama masyarakat yang berbeda agama, etnis
yang masuk ke Fakfak saling berinteraksi dan budaya. Nilai-nilai tersebut kemudian
dan membentuk kebudayaan Fakfak dilembagakan dalam filosofi Satu Tungku
saat ini. Kehadiran berbagai kelompok Tiga Batu yang menjadi norma dan
pendatang dari Maluku, Sulawesi, kearifan lokal yang mengikat masyarakat
Arab dan Cina sejak beberapa abad lalu Fakfak dalam satu satu keseimbangan.
justeru telah memperkaya kebudayaan Namun studi ini juga menemukan
Fakfak. Upaya lainnya adalah melakukan bahwa harmoni dan perdamaian
transformasi kultural agar budaya-budaya pada masyarakat Fakfak memerlukan
lokal selalu sesuai dengan semangat penguatan terus-menerus karena rentan
zaman. Itu artinya selain membuka dengan berbagai isu politik di Papua
diri pada perubahan, masyarakat juga yang pada tingkat tertentu memecah
dituntut untuk melakukan tafsir dan masyarakat kedalam kelompok yang
kontekstualisasi terhadap tradisi, budaya, saling mencancam, seperti Pro-
dan adat istiadat yang mungkin dianggap Merdeka dan Pro-NKRI. Sementara itu,
tidak sesuai lagi dengan kehidupan saat munculnya isu Islamisasi yang didukung
ini. oleh kehadiran kelompok-kelompok
keagamaan yang radikal dengan jaringan
yang semakin meluas dan tidak toleran
Catatan Penutup. pada perbedaan agama, seperti HTI,
Laskar Jihad dan AFKN serta gereja-
Kajian ini menunjukkan bahwa gereja ekstrim dari kalangan Kharismatik
dinamika sosial di Papua bukan hanya dan Pantekosta juga patut di perhatikan.
tentang konflik dan kekerasan, sebab Oleh sebab itu, masyarakat Fakfak dan
kita masih bisa menemukan harmoni dan institusi sosial di sana perlu diperkuat
perdamaian di wilayah-wilayah tertentu untuk mempertahankan harmoni dan
di Papua yang berkontribusi terhadap keragaman di tengah berbagai tekanan
penguatan integrasi sosial sebagaimana yang ada. Mungkin diperlukan kreatifitas
terjadi di Fakfak, Papua Barat. dalam beradaptasi dan kemampuan
Masyarakat Fakfak berhasil menjaga melakukan transformasi agar nilai-nilai
wilayahnya untuk tidak jatuh dalam lokal tetap aktual di tengah berbagai
konflik dan anarkisme sebagaimana perubahan.
Daftar Pustaka.