Anda di halaman 1dari 2

Allah ingin menguji Nabi Ibrahim, manakah yang lebih beliau cintai, Allah atau Ismail?

Melalui mimpi, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih putra kesayangannya itu.
Saat pagi hari tiba, Nabi Ibrahim memanggil Ismail, "Anakku, dalam tidur, Ayah bermimpi
menyembelihmu. Apa pendapatmu, Nak?" "Ayah, jika ini kehendak Allah, lakukan apa yang
diperintahkan kepadamu. Jangan takut, Ayah, In syaa Allah aku termasuk orang yang sabar."
Nabi Ibrahim memeluk Ismail erat-erat dengan penuh haru, "Ayah mencintaimu, Nak! Ayah
bangga kepadamu." Nabi Ibrahim membawa Ismail jauh dari rumah. Ketika sampai di
tempat ia akan disembelih, Ismail berkata, "Ayah, jangan ragu, lakukanlah perintah Allah ini.
Kalau Ayah akan menyembelihku, ikatlah aku kuat-kuat agar Ayah tidak terkena darahku.
Aku takut darahku mengotori bajumu sehingga pahalaku berkurang. Ayah, jangan ragu jika
melihat aku gelisah. Karena itu, tajamkanlah parang Ayah agar dapat memotongku
sekaligus. Telungkupkanlah wajahku, Ayah, jangan dimiringkan. Aku khawatir Ayah bisa
melihat wajahku dan merasa iba sehingga Ayah jadi ragu melaksanakan perintah Allah.
Kalau Ayah merasa bajuku dapat menghibur ibu, berikanlah baju ini kepada ibu." "Anakku,"
bisik Nabi Ibrahim, "ketabahanmu menguatkan ketabahan Ayah." Ketika Nabi Ibrahim akan
menyembelih putranya, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba yang besar disertai
panggilan, "Hai Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu!" Nabi Ibrahim dan Ismail
bersujud penuh syukur. Mereka telah membuktikan bahwa mereka amat mencintai Allah
melebihi segalanya. setelah Ismail tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan shalih, Nabi
Ibrahim memanggilnya, "Anakku, Allah memerintahkan kita membangun Baitullah dekat
Sumur Zamzam." "Dengan izin Allah, aku akan membantumu,"jawab Ismail. Kemudian,
keduanya bekerja keras. Ismail mengangkat batu-batu, membelah, dan meratakannya.
Sementara itu, Nabi Ibrahim menyusunnya menjadi sebuah bangunan. Agar dapat
meletakkan batu-batu di tempat yang tinggi, Nabi Ibrahim berpijak di atas sebuah batu. Jika
satu bagian telah selesai dikerjakan, beliau memindahkannya ke bagian lain sebagai tempat
pijakan lagi. Demikian dilakukan terus sampai seluruh bagian Ka'bah selesai dibangun.
Telapak kaki Nabi Ibrahim membekas di atas batu pijakan tersebut. Jika kita pergi ke Masjidil
Haram, kita dapat melihatnya dalam sebuah rongga berkaca. Batu itu dinamakan Maqam
Ibrahim. Artinya, tempat berpijak Nabi Ibrahim. Setelah menyelesaikan pembangunan
Ka'bah. Nabi Ibrahim dan Ismail berdoa, "Ya Allah, terimalah apa yang telah kami kerjakan.
Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Kemudian Allah memerintahkan agar
tempat itu dijaga kesucian dan kebersihannya sebagai tempat beribadah, thawaf, rukuk dan
sujud. Setelah itu, Nabi Ibrahim kembali ke Palestina. Sahabat fillahku, tak lama kemudian,
Ismail menikah. Namun, belum berapa lama, rasa gembira itu berubah duka karena Bunda
Hajar wafat. Ismail amat kehilangan ibunya. Betapa tidak, ia ditinggal oleh orang yang
sangat ia sayangi dan menyayanginya. Mendengar istrinya wafat, Nabi Ibrahim yang telah
berusia lanjut datang ke Mekah. Ketika tiba di rumah Ismail, Nabi Ibrahim diterima oleh
menantunya. "Bagaimana kehidupan kalian?" tanya Nabi Ibrahim. "Hidup kami susah dan
terlalu sederhana. Bahkan, sekarang pun saya tidak dapat menyuguhkan apa-apa kepada
Bapak," keluh istri Ismail. Nabi Ibrahim termenung. Ia pun berdiri dan pamit. "Sampaikan
kedatanganku kepada Ismail. Katakan juga kepadanya bahwa aku ingin agar ia mengganti
gerbang rumah ini." Ketika Ismail pulang, istrinya menyampaikan pesan ini. "Itu ayahku,"
kata Ismail, "pesan itu memerintahkan agar saya menceraikanmu karena kamu tidak
berlapang dada menjalani hidup kita yang sederhana." Setelah melaksanakan pesan
ayahnya, Ismail menikahi wanita yang lain. Suatu saat, Nabi Ibrahim datang berkunjung.
Beliau diterima oleh menantunya yang baru. "Bagaimanakah kehidupanmu bersama
Ismail?" tanya Nabi Ibrahim. "Alhamdulillah Ismail adalah suami yang penyayang, rajin
bekerja, dan selalu membimbing saya di jalan Allah. Kami hidup berbahagia." Nabi Ibrahim
tersenyum, "Sampaikan kedatanganku kepada Ismail. Katakan juga kepadanya bahwa aku
menyukai gerbang rumahnya." Ketika Ismail datang, istrinya menyampaikan pesan Nabi
Ibrahim. "Alhamdulillah, ayahku menyukaimu karena engkau istri yang shalihah, " senyum
Ismail. Ismail pun diangkat menjadi seorang nabi. Putra-putra beliaulah yang menjadi nenek
moyang Nabi Muhammad Catatan tambahan 1.Melempar Jumrah.Iblis tiga kali menggoda
Nabi Ibrahim di perjalanan menuju tempat penyembelihan putranya. Nabi Ibrahim marah
dan melempar Iblis tiga kali dengan kerikil. Allah mengabadikan peristiwa itu dalam ibadah
haji. Setiap jamaah wajib melontar kerikil di tiga tempat di mana iblis menggoda. Masing-
masing disebut Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah

Anda mungkin juga menyukai