Anda di halaman 1dari 4

Nama: Aurelius Gioprano Kaidu

NPM : 20. 75. 6765


Tugas MID Semester Moral Sosial (Masalah Demografi)

Pluralitas Agama dan Intoleransi di Indonesia

A. Latar Belakang
Pluralitas agama merupakan suatu fenomena yang secara natural telah ada sejak lama.
Pluralitas tersebut telah muncul dalam ragam kepercayaan purba (animisme, dinamisme, dan
lain-lain) sebelum lahirnya agama monoteis seperti Kristen, Islam, dan agama monoteis
lainnya. Dengan demikian, pluralitas agama merupakan hal lumrah yang ada di dalam
kehidupan, sesuatu yang baik dan telah ada sebagai komponen pembentuk kehidupan
masyarakat dunia. Akan tetapi, fenomena ini dalam konteks tertentu dapat menjadi ancaman
bagi integrasi kehidupan manusia, secara khusus bila pluralitas hadir dengan intensitas tinggi
di dalam suatu wilayah tunggal, misalnya Indonesia.

Dalam konteks Indonesia yang menurut data statistik terdiri dari sekitar 86,7% pemeluk
agama Islam, 9,7% pemeluk Kristen, 1,5% pemeluk Hindu, 0,8% pemeluk Budha serta
pemeluk agama minoritas seperti Konghucu, tidak mudah bagi orang untuk membagi ruang
hidup dan wilayahnya dengan orang lain, karena sebelumnya ia menghidupi suatu tradisi dan
ajaran agama tertentu.1 Oleh karena itu, tidak jarang pluralitas agama di Indonesia seringkali
menjadi momok menakutkan bagi munculnya tindakan intoleransi dan disintegrasi bangsa,
terlebih bila para penganut agama tertentu menghidupi sikap eksklusif dan radikalisme untuk
mengabsolutkan suatu kebenaran tentang iman di hadapan penganut agama lain. Hal ini
tampak secara gamblang lewat berbagai kasus yang terjadi di Indonesia, semisal; pendirian
gereja yang ditolak oleh umat Muslim di pelbagai tempat, misalnya di Aceh, tragedi Poso,
pengeboman sewaktu beribadat, dan sejumah kasus lainnya. Terhadap masalah ini, Gereja
Katolik sebagai salah satu lembaga religius dunia yang juga hadir di Indonesia memberikan
perhatian khusus lewat pandangan dan solusinya menurut Kitab Suci maupun seruan
kenabian dan gembala dari para pemimpinnya, sehingga pluralisme hidup beragama sebagai

1
https://seword.com/umum/500-gereja-dibakar-di-era-sby-pecah-rekor-pT6Xat8jF6, diakses pada 20 Oktober
2023.
komponen natural hidup manusia tidak menjadi malapetaka, melainkan sumber untuk saling
memperkaya dan memahami kehadiran yang lain sebagai pribadi luhur yang perlu dihargai. 2

B. Pluralisme dan Intoleransi dalam Pandangan Gereja

 Pandangan Biblis

Pluralitas merupakan komponen hakiki dari kehidupan dan ini tampak secara jelas dalam
kisah penciptaan (bdk. Kejadian 1-2: 25). Selama enam hari, Allah menciptakan bumi dan
segala isinya yang terdiri dari berbagai komponen yang plural dan berbeda. Ada terang dan
gelap, ada air dan udara serta daratan, ada hewan air dan hewan darat serta hewan udara.
Semua komponen yang plural dan beragam tersebut membentuk suatu harmoni dan
keteraturan yang tampak dalam kelangsungan hidup di bumi. Harmoni yang sama
ditanamkan oleh Allah dalam diri manusia, suatu keadaan hakiki lewat keunikan karakter
yang Ia hadirkan dalam tiap pribadi manusia. Oleh karena itu, manusia dari awal
kehadirannya telah hidup secara plural dari aspek keunikan karakternya. Pluralitas karakter
manusia diekspresikan pula lewat ragam bahasa, tradisi, budaya dan kepercayaan yang
terbentuk secara historis. Bahkan pluralitas ini secara simbolis dikisahkan dalam Kitab Suci
Perjanjian Lama dalam kisah Menara Babel (bdk. Kejadian 11:1-9).

Dalam segi kepercayaan, pluralitas itu tampak secara jelas lewat kisah Bangsa Israel yang
seringkali berkonflik dengan para penganut politeis (Bangsa Mesir dan lainnya), sehingga
dapat disimpulkan bahwa pluralitas agama pun merupakan sesuatu yang terberi dan
berkembang secara historis lewat cara-cara mausiawi. 3 Hemat kata, pluralitas kehidupan
manusia di berbagai aspek, khususnya kepercayaan atau agama merupakan rahmat terberi dan
menjadi sebuah komponen yang disertakan oleh Allah dalam penciptaan dunia, suatu
harmoni dan keteraturan yang terdiri dari unsur-unsur plural. Oleh karena itu, pluralitas
agama di Indonesia sejatinya merupakan hal baik. Pluralitas tersebut justru menggambarkan
kebesaran Allah sebagai sosok transenden yang tidak bisa dipahami secara tuntas lewat satu
bentuk agama saja. Kehadiran agama-agama di Indonesia dapat dipandang sebagai suatu
gerakan Roh Kudus yang secara historis membantu para penganutnya untuk mengenal secara
mendalam nilai tertinggi dalam kehidupan manusia secara universal yakni cinta dan
persaudaraan. Nilai yang sama pula diwartakan oleh para rasul kepada orang-orang non-
Kristen setelah mereka mendapat karunia Roh Kudus untuk memahami berbagai Bahasa
(bdk.KIS 2:1-12).
2
Anton Baker, Ajaran Iman Katolik 2 untuk Mahasiswa (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988), hlm. 15.
3
Albert Nolan, Yesus Sebelum Agama Kristen (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), hlm. 65.
 Ensklik Fratelli Tutti: Persaudaraan di Tengah Pluralitas Menurut Paus Fransiskus

Tentang cinta dan persaudaraan sebagai nilai utama untuk menjunjung kemanusiaan di
tengah pluralitas kepercayaan, Gereja Katolik lewat seruan pemimpin universalnya yakni
Paus Fransiskus memberikan suatu ajakan terbuka untuk membangun suatu persaudaraan
dan persahabatan sosial di tengah pluralitas hidup masyarakat global. Ajakan ini hadir dalam
dokumen Ensiklik Fratelli Tutti, Sulla Fraternità e l`Amicizia Sociale yang diterbitkan pada
4 Oktober 2020, sebuah dokumen yang terinspirasi dari tulisan Fransiskus Asisi (1182-1226)
dalam bukunya yang berjudul Admonitions.4 Kehadiran dokumen ini memiliki cita rasa yang
sangat kuat untuk membangun persaudaraan dan persahabatan di tengah pluralitas hidup.
Oleh karena itu saat diterbitkan, dokumen ini mendapat sambutan dan tanggapan positif dari
berbagai kalangan, terutama oleh para pemuka agama. Dokumen ini terdiri dari delapan bab
dan secara umum berisikan deskripsi tentang situasi modern yang seringkali membuat
manusia merasa teralienasi, bahkan di tempatnya sendiri. Hal ini dipandang sebagai akibat
dari bayang-bayang kemanusiaan yang tidak pasti dan juga sering dilanggar. Di tengah
situasi seperti ini, manusia dapat memilih untuk mengambil sikap membantu atau
mengacuhkan sesamanya. Manusia dalam konteks para penganut agama perlu mengingat
kembali kodratnya sebagai ciptaan Allah. Allah menciptakan manusia sebagai tindakan dan
ungkapan cinta kasih-Nya. Oleh karena itu, manusia perlu mengambil bagian dalam
pewartaan cinta kasih tersebut lewat pengabdian hidup kepada sesama dalam atmosfer
persaudaraan dan persahabatan yang tidak membeda-bedakan.

Lebih lanjut, pandangan Paus Fransiskus dalam ensiklik ini menitikberatkan


pembahasannya pada kodrat manusia. Kodrat manusia menjadi argumen fundamental untuk
menjelaskan harmoni hidup manusia di tengah berbagai perbedaan, terutama dalam hal
kepercayaaan. Pemikiran tentang kodrat manusia ini terinsipirasi dari pertemuan Paus
Fransiskus dengan imam besar Muslim yakni Ahmad Al-Tayyeb yang merupakan sahabat
baiknya pada tahun 2019 di Abu Dhabi. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menyatakan
bahwa Allah telah menciptakan kodrat manusia yang membuatnya mempunyai kesetaraan
dalam hak, kewajiban dan martabat. Oleh karena kepemilikan kodrat tersebut, setiap
manusia dipanggil untuk hidup bersama-sama di dunia ini sebagai saudara dan saudari. 5
Dalam konteks Indonesia, konsep ini sekiranya menjadi acuan untuk membangun dialog

4
Pope Francis, “Encyclical Letter ‘Fratelli Tutti’ on Fraternity and Social Friendship,” The Holy See, 2020,
http://www.vatican.va/content/francesco/en/encyclicals/documents/papafrancesco_20201003_enciclica-fratelli-
tutti.html, diakses pada 21 Oktober 2023.
5
Pope Francis, “Encyclical Letter ‘Fratelli Tutti’ on Fraternity and Social Friendship”, no. 5
antar agama sebagai upaya pencegahan dan penaggulangan masalah intoleransi yang
seringkali terjadi. Term “Saudara dan saudari” merupakan ungkapan yang tepat untuk
menyingkirkan sikap eksklusif yang cenderung menjadikan penganut agama tertentu sebagai
“Kami” atau “Mereka.” Kesadaran akan kodrat manusia sebagai ciptaan yang sama
seharusnya menjadi inti penghayatan hidup keagamaan tiap-tiap orang, sehingga dalam
situasi plural-religius orang dapat mengangap yang lain sebagai “Kita.”

C. Pluralitas Agama di Indonesia: Panggilan untuk Mencintai Sesama

Manusia sebagai ciptaan diciptakan oleh Allah dengan kodrat yang sama seturut gambar
dan rupa-Nya (bdk. Kejadian 1:26). Kodrat inilah yang memampukannya untuk bertindak
secara sadar sesuai dengan kemampuan kehendak dan akal budinya. Dengan kapasitas akal
dan kehendak itu pula manusia menyadari kebutuhan dan kehadiran akan Yang Transenden.
Kesadaran akan Yang Transenden diekspresikan dalam bentuk hadirnya institusi religius
yang terbentuk dan berkembang secara historis. Institusi religius atau agama tersebut hadir
dalam bentuk yang plural, misalnya di Indonesia. Secara de facto, Indonesia merupakan
negara dengan enam agama resmi (Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu dan Katolik).
Tidak bisa dipungkiri bahwa, pluralitas agama ini sering menjadi pemicu bagi tindakan
intoleransi yang merujuk pada tindakan tidak bermoral yang merendahkan maratabat
manusia. Hal ini disebabkan oleh sikap eksklusif yang berkembangbiak dalam diri pribadi
atau orang yang justru kurang menghayati ajaran iman agamanya secara baik. 6 Di lain pihak,
pluralisme agama di Indonesia sejatinya menjadi lokus bagi tiap-tiap penganut agama untuk
saling mencintai. Penghayatan hidup keagamaan yang benar tentu akan membawa orang pada
kesadaran akan kodratnya sebagai ciptaan yang mempunyai martabat yang luhur. Oleh karena
itu, kesadaran akan kodrat tersebut akan membantu orang untuk bertindak secara humanis
tanpa membeda-bedakan status religius. Pluralitas agama di Indonesia seharunya menjadi
wadah untuk memahami kehadiran Allah yang kreatif dalam ragam interpretasi religius dan
pemahaman akan Allah dalam pribadi yang lain (agama lain) hanya mungkin, bila orang mau
mencintai sesama sebagai saudara ataupun saudari tanpa membeda-bedakan.

6
Edison R. L. Tinambunan, “Nalar Dan Iman Dalam Kehidupan Beragama: Dikotomi Atau Harmoni,” Kurios
Volume6, no. No.1 (2020), 159–161, https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.30995/kur.v6i1.122. Diakses pada
22 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai