Anda di halaman 1dari 3

Fabian Daffa Ilyassa

1402180298
AK-42-01
“Sustainability and Environmental Issues in
Indonesia”
TUGAS: CASE 1
FENOMENA DESA WADAS
Pertanyaan:
1. Kemudian bagaimana peran pemerintah untuk meyakinkan masyarakat sekitar tentang
mata pencaharian dan lingkungan yang akan terkena dampak tidak baik dengan adanya
pertambangan andesit?
Berdasarkan beberapa sumber pemerintah belum meyakinkan akan dampak mata
pencaharian dan lingkungan apabila dilakukan pertambangan pada desa Wadas.
Pemerintah hanya akan membeli tanah masyarakat yang masuk ke dalam wilayah
tambang. Sampai saat ini masyarakat masih ada yang menolak pertambangan di desa
Wadas. Menurut saya, pihak pemerintah sebaiknya membuat perjanjian kepada
masyarakat supaya masyarakat tetap dapat melakukan mata pencaharian seperti biasa
dan masyarakat dilindungi dengan payung hukum sehingga apabila terjadi sesuatu,
masyarakat bukanlah pihak yang di rugikan. Dampak yang dikhawatirkan oleh
masyarakat adalah adanya tanah longsor dan terjadi pengurangan sumber mata air
sebaiknya pemerintah dapat melakukan inovasi untuk menghindari kemungkinan
tersebut terjadi dimasa depan. Pemerintah seharusnya melakukan dialog dengan
masyarakat menjelaskan bahwa pertambangan andesit terjadi untuk mendukung
terlaksananya proyek priotas nasional. Pemerintah harus meyakinkan masyarakat
bahwa proyek ini dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat di masa depan.
2. Apabila terjadi kerusakan lingkungan sekitar, apakah pemerintah akan bertanggung
jawab sesuai hukum yang berlaku? Jelaskan!
Pemerintah harus bertanggung jawab karena proyek ini memang proyek nasional.
Pemerintah harus menerbitkan peraturan sebagai bahan perlindungan masyarakat
Wadas khususnya untuk mengatasi risiko apabila terjadi kerusakan lingkungan.
TUGAS: CASE 2
FENOMENA LIMBAH B3
Pertanyaan:
1. Bagaimana regulasi pemerintah menjamin tata kelola pemanfaatan FABA dengan
dihapusnya dari limbah B3?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 limbah Fly Ash and
Bottom Ash telah dikeluarkan dari kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). FABA
merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU). Menurut Ridwan (2021) selaku Direktur Jenderal Mineral
dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemerintah akan
terus mengawasi tata kelola FABA dan akan melakukan upaya penanggulangan apabila
terjadi suatu masalah. Kebijakan pemanfaatan batu bara akan memberikan nilai tambah
dan dapat digunakan untuk pengolahan produk yang ramah lingkungan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batu Bara (Tekmira) Badan Litbang Kementerian ESDM,
FABA memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan refraksi
cor, penimbunan dalam reklamasi tambang, substitusi kapur untuk menetralkan air
asam tambang, memperbaiki kondisi tanah dan media tanam untuk revegetasi lahan
bekas tambang.

2. Jika suatu hari terjadi pencemaran lingkungan akibat pengelolaan FABA yang buruk,
apakah ada penegakan hukum bagi perusahaan yang melanggar? Jelaskan!
Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3)
menyebutkan bahwa pengelolaan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), sebagai limbah B3
dan limbah non-B3 telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Limbah abu
batu bara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tetap wajib dikelola hingga
memenuhi standar dan persyaratan teknis yang ditetapkan. Dirjen Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) juga menyebutkan apabila terjadi
pelanggaran maka bisa dilakukan penegakan hukum. Masyarakan dapat melaporkan
kepada pihak yang berwenang.

3. Jika suatu hari terjadi pencemaran lingkungan akibat pengelolaan FABA yang buruk,
apakah Sustainability Report masih dapat menjadi “control tool” untuk isu lingkungan
dan sosial
Kebijakan penghapusan FABA dari Limbah B3 dinilai tidak tidak berpihak terhadap
perlindungan lingkungan. Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)
menyayangkan terbitnya PP tersebut karena peraturan tersebut dapat mengancam
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Selain itu, penghapusan FABA dapat
memunculkan ketidakadilan lingkungan dengan potensi distribusi dampak atau risiko
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat serta memunculkan persepsi kendurnya
penegakan hukum terhadap pelaku. Oleh karena itu Sustainability Report masih belum
dapat menjadi “control tool” untuk isu lingkungan dan sosial. Karena penghapusan
FABA dinilai akan lebih menguntungkan pihak perusahaan. Dari masyarakat
menghimbau untuk pemerintah mencabut kelonggaran peraturan terkait pencabutan
FABA dan limbah B3.

Anda mungkin juga menyukai