Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PRODUK PENYALURAN DANA DENGAN AKAD


SALAM DAN ISTISHNA
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Produk
Dan Jasa Perbankan Syariah
Dosen : Syamsuri, SH, MM

Disusun Oleh:

WIWI WINDARTI
2136216052209
9

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH

MITRA KARYA BEKASI 2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini “Produk Penyaluran Dana Dengan Akad
Salam dan Istishna”
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan saya yang terbatas. Namun berkat bantuan dan
bimbingan dari Bapak Syamsuri, SH, MM sebagai dosen pengampu mata kuliah
Produk dan Jasa Perbankan Syari’ah maka akhirnya penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami berharap dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi saya sendiri dan bagi para pembaca umumnya. Saya sadar bahwa dalam
penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah
islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai puluhan.
Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah
dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam
perbankan syariah yaitu murabahah, Akad istishna dan salam
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan dana,
penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatan-kegiatan
lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui perpindahan kepemilikan
barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran-nya
dan waktu penyerahan barang.
Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan istishna dan salam. Jual beli dengan
salam dan istishna ini, akadnya sangat jelas, barangnya jelas, dan keamanannya juga jelas.
Maka jual beli salam dan istishna wajar jika masih banyak diminati.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian istishna dan salam?
2. Bagaimanakah jenis istishna dan salam?
3. Bagaimanakah dasar hukum istishna dan salam?
4. Bagaimanakah rukun dan syarta salam dan istishna?
5. Bagaimanakah berakhirnya istishna dan salam?
6. Bagaimanakah perbedaan istishna dan salam?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akad Istishna

1. Pengertian Akad Istishna

Akad istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu,
dengan kriteria dan pernyataan tertentu pula yang disepakati antara pemesan
(pembeli) dan penjual (pembuat). Istishna adalah akad bersama produsen untuk satu
pekerjaan tertentu dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh
produsen yang juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika barang bakunya dari
pemesan maka transaksi itu menjadi akad ijarah (sewa), pemesan hanya menerima jasa
produsen untuk membuat barang.
Sedangkan dalam kodifikasi produk perbankan Syariah dijelaskan bahwa istishna
adalah sebagai Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan
persyaratan tertentu, kriteria, dan pola pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
Transaksi Al-Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat
barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat
barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membeli atau membuat barang sesuai
dengan spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua
belah pihak telah setuju atas harga serta sistem pembayaran, apakah pembayaran
dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang
akan datang.
2. Jenis Akad Istishna
Jenis akad istishna terdiri dari 2 yaitu :
1.Istishna,adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentudengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani').
2.Istishna, Paralel adalah suatu bentuk akad Istishna’antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akadIstishna’dengan
pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesanpemesan. Syaratnya
akad Istishna’pertama (antara penjual dan pemesan) tidakbergantung pada Istishna’kedua
(antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antarapemesan dengan penjual dan akad
antara penjual dan pemesan harus terpisah danpenjual tidak boleh mengakui adanya
keuntungan selama konstruksi.

3. Dasar Hukum Akad Istishna


4
1. Al- Qur’an
‫َو َأَح َّل ُهَّللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر با‬
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al Baqarah: 275)
2. Al – Hadis
‫ه َأَّن َنِبَّى ِهَّللا ص َك اَن َأَر اَد َأْن َيْكُتَب ِإَلى اْلَعَج ِم َفِقيَل َل ُه ِإَّن اْلَعَج َم َالَيْقَبُل وَن ِإَّال ِكَتاًب ا‬6‫ي هللا عن‬6‫َع ْنَأَنٍس رض‬
‫ رواه مسلم‬.‫َك َأِّنى َأْنُظُر ِإَلى َبَياِضِه ِفى َيِدِه‬: ‫َقاَل‬.‫ َفاْص َطَنَع َخ اَتًم ا ِم ْنِفَّضٍة‬. ‫َع َلْيِه َخ اِتٌم‬

“Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab, lalu
dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang
tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan
perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih
di tangan beliau." (HR. Muslim).1
4.Rukun dan Syarat Akad Istishna’
1. Rukun Akad Istishna
Rukun istishna terdiri dari :
a. Penjual / penerima pesanan ( shani’)
b. Pembeli / pemesan (mustashni’)
c. Barang (Mashnu’)
d. Harga (tsanan)
e. Ijab qabul (sighat)
2. Syarat Akad Istishna
Pada prinsipnya al-istishna’ adalah sama dengan as-salam. Maka rukun dan syarat
istishna’ mengikuti rukun dan syarat as-salam. Hanya saja pada al-istishna’ pembayaran
tidak dilakukan secara kontan dan tidak adanya penentuan waktu tertentu penyerahan
barang, tetapi tergantung selesainya barang pada umumnya. Misal : Memesan rumah,
maka tidak bisa dipastikan kapan bangunannya selesai.
Agar istishna menjadi sah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.
a. Barang (mashnu’)
Perincian barang yang sah untuk dijadikan objek istishnâ’ adalah sebagai berikut:
1. Jenis, misal berupa mobil, rumah, pesawat atau yang lain.

2. Tipe, misal berupa mobil kijang, rumah tipe RSS.

3. Kualitas, bagaimana spesifikasi teknisnya dan hal lainnya.

5
4. Kuantitasnya, berupa jumlah unit.

b. Harga.

Harga harus ditentukan berdasarkan aturan sebagai berikut:


1. Harus diketahui semua pihak.

2. Bisa dibayarkan sewaktu akad secara cicilan, atau ditangguhkan pada waktu tertentu
pada masa yang akan datang.
5. Berakhirnya Akad Istishna
Kontrak istishna biasa berakhir berdasarkan kondisi kondisi berikut:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak
3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak bisa menuntut
pembatalannya.2
B. Akad Salam
1. Pengertian Salam
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan, karena pemesan barang
menyerahkan uangnya dimuka. Akad salam transaksi jual beli barang dengan cara
pemesan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Secara etimologi artinya pendahuluan, dn secara muamalah adalah penjualan suatu
barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang yang dibeli
masih dalam tanggungan penjual, dimana syaratnya ialah mendahulukan pembayaran
pada waktu akad. Sakam adalah akad jual beli barang pesanan antara pembeli dan
penjual dengan pembayaran dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang
dilakukan saat akhir kontrak.3
2. Jenis Akad Salam
Jenis Akad Salam terbagi atas dua yaitu :
1. salam, adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
ketika transaksi dilakukan. Pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan barng
harus dilakukan dikemudian hari.

2. salam paralel, adalah melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pembeli dan
penjual, serta antara penjual dengan pemasok. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki

6
barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barng pesanan
tersebut. Salam paralel diperbolehkan asalkan akad salam kedua titik tergantung pada
akad. salam yang pertama, yaitu akad antara keduapenjual dan pemasok tidak tergantung
pada akad pembeli dan penjual. Jika saling tergantung aatu menjadi sayarat ( terjadi
ta’alluq ) maka tidak diperbolehkan. Jadi akad antara penjual dan pemasok harus terpisah
dari akad antara pembeli dan penual.

3. Dasar Hukum Akad Salam

1. Al – Qur’an

‫يا أيهاالذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه‬

“ hai orang-orang yang beriman , apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan , hendaknya kamu menuliskan dengan benar......”( QS. Al-
Baqarah : 282 )

2. Al – Hadis

“ Barang siapa melakukan salam, hendaknay ia melakukannya dengan takaran yang


jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari
Muslim).4

4. Rukun dan Syarat Akad Salam

1. Rukun As-Salam
Pelaksanaan As-Salam harus memenuhi rukun sebagai berikut:
a. Pembeli (musalam)
Adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang. Harus memenuhi kriteria
cakap bertindak hukum (balig dan berakal sehat) serta mukhtar (tidak dalam
tekanan/paksaan).
b. Penjual (musala ilaih)
Adalah pihak yang memasok barang pesanan. Harus memenuhi kriteria cakap
bertindak hukum (balig dan berakal sehat) serta mukhtar (tidak dalam
tekanan/paksaan.
c. Ucapan (sighah)
Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah oleh hal-hal yang
dapat memalingkan keduanya dari maksud akad.
d. Barang yang dipesan (muslam fiqh)
Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

7
1. Dinyatakan jelas jenisnya

2. Jelas sifat-sifatnya.

3. Jelas ukurannya.

4. Jelas batas waktunya.

5. tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.

2. Syarat As-Salam
a. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad (pembayaran dilakukan lebih dulu)
b. Barang menjadi utang si penjual
c. Barang diserahkan dikemudian hari (diberikan sesuai waktu yang dijanjikan)
d. Barang harus jelas, baik ukuran, timbangan ataupun bilangannya
e. Harus diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya
f. tempat penyerahan dinyatakan secara jelas

5. Berakhirnya Akad Salam


Berakhirnya Akad Salam Dari penjelasan diatas, hal-hal yang dpat membatalkan
kontrak adalah:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tudaks esuai dengan yang disepakati dalam akad.
3. Barangyangdikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak
atau membatalkan akad.
4. Barang yang dikirim kualitsnya tidak sesuai akd tetapi pembeli menerimanya.
5. Barang diterima.

C. Perbedaan Istishna dengan salam


Jual beli istisna’ merupakan pengembangan dari jual beli salam, walaupun
demikian antara keduanya memiliki berbagai perbedaan diantar keduanya yaitu sebagai
berikut:

1. Objek transaksi dalam salam merupakan tanggungan dengan spesifikasi kualitas


ataupun kualitas, sedang istishna berupa zat/barangnya.

2. Dalam kontrak salam adanya jangka waktu tertentu untuk menyerahkan barang
pesanan, hal ini tidak berlaku dalam akad ishtisna.

8
3. Kontrak salam bersifat mengikat (lazim), sedangkan istishna, tidak bersifat mengikat
(ghairu lazim).

4. Dalam kontrak salam persyaratan untuk menyerahkna modal atau pembayaran saat
kontrak dilakukan dalam majelis kontrak, sedangkan dalam istishna dapat dibayar di
muka, cicilan atau waktu mendatang sesuai dengan kesepakatan.

9
Istishna Salam
Subjek istishna selalu berupa barang yang harus Subjek salam dapat berupa produk alamiyah atau
dimanufaktur. barang manufaktur.
Harga dalam istishna tidak harus dibayarkan Harga harus dibayarkan secara penuh di muka.
secara penuh di muka.
Istishna terutama dapat dilakukan untuk barang Subjek salam adalah kewajiban pada pihak
Qimi, di mana setiap unit barangnya berbeda penjual dan karenannya harus berupa barang
antara yang satu dan yang lain dalam hal harga / fungibel, yang semua unitnya serupa, sehingga
spesifikasi. Akan tetapi, ia dapat pula digunakan jika penjual tidak dapat memproduksi sendiri
untuk barang yang memiliki merek dagang, di barangnya, ia bisa mendapatkan dari pasar.
mana semua unit barang serupa dalam harga dan
spesifikasi.
Sanksi dalam bentuk pengurangan harga karena Sanksi untuk keterlambatan dalam penyerahan
keterlambatan dalam penyerahan akan tercermin akan disumbangkan untuk sosial dan akun
dalam pendapatan pembeli. keuntungan dan kerugian pembeli ( bank ) tidak
akan terpengaruh.
Selama pekerjaannya belum dimulai, istishna Salam adalah kontrak ( akad ) yang mengikat,
tidak bersifat mengikat, pihak manapun dapat ketika dilaksanakan, tidak dapat dibatalkan tanpa
membatalkan kontrak ( akad ). kesepakatan pihak lain.
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok
Muslam Fiihi Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan spesifikasi.
Kontrak
Bisa saat kontrak,
Di bayar saat Cara penyelesaian pembayaran merupakan
Harga bisa di angsur, bisa
kontrak perbedaan utama antara salam dan istishna’.
dikemudian hari

Salam mengikat semua pihak sejak semula,


sedangkan istishna’ menjadi pengikat untuk
Mengikat secara Mengikat secara
Sifat Kontrak melindungi produsen sehingga tidak di
asli (thabi’i) ikutan (taba’i)
tinggalkan begitu saja oleh konsumen
secara tidak bertanggung jawab.

10
Istishna Salam
Subjek istishna selalu berupa barang yang harus Subjek salam dapat berupa produk alamiyah atau
dimanufaktur. barang manufaktur.
Harga dalam istishna tidak harus dibayarkan Harga harus dibayarkan secara penuh di muka.
11
secara penuh di muka.
Istishna terutama dapat dilakukan untuk barang Subjek salam adalah kewajiban pada pihak
Qimi, di mana setiap unit barangnya berbeda penjual dan karenannya harus berupa barang
antara yang satu dan yang lain dalam hal harga / fungibel, yang semua unitnya serupa, sehingga
spesifikasi. Akan tetapi, ia dapat pula digunakan jika penjual tidak dapat memproduksi sendiri
untuk barang yang memiliki merek dagang, di barangnya, ia bisa mendapatkan dari pasar.
mana semua unit barang serupa dalam harga dan
spesifikasi.
Sanksi dalam bentuk pengurangan harga karena Sanksi untuk keterlambatan dalam penyerahan
keterlambatan dalam penyerahan akan tercermin akan disumbangkan untuk sosial dan akun
dalam pendapatan pembeli. keuntungan dan kerugian pembeli ( bank ) tidak
akan terpengaruh.
Selama pekerjaannya belum dimulai, istishna Salam adalah kontrak ( akad ) yang mengikat,
tidak bersifat mengikat, pihak manapun dapat ketika dilaksanakan, tidak dapat dibatalkan tanpa
membatalkan kontrak ( akad ). kesepakatan pihak lain.
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok
Muslam Fiihi Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan spesifikasi.
Kontrak
Bisa saat kontrak,
Di bayar saat Cara penyelesaian pembayaran merupakan
Harga bisa di angsur, bisa
kontrak perbedaan utama antara salam dan istishna’.
dikemudian hari

Salam mengikat semua pihak sejak semula,


sedangkan istishna’ menjadi pengikat untuk
Mengikat secara Mengikat secara
Sifat Kontrak melindungi produsen sehingga tidak di
asli (thabi’i) ikutan (taba’i)
tinggalkan begitu saja oleh konsumen
secara tidak bertanggung jawab.

BAB III
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istishna adalah akad bersama produsen untuk satu pekerjaan tertentu dalam tanggungan
atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh produsen yang juga menyediakan barang
bakunya, sedangkan jika barang bakunya dari pemesan maka transaksi itu menjadi akad
jarah (sewa), pemesan hanya menerima jasa produsen untuk membuat barang.
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan, karena pemesan barang
menyerahkan uangnya dimuka. Akad salam transaksi jual beli barang dengan cara
pemesan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Secara etimologi artinya pendahuluan, dn secara muamalah adalah penjualan suatu barang
yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang yang dibeli masih
dalam tanggungan penjual, dimana syaratnya ialah mendahulukan pembayaran pada
waktu akad. Sakam adalah akad jual beli barang pesanan antara pembeli dan penjual
dengan pembayaran dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan
saat akhir kontrak.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.

13
PERTANYAAN DARI MASING – MASING KELOMPOK

1. Berikan contoh atau proses akad istishna dan salam dalam Kehidupan Sehari-hari?

( kelompok 1 ).

Jawab :

- Akad Istishna

Suatu transaksi yang harus dibayar duluan. Contohnya jika mau membeli kue dipabrik

itu biayanya harus dibayar terlebih dahulu agar kiranya barang bisa diproses.

- Akad Salam

Suatu transaksi yang bisa dibayar atau dicicil setelah barang itu ada.

2. Sebutkan dan jelaskan cara pembayaran transaksi istishna yang baru disepakati dalam akad?

( kelompok 6 ).

Jawab :

Metode pembayaran yg dilakukan oleh pembeli kepada penjual sebelum barang diterima

secara keseluruhan ataupun sebagian.pembayaran ini dilakukan langsung dengan jasa

perbankan.

1. Pembayaran Dimuka Secara Tunai.

2. Pembayaran secara angsuran selama proses pembuatan.

3. Pembayaran Setelah Penyelesaian barang.

3. Bagaimana menurut Pemakalah Perbandingan praktek jual beli dari salam dan istishna pada

bank konvesional dan bank syariah. Berikan contohnya? ( kelompok 5 ).

Jawab :

1. Objek transaksi dalam salam merupakan tanggungan dengan spesifikasi kualitas ataupun

kualitas, sedang istishna berupa zat/barangnya.

2. Dalam kontrak salam adanya jangka waktu tertentu untuk menyerahkan barang pesanan,

hal ini tidak berlaku dalam akad ishtisna.

14
3. Kontrak salam bersifat mengikat (lazim), sedangkan istishna, tidak bersifat mengikat

(ghairu lazim).

4. Dalam kontrak salam persyaratan untuk menyerahkna modal atau pembayaran saat kontrak

dilakukan dalam majelis kontrak, sedangkan dalam istishna dapat dibayar di muka, cicilan

atau waktu mendatang sesuai dengan kesepakatan.

Contoh :

Sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan kostum tim sepak

bola sebesar Rp 20 juta, produk ini akan dibayar oleh pemesannya dua bulan yang

akan datang. Harga sepasang kostum biasabya Rp. 4.000,00 sedangkan perusahaan itu

biasanya menjual pada bank dengan harga Rp. 38.000.00. dalam kasus ini, produsen

tidak ingin diketahui modal pokok pembuatan kostum. Ia hanya ingin memberikan

untung sebesar Rp. 2000,00 per kostum atau sekitar Rp. 1 juta ( Rp. 2 juta/ Rp. 38.000

X Rp. 2000 ) atau 5% dari modal. Bank biasanya menawarkan lebih lanjut agar kostum

itu lebih murah dan dijual kepada pembeli dengan harga pasar.

4. Apa hikmah dari Akad Istishna dan Salam? ( Kelompok 2 ).

Jawab :

a. Akad Istishna

1. Untuk mempermudah manusia dalam bermumalah.

2. Untuk mensejahterakana ekonomi manusia.

3. Sebagai media tolong-menolong antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

b. Akad Salam

1.Untuk memberi kemudahan kepada anggota masyarakat menjalankan urusan

perniagaan.

2. Untuk menanamkan perasaan tolong menolong di antara satu sama lain.

5. Bagaimana Akad Salam dalam perbankan Syariah, apakah rugi jika diterapkan?

( Kelompok 4 ).

Jawab :
15
1. Modal akad salam tunggal dimana bank benar-benar melakukan pembelian barang

dan kemudian terjun langsung dalam bisnis penjualan itu.

2. dimana bank tidak benar-benar bermaksud membeli barang karena setelah itu bank

menjualnya kembali kepada penjual pertama atau menyuruh menjualnya kepada

pihak lain dengan akad wakalah.

3. dimana bank melakukan dua akad salam secara simultan, yakni akad salam dengan

nasabah yang butuh barang dan akad salam dengan nasabah yang butuh untuk

memproduksi barang.

Jadi bahwa akad salam dalam perbankan syariah itu tidak saling merugi karena

dimana bank itu adalah tempat penyimpanan uang sedangkan akad salam itu dimana

seseorang menyimpan uang, jadi masing-masing tersebut itu saling menguntungkan tidak

saling merugikan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke praktik, (Jakarta : Gema Insani,
2001), hlm 113.
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo 2018 ).hlm.67
Novi Puspitasari, Keuangan Islam,(Yogyakarta : UII ( Anggota IKAPI ) 2018 ),hlm.134
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf. Akuntnsi Keuangan Syariah. Cet IV
( Jakarta LPFE Usakti : 2010 ).hlm.57.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Halia Indonesia, 2012)
hlm.127
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo 2018 ).hlm.59

17

Anda mungkin juga menyukai