Bagus Widyantoro - Produk Penyaluran Dana Dengan Akad Salam Dan Istishna
Bagus Widyantoro - Produk Penyaluran Dana Dengan Akad Salam Dan Istishna
Disusun Oleh:
BAGUS WIDYANTORO
2136216052210
BEKASI 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah swt yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
“Produk Penyaluran Dana Dengan Akad Salam dan Istishna”
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, itu dikarenakan kemampuan saya yang terbatas. Namun berkat
bantuan dan bimbingan dari Bapak Syamsuri, SH, MM sebagai dosen
pengampu mata kuliah Produk dan Jasa Perbankan Syari’ah maka
akhirnya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami berharap dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi saya sendiri dan bagi para pembaca umumnya. Saya
sadar bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa
menjadi lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
Contents
MAKALAH..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Akad Istishna.........................................................................................................2
1. Pengertian Akad Istishna................................................................................2
2. Jenis Akad Istishna..........................................................................................2
3. Dasar Hukum Akad Istishna...........................................................................3
4.Rukun dan Syarat Akad Istishna’...................................................................3
5. Berakhirnya Akad Istishna.............................................................................4
B. Akad Salam............................................................................................................5
1. Pengertian Salam..............................................................................................5
2. Jenis Akad Salam.............................................................................................5
3. Dasar Hukum Akad Salam..............................................................................6
4. Rukun dan Syarat Akad Salam......................................................................6
5. Berakhirnya Akad Salam.................................................................................7
C. Perbedaan Istishna dengan salam...................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11
PERTANYAAN DARI MASING – MASING KELOMPOK......................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama
dalam fiqih muamalah islamiah terbilang sangat banyak.
Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai puluhan.
Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual
beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam
pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah
yaitu murabahah, Akad istishna dan salam
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain
adalah penghimpunan dana, penyaluran dana, membeli, menjual
dan menjamin atas resiko serta kegiatan-kegiatan lainnya. Pada
perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga atas
barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan
bentuk pembayaran-nya dan waktu penyerahan barang.
Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan istishna
dan salam. Jual beli dengan salam dan istishna ini, akadnya
sangat jelas, barangnya jelas, dan keamanannya juga jelas. Maka
jual beli salam dan istishna wajar jika masih banyak diminati.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian istishna dan salam?
2. Bagaimanakah jenis istishna dan salam?
3. Bagaimanakah dasar hukum istishna dan salam?
4. Bagaimanakah rukun dan syarta salam dan istishna?
5. Bagaimanakah berakhirnya istishna dan salam?
6. Bagaimanakah perbedaan istishna dan salam?
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Istishna
3
2.Istishna, Paralel adalah suatu bentuk akad Istishna’antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan,
penjual melakukan akadIstishna’dengan pihak lain (subkontraktor) yang
dapat memenuhi aset yang dipesanpemesan. Syaratnya akad
Istishna’pertama (antara penjual dan pemesan) tidakbergantung pada
Istishna’kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad
antarapemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan
harus terpisah danpenjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama konstruksi.
3. Dasar Hukum Akad Istishna
1. Al- Qur’an
َو َأَح َّل ُهَّللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر با
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al
Baqarah: 275)
2. Al – Hadis
َع ْنَأَنٍس رضي هللا عنه َأَّن َنِبَّى ِهَّللا ص َك اَنَأَر اَد َأْن َيْكُتَب ِإَلى اْلَعَج ِم َفِقيَل َلُه ِإَّن اْلَعَج َم َالَيْقَبُلوَن
رواه مسلم.َك َأِّنى َأْنُظُر ِإَلى َبَياِضِه ِفى َيِدِه: َقاَل. َفاْص َطَنَع َخ اَتًم ا ِم ْنِفَّضٍة. ِإَّال ِكَتاًبا َع َلْيِه َخ اِتٌم
“Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja
non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab
tidak sudi menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau pun
memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas
menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau
putih di tangan beliau." (HR. Muslim).1
4.Rukun dan Syarat Akad Istishna’
1. Rukun Akad Istishna
Rukun istishna terdiri dari :
a. Penjual / penerima pesanan ( shani’)
b. Pembeli / pemesan (mustashni’)
4
c. Barang (Mashnu’)
d. Harga (tsanan)
e. Ijab qabul (sighat)
2. Syarat Akad Istishna
Pada prinsipnya al-istishna’ adalah sama dengan as-salam. Maka
rukun dan syarat istishna’ mengikuti rukun dan syarat as-salam. Hanya
saja pada al-istishna’ pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan
tidak adanya penentuan waktu tertentu penyerahan barang, tetapi
tergantung selesainya barang pada umumnya. Misal : Memesan rumah,
maka tidak bisa dipastikan kapan bangunannya selesai.
Agar istishna menjadi sah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu sebagai berikut.
a. Barang (mashnu’)
Perincian barang yang sah untuk dijadikan objek istishnâ’ adalah
sebagai berikut:
1. Jenis, misal berupa mobil, rumah, pesawat atau yang lain.
b. Harga.
5
3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal
untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan
masing masing pihak bisa menuntut pembatalannya.2
B. Akad Salam
1. Pengertian Salam
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan, karena
pemesan barang menyerahkan uangnya dimuka. Akad salam transaksi
jual beli barang dengan cara pemesan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Secara etimologi artinya pendahuluan, dn secara muamalah adalah
penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai
persyaratan jual beli dan barang yang dibeli masih dalam tanggungan
penjual, dimana syaratnya ialah mendahulukan pembayaran
pada waktu akad. Sakam adalah akad jual beli barang pesanan
antara pembeli dan penjual dengan pembayaran dilakukan dimuka
pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan saat akhir kontrak.3
2. Jenis Akad Salam
Jenis Akad Salam terbagi atas dua yaitu :
1. salam, adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual
belikan belum ada ketika transaksi dilakukan. Pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan barng harus dilakukan dikemudian hari.
6
penjual. Jika saling tergantung aatu menjadi sayarat ( terjadi ta’alluq )
maka tidak diperbolehkan. Jadi akad antara penjual dan pemasok harus
terpisah dari akad antara pembeli dan penual.
يا أيهاالذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه
2. Al – Hadis
7
d. Barang yang dipesan (muslam fiqh)
Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
2. Jelas sifat-sifatnya.
3. Jelas ukurannya.
2. Syarat As-Salam
a. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad (pembayaran
dilakukan lebih dulu)
b. Barang menjadi utang si penjual
c. Barang diserahkan dikemudian hari (diberikan sesuai waktu
yang dijanjikan)
d. Barang harus jelas, baik ukuran, timbangan ataupun
bilangannya
e. Harus diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya
f. tempat penyerahan dinyatakan secara jelas
8
menerimanya.
5. Barang diterima.
9
spesifikasi.
Sanksi dalam bentuk pengurangan harga karena Sanksi untuk keterlambatan dalam penyerahan
keterlambatan dalam penyerahan akan tercermin akan disumbangkan untuk sosial dan akun
dalam pendapatan pembeli. keuntungan dan kerugian pembeli ( bank ) tidak
akan terpengaruh.
Selama pekerjaannya belum dimulai, istishna Salam adalah kontrak ( akad ) yang mengikat,
tidak bersifat mengikat, pihak manapun dapat ketika dilaksanakan, tidak dapat dibatalkan tanpa
membatalkan kontrak ( akad ). kesepakatan pihak lain.
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok
Muslam Fiihi Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan spesifikasi.
Kontrak
Bisa saat kontrak,
Di bayar saat Cara penyelesaian pembayaran merupakan
Harga bisa di angsur, bisa
kontrak perbedaan utama antara salam dan istishna’.
dikemudian hari
Istishna Salam
10
Subjek istishna selalu berupa barang yang harus Subjek salam dapat berupa produk alamiyah atau
dimanufaktur. barang manufaktur.
Harga dalam istishna tidak harus dibayarkan Harga harus dibayarkan secara penuh di muka.
secara penuh di muka.
Istishna terutama dapat dilakukan untuk barang Subjek salam adalah kewajiban pada pihak
Qimi, di mana setiap unit barangnya berbeda penjual dan karenannya harus berupa barang
antara yang satu dan yang lain dalam hal harga / fungibel, yang semua unitnya serupa, sehingga
spesifikasi. Akan tetapi, ia dapat pula digunakan jika penjual tidak dapat memproduksi sendiri
untuk barang yang memiliki merek dagang, di barangnya, ia bisa mendapatkan dari pasar.
mana semua unit barang serupa dalam harga dan
spesifikasi.
Sanksi dalam bentuk pengurangan harga karena Sanksi untuk keterlambatan dalam penyerahan
keterlambatan dalam penyerahan akan tercermin akan disumbangkan untuk sosial dan akun
dalam pendapatan pembeli. keuntungan dan kerugian pembeli ( bank ) tidak
akan terpengaruh.
Selama pekerjaannya belum dimulai, istishna Salam adalah kontrak ( akad ) yang mengikat,
tidak bersifat mengikat, pihak manapun dapat ketika dilaksanakan, tidak dapat dibatalkan tanpa
membatalkan kontrak ( akad ). kesepakatan pihak lain.
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok
Muslam Fiihi Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan spesifikasi.
Kontrak
Bisa saat kontrak,
Di bayar saat Cara penyelesaian pembayaran merupakan
Harga bisa di angsur, bisa
kontrak perbedaan utama antara salam dan istishna’.
dikemudian hari
BAB III
PENUTUP
11
A. Kesimpulan
Istishna adalah akad bersama produsen untuk satu pekerjaan tertentu
dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh
produsen yang juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika
barang bakunya dari pemesan maka transaksi itu menjadi akad jarah
(sewa), pemesan hanya menerima jasa produsen untuk membuat barang.
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan, karena
pemesan barang menyerahkan uangnya dimuka. Akad salam transaksi
jual beli barang dengan cara pemesan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Secara etimologi artinya
pendahuluan, dn secara muamalah adalah penjualan suatu barang yang
disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang yang
dibeli masih dalam tanggungan penjual, dimana syaratnya ialah
mendahulukan pembayaran pada waktu akad. Sakam adalah akad jual
beli barang pesanan antara pembeli dan penjual dengan pembayaran
dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan
saat akhir kontrak.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
12
PERTANYAAN DARI MASING – MASING KELOMPOK
1. Berikan contoh atau proses akad istishna dan salam dalam Kehidupan
Sehari-hari?
( kelompok 1 ).
Jawab :
- Akad Istishna
- Akad Salam
Suatu transaksi yang bisa dibayar atau dicicil setelah barang itu ada.
Jawab :
perbankan.
13
Jawab :
Contoh :
kostum tim sepak bola sebesar Rp 20 juta, produk ini akan dibayar
menjual pada bank dengan harga Rp. 38.000.00. dalam kasus ini,
hanya ingin memberikan untung sebesar Rp. 2000,00 per kostum atau
sekitar Rp. 1 juta ( Rp. 2 juta/ Rp. 38.000 X Rp. 2000 ) atau 5% dari
modal. Bank biasanya menawarkan lebih lanjut agar kostum itu lebih
14
4. Apa hikmah dari Akad Istishna dan Salam? ( Kelompok 2 ).
Jawab :
a. Akad Istishna
yang lainnya.
b. Akad Salam
lain.
5. Bagaimana Akad Salam dalam perbankan Syariah, apakah rugi jika diterapkan?
( Kelompok 4 ).
Jawab :
penjualan itu.
akad wakalah.
15
3. dimana bank melakukan dua akad salam secara simultan, yakni
akad salam dengan nasabah yang butuh barang dan akad salam
Jadi bahwa akad salam dalam perbankan syariah itu tidak saling
merugikan.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke praktik, (Jakarta : Gema
Insani, 2001), hlm 113.
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo
2018 ).hlm.67
Novi Puspitasari, Keuangan Islam,(Yogyakarta : UII ( Anggota IKAPI )
2018 ),hlm.134
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf. Akuntnsi Keuangan Syariah.
Cet IV ( Jakarta LPFE Usakti : 2010 ).hlm.57.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Halia
Indonesia, 2012) hlm.127
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo
2018 ).hlm.59
18