Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRODUK PENYALURAN DANA DENGAN


AKAD SALAM DAN ISTISHNA
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Produk Dan Jasa Perbankan Syariah
Dosen : Syamsuri, SH, MM

Disusun Oleh:

BAGUS WIDYANTORO
2136216052210

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SEKOLAH TINGGI

ILMU EKONOMI SYARIAH MITRA KARYA

BEKASI 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah swt yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
“Produk Penyaluran Dana Dengan Akad Salam dan Istishna”
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, itu dikarenakan kemampuan saya yang terbatas. Namun berkat
bantuan dan bimbingan dari Bapak Syamsuri, SH, MM sebagai dosen
pengampu mata kuliah Produk dan Jasa Perbankan Syari’ah maka
akhirnya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami berharap dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi saya sendiri dan bagi para pembaca umumnya. Saya
sadar bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa
menjadi lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

Contents
MAKALAH..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Akad Istishna.........................................................................................................2
1. Pengertian Akad Istishna................................................................................2
2. Jenis Akad Istishna..........................................................................................2
3. Dasar Hukum Akad Istishna...........................................................................3
4.Rukun dan Syarat Akad Istishna’...................................................................3
5. Berakhirnya Akad Istishna.............................................................................4
B. Akad Salam............................................................................................................5
1. Pengertian Salam..............................................................................................5
2. Jenis Akad Salam.............................................................................................5
3. Dasar Hukum Akad Salam..............................................................................6
4. Rukun dan Syarat Akad Salam......................................................................6
5. Berakhirnya Akad Salam.................................................................................7
C. Perbedaan Istishna dengan salam...................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11
PERTANYAAN DARI MASING – MASING KELOMPOK......................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama
dalam fiqih muamalah islamiah terbilang sangat banyak.
Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai puluhan.
Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual
beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam
pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah
yaitu murabahah, Akad istishna dan salam
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain
adalah penghimpunan dana, penyaluran dana, membeli, menjual
dan menjamin atas resiko serta kegiatan-kegiatan lainnya. Pada
perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga atas
barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan
bentuk pembayaran-nya dan waktu penyerahan barang.
Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan istishna
dan salam. Jual beli dengan salam dan istishna ini, akadnya
sangat jelas, barangnya jelas, dan keamanannya juga jelas. Maka
jual beli salam dan istishna wajar jika masih banyak diminati.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian istishna dan salam?
2. Bagaimanakah jenis istishna dan salam?
3. Bagaimanakah dasar hukum istishna dan salam?
4. Bagaimanakah rukun dan syarta salam dan istishna?
5. Bagaimanakah berakhirnya istishna dan salam?
6. Bagaimanakah perbedaan istishna dan salam?

1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Istishna

1. Pengertian Akad Istishna


Akad istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu, dengan kriteria dan pernyataan tertentu pula
yang disepakati antara pemesan
(pembeli) dan penjual (pembuat). Istishna adalah akad bersama
produsen untuk satu pekerjaan tertentu dalam tanggungan atau jual beli
satu barang yang akan dibuat oleh produsen yang juga menyediakan
barang bakunya, sedangkan jika barang bakunya dari pemesan maka
transaksi itu menjadi akad ijarah (sewa), pemesan hanya menerima jasa
produsen untuk membuat barang.
Sedangkan dalam kodifikasi produk perbankan Syariah dijelaskan
bahwa istishna adalah sebagai Jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang berdasarkan persyaratan tertentu, kriteria, dan pola
pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
Transaksi Al-Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain
untuk membeli atau membuat barang sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah
pihak telah setuju atas harga serta sistem pembayaran, apakah
pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
2. Jenis Akad Istishna
Jenis akad istishna terdiri dari 2 yaitu :
1.Istishna,adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentudengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani').

3
2.Istishna, Paralel adalah suatu bentuk akad Istishna’antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan,
penjual melakukan akadIstishna’dengan pihak lain (subkontraktor) yang
dapat memenuhi aset yang dipesanpemesan. Syaratnya akad
Istishna’pertama (antara penjual dan pemesan) tidakbergantung pada
Istishna’kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad
antarapemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan
harus terpisah danpenjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama konstruksi.
3. Dasar Hukum Akad Istishna
1. Al- Qur’an
‫َو َأَح َّل ُهَّللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر با‬
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al
Baqarah: 275)
2. Al – Hadis
‫َع ْنَأَنٍس رضي هللا عنه َأَّن َنِبَّى ِهَّللا ص َك اَنَأَر اَد َأْن َيْكُتَب ِإَلى اْلَعَج ِم َفِقيَل َلُه ِإَّن اْلَعَج َم َالَيْقَبُلوَن‬
‫ رواه مسلم‬.‫َك َأِّنى َأْنُظُر ِإَلى َبَياِضِه ِفى َيِدِه‬: ‫َقاَل‬.‫ َفاْص َطَنَع َخ اَتًم ا ِم ْنِفَّضٍة‬. ‫ِإَّال ِكَتاًبا َع َلْيِه َخ اِتٌم‬

“Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja
non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab
tidak sudi menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau pun
memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas
menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau
putih di tangan beliau." (HR. Muslim).1
4.Rukun dan Syarat Akad Istishna’
1. Rukun Akad Istishna
Rukun istishna terdiri dari :
a. Penjual / penerima pesanan ( shani’)
b. Pembeli / pemesan (mustashni’)

4
c. Barang (Mashnu’)
d. Harga (tsanan)
e. Ijab qabul (sighat)
2. Syarat Akad Istishna
Pada prinsipnya al-istishna’ adalah sama dengan as-salam. Maka
rukun dan syarat istishna’ mengikuti rukun dan syarat as-salam. Hanya
saja pada al-istishna’ pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan
tidak adanya penentuan waktu tertentu penyerahan barang, tetapi
tergantung selesainya barang pada umumnya. Misal : Memesan rumah,
maka tidak bisa dipastikan kapan bangunannya selesai.
Agar istishna menjadi sah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu sebagai berikut.
a. Barang (mashnu’)
Perincian barang yang sah untuk dijadikan objek istishnâ’ adalah
sebagai berikut:
1. Jenis, misal berupa mobil, rumah, pesawat atau yang lain.

2. Tipe, misal berupa mobil kijang, rumah tipe RSS.

3. Kualitas, bagaimana spesifikasi teknisnya dan hal lainnya.

4. Kuantitasnya, berupa jumlah unit.

b. Harga.

Harga harus ditentukan berdasarkan aturan sebagai berikut:


1. Harus diketahui semua pihak.

2. Bisa dibayarkan sewaktu akad secara cicilan, atau ditangguhkan


pada waktu tertentu pada masa yang akan datang.
5. Berakhirnya Akad Istishna
Kontrak istishna biasa berakhir berdasarkan kondisi
kondisi berikut:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak

5
3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal
untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan
masing masing pihak bisa menuntut pembatalannya.2
B. Akad Salam

1. Pengertian Salam
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan, karena
pemesan barang menyerahkan uangnya dimuka. Akad salam transaksi
jual beli barang dengan cara pemesan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Secara etimologi artinya pendahuluan, dn secara muamalah adalah
penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai
persyaratan jual beli dan barang yang dibeli masih dalam tanggungan
penjual, dimana syaratnya ialah mendahulukan pembayaran
pada waktu akad. Sakam adalah akad jual beli barang pesanan
antara pembeli dan penjual dengan pembayaran dilakukan dimuka
pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan saat akhir kontrak.3
2. Jenis Akad Salam
Jenis Akad Salam terbagi atas dua yaitu :
1. salam, adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual
belikan belum ada ketika transaksi dilakukan. Pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan barng harus dilakukan dikemudian hari.

2. salam paralel, adalah melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara


pembeli dan penjual, serta antara penjual dengan pemasok. Hal ini
terjadi ketika penjual tidak memiliki

barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan


barng pesanan tersebut. Salam paralel diperbolehkan asalkan akad salam
kedua titik tergantung pada akad. salam yang pertama, yaitu akad antara
keduapenjual dan pemasok tidak tergantung pada akad pembeli dan

6
penjual. Jika saling tergantung aatu menjadi sayarat ( terjadi ta’alluq )
maka tidak diperbolehkan. Jadi akad antara penjual dan pemasok harus
terpisah dari akad antara pembeli dan penual.

3. Dasar Hukum Akad Salam


1. Al – Qur’an

‫يا أيهاالذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه‬

“ hai orang-orang yang beriman , apabila kamu bermu’amalah tidak


secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaknya kamu
menuliskan dengan benar......”( QS. Al-Baqarah : 282 )

2. Al – Hadis

“ Barang siapa melakukan salam, hendaknay ia melakukannya dengan


takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu
yang diketahui.” (HR. Bukhari Muslim).4

4. Rukun dan Syarat Akad Salam


1. Rukun As-Salam
Pelaksanaan As-Salam harus memenuhi rukun sebagai
berikut:
a. Pembeli (musalam)
Adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang. Harus
memenuhi kriteria cakap bertindak hukum (balig dan berakal sehat)
serta mukhtar (tidak dalam tekanan/paksaan).
b. Penjual (musala ilaih)
Adalah pihak yang memasok barang pesanan. Harus memenuhi
kriteria cakap bertindak hukum (balig dan berakal sehat) serta
mukhtar (tidak dalam tekanan/paksaan.
c. Ucapan (sighah)
Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah
oleh hal-hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud akad.
4

7
d. Barang yang dipesan (muslam fiqh)
Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Dinyatakan jelas jenisnya

2. Jelas sifat-sifatnya.

3. Jelas ukurannya.

4. Jelas batas waktunya.

5. tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.

2. Syarat As-Salam
a. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad (pembayaran
dilakukan lebih dulu)
b. Barang menjadi utang si penjual
c. Barang diserahkan dikemudian hari (diberikan sesuai waktu
yang dijanjikan)
d. Barang harus jelas, baik ukuran, timbangan ataupun
bilangannya
e. Harus diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya
f. tempat penyerahan dinyatakan secara jelas

5. Berakhirnya Akad Salam


Berakhirnya Akad Salam Dari penjelasan diatas, hal-hal yang
dpat membatalkan kontrak adalah:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tudaks esuai dengan yang
disepakati dalam akad.
3. Barangyangdikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli
memilih untuk menolak atau membatalkan akad.
4. Barang yang dikirim kualitsnya tidak sesuai akd tetapi pembeli

8
menerimanya.
5. Barang diterima.

C. Perbedaan Istishna dengan salam

Jual beli istisna’ merupakan pengembangan dari jual beli salam,


walaupun demikian antara keduanya memiliki berbagai perbedaan
diantar keduanya yaitu sebagai berikut:

1. Objek transaksi dalam salam merupakan tanggungan dengan


spesifikasi kualitas ataupun kualitas, sedang istishna berupa
zat/barangnya.

2. Dalam kontrak salam adanya jangka waktu tertentu untuk


menyerahkan barang pesanan, hal ini tidak berlaku dalam akad
ishtisna.

3. Kontrak salam bersifat mengikat (lazim), sedangkan istishna, tidak


bersifat mengikat (ghairu lazim).

4. Dalam kontrak salam persyaratan untuk menyerahkna modal atau


pembayaran saat kontrak dilakukan dalam majelis kontrak,
sedangkan dalam istishna dapat dibayar di muka, cicilan atau waktu
mendatang sesuai dengan kesepakatan.
Istishna Salam
Subjek istishna selalu berupa barang yang harus Subjek salam dapat berupa produk alamiyah atau
dimanufaktur. barang manufaktur.
Harga dalam istishna tidak harus dibayarkan Harga harus dibayarkan secara penuh di muka.
secara penuh di muka.
Istishna terutama dapat dilakukan untuk barang Subjek salam adalah kewajiban pada pihak
Qimi, di mana setiap unit barangnya berbeda penjual dan karenannya harus berupa barang
antara yang satu dan yang lain dalam hal harga / fungibel, yang semua unitnya serupa, sehingga
spesifikasi. Akan tetapi, ia dapat pula digunakan jika penjual tidak dapat memproduksi sendiri
untuk barang yang memiliki merek dagang, di barangnya, ia bisa mendapatkan dari pasar.
mana semua unit barang serupa dalam harga dan

9
spesifikasi.
Sanksi dalam bentuk pengurangan harga karena Sanksi untuk keterlambatan dalam penyerahan
keterlambatan dalam penyerahan akan tercermin akan disumbangkan untuk sosial dan akun
dalam pendapatan pembeli. keuntungan dan kerugian pembeli ( bank ) tidak
akan terpengaruh.
Selama pekerjaannya belum dimulai, istishna Salam adalah kontrak ( akad ) yang mengikat,
tidak bersifat mengikat, pihak manapun dapat ketika dilaksanakan, tidak dapat dibatalkan tanpa
membatalkan kontrak ( akad ). kesepakatan pihak lain.
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok
Muslam Fiihi Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan spesifikasi.
Kontrak
Bisa saat kontrak,
Di bayar saat Cara penyelesaian pembayaran merupakan
Harga bisa di angsur, bisa
kontrak perbedaan utama antara salam dan istishna’.
dikemudian hari

Salam mengikat semua pihak sejak semula,


sedangkan istishna’ menjadi pengikat untuk
Mengikat secara Mengikat secara
Sifat Kontrak melindungi produsen sehingga tidak di
asli (thabi’i) ikutan (taba’i)
tinggalkan begitu saja oleh konsumen
secara tidak bertanggung jawab.

Istishna Salam

10
Subjek istishna selalu berupa barang yang harus Subjek salam dapat berupa produk alamiyah atau
dimanufaktur. barang manufaktur.
Harga dalam istishna tidak harus dibayarkan Harga harus dibayarkan secara penuh di muka.
secara penuh di muka.
Istishna terutama dapat dilakukan untuk barang Subjek salam adalah kewajiban pada pihak
Qimi, di mana setiap unit barangnya berbeda penjual dan karenannya harus berupa barang
antara yang satu dan yang lain dalam hal harga / fungibel, yang semua unitnya serupa, sehingga
spesifikasi. Akan tetapi, ia dapat pula digunakan jika penjual tidak dapat memproduksi sendiri
untuk barang yang memiliki merek dagang, di barangnya, ia bisa mendapatkan dari pasar.
mana semua unit barang serupa dalam harga dan
spesifikasi.
Sanksi dalam bentuk pengurangan harga karena Sanksi untuk keterlambatan dalam penyerahan
keterlambatan dalam penyerahan akan tercermin akan disumbangkan untuk sosial dan akun
dalam pendapatan pembeli. keuntungan dan kerugian pembeli ( bank ) tidak
akan terpengaruh.
Selama pekerjaannya belum dimulai, istishna Salam adalah kontrak ( akad ) yang mengikat,
tidak bersifat mengikat, pihak manapun dapat ketika dilaksanakan, tidak dapat dibatalkan tanpa
membatalkan kontrak ( akad ). kesepakatan pihak lain.
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok
Muslam Fiihi Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan spesifikasi.
Kontrak
Bisa saat kontrak,
Di bayar saat Cara penyelesaian pembayaran merupakan
Harga bisa di angsur, bisa
kontrak perbedaan utama antara salam dan istishna’.
dikemudian hari

Salam mengikat semua pihak sejak semula,


sedangkan istishna’ menjadi pengikat untuk
Mengikat secara Mengikat secara
Sifat Kontrak melindungi produsen sehingga tidak di
asli (thabi’i) ikutan (taba’i)
tinggalkan begitu saja oleh konsumen
secara tidak bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Istishna adalah akad bersama produsen untuk satu pekerjaan tertentu
dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh
produsen yang juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika
barang bakunya dari pemesan maka transaksi itu menjadi akad jarah
(sewa), pemesan hanya menerima jasa produsen untuk membuat barang.
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan, karena
pemesan barang menyerahkan uangnya dimuka. Akad salam transaksi
jual beli barang dengan cara pemesan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Secara etimologi artinya
pendahuluan, dn secara muamalah adalah penjualan suatu barang yang
disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang yang
dibeli masih dalam tanggungan penjual, dimana syaratnya ialah
mendahulukan pembayaran pada waktu akad. Sakam adalah akad jual
beli barang pesanan antara pembeli dan penjual dengan pembayaran
dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan
saat akhir kontrak.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang

dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik

yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.

12
PERTANYAAN DARI MASING – MASING KELOMPOK
1. Berikan contoh atau proses akad istishna dan salam dalam Kehidupan

Sehari-hari?

( kelompok 1 ).

Jawab :

- Akad Istishna

Suatu transaksi yang harus dibayar duluan. Contohnya jika mau

membeli kue dipabrik itu biayanya harus dibayar terlebih dahulu

agar kiranya barang bisa diproses.

- Akad Salam

Suatu transaksi yang bisa dibayar atau dicicil setelah barang itu ada.

2. Sebutkan dan jelaskan cara pembayaran transaksi istishna yang

baru disepakati dalam akad? ( kelompok 6 ).

Jawab :

Metode pembayaran yg dilakukan oleh pembeli kepada penjual

sebelum barang diterima secara keseluruhan ataupun

sebagian.pembayaran ini dilakukan langsung dengan jasa

perbankan.

1. Pembayaran Dimuka Secara Tunai.

2. Pembayaran secara angsuran selama proses pembuatan.

3. Pembayaran Setelah Penyelesaian barang.

3. Bagaimana menurut Pemakalah Perbandingan praktek jual beli

dari salam dan istishna pada bank konvesional dan bank

syariah. Berikan contohnya? ( kelompok 5 ).

13
Jawab :

1. Objek transaksi dalam salam merupakan tanggungan dengan spesifikasi

kualitas ataupun kualitas, sedang istishna berupa zat/barangnya.

2. Dalam kontrak salam adanya jangka waktu tertentu untuk menyerahkan

barang pesanan, hal ini tidak berlaku dalam akad ishtisna.

3. Kontrak salam bersifat mengikat (lazim), sedangkan istishna, tidak

bersifat mengikat (ghairu lazim).

4. Dalam kontrak salam persyaratan untuk menyerahkna modal atau

pembayaran saat kontrak dilakukan dalam majelis kontrak, sedangkan

dalam istishna dapat dibayar di muka, cicilan atau waktu mendatang

sesuai dengan kesepakatan.

Contoh :

Sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan

kostum tim sepak bola sebesar Rp 20 juta, produk ini akan dibayar

oleh pemesannya dua bulan yang akan datang. Harga sepasang

kostum biasabya Rp. 4.000,00 sedangkan perusahaan itu biasanya

menjual pada bank dengan harga Rp. 38.000.00. dalam kasus ini,

produsen tidak ingin diketahui modal pokok pembuatan kostum. Ia

hanya ingin memberikan untung sebesar Rp. 2000,00 per kostum atau

sekitar Rp. 1 juta ( Rp. 2 juta/ Rp. 38.000 X Rp. 2000 ) atau 5% dari

modal. Bank biasanya menawarkan lebih lanjut agar kostum itu lebih

murah dan dijual kepada pembeli dengan harga pasar.

14
4. Apa hikmah dari Akad Istishna dan Salam? ( Kelompok 2 ).

Jawab :

a. Akad Istishna

1. Untuk mempermudah manusia dalam bermumalah.

2. Untuk mensejahterakana ekonomi manusia.

3. Sebagai media tolong-menolong antara manusia yang satu dengan

yang lainnya.

b. Akad Salam

1.Untuk memberi kemudahan kepada anggota masyarakat

menjalankan urusan perniagaan.

2. Untuk menanamkan perasaan tolong menolong di antara satu sama

lain.

5. Bagaimana Akad Salam dalam perbankan Syariah, apakah rugi jika diterapkan?

( Kelompok 4 ).

Jawab :

1. Modal akad salam tunggal dimana bank benar-benar melakukan

pembelian barang dan kemudian terjun langsung dalam bisnis

penjualan itu.

2. dimana bank tidak benar-benar bermaksud membeli barang

karena setelah itu bank menjualnya kembali kepada penjual

pertama atau menyuruh menjualnya kepada pihak lain dengan

akad wakalah.

15
3. dimana bank melakukan dua akad salam secara simultan, yakni

akad salam dengan nasabah yang butuh barang dan akad salam

dengan nasabah yang butuh untuk memproduksi barang.

Jadi bahwa akad salam dalam perbankan syariah itu tidak saling

merugi karena dimana bank itu adalah tempat penyimpanan uang

sedangkan akad salam itu dimana seseorang menyimpan uang, jadi

masing-masing tersebut itu saling menguntungkan tidak saling

merugikan.

16
17
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke praktik, (Jakarta : Gema
Insani, 2001), hlm 113.
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo
2018 ).hlm.67
Novi Puspitasari, Keuangan Islam,(Yogyakarta : UII ( Anggota IKAPI )
2018 ),hlm.134
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf. Akuntnsi Keuangan Syariah.
Cet IV ( Jakarta LPFE Usakti : 2010 ).hlm.57.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Halia
Indonesia, 2012) hlm.127
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo
2018 ).hlm.59

18

Anda mungkin juga menyukai