Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DENGAN

PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI SMP NEGERI 1


BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2024

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :

IKA ALFARIKA

14205035

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kemudahan bagi penulis sehingga mampu mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Remaja Putri Dengan Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smp Negeri 1
Banguntapan bantul”.

Penulisan skripsi ini dimaksud untuk memenuhi syarat dalam mecapai gelar
sarjana kesehatan masyarkat stikes surya global yogyakarta. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dwi Suharyanta, S.T, M.Kes, selaku ketua stikes surya global Yogyakarta
2. Nor wijayanti S.K.M, M.Kes, selaku ketua program studi kesehatan
masyarakat

Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan


sehingga kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat di harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 28 Mei 2023

peneliti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Batasan Masalah........................................................................................... 3
D. Tujuan penelitian .......................................................................................... 3
E. Manfaat penelitian ........................................................................................ 4
F. Keaslian penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Landasan Teori ............................................................................................. 6
B. Kerangka Teori........................................................................................... 26
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 27
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ................................................ 28
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 28
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 28
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 29
E. Definisi Operasional................................................................................... 29
F. Teknik Pengambilan Data .......................................................................... 30
G. Instrumen Penelitian................................................................................... 30
H. Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 33
I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................................................... 34
J. Metode Analisa Data .................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental,


dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (PP
RI No 61 Tahun 2014). SDGs merupakan bentuk penyempurnaan dari
Millenium Development Goals (MDG) dan dicanangkan untuk
melanjutkan tujuan utama MDGs yang belum tercapai. Dalam SDGs,
mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan
anak perempuan merupakan agenda kelima. Untuk mencapai kesetaraan
gender tersebut, salah satu aspek yang masih perlu mendapat perhatian
adalah aspek kesehatan, antara lain kesehatan reproduksi (Susiana,2016).
Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi menurut
International Conference Population and Development (ICPD) tahun 1994
dalam dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 61 Tahun
2014 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS), kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas,
kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran.
Reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan
seksual, sunat perempuan dan sebagainya Batas usia remaja memiliki
definisi yang sangat beragam. Menurut organisasi kesehatan dunia World
Health Organization (WHO), batas usia remaja adalah 10-19 tahun, tapi
juga ada istilah ‘anak muda’ dengan rentang usia 15-24 tahun.Sementara
itu menurut penelitian yang diterbitkan jurnal The Lancet, batas usia
remaja adalah 10-24 tahun atau setara dengan anak muda versi WHO.
Kesimpulan riset ini berdasarkan kriteria bahwa remaja adalah orang yang

1
2

berada pada masa transisi, dan belum menikah atau memiliki tanggungan
hidup apapun. Remaja juga dapat dibagi menjadi early (10-14
tahun), middle (15-17 tahun), dan late (18-19-tahun) (Kemenkes, 2020).
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 hasil dari data BPS
(Badan Pusat Statistik) tahun 2020 sebesar 268.074.600 jiwa, yaitu dengan
jumlah remaja sebesar 68.185.600 jiwa yang menandakan bahwa jumlah
remaja sebesar 25.09% dari total jumlah penduduk Indonesia. Hal itu
membuat piramida penduduk Indonesia digolongkan dalam kategori
piramida penduduk muda. Dari hasil survei Delzaria Nia (2021) diketahui
pengetahuan dalam kategori baik yaitu sebesar 57,4%, sikap dalam
kategori negatif yaitu 57,4% dan sumber informasi juga baik yaitu sebesar
68,5%, ada hubungan pengetahuan dengan perilaku personal hygiene
remaja putri saat menstruasi (P=0,001;PR=2,864;95%CI=1,504-5,456).
Ada hubungan antara sikap dengan perilaku personal hygiene saat
menstruasi (P=0,001;PR=3,895;95%CI=1,547-9,806).
Akses informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar sangat
luas, yang dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah, internet
maupun media massa, namun tidak dimanfaatkan dengan baik oleh
remaja. Data SKDI tahun 2017 menyatakan bahwa sumber informasi
terbanyak yang disebutkan oleh perempuan dan laki-laki yaitu guru di
sekolah sebesar (79% dan 63%), teman (25% dan 41%) internet (22% dan
19%) dan hanya 1% sumber informasi yang diterima perempuan dan laki-
laki melalui radio. Sedangkan untuk diskusi tentang kesehatan reproduksi,
sebanyak 62% perempuan usia 15-24 tahun mendiskusikan menstruasi
dengan teman, 53% perempuan berdiskusi dengan ibu, begitupun dengan
informasi mengenai kesehatan reproduksi yang pertama kali diterima
perempuan dan laki-laki yaitu di sekolah menengah pertama/ sederajat
yaitu masing-masing 59% dan 55%.
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas didapatkan Rumusan


Masalah yaitu: “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja
Putri dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi pada siswi
sekolah SMP Negeri Banguntapan Bantul?”.

C. Batasan Masalah

1. Lingkup Variabel
a. Variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap remaja putri.
b.Variabel terikat yaitu perilaku personal hygiene saat menstruasi.
2. Lingkup Subjek/Responden
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP Negeri Banguntapan Bantul.
3. Lokasi
Penelitian dilakukan di SMP Jl. Karangturi, Baturetno, Kec.
Banguntapan, Kab. Bantul Prov. D.I. Yogyakarta No Telp 021-
5725610.
4. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan September 2023 – Januari 2024.

D. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian meliputi

1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dengan
perilaku personal hygiene saat menstruasi pada siswa sekolah
menengah pertama.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan personal
hygiene saat menstruasi pada siswa menengah pertama.
b. Diketahui hubungan sikap remaja putri dengan perilaku personal
hygiene pada saat menstruasi.
4

E. Manfaat penelitian

5. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan di bangku
perkuliahan.
6. Bagi Instansi Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri Banguntapan
Bantul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan
kebijakan dalam peningkatan pemberian informasi kesehatan bagi
siswa-siswi tentang pentingnya personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri.
7. Bagi Stikes Surya Global Yogyakarta
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa/siwi atau pun peneliti lainnya tentang personal hygiene saat
menstruasi.

F. Keaslian penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variabel Metode Hasil Persamaan dan


Peneliti (Penulis, Penelitian dan Penelitian Perbedaan
Tahun) Desain
Penelitian
1 Nora Hubungan Variabel Penelitian Hasil uji chi Persamaanya
Maulina. pengetahuan bebas : mengguna square adalah pada
2017 dan sikap Pengetahua kan p<0,005 variabel bebas
remaja putri n. analitik menunjukan dan dan
dengan Sikap. rancangan adanya variabel
perilaku Variabel cross hubungan terikat.
personal terikat : sectional antara Perbedaanya
hygiene saat perilaku Teknik pengetahuan adalah tempat
menstruasi personal acak dan sikap dan waktu
pada siswi hygiene sistematik remaja putri penelitian
kelas VII di (random dalam
SMP negeri systematic melakukan
5

1 sampling) personal
banguntapa hygiene saat
n bantul menstruasi
2 Devi Hubungan Variabel Penelitian Hasil uji Persamaannya
Endah pengetahuan bebas : mengguna spearman adalah variabel
Saraswat tentang Pengetahua kan survey p<0,005 bebas, terikat
i.2017 menstruasi n analitik menunjukan dan jenis
dengan Variabel dengan adanya pendekatan
perilaku terikat : pendekata hubungan penelitian
personal perilaku n waktu antara Perbedaannya
hygiene personal cross pengetahuan adalah metode
pada remaja hygiene sectional dan sikap pengambilan
putri kelas Dan remaja putri sampel dengan
VII di SMP metode dalam teknik total
muhammadi Total melakukan sampling
yah 9 sampling personal
bojonegoro hygiene saat
menstruasi
3 Mukarra Hubungan Variabel Jenis Hasil analisi Persamaannya
mah.202 pengetahuan bebas : korelasion kendall tau adalah variabel
0. dan sikap Pengetahua al dengan p<0,005 tidak bebas, terikat
remaja putri n. pendekata menunjukan dan desain
terhadap Sikap. n cross adanya penelitian.
perilaku Vareabel sectional hubungan Perbedaannya
personal terikat : dengan pengetahuan adalah pada
hygiene saat prilaku teknik dan sikap teknik
menstruasi personal total remaja putri pengambilan
di SMK hygiene sampling terhadap sampe yaitu
negeri 8 perilaku total sampling
medan personal dan jenis
hygiene statistic
kendall tau
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan faktor
dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2015).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2015), tahap pengetahuan didalam
domain kongnitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori
dan protein pada anak balita.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

6
7

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,


meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan
yang bergizi.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat merangka, dapat menyesuaikan,
8

dan sebagainya terhadap teori-teori atau rumusan-rumusan


yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak
yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat
menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB
dan sebagainya.
Pengukuran-pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Wawan dan Dewi (2018) mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut
:
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmojdo (2003),
9

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga


perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam
(2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi
lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam
(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
10

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau


merokok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
d. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) yang dalam kutipan Wawan dan
Dewi (2018) pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1) Baik : Hasil Presentase 76% - 100%
2) Cukup : Hasil Presentase 56% - 75%
3) Kurang : Hasil Presentase >56%

2. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara
menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah
seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupkan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,
bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2015).
11

b. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2015) menjelaskan berbagai
tingkatan sikap yakni sebagai berikut :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya
sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2) Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah, adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Misalnya seorang mengajak ibu yang lain
(tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk menimbang
anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang
paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
12

pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.


Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di
Rumah Sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukann dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat-
pendapat responden. Misalnya apabila rumah ibu luas, apakah
boleh digunakan untuk kegiatan posyandu? Atau saya akan
menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2018) faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap terhadap objek sikap anatar lain:
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam stiusai yang
melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh Orang lain yang dianggap Penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaannya telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya.
13

4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupu radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual
disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap
penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan
tidaklah mengherankan jika kalau pada gilorannya konsep
tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.

3. Remaja
a. Defenisi Remaja
Secara etimologi remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”.
Definisi remanja (adolescence), menurut organisasi kesehatan
dunia (WHO) adalah periode usia antara 10-19 tahun, sedangkan
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth)
untuk usia antara 15-24 tahun. Sementara itu, menurut the health
Resources and Services administrastions Guidelines Amerika
Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun, dan terbagi
menajadi 3 tahap, yaitu remaja awal ( 11-14 tahun), remaja
menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenis
ini kemudian disatukan dalam terminology kaum muda (Young
people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).
14

Dalam Kusmiran, 2011. Defenis remaja sendiri dapat


ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu :
1) Secara kronologi, remaja adalah individu yang berusia antara
11-12 tahun sampai 20-21 tahun
2) Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada
penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terumata yg terkait
dengan kelenjar seksual.
3) Secara fisikologis, remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kongnitif,
emosi, social dan moral diantara masa anak-anak menuju masa
dewasa.
b. Ciri-ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Dalam Kusmiran (2011) usia remaja muda (12-15 tahun)
1) Sikap protes terhadap orangtua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai
hidup orangtuanya, sehingga sering menunjukan sikap protes
terhadap orangtua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan
sering kali disertai dengan menjauhkan diri dari orangtuanya.
Dalam upaya pencarian identitas diri, remaja cenderung
melihat kepada tokoh-tokoh diluar lingkungan keluarganya,
yaitu : guru, figure ideal yang terdafta di film atau tokoh idola
2) Preokufasi dengan badan sendiri
Tubuh seoranng remaja pada usia ini mengalami perubahan
yang cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian
khusus bagi diri remaja.
3) Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan
dan kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya
mencari kelompok senasib hal ini tercermin dalam cara
berperilaku social.
15

4) Kemampuan untuk berfikir secara abstrak


Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai
berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk
mempertajam kepercayaan diri
5) Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-
ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggungjawab, tetapi
dalam waktu lain tampak masa bodoh dan tidak
bertanggungjawab. Remaja merasa cemas dan akan perubahan
dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukan bahwa dalam
diri remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan
penanganann yang bijaksana.
c. Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja terdapat masa transisi remaja yang akan
dialamai. Masa transisi tersebut menurut Gunarsa (1997) yang
dalam disertai PKBI (2000) yang dikutip oleh Kusmiran, 2011,
adalah sebagai berikut :
1) Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.
Bentuk tubuh remajaj sudah berbeda dnegan anak-anak,
tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang
dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung
pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.
2) Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat
dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering
memperlihatkan ketidakstabilann emosi. Remaja sering tampak
gelisa, cepat tersinggung, melamun dan sedih, tetapi dilain sisi
akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.
3) Transisi dalam kehidupan social.
Lingkungan sosial anak semakin bergeser keluar dari
keluarga, dimana lingkungan teman sebaya mulai memegang
16

peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya


merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan
dengan keluarga).
4) Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan
menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja
mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-
anak dan muali mencari nilai sendiri.
5) Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat
hingga mulai mengembangkan kemampuan berfikir abstrak.

4. Perilaku
a. Defenisi Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitass organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh
sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup ,mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing.
Sehingga yang dimakasud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,menulis, membaca,
dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tiak
dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012) dilihat dari bentuk respons
terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
17

1) Perilaku tertutup (covert behaviour)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada oarang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
b. Faktor-Faktor Perilaku Kesehatan Menurut Teori Lawrence
Green
Menurut Lawrence Green yang dikutip Lestari (2015)
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari
tingkat keseshatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni perilaku (behaviour
cause) dan faktor diluar perilaku (non behaviour cause).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor :
1) Predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
Contohnya seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu,
karena tahu bahwa di posyandu akan dilakukan penimbangan
anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya
pengetahuan-pengetahuan ini ibu tersebut mungkin tidak akan
membawa anaknya ke posyandu.
18

2) Faktor Pendukung (enabling factors)


Faktor-faktor yang mendukung atau memfasilitasi perilaku
atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
kesehatan, misalnya: puskesmas, posyandu, rumah sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat
olah raga, makanan bergizi, uang dan sebagainya. Contohnya
sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan,
mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih,
buang air di WC, makan makanan yang bergizi, dan
sebagainya. Tetapi apakah keluarga tersebut tidak mampu
untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa
buang air besar di kali/kebun menggunakan air kali untuk
keperluan seharihari, dan sebagainya.
3) Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku
keluarga atau petugas kesehatan yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat. Karenanya, petugas
kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perilaku keluarga dan
tokoh masyarakat juga dapat menjadi panutan orang lain untuk
berperilaku sehat. Kadang-kadang meskipun orang tahu dan
mampu untuk berperilaku sehat, tetapi mereka tidak
melakukannya. Contohnya seorang ibu hamil tahu manfaat
periksa hamil dan didekat rumahnya ada polindes, dekat
dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan.
19

5. Personal Hygiene Saat Menstruasi


a. Pengertian Persnonal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya
perotrangan dan hygine berart sehat. Kebersihan seseorang adalah
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan fisik maupun psikologis (Isroin,2012).
Defenisi-defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
personal hygiene merupakan kegitaan atau tindakan membersihkan
seluruh anggota tubuh yang bertujuan memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang (Yuni, 2015).
Hygiene adalah ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan. Personal hygen adalah perawatan diri
dengan cara melakukan beberapa fungsi seperti mandi, toileting,
hygine tubuh umum dan berhias. Hygine adalah persoalan yang
snagat pribadi dan ditentukan oleh berbagai factor ,termasuk nilai-
nilai dan praktik individual. Hygine meliputi perawatan kulit,
rabtur, kuku, gigi, rongga mulut dan hidung, mata, telinga, dan area
perineum genetal (Yuni,2015).
Hygeine pada saat menstruasi merupakan komponen
personal hygine (kebersihan perorangan), yang memegang peranan
penting dalam status perilaku kesehatan sesorang, termasuk
menghindari adanya gangguan pada fungsi alat refroduksi (Yuni,
2015).
b. Tujuan Personal Hygine
Menurut (Yuni,2015) Personal hygiene memmpunyai
tujuan antar lain:
1) Meningkatkan derajat kesehatan
2) Memelihara kebersihan diri
3) Memperbaiki personal hygiene
20

4) Mencegah penyakit
5) Menciptakan keindahan
6) Meningkatkan rasa percaya diri
Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah
untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang
dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meingkatkan derajat
kesehatan seseorang.
c. Pelaksanaan
Menurut Yuni (2015) hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
remaja putri saat menstruasi yaitu:
1) Perawatan Kulit dan Wajah
Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi
seorang remaja, terutama bagi remaja putri. Masalah jerawat
pada remaja terkait dengan penampilan mereka. Pada saat
menstruasi kerja dari kelenjar sebaseus akan meningkat
sehingga produksi keringat meningkat. Pada saat menstruasi
sangat bermanfaat untuk memberishkan muka 2-3 kali sehari
guna untuk mencegah timbunya jerawat.
2) Kebersihan Rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting, karena pada
masa menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat
sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan
mikroorganisme lainnya.
3) Kebersihan Tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga saat penting
diperhatikan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sbaun
mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi diluar perlu
dicermati hingga bersih. Cara membasuh daerah kewanitaan
yang baik yaitu, membasiuh dengan air bersih dengan arah
kedepan dan kebelakang (dari vagina kearah anus), jika terbalik
21

atau arah belakang kedepan akan mengakibatkan kuman yang


didaerah anus akan terbawa kedepan dan dapat masuk kedalam
vagina.
Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu
dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lainnya,
karena cairan tersebut akan semakin merangsa bakteri yang
menyebabkan bakteri infeksi apabila menggunakan sabun,
sebaiknya yang lunak dengan (PH 3,5), misalnya sabun bayi
yang biasanya ber PH netral. Setelah memakai sabun
hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih, sebab bila masih
ada tersisa sabun yang tertinggal akan menimbulkan penyakit.
Setelah dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue.
4) Kebersihan Pakaian
Mengganti pakaian sehari-hari, terutama pakaian dalam,
gunakan pakaian dalam yang kering menyerap keringat, karena
pakaian dalam yang basah akan mempermudah tunbuhnya
jamur. Pakian dalam yang telah terkena darah sebaknya
direndam terkebih dahulu dan setelah kering disetrika.
Pemakian celana yang terlalu ketat sebaiknya dihindari,
karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas, dan akhirnya
bisa menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab dan
teriritasi. Untuk pemelihaan bahan gunakan pemeliharaan
bahan yang nayaman dan menyerap keringat.
5) Penggunaan Pembalut
Pada saat menstruasi, pembulih darah dalam Rahim, mudah
terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih
dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat
menimbulkan penyakit pada saluran reprodukasi. Sebaiknya
gunakan pembalut yang daya serap tinggi tidak mengandung
gel. Gel bisa menyebakan iritasi dan rasa gatal. Pembalut
22

selama mentruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau


setiap mandi dan buang air kecil.
Penggantiann pembalut yang tepat adalah apabila
permukaan pembalut telah ada gumpalan darah, alasannya
karena gumpalan dara terdapat dipermukaan pembalut tersebut
merupakan tempat yang snagat baik untuk perkembangan
bakteri dan jamur. Jika mnggunakan pembalut sekali pakai
sebaiknya dibersihkan dahulu sebelum dibungkus lalu dibuang
ketempat sampah, untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam
memak ai sabun ditempat tertutup terlebih dahulu sebelum
dicuci.
6. Mentruasi pada Remaja
a. Pengertian Menstruasi
Menurut ( Kusmiran, 2011) menstruasi adalah proses
alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan
pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang
mengalami menarche adalah adalah pada usia 12-16 tahun. Periode
ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya fsiologi
dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami
menstruasi (menarche) pada umur 12-16 tahun. Siklus menstruasi
normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi
selama 2-7 hari.
b. Siklus Menstruasi
Umum nya siklus menstruasi terjadi secara periodik 28 hari
namun ada pula yang 21-30 hari,yaitu pada hari 1-14 terjadi
pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang di rangsang
oleh hormone FSH, pada sat tersebut sel oosit primer akan
memebelah dan menmghasilkan ovum yang havloid.saat folikel
berkembang menjadi folikel de graaf yang masak, folikel ini juga
menghasilkan hormone estrogen yang merangsang kedua nya LH
23

dari hipofisis, estrogen yang keluar berfungsi merangsang


perbaikan dinding uterus,yaitu endometrium,yang habis terkupas
saat menstruasi,selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH
dan mememrintahkan hipofisis menghassilkan LH yang berfungsi
merangsang folikel de graaf yang masak untuk mengadakan
ovulasi yang terjadi pada hari ke-14,waktu di sekitar terjadi ovulasi
tersebut disebut fase estrus,selain itu, LH juga merangsang folikel
yang telah kosong untuk menjadi badan kuning (corpus luteum),
badan kuning menghasilkan hormone progesteronynag berfungsi
mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan empedu
darah untuk mempersiapkan datang nya embrio, fase ini disebut
fase lutecal,selain itu progesterone juga berfungsi mengahambat
pembentukan FSH dan LH, akibat corpus luteum mengecil sdan
menghilang,pembentukan progesterone berhentyi sehingga
pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti, selanjutnya
endometrium akan mongering dan akan terkupas dan terjadilah
pendarahan (menstruasi) pada hari ke 28, fase ini di sebut fase
pendaharahan atau fase menstruasi.oleh karena itu tidak ada
progesterone,maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses
oogenesis kembali (proverawati,2009).
c. Premenstruasi Syndrome (PMS)
Gejala menstruasi dapat menhyertai sebelum atau saat
menstruasi, seperti malas gerak, badan menjadi lemas dan mudah
lelah,nafsu makan meningkat dan suka asam, emosi menjadi
labil,biasa nya wanita mudah uring-uringan, sensitive, dan perasan
negative lainnya, saat PMS gejala ynag sering timbul adalah
mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan
bertambah karena tubuh menyimpan air dalam umlah banyak sera
pinggang serasa pegal. (kusmiran,20014)
Tindakan untuk mengurangi gejala tersebut antara lain:
1) Mengurangi makanan yang bergaram
24

2) Kurangi makan yang berupa tepung


3) Tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin c
dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi.
4) Konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih
5) Jika menstruasi cukucp banyak mengeluarkan darah perbanyak
makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar
terhindar dari anemia (kusmiran,2013).
d. Fisiologi menstruasi
1) Stadium menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari pada saat itu,
endometrium (selaput Rahim) dilepas sehingga timbul
pendarahan hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling
rendah.
2) Stadium proliferasi
Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari.dimulai sejak
berhentinya darah menstruasi sampai hari ke 14.setelah
mnestruasi berakhir,dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari dua fungsional yang mempersiapkan Rahim
untuk perlekatan janin,pada fase ini endometrium tumbuh
kembali.antara ke 12-14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari
indung telur (disebut ovulasi).
3) Stadium sekresi
Stadium sekresi ini berlangsung 11 hari masa sekresi adalah
masa sesudah terjadinya ovulasi hormon progesterone
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium
untuk membuat kondisi Rahim setiap setiap untuk implantasi
(perlekatan janin ke Rahim).
4) Stadium premenstruasi
Stadium yang berlangsung selama 3 hari.ada infiltrasi sel-
sel darah putih, bisa sel bulat, stroma mengalami disintegrasi
dengan hilang nya cairan dan secret sehingga akan terjadi
25

kolaps dari kelenjer dan arteri.pada saat ini terjadi


vasokontriksi,kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan
akhir nya pecah.
e. Faktor yang mempengaruhi menstruasi
1) Faktor hormone
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadi nya haid pada
seorang wanita yaitu follicle stimulating hormone (FSH) yang
di kelurkan oleh hipofisis,estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium,luteinizing hormone (LH) yang di hasilkan oleh
hipofisis ,serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.
2) Faktor enzim
Enzim hidroliotik yang terdapat dalam endometrium
merusk sel yang berperan dalam sintesis protein,yang
menganggu metabolism sehingga mengakibatkan regresi
endometrium dan pendarahan.
3) Faktor vascular
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan system
vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium,pada
pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri,vena-
vena,dan hubungan antara kedua nya.dengan regresi
endometrium,timbul statis dalam vena-vena seta sluran-saluran
yang menghibungkan dengan arteri,dan akhirnya terjadi
nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematoma,baik
dari arteri maupun vena.
4) Fakor prostaglandin
Endometyrium mengandung prostaglandin E2 dan F2,
dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin
terlepas dan menyebablan kontraksi myometrium sebagai suatu
factor untuk membatasi pendarahan pada haid.
26

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2015)


27

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan (X1)

Perilaku personal
hygiene

Sikap (X2)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusah masalah


penelitian yang bisa berupa pernyataan tentang dua variabel atau lebih,
perbandingan (komparasi) atau variabel mandiri (deskripsi) (Sugiyono,
2017).
Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku personal hygiene saat
menstruasi pada siswi SMP Negeri Banguntapan Bantul.
2. Ada hubungan sikap dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi
pada siswi SMP Negeri Banguntapan Bantul.
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian survei


analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa penomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko
dengan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor
risik, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan
terjadinya efek (pengaruh) (Notoatmojo, 2012).
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional
ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)
(Notoatmojo, 2012).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswi di SMP Negeri Banguntapan Bantul.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2017).:

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

28
29

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri Banguntapan


Bantul.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2023 –
Januari 2023.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau


ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2012).
1. Variabel Bebas (Independent variabel)
Variabel bebas disebut juga disebut variabel sebab, mempengaruhi,
independent variabel atau variabel risiko. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah pengentahuan dan sikap.
2. Variabel Terikat (Dependent variabel)
Variabel terikat disebut juga variabel akibat, terpengaruh,
dependent variabel atau variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah perilaku personal hygiene pada saat
menstruasi.

E. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional,

Variabel, Cara dan Alat Pengukuran, Skala dan Hasil Ukur

VARIABEL DEFINISI Alat Hasil Kategori Skala


OPERASIONAL Ukur Ukur
Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Jawaban : Uji Nominal
merupakan hasil dari Benar = 2 normalitas
tahu dan ini terjadi Salah = 1 Tahu:
setelah melakukan
penginderaan terhadap (Skala Guttman) Kurang
suatu objek tertentu. Tahu:
Penginderaan terjadi (Sugiyono, 2016)
melalui panca indra
30

manusia, yakni indra


penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rasa dan
raba.
Sikap Sikap merupakan Kuesioner Jawaban : Uji
reaksi atau respon Sangat Setuju = 3 Normalitas Ordinal
yang masih tertutup Setuju = 2 Baik:
dari seseorang Tidak Setuju = 1 Cukup:
terhadap suatu Sangat tidak Kurang:
stimulus atau objek Setuju =0 (Nursalam,2
01)
(Skala Likert )
(Sugiyono, 2016)
Perilaku Perilaku personal Kuesioner Jawaban : Baik: Nominal
Personal hygine saat menstruasi Iya = 2 tidak baik:
Hygine merupakan tindakan Tidak = 1
Menstruasi atau kebiasaan ( Skala Guttman)
kebersihan remaja saat (Sugiyono, 2016)
mengalami menstruasi

F. Teknik Pengambilan Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
dengan menggunakan kuesioner yang diajukan kepada responden yang
berada di SMP Negeri Banguntapan Bantul.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek penelitian, seperti data yang diperoleh dari SMP Negeri
Banguntapan Bantul, data dari Badan Pusat Statistik, Kemenkes yang
di peroleh dari internet.

G. Instrumen Penelitian

1. Alat Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner untuk identifikasi dan pengambilan data, alat tulis –
31

menulis untuk mencatat dan mengisi kuesioner dan laptop untuk


mengelolah data yang sudah didapat. Kuesioner menggunakan
pertanyaan tertutup, kuesioner tersendiri dari 3 yaitu:
a. Pengetahuan
Dalam kuesioner pengetahuan remaja putri tentang prilaku
personal hygiene menstruasi terdapat 10 item pertanyaan dan
setiap item di berikan skor dengan menggunakan kategori “benar
dan salah” yang masing-masing pertanyaan di beri skor 1,0 artinya:
Nilai 1 = bila jawaban benar
Nilai 0 = bila jawaban salah
Skor yang akan diberikan pada pernyataan favorebel antara
lain Benar = 1, Salah = 0. Sedangkan untuk pernyataan unfavorebel
yaitu diberi skor, Salah = 1, Benar = 0.

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan

NO Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

1 Pengertian menstruasi 1 9 10

2 Siklus menstruasi 2,3

3 Proses mensruasi 5,10

4 Perawatan saat menstruasi 4,6,7 8

b. Sikap
Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang prilaku
personal hygiene menstruasi dengan menggunakan jumlah
pertanyaan sebanyak 10 item pertanyaan yang terdiri dari favorable
(pertanyaan mendukung)dan unfavorable (pertanyaan tidak
mendukung).dengan menggunakan skala likert, dengan
Pernyantaan favorable adalah pertanyaan yang mendukung atau
32

memihak objek penelitian, sedangkan pernyataan unfavorable


adalah pernyataan yang tidak mendukung atau tidak memihak
objek penelitian.kuesinoer tersebut diberikan skor dengan nilai
sebagai berikut:
Nilai 1 = sangat tidak setuju
Nilai 2 = tidak setuju
Nilai 3 = setuju
Nilai 4 =sangat setuju
Skor yang akan diberikan pada pernyataan favorebel antara
lain sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak
setuju = 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorebel yaitu di beri
skor, sangat setuju =1, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak
setuju = 1.

Tabel 3. 3 kisi-kisi kuesioner sikap

NO Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

1 Pada saat mengalami 7,8,9 1 10

Menstruasi

2 Aktivitas 3,4 2,10

Mengalami menstruasi

3 Berkonsultasi dengan 5,6

Orang tua

c. Prilaku personal hygiene


Untuk mengukur prilaku remaja menggunakan kuesioner
dengan pertanyaan bersifat tertutup dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 10 item pertanyaan yang terdiri dari favorable dan
unfavorable. dengan menggunakan skala likert, dengan pertanyaan
33

Pernyantaan favorable adalah pertanyaan yang mendukung atau


memihak objek penelitian, sedangkan pernyataan unfavorable
adalah pernyataan yang tidak mendukung atau tidak memihak
objek penelitian kuesinoer tersebut diberikan skor dengan nilai
sebagai berikut:
Nilai 0 = tidak
Nilai 1 = ya
Skor yang akan diberikan pada pernyataan favorebel antara
lain Benar = 1, Salah = 0. Sedangkan untuk pernyataan unfavorebel
yaitu di beri skor, Salah = 1, Benar = 0.

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Kuesioner Prilaku Personal Hygeine

NO Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

Prilaku kebersihan 5, , 9, 10, 8, 6,7 10


11,
Saat menstruasi

Prilaku kebersihan 2,4, 1,

Saat menstruasi

Mengalami mentruasi

H. Teknik Pengolahan Data

1. Edit (Editing)
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum
editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
34

2. Koding (Coding)
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukan data (Data Entry) atau Processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program
atau “software” komputer. Software komputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu
paket program yang paling sering digunakan untuk “entri data”
penelitian adalah paket program SPSS for Window.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-keselahan kode, ketidaklengkapan,
dan sebagainya, kemudian dilakukan pembentukan atau koreksi.

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Validitas
Validitas adalaah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertenyaan) dengan skors
total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik
korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

𝑁(∑ 𝑋𝑌)(∑ 𝑋𝑌)


R=
√{𝑛 ∑𝑋 2−(∑ 𝑋)2} {𝑛 ∑𝑌 2−(∑ 𝑌)2}
35

Keterangan:

R = koefisien korelasi

N = Jumlah item

X = nilai dari setiap item

Y = nilai dari semua item

Kuesioner dikatakan valid apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 atau


nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5%, dan kuesioner
dikatakan tidak valid apabila nilai signifikansi > 0,05 atau nilai r
hitung < r tabel pada taraf 5%.
2. Realiabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan. Hal ini berarti
menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018).

J. Metode Analisa Data

Notoatmojo (2012) analisa data suatu penelitian, biasanya melalui


prosedur bertahap antara lain.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik
digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada
umumnya dalam penelitian ini hanyan menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Agus Riyanto, 2018).
2. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut di atas, hasilnya
akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat
36

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bevariat yang dilakukan terhadap


dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Agus Riyanto,
2018).
Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi
terdiri atas dua atau lebih klas dimana data berbentuk nominal dan
sampelnya besar.
Rumus dasar chi square adalah:

(𝑓0 − 𝑓ℎ )2
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ

Keterangan:

𝑥 2 = chi square

𝑓0 = frekuensi yang diobservasi

𝑓ℎ = frekuensi yang di harapkan

Untuk menarik kesimpulan


a) Membandingkan statistki hitung dengan statistik tabel
Ho diterima apabila nilai chi square < statistik tabel
Ho ditolak apabila nilai chi square > statistik tabel
b) Membandingkan nilai signifikansi (nilai p) dengan nilai α
Ho ditolak jika p < α (0,05) maka ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak ada pengaruh diantara
variabel independen dengan variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia. Jakarta; 2020


Delzaria, Nia. 2021. Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Sumber Informasi
Dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Remaja Putri Di Mts
Pondok Pesantren Nurul Iman. Jambi: Universitas Jambi
Isroin, Laily.2012. Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kusmiran, Eni. 2021. Ksehetan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta Selatan:
Salemba Medika
Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Maulana, Nora. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dengan
Persdonal Hygeine Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas IX Di Negeri 1
Lhokseumawe Tahun 2016.Fakultas Kedokteran Universita Malikussaleh
Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Promosi Kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta:
Renika Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Renika Cipta
PPRI61Tahun2014, tentang Kesehatan Reproduksi
https://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/dokumen-
kebijakan/download/17-peraturan-pusat-national-regulation/968-pp-rix-
no-61-tahun-2014-tentang-kesehatan-reproduksi. Diakses pada 28
November 2021 pukul 21.05
Proverawati. 2015. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Arti. Yogyakarta: Nuha
Medika
Riyanto, A. 2018. pengolahan dan Analisa Data Kesehatan.Yogyakarta: Nuha
Medika
Saraswati, E Devi. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan
Prilaku Personal Hygiene Pada Remaja Putri Kelass VII Di Smp
Muhammadiyah 9 Bojonegoro. Stikes Insan Cendikia Husada Bojonegoro
Sugiyono.2017. Statistik untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta
Yuni, E Natalia.2015. Buku Saku Personal Hygiene. Yogyakarta: Nuha Medika
Wawan, A & Dewi, M. 2011.Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai