Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI PENERAPAN ARSITEKTUR PADA

BANGUNAN MASJID MUHAMMAD ALI PASHA

DISUSUN OLEH:

MADE DHANANTA DHARMOTTAMA ( 2105521107 )

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2023
PENDAHULUAN

Manusia sebagai mahluk sosial, pasti memiliki kebudayaan yang lahir secara disengaja
maupun tidak. Jejak peradaban manusia meninggalkan beberapa petanda: karya sastra,
kesenian dan arsitektur adalah beberapa diantara petanda tersebut (Fanani, 2009: 7).
Kata kebudayaan berasal dari terjemahan kata 'kultur'. Kata 'kultur' dalam bahasa latin
cultura berarti memelihara, mengolah dan mengerjakan. Menurut Schusky dan Culbert (dalam
Endaswara, 2006: 3) bahwa kajian budaya pada dasarnya adalah studi tentang manusia. Terkait
dengan hal tersebut, terdapat beberapa cabang yang bisa ditekankan: (1) kajian budaya ke arah
aspek-aspek biologis dan budaya manusia. Aspek biologis telah menarik paham evolusionisme
dan budaya manusia telah menarik berbagai teori budaya; (2) kajian ke arah sejarah budaya;
(3) kajian budaya ke arah manusia sebagai bagian dunia; (4) kajian budaya manusia secara
individual maupun kelompok; (5) kajian budaya secara holistik. Berdasarkan lima kajian
tersebut, seorang peneliti dapat mengkategorikan budaya manusia ke dalam dua bentuk, yaitu
budaya material atau budaya real dan budaya non-material atau budaya spiritual atau ideal
(Endaswara, 2006: 4).
Budaya material (material culture) adalah semua objek material yang dibuat, dihasilkan
dan dipakai oleh manusia, mulai dari material atau benda-benda yang sederhana (seperti, alat-
alat rumah tangga, pakaian dan makanan), hingga ke desain arsitektur, teknologi komputer dan
kapal terbang (Liliweri, 2002: 107).
Hoenigman (dalam Sulasman, 2013: 35 - 37) menyatakan bahwa wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) Gagasan atau wujud ideal, yaitu kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya; (2) Aktivitas atau tindakan,
yaitu wujud kebudayaan sebagai tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat tersebut; (3)
Artefak atau karya, yaitu wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat, berupa benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat dan didokumentasikan.
Berdasarkan pernyataan JJ. Hoenigman tersebut, dapat diketahui bahwa wujud
kebudayaan yang berupa artefak atau karya merupakan wujud kebudayaan fisik secara real atau
kebudayaan material. Salah satu jenis bentuk budaya material atau real adalah desain arsitektur
bangunan.
Arsitektur bangunan mencerminkan tingkat penguasaan masyarakat terhadap
pengetahuan (Fanani, 2009: 14). Menurut Zahnd, dari etimologi tampak bahwa kata
"arsitektur" secara harfiah sebagai seni pertukangan yang pertama dan dasar'. Hakikat
arsitektur adalah sintesis tiga lingkungan dasar yaitu (1) seni (estetika); (2) pertukangan
(keterampilan); (3) teknik (pengetahuan), maka dari itu bidang arsitektur bersifat interdisipliner
yang melibatkan banyak bidang lainnya, termasuk ilmu eksakta maupun non-eksakta.
Bangunan sebagai hasil kebudayaan material, dianggap dapat mencerminkan kebudayaan pada
suatu daerah, pada waktu tertentu. Hal tersebut dikarenakan pembuatan corak atau motif
bangunan sebagai imbas dari kehidupan sosial maupun politik pada suatu peradaban. Menurut
Gauldie, 1969 (dalam Fanani,2009: 17) bahwa ketika keterampilan manusia di bidang
pembangunan mulai meningkat, maka mereka mulai mengubah karya arsitektur bukan sekadar
memenuhi peran kegunaan fisiknya semata, namun sekaligus sebagai unsur budaya. Budaya
yang terwujud secara material atau berbentuk bangunan, tidak hanya memiliki sisi historis
sebagai cermin masyarakat pada waktu tersebut, namun juga memiliki unsur seni yang
mendalam.
Salah satu bangunan yang dianggap sebagai warisan kebudayaan di wilyah Timur
Tengah adalah Masjid Muhammad Ali Pasha yang terletak di kota Kairo, Mesir yang
menerapkan gaya Arsitektur Islam khususnya Arsitektur Ottoman
PRINSIP DAN FILOSOFI ARSITEKTUR MESIR DAN OTTOMAN
Arsitektur Mesir Kuno memiliki prinsip dan filosofi yang unik, yang tercermin dalam
bangunan-bangunan monumental mereka yang bertahan selama ribuan tahun. Beberapa prinsip
dan filosofi utama dalam arsitektur Mesir meliputi:
1. Eternalitas dan Abadi: Salah satu prinsip utama dalam arsitektur Mesir adalah
menciptakan bangunan yang akan berdiri selama-lamanya. Hal ini tercermin dalam
penggunaan bahan konstruksi tahan lama seperti batu, serta dalam desain piramida yang
simbolis. Piramida adalah struktur geometris yang dianggap mewakili tangga menuju
kehidupan setelah kematian, yang merupakan keyakinan penting dalam agama Mesir
Kuno.
2. Ordo dan Simetri: Arsitektur Mesir Kuno didasarkan pada prinsip ordo dan simetri.
Bangunan-bangunan seperti kuil-kuil memiliki penataan yang sangat terorganisir dan
simetris. Hal ini mencerminkan kepercayaan pada tatanan kosmis yang harmonis dan
penting dalam agama Mesir Kuno
3. Hierarki dalam Desain: Bangunan-bangunan Mesir sering kali memiliki bentuk yang
mencerminkan hierarki sosial dan agama. Pada piramida, misalnya, bagian teratas adalah
yang paling tinggi dan hanya dapat diakses oleh para firaun atau raja, sedangkan struktur
yang lebih rendah digunakan oleh kelas sosial yang lebih rendah
4. Fungsionalitas: Arsitektur Mesir sangat fungsional dan mengikuti fungsi dan kebutuhan
bangunan tersebut. Misalnya, kuil-kuil didesain untuk upacara keagamaan dan
penghormatan terhadap dewa-dewi Mesir. Bangunan pemakaman seperti piramida
dirancang untuk berfungsi sebagai makam para firaun dan menampung benda-benda
berharga dan perlengkapan yang akan digunakan dalam kehidupan setelah kematian.
5. Bentuk Geometris: Banyak bangunan Mesir memiliki bentuk geometris yang khas.
Piramida adalah contoh terbaiknya, tetapi juga ada penggunaan bentuk-bentuk geometris
lain seperti obelisk (batang tegak) dan kolom-kolom dengan kapitel yang dihiasi dengan
motif-motif geometris.
6. Penggunaan Dekorasi Relief: Bangunan-bangunan Mesir sering kali dihiasi dengan
relief-relief yang menggambarkan adegan kehidupan sehari-hari, dewa-dewi, atau
inskripsi-inskripsi hieroglif. Ini bukan hanya sebagai hiasan visual, tetapi juga sebagai
sarana komunikasi simbolis dan keagamaan
7. Penyelarasan dengan Astronomi: Beberapa bangunan Mesir, terutama kuil-kuil,
dibangun dengan presisi astronomis sehingga terkait dengan gerakan matahari dan
bintang. Ini mencerminkan pentingnya astronomi dalam agama dan budaya Mesir Kuno.
Prinsip dan filosofi dalam arsitektur Mesir Kuno sangat terkait dengan keyakinan religius
dan kosmologi mereka. Bangunan-bangunan monumental ini tidak hanya berfungsi sebagai
struktur fisik, tetapi juga sebagai representasi simbolis dari konsep keabadian, hierarki, dan
harmoni yang ada dalam pandangan dunia Mesir Kuno. Seiring perkembangan waktu muncul
perpaduan antara arsitektur mesir dengan arsitektur islam yang salah satunya adalah arsitektur
Ottoman.
Arsitektur Ottoman adalah gaya arsitektur yang berkembang di Kekaisaran Ottoman, yang
mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Turki, Timur Tengah, dan sebagian Eropa
pada abad ke-14 hingga abad ke-20. Gaya arsitektur Ottoman menunjukkan pengaruh dari
berbagai budaya, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan Islam. Beberapa ciri khas dari arsitektur
Ottoman antara lain:
1. Kubah dan Menara Tinggi: Arsitektur Ottoman sering ditandai dengan kubah besar dan
menara tinggi yang dikenal sebagai minaret. Kubah dan menara tinggi ini biasanya dihiasi
dengan ornamen khas seperti kaligrafi dan mozaik.
2. Arsitektur yang Asimetris : Arsitektur Ottoman cenderung memiliki tatanan asimetris
yang membuatnya unik dan menarik. Misalnya, masjid-masjid Ottoman memiliki tatanan
asimetris yang tidak sama antara bagian kiri dan kanan. Penggunaan Batu dan Bata Batu
dan bata sering digunakan dalam arsitektur Ottoman, terutama pada dinding dan pilar
bangunan. Bahan-bahan ini sering diukir dengan ornamen khas seperti kaligrafi dan
geometri.
3. Hiasan dan Ornamen yang Rumit Arsitektur : Ottoman sangat dikenal karena hiasan
dan ornamen yang rumit, seperti kaligrafi, geometri, ukiran kayu, dan mozaik. Hiasan-
hiasan ini digunakan pada kubah, dinding, dan bagian-bagian penting lainnya.
4. Keterbukaan terhadap Cahaya dan Udara Bangunan-bangunan : Ottoman dirancang
dengan memperhatikan keterbukaan terhadap cahaya dan udara. Bangunan-bangunan
tersebut memiliki banyak jendela besar, balkon, dan teras yang memungkinkan sirkulasi
udara dan cahaya matahari yang cukup.
PEMBAHASAN BANGUNAN OBJEK
Masjid Muhammad Ali Pasha, juga dikenal sebagai Masjid Muhammad Ali, adalah
salah satu bangunan bersejarah yang paling terkenal di Kairo, Mesir. Berikut adalah sejarah
singkat Masjid Muhammad Ali Pasha. Masjid Muhammad Ali Pasha dibangun pada abad ke-
19 selama masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha, seorang penguasa Mesir yang
memerintah atas nama Kekaisaran Ottoman. Muhammad Ali Pasha adalah tokoh penting dalam
sejarah Mesir dan dikenal karena reformasi dan modernisasi yang ia lakukan selama
pemerintahannya. Pembangunan Konstruksi masjid dimulai pada tahun 1830 dan selesai pada
tahun 1848 di bawah arsitek Yusuf Bushnak. Masjid ini dibangun di atas bukit Salah El-Din di
Kairo, yang memberikan pandangan indah ke Kota Lama Kairo (Cairo Citadel) dan sekitarnya.

(Gambar1.1 Masjid Ali Pasha )


Sumber: kontraktorkubahmasjid.com
Masjid ini dinamai sesuai dengan nama Muhammad Ali Pasha yang memerintah Mesir
saat itu. Muhammad Ali Pasha adalah seorang tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Mesir
dan Kesultanan Ottoman, dan pembangunan masjid ini adalah salah satu wujud penghormatan
terhadapnya. Masjid Muhammad Ali Pasha adalah contoh arsitektur neo-Ottoman yang khas.
Gaya arsitektur ini mencerminkan pengaruh Ottoman dalam desainnya, dengan kubah besar,
menara menara tinggi, dan penggunaan batu alabaster putih yang indah sebagai bahan
bangunan utama.
Masjid ini adalah tempat ibadah Islam yang penting. Di dalam masjid terdapat mihrab
(noktah penunjuk arah kiblat), mimbar (tempat khotbah), dan ruang yang luas untuk berdoa.
Masjid ini masih digunakan untuk keperluan ibadah hingga saat ini. Masjid Muhammad Ali
Pasha bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebuah situs bersejarah yang penting di Mesir.
Masjid ini menjadi salah satu daya tarik wisata paling populer di Kairo dan menjadi bagian
integral dari kompleks Kairo Citadel yang lebih luas. Seiring berjalannya waktu, masjid ini
telah mengalami pemugaran dan pemeliharaan. Namun, usaha telah dilakukan untuk
mempertahankan karakter arsitektur dan sejarahnya yang berharga. Berikut merupakan
beberapa penerapan dari gaya arsitektur ottoman pada Masjid Muhammad Ali Pasha :
a. Kubah Besar: Salah satu ciri utama masjid ini adalah kubah besar yang menghiasi bagian
tengah bangunan. Kubah ini memiliki bentuk setengah bola yang indah dan sering dihiasi
dengan motif-motif geometris dan kaligrafi Arab.

( Gambar 1.2 Kubah Besar )


Sumber: infomu.co

b. Menara Tinggi: Masjid Muhammad Ali memiliki menara tinggi yang dikenal sebagai
menara jam. Menara ini biasanya memiliki beberapa tingkat dengan balkon-balkon di
atasnya, dan pada puncaknya terdapat kubah kecil. Yang memperlihatkan betapa
megahnya menara tersebut dan menjadikan Menara tersebut sebagai salah satu vocal point
saat kita berkunjung melihat Masjid Muhammad Ali Pasha
( Gambar 1.3 Menara Tinggi )
Sumber: dreamstime.com

c. Ornamen Kaligrafi: Seperti banyak masjid Muslim, interior dan eksterior Masjid
Muhammad Ali dihiasi dengan kaligrafi Arab yang indah. Kaligrafi ini sering mengandung
ayat-ayat Al-Quran dan pesan-pesan religius lainnya.
d. Batu Alabaster: Bahan utama yang digunakan dalam pembangunan masjid ini adalah batu
alabaster putih yang indah. Batu alabaster digunakan untuk membuat lantai, dinding, dan
kubah dalam masjid, menciptakan suasana yang indah dan mewah.
e. Penggunaan Ruang Terbuka: Masjid ini memiliki halaman terbuka di dalamnya, yang
sering digunakan oleh jamaah untuk shalat di bawah sinar matahari. Ini adalah ciri
arsitektur yang umum ditemui dalam masjid-masjid di dunia Islam.

(Gambar 1.4 Ruang Terbuka ) (Gambar 1.5 Ruang Terbuka )


Sumber: infomu.co

f. Taman dan Courtyard: Masjid ini juga memiliki taman dan halaman yang luas di
sekitarnya, yang menawarkan pemandangan indah dari Kairo. Halaman ini biasanya
digunakan sebagai tempat istirahat dan kontemplasi.
g. Kolom-Kolom: Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki barisan kolom yang mengelilingi
halaman dalam masjid. Kolom-kolom ini memiliki gaya yang mengingatkan pada kolom-
kolom Yunani dan Romawi dengan basis dan kapitelnya yang mewah. Ini adalah contoh
pengaruh klasik dalam arsitektur masjid ini.
(Gambar 1.6 Kolom Masjid ) (Gambar 1.7 Kolom Masjid )
Sumber: kontraktorkubahmasjid.com

h. Fasad Bangunan: Fasad utama masjid ini memiliki elemen-elemen simetris yang khas dari
gaya neo-klasik, dengan pintu-pintu besar, jendela-jendela yang terhias, dan ornamentasi
yang mengingatkan pada bangunan klasik.
i. Jendela dan Pencahayaan: Bangunan ini memiliki jendela-jendela yang besar yang
memungkinkan pencahayaan alami masuk ke dalam masjid, menciptakan atmosfer terang
dan terbuka di dalam.

KESIMPULAN
Masjid Muhammad Ali Pasha adalah contoh yang baik dari gaya arsitektur yang
mencampurkan pengaruh-pengaruh berbeda dari berbagai periode dan budaya. Meskipun ada
elemen-elemen neo-klasik yang jelas, itu juga adalah sebuah masjid yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan ibadah Islam, sehingga banyak fitur-fitur Islam yang mencolok dalam
desainnya. Selain itu Masjid Muhammad Ali Pasha juga merupakan salah satu sejarah didaerah
timur tengah yang menggabungkan gaya arsitektur Mesir dan arsitektur Ottoman
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Fanani, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-Teori Kebudayaan: Dari Teori Hingga Aplikasi
Bandung : CV. Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai