Anda di halaman 1dari 5

ADVOKAT DAN KODE ETIK ADVOKAT

Sebelum berlakunya UU tentang Advokat, sebutan bagi Advokat ada beberapa macam:
 Penasehat Hukum
 Pengacara Praktek
 Konsultan Hukum

Istilah Penasihat Hukum antara lain diatur dalam pasal 54 UU No. 8 tahun 1981 (KUHAP) ;
“Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,
menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

Setelah berlakunya UU No. 18 tahun 2003 tentang advokat, orang yang berprofesi member jasa
hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-undang disebut advokat. Dasar hukum; (1). Pasal 1 huruf (a) Kode Etik
Advokat Indonesia “Advokat adalah orang yang berpraktek member jasa hukum, baik didalam
maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan Undang-undang yang
berlaku, baik sebgai Advokat, Pengacara, Penasihat Hukum, Pengacara Praktek ataupun
sebagai Konsultan Hukum” dan pasal 1 ayat (1) UU No. 18 tahun 2003; “Advokat adalah
orang berprofesi member jasa hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang ini”.

Bantuan hukum diluar pengadilan disebut dengan Bantuan Hukum non-litigasi. Undang-undang
Advokat tidak melarang seorang advokat menjadi;
 Kurator : Balai harta peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan
untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit di bawah pengawasan hakim
pengawas sesuai dengan undang-undang ini (UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang/UU Kepailitan)
 Likuidator : Orang atau badan yang berwenang untuk menyelesaikan segala urusan yang
berkaitan dengan pembubaran perusahaan. Likuidator dapat ditunjuk oleh pengadilan
atau rapat umum pemegang saham.
 Mediator : pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Conflict of interest adalah benturan kepentingan (dasar hukum; Pasal 4 huruf (j) Kode Etik
Advokat Indonesia; “Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih
harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut,
apabila dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang
bersangkutan”).
Pembrian Kuasa dapat diberikan dengan secara lisan, dengan tertulis dan dengan akta otentik
(dasar hukum; Pasal 1793 KUHPerdt; “Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta
umum, dalam suatu akta tulisan dibawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat apapun
dengan lisan. Penerima suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan
dari pelaksanaan kuasa itu oleh si kuasa”)

Hubungan antara Advokat dengan klien dimulai atau tercipta sejak/setelah klien menandatangani
suarat kuasa (dasar hukum; Pasal 1792 Bw : Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan
dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk
atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Pasal 1793 Bw : “Kuasa dapat diberikan dan
diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu akta tulisan dibawah tangan, bahkan dalam
sepucuk surat apapun dengan lisan. Penerima suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-
diam dan disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh si kuasa.)

Cara berkahirnya pemberian kuasa adalah dengan ditariknya kembali kuasanya si kuasa, dengan
pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si kuasa, dengan meniggalnya si pemberi kuasa
maupun si kuasa (penerima kuasa). Dasar hukum; Pasal 1813 Bw : pemberian kuasa berakhir
dengan ditariknya kembali kuasanya si kuasa; dengan pemberitahuan penghentian kuasanya
oleh kuasa; dengan meninggalnya; pengampuannya; atau pailitnya si pemberi kuasa maupun
si kuasa; dengan perkawinannya si perempuan yang memberikan atau menerima kuasa).

Fakultatif : boleh mempergunakan advokat, boleh tidak mempergunakan advokat.

Hak Retensi : si kuasa adalah berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si pemberi kuasa
yang berada ditangannya sekian lamanya, hingga kepadanya telah dibayar lunas segala apa yang
dapat dituntutnya sebagai pemberian kuasa (pasal 1812 Bw).

Surat-surat yang dikirim oleh advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara dapat
ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat – surat yang bersangkutan dibuat
dengan membubuhi catatan Sans Prejudice (surat-surat yang bertanda dan tidak boleh dijadikan
bukti) (pasal 7 huruf (a) Kode Etik Advokat Indonesia).

BEBERAPA PENGERTIAN ATAU ISTILAH HUKUM;


1. Sans Prejudice ; surat-surat yang bertanda dan tidak boleh dijadikan bukti
2. Ad Informandem ; Informasi tambahan
3. Contem Of Court ; sikap atau tindakan yang menghormati badan peradilan
4. Agreement ; persetujuan
5. Factum Delictum ; pelanggaran pidana
6. Plaatselijk onderzoek ; pemeriksaan ditempat
7. Rechtvaardigingsgrond ; persetujuan tersebut merupakan alasan pembenar menurut
hukum
8. Law enforcement ; Hukum di tegakkan
9. Court of law ; pengadilan hukum
10. Law of tort ; kesalahan perdata
11. Ex Aeque Bono ; apabila majelis berpendapat lain, mohon agar dijatuhkan putusan
berdasarkan keadilan
12. Supremacy of Law ; supremasi hukum
13. Equality before the law ; persamaan dalam hukum
14. Ignorantia Juris Neminem Excusat ; hukum tidak membebaskannya dari hukuman
15. Gugatan Citizen Lawsuit ; gugatan warga Negara
16. Forum Delicti Commissi ; Pengadilan Negeri berwenang mengadili perkara yang
dilakukan dalam daerah hukumnya
17. Ius Curia Novit ; Hakim dianggap tahu hukumnya
18. Ne Bis In Idem ; suatu gugatan bilamana apa yang digugat/diperkarakan sudah pernah
diperkarakan dan telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap dan bersifat positif
seperti menolak gugatan atau mengabulkan
19. Obscuur Libel ; suatu gugatan dianggap cacat formil adalah karena dalil-dalil gugatan
kabur, artinya gugatan tidak jelas.
20. Attorney – Client Relationship ; kewajiban advokat memegang teguh rahasia klien,
meskipun hubungan sudah berakhir

HUKUM PERDATA
Dasar hukum beracara di Puau Jawa dan Madura adalah HIR (Herzien Indonesis Reglemen),
sedangkan diluar pulau Jawa dan Madura adalah R.Bg (Rechstreglemen Buitengewesten).

Asas peradilan dalam perkara perdata adalah sederhana, cepat dan biaya ringan. Asas ini diatur
dalam pasa 4 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009.

Pada dasarnya setiap perkara yang diajukan melalui Pengadilan Negeri ada 2 macam yaitu:
1. Perkara yang ada sengketa; disebut dengan gugatan. Gugatan adalah sengketa hak
2. Perkara yang tidak ada sengketa; disebut dengan permohonan. Contoh perkara yang
tidak ada sengketa (tidak ada contensius di dalamnya) adalah pengangkatan anak. Dalam
permohonan pengangkatan anak tidak ada sengketa mengenai siapa orang tua bilogis dari
si anak. Hubungan darah antara anak dengan orang tua biologisnya tidak mungkin
dihapus atau dihilangkan. Yang berubah adalah pengasuhan anak dari orang tua biologis
kepada orang tua karena hukum (berdasarkan penetapan hakim).

Dalam hukum acara perdata berlaku asas bahwa tidak ada kewajiban bagi pihak yang berperkara
untuk mempergunakan jasa advokat. Penggunaan jasa advokat tergantung pada pihak yang
berperkara. Salah satu perkara yang wajib mempergunakan jasa advokat adalah perkara
permohonan pailit.
HIR memperbolehkan pengajuan gugatan secara lisan adalah walaupun orang mampu membaca
dan menulis belum tentu mereka mampu membuat gugatan atau jawaban dengan baik. Karena itu
untuk membantu pihak yang berperkara, atau para pencari keadilan, terutama yang buta huruf
atau yang kurang mampu untuk membayar advokat, untuk itulah pengajuan gugatan secara lisan
diperkenankan dalam HIR.

Kompetensi absolute adalah soal kewenangan antar pengadilan yang berbeda jenis, umpanya
antara Pengadilan Negeri Bogor dengan Pengadilan Agama Bandung. Sedangkan kompetensi
relative adalah soal pembagian kewenangan antara Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Kompentesi absolute disebut juga dengan soal atribusi
sedangkan soal kompetensi relative disebut juga dengan distribusi.

Yang ditentukan dalam gugatan Hukum Acara Perdata adalah mengenai;


 Jumlah pihak
 Minimum pihak, yaitu paling tidak harus terdiri dari satu penggugat dan satu tergugat.

Penggugat adalah subyek hukum yang “merasa” haknya dilanggar oleh pihak lain. Tergugat
adalah setiap orang atau badan hukum (subyek hukum) yang dianggap melakukan pelanggaran
terhadap hak-hak pihak lain atau tidak memenuhi kewajiban kepada pihak lain, baik itu
berdasarkan perjanjian maupun berdasarkan undang-undang.

Gugurnya hak menuntut hak antara lain adalah setelah melampaui masa kadaluarsa. Masa
daluarsa menurut Bw adalah 30 tahun

Actor sequitor forum rei : tergugat di gugat tempat tinggalnya si tergugat.

Perkara gugatan perdata melalui pengadilan negeri adalah:


 Wanprestasi
 Perbuatan melawan hukum
 Gugatan perceraian bagi yang bukan beragama Islam

Perkara yang menjadi kompetensi pengadilan negeri adalah


 Perkara kepailitan
 Hak kekayaan intelektual
 Perkara perselisihan hubungan industrial

HIR tidak mengatur mengenai isi gugatan. Persyaratan mengenai isi gugatan diatur dalam pasal 8
No. 3 Rv yang mengharuskan gugatan pada pokoknya memuat:
 Identitas para pihak
 Dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-
alasan dari tuntutan (fundamentum petendi)
 Petitum

Yang dapat dituntut oleh kreditor bilaman debitor lalai membayar utang adalah ganti rugi, biaya
dan bunga. Dasar hukum : Pasal 1243 Bw (tentang penggantian biaya, rugi dan bunga karena
tidak dipenuhinya suatu perikatan); “Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak
dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus
diberikan atau dibuatnya dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.

Bila sebuah perjanjian, pihak kreditor dengan debitor lupa mencantumkan besarnya bunga, maka
bunga yang dapat ditutut oleh kreditor terhadap debitor adalah 6% per tahun. Bunga sebesar 6%
pert tahun disebut dengan bungan undang-undang atau bunga moratoir. Dasar hukum : Pasal
1767 Bw ; “Ada bunga menurut undang-undang dan ada yang ditetapkan dalam persetujuan.
Bunga menurut undang-undang ditetapkan dalam undang-undang. Bunga yang
diperjanjikan dalam persetujuan boleh melampaui bunga menurut undang-undang, dalam
segala hal yang tidak dilarang oleh undang-undang. Besarnya bunga yang diperjanjikan
dalam persetujuan harus ditetapkan secara tertulis (Bunga menurut undang-undang adalah
Lembaran Negara tahun 1848 No. 22: enam persen)

Anda mungkin juga menyukai