Bab I - Bab Iii
Bab I - Bab Iii
PENDAHULUAN
Pelayanan farmasi di rumah sakit dijalankan oleh suatu unit di rumah sakit
yang disebut dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (1). Instalasi farmasi rumah
sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas
produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifatnya berorientasi
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). Pelayanan
outcame terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
1
2
2016 dan perubahannya dalam Permenkes nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
pasien, diperlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada
Care) (4).
Pelayanan farmasi klinik pun terbukti efektif dalam menangani terapi pada
pasien. Selain itu, pelayanan tersebut juga efektif untuk mengurangi biaya
samping obat. Pelayanan ini terbukti dapat menurunkan angka kematian di rumah
sumber daya kefarmasian meliputi sumber daya manusia serta sarana dan prasarana.
suatu aturan tata laksana yang telah ditentukan oleh pemerintah berdasarkan
dengan adanya ruang praktek sendiri bagi apoteker yang berstandar dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan adanya sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (3).
monitoring efek samping obat dan pemantauan kadar obat dalam darah (3).
dalam menyusun resep pasien bersama dengan apoteker. Di Libya dan United Arab
Emirates (UAE) diketahui sedikit sekali interaksi antara dokter dan apoteker.
Berdasarkan temuan dari salah satu penelitian menunjukkan hampir 70- 60% dokter
di Libya dan UAE berturut-turut jarang atau tidak pernah melakukan diskusi dengan
merawat pasien pada semua fase perawatan kesehatan. Mereka harus memiliki
yang mendasar dari biomedis, farmasi, kehidupan sosial, dan ilmu klinis. Apoteker
klinis berpedoman pada bukti terapi, ilmu berkembang, teknologi terbaru, dan
relevan (7).
langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan efek
5
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, evaluasi penggunaan
klinik sebesar 74,5%. Beberapa rumah sakit yang termasuk dalam penelitian ini
adalah kurangnya tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berkompeten untuk
melakukan kegiatan farmasi klinik. Kurangnya sarana dan prasarana juga sangat
dispensing sediaan steril dan pemantuan kadar obat dalam darah (8).
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue diperoleh
yang terdiri dari 7 orang PNS, 7 orang kontrak dan 6 orang staf magang/bakti
Diploma III Farmasi (asisten apoteker) sebanyak 12 orang. Tenaga farmasi yang
ada di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue ditempatkan 1 orang sebagai kepala
digudang farmasi. Ruang instalasi farmasi terdiri dari 1 ruangan dengan ukuran 5x7
6
m2. SIM data obat untuk Rumah Sakit Umum Daerah Simeule belum ada. Standar
pelayanan farmasi klinik dan staf farmasi di ruang kefarmasian belum sepenuhnya
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat
kepuasan pelanggan indikator nilai (≥ 80%). Pada tahun 2016 data resep yang
masuk pasien rawat jalan sebanyak 39.250 resep, pada pasien rawat inap resep yang
masuk ke apotek/farmasi rumah sakit sebanyak 18,200. Pada tahun 2017 resep yang
43,592 resep dan pada pasien rawat inap sebanyak 30,250 resep (9).
waktu dalam memberikan pelayanan kepada pasien pada saat mengambil obat di
instalasi farmasi. Hal ini tentunya akan sangat mengganggu terhadap peningkatan
terlihat dengan adanya keluhan dari keluarga pasien terkait pelayanan pemberian
informasi obat yang dilakukan oleh petugas, karena ketidakramahan petugas dalam
7
memberikan informasi terkait obat yang diterima pasien dan atau keluarga pasien
dan terkait dengan unsur kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan masih rendah,
terlihat dari ketersediaan obat yang terbatas yang mengakibatkan pasien harus
kembali memperoleh resep pengganti karena obat tersebut tidak tersedia, dan ini
staf kefarmasian bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur, belum
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
2018.
rekonsiliasi obat.
konseling.
9
kefarmasian.
sudah dianggap baik maupun belum dianggap baik agar kiranya menjadi
KAJIAN PUSTAKA
kinerja apoteker dan asisten apoteker. Beberapa jurnal tersebut antara lain:
penelitian oleh Wanti Nur Indah (8). tentang Profil Penerapan Farmasi Klinik di
Tahun 2016 diperoleh bahwa bahwa rata-rata pelayanan farmasi klinik di Rumah
74,5%. Pelayanan yang paling banyak dilakukan adalah pengkajian dan pelayanan
obat. Hasil uji korelasi menunjukan nilai r=0,307 (lemah) untuk hubungan jumlah
apoteker terhadap pelayanan farmasi klinik dan r=0,465 (sedang) untuk tingkatan
rumah sakit terhadap pelayanan farmasi klinik. Hasil uji signifikansi (p>0,05)
menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang di
uji.
farmasi RSUD Kota Padang sidimpuan Tahun 2017 diperoleh bahwa tidak ada
dibentuk tim perencanaan obat secara tertulis, namun petugas dibagian Pelayanan
(10).
10
11
dari beberapa negara untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinik tahun 2017
menunjukkan bahwa baru sekitar 14% Rumah Sakit yang dimonitoring telah
melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang sesuai, 42% Rumah Sakit yang
baru sebagian menerapkan PIO, dan sekitar 44% Rumah Sakit belum menerapkan
PIO (11).
Penelitian lain oleh Aditya Putra tentang persepsi tenaga kesehatan terhadap
peran apoteker dalam pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Umum Pusat DR.
persepsi rata-rata total sebesar 3,045, persepsi rata-rata kelompok dokter 2,97, dan
klinik. Namun, dilihat skor persepsi tiap pernyataan, dokter tidak setuju apabila
apoteker terlibat pemilihan obat, mengetahui data klinis dan penyakit pasien, serta
ikut bersama dokter dalam kunjungan bangsal. Berdasarkan hasil uji chi square,
karakteristik reSOPnden yang dapat mempengaruhi persepsi antara lain usia, jenis
kelamin, lama masa kerja di rumah sakit, dan interaksi reSOPnden dengan
apoteker (12).
menuju pelayanan farmasi klinik di RSUD Pasar Rebo tahun 2015 menunjukkan
bahwa pelayanan farmasi klinik di RSUD Pasar Rebo sudah dilaksanakan sebagian
antara lain distribusi obat pasien secara unit, ward round dan diskusi, peninjauan
resep, informasi obat dan konseling pasien, dengan keterlibatan dan kerjasama yang
baik diantara para petugas seperti dokter, apoteker dan perawat pada pengobatan
12
2016 menunjukan bahwa penerapan standar pelayanan farmasi klinik pada 3 apotek
program rujuk balik BPJS di Kota Yogyakarta dilaksanakan dengan baik (85,67%).
obat dan monitoring efek samping obat. Kata kunci : standar pelayanan
kurang. Sisanya sebesar 30% apotek cukup dan hanya 3,33% apotek baik.
kefarmasian (15).
diberikan oleh apoteker di unit Pelayanan Kesehatan 2015 diperoleh bahwa variabel
pengkajian resep, penyerahan obat, dan pelayanan informasi obat dinilai tinggi oleh
pelayanan informasi obat dinilai telah diberikan dengan kualitas tinggi dan
telah diberikan dengan kualitas tinggi dan dianggap penting dalam pelayanan
kefarmasian (77,4%), serta variabel ronde / visite pasien dinilai telah diberikan
dengan kualitas tinggi dan dianggap penting dalam pelayanan kefarmasian (74,1%)
(16).
apotek RSU Surabaya diperoleh bahwa sejumlah besar apotek (6%) tidak memiliki
obat yang diresepkan. Informasi obat yang diberikan kepada pasien sebagian besar
mengenai frekuensi minum obat (60,3%) dan 64,7%), waktu untuk menggunakan
obat (12,8% dan 12,9%), dan jumlah obat untuk setiap penggunaan (7,7% dan
30,6%) untuk metformin dan glibenklamid. Informasi tersebut sudah tertulis dalam
di RSU Yogjakarta Tahun 2016 diperoleh bahwa pasien yang pernah mendapatkan
layanan konseling di apotek sebesar 59,0% dari 96,0% pasien yang menyatakan
konseling, ada 55,9% pasien menyatakan bahwa ruangan untuk layanan konseling
berkomunikasi secara verbal juga dengan non verbal seperti berlatih bagaimana
1. Pengertian
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(4).
tidak hanya berorientasi kepada obat namun juga kepada pasien dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas terapi obat. Aktifitas farmasi klinik terpusat kepada pasien,
bekerjasama dan berkolaborasi antar profesi dengan dokter dan perawat dalam tim
yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
3) Rekonsiliasi Obat;
5) Konseling;
2. Tujuan Farmasi
pilihan pasien serta meningkatkan mutu kehidupan pasien yang hasilnya berupa
pencegahan suatu proses penyakit. Pelayanan farmasi klinik merupakan salah satu
2) Bersifat pasif
3) Bersifat aktif
pertimbangan klinis.
a) Kajian administratif meliputi: Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat
badan; Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon,
cara dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat
yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),
harus menghubungi dokter penulis resep. Resep adalah permintaan tertulis dari
ditulis dengan bahasa latin dimulai dengan R/ (recipe ambillah). Suatu resep harus
resep yaitu:
Jika dokter ingin agar pasien segera mendapatkan obat karena tingkat
keparahan pasien maka resep harus ditulis cito (segera), urgent (penting),
Periculum in Mora /PIM (berbahaya bila ditunda), statim/penting. jika tanda diatas
ada pada resep maka resep tersebut harus didahulukan untuk dilayani. Bila dokter
ingin agar resep dapat diulang maka pada resep harus ditulis iter/iteratie, dan
sebaliknya kalau tidak mau diulang maka pada resep ditulis ne iteratur Pada kasus
cemical obat tidak seluruhnya ada di apotek tersebut, maka kepada pasien
diserahkan salinan resep yang berisikan obat yang sudah diberikan dan obat yang
belum diberikan agar pasien bisa membeli obat ke apotek lain dengan menyerahkan
salinan resep tersebut, adapun kelengkapan salinan resep seperti kelengkapan resep
3) Tanda det/detur (obat yang sudah diserahkan) dan nedet (untuk obat yang
belum diserahkan)
swamedikasi untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau obat bebas
terbatas yang sesuai dengan kebutuhan pasien di apotek. Dispensing terdiri dari
pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep). Obat sebelum diserahkan kepada pasien hendaknya
disertai dengan pemberian informasi yang sesuai, seperti tentang manfaat dari obat,
makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan terjadinya efek samping
dan kontraindikasi yang ditimbulkan serta cara penyimpanan obat dengan benar
(20).
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau sediaan farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
penggunaan obat
(ROTD)
digunakan
10) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan
sepengetahuan dokter
obat adalah :
1) Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
(3).
3. Rekonsiliasi Obat
dengan obat yang telah didapat pasien. rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi,
kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan
terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan
dokter
(3).
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien,
meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping obat yang
pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal
kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping,
22
efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan obat
didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan
tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. semua obat yang digunakan oleh
pasien baik resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa
cocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal
disengaja
Obat.
4) Komunikasi
informasi obat yang diberikan. Petunjuk teknis mengenai rekonsiliasi obat akan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini
dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
1) Menjawab pertanyaan
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
kesehatan lainnya
5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dengan penyakitnya
terapi
pengunaan obat
6) Dokumentasi (3).
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
4) Pemantauan
setiap reSOPn terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal
pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena
indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien akan berakibat
umur, gender, etnik, ras, status kehamilan, status nutrisi, status sistem imun,
Faktor risiko yang terkait penyakit pasien terdiri dari 3 faktor yaitu: tingkat
toksisitas, profil reaksi obat tidak dikehendaki, rute dan teknik pemberian,
melakukan:
1) Analisa risiko baik secara kualitatif, semi kualitatif, kuantitatif dan semi
kuantitatif.
Pembinaan dan edukasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam
setiap tahap manajemen risiko perlu menjadi salah satu prioritas perhatian. Semakin
besar risiko dalam suatu pemberian layanan dibutuhkan SDM yang semakin
kompeten dan kerjasama tim (baik antar tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
risiko tinggi, antara lain Intensive Care Unit (ICU), Unit Gawat Darurat (UGD),
1. Tujuan
2. Ruang Lingkup
Evaluasi:
masyarakat di jaman moderen ini. Rumah sakit didirikan sebagai suatu tempat
masalah kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik. Rumah sakit adalah, ”tempat
di mana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat di
mana pendidikan klinis untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga
pelayanan kesehatan rumah sakit telah menjadi masalah mendasar yang dihadapi
sebagian besar rumah sakit di berbagai negara. Tuntutan ini menjadi dasar
pelayanan rumah sakit tidak saja terkait dengan keterbatasan sumber daya dan
lingkungan, tetapi juga bersumber dari perbedaan persepsi diantara pemakai jasa
pelayanan farmasi klinik di rumah sakit. Pada penelitian ini unsur sistem yang
Input, proses, dan output yang dalam pelayanan farmasi klinik di sini sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit yang mengacu pada Permenkes No.72
Tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasi rumah sakit. Input terdiri dari SDM,
sarana dan prasarana, serta kebijakan. Proses terdiri dari pengkajian dan pelayanan
evaluasi penggunaan obat, dispensing sediaan steril, dan pemantauan kadar obat
akan diteliti pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi
dilapangan bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan
kepustakaan yang ada menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel
obat, pelayanan informasi obat, konseling, pemantuan terapi obat, menitoring efek
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (22). Kerangka konsep
METODE PENELITIAN
jawaban atau informasi yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang
belakang dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini bersifat
naturalistik berbasis data lapangan, dilakukan dalam kondisi yang alamiah dan data
lapangan tersebut digunakan menjadi bahan dalam proses perumusan teori hasil
Simeulue (23).
34
35
kegiatan pengajuan judul dan studi pendahuluan sampai dengan September 2018
berkaitan dengan objek atau permasalahan penelitian, oleh sebab itu tidak diarahkan
pada jumlah tetapi berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai
saturasi data, seperti yang ditemukan oleh Creswell versi Sugyono (23). yang
informan yang memenuhi syarat untuk dijadikan menjadi informan. Oleh karena itu
agar tidak sangat subjektif sebagai peneliti, peneliti memahami ciri dan
karakteristik objek atau informan yang sesuai dengan persyaratan dan tujuan
Kriteria eksklusi :
Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu
dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah penelitian yaitu
orang-orang yang tahu dan terlibat dalam pelaksanaan pelayanan farmasi yang
terdiri dari apoteker dan asisten apoteker yang diharapkan dapat memberi informasi
tentang situasi dan kondisi dan masyarakat (pasien yang berkunjung ke RSUD
erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi dalam hal ini sampling
dijaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Maksud kedua dari
informan adalah untuk mengali informasi yang menjadi dasar dan rancangan teori
yang dibangun.
berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan
sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi
informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini adalah Direktur Rumah
Sakit Umum daerah Simeulue, kepala bagian kefarmasian sebagai supervisor yang
berjumlah 2 orang (2). Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti yaitu apoteker dan asisten apoteker yang melayani
tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu pasien yang sedang
berjumlah 6 orang.
Menurut Ahmadi, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau
dipersiapkan.
pertanyaan yang diajukan terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman
wawancara tidak bersifat kaku, karena pertanyaan ini bisa berkembang sesuai
diperoleh serta menanyakan apa yang mereka anggap penting dan informasi
38
penting yang mereka alami yang sebelumnya tidak pernah mereka alami.
dengan option jawaban yang sudah ditentukan terlebih dahulu, tetapi jawaban
seorang peneliti agar tidak terjebak mencari data diluar permasalahan dan tujuan
penelitiannya (24).
Teknik lain adalah dengan observasi. Menurut Karl Weick dalam Rakhmat
serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan teori organisasi yang
dilihat dari perspektif mereka yang telihat dalam kejadian yang diamati
tersebut (25).
(1) Penelitian akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam
Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan alat bantu yaitu alat tulis,
note book dan alat perekam. Data hasil pengamatan dan wawancara umumnya
singkat ini kemudian dekembangkan ke dalam file note yang lebih rinci dan
lengkap.
promosi dan informan lain yang menilai peran promosi dari kalangan
primer yaitu memperoleh data atau informasi dari informan secara lansung
2) Studi Kepustakaan
Studi pustaka yaitu mengumpulkan data dengan cara mencari data serta
3) Observasi Lapangan
4) Triangulasi
sumber data, teori, metode dan investigator agar informasi yang disajikan
konsisten. Oleh karena itu, untuk memahami dan mencari jawaban atas
pertanyaan penelitian, peneliti dapat mengunakan lebih dari satu teori atau
lebih dari satu metode (inteview, observasi dan analisis dokumen). Ada 4
yaitu :
41
lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang
berbeda.
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah
sakit.
5) Konseling adalah aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks
terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
perlu di mengerti bahwa dengan melakukan analisis tidak dengan sendiri dapat
Interprestasi mempunyai dua arti yaitu: sempit dan luas. Arti sempit yaitu
interpretasi data yang dilakukan hanya sebatas pada masalah penelitian yang di teliti
berdasarkan data yang dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penelitian tersebut.
Sedangkan interprestasi dalam arti luas yaitu guna mencari makna dan hasil
penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan atau menganalisis data hasil
43
penelitian tersebut, tetapi juga melakukan intervensi dari data yang diperoleh
Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara data penelitian yang telah
1) Mengorganisasikan Data
kategori tema dan pola jawaban kemudian disusun dalam kerangka analisis
3) Menguji Asumsi
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil
Proses ini terdiri dari tiga sub proses yang saling berkaitan yaitu data
hasil observasi yang telah terkumpul dilakukan tahapan analisis sebagai berikut:
3) Penarikan kesimpulan/Conclusion